ABSTRAK
METODE
PEMBELAJARAN
Email:
Hadijahdijah59@gmail.com
Makalah yang berjudul “metode pembelajaran” ini dibuat
oleh Hadijah (15.21.0101) Mahasiswa Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al-Banjary.
Metode pembelajaran
akan sangat menentukan dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran itu sendiri meliputi metode pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher centered methods), berpusat pada siswa (student centered methods), dan
pembelajaran langsung (direct instruction). Metode pembelajaran yang baik dalam
proses pembelajaran, akan berdampak positif pada siswa agar memudahkan siswa
dalam memahami materi yang disampaikan agar tercapai tujuan pembelajaran.
Penelitian ini mengacu
pada Metode pembelajaran yang kami aplikasikan kepada guru pembimbing di SMK
KOMPUTER MANDIRI. Jenis penelitian adalah kualitatif yang saya teliti dengan
teknik wawancara langsung .
Hasil penelitiannya
adalah seorang guru harus mempunyai strategi dalam pembelajaran, guru juga harus mamahami tujuan suatu pembelajaran
selanjutnya adalah kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
guru juga perlu menyesuaikan daya serap anak dari banyaknya metode
pembelajaran, metode yang baik digunakan adalah metode yang mampu mendorong
siswa berpikir kritis dan aktif.
Dibutuhkan pengalaman, wawasan yang luas dan contoh-contoh dalam
mengaplikasikan metode pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Dalam
penggunaan waktu saat mengajar misalnya di kurikulum 2013 guru sulit sekali
untuk mengukur waktu karena guru diharapkan tidak terlalu aktif dan hanya
mengarahkan siswa, untuk itu kita (guru)
berusaha dalam mengatur waktu semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Perlu ditinjak lanjuti siswa yang belum mencapai tujuan
pembelajaran dengan melakukan remedial dan mendorong siswa agar lebih aktif
saat di dalam kelas.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode adalah cara yang fungsinya
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula
pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam
menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode. Jadi, metode mengajar berarti
suatu cara yang haus dilakukan untuk menyajikan bahan pengajraan agar mencapai
tujuan pengajaran. (ghunaimah,1952: 177).
Dalam hal metode mengajar, selain
faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut menentukan
efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya metode mengajar itu banyak
sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana
yang memiliki efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di
tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang
lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik
pelaksanaannya.
Namun demikian, ada sifat-sifat umum
yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain.
Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai
macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan
yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang
kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode
belajar mengajar tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar yang
lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan
untuk selamanya. Untuk itu berikut ini akan dibahas beberapa metode yang
dimungkinkan dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan seperti metode ceramah,
metode diskusi, metode kelompok dan metode campuran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari metode
pembelajaran ?
2. Serta apa macam-macam metode
pembelajaran dan beserta hadits ?
METODE
Penelitian kualitatif' adalah
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis . Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai
bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran
landasan teori dalam peneitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data dan
berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan;
sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan
teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian
kualitatif jauh lebih subjektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode
sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam
menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis
penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan
dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.
Peserta
diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator group
periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan
menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang
dibahas dan untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas
hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada
kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group.
Jenis
penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena mahal dan sangat
efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan
dan pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini sering metode pilihan
dalam kasus di mana pengukuran atau survei kuantitatif tidak diperlukan.
KAJIAN PUSTAKA
Metode
pemblajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang seringkali juga terkait dengan pilihan cara
penilaian yang akan dilaksanakan (Suyono dan Hariyanto, 2011).
Gordon
pask (1976) dalam publikasinya berjudul Conversation
Theory, Applications in Education and Epitemology, menyatakan bahwa melalui
interaksi percakapan termasuk tentu saja Tanya jawab antara guru dengan murid,
antara dosen dengan mahasiswa, akan terjadi konstruksi pengetahuan atau proses
untuk tahu (knowing).
Gilstrap dan Martin
(1975) dalam publikasinya berjudul Current
Strategis for Teacher, menyatakan bahwa simulasi dapat berbentuk role
playing (bermain peran), psikodrama, sosiodrama dan permainan.
Jeanne S. Chall seorang
ahli psikologi dan ilmu kebahasan (terutama tentang reading) di Universitas
Harvard, tepat nya bertugas di Graduate School of Education, dalam risetnya
telah mengamati bertahun-tahun praktik pembelajaran bahasa inggris terutama
dalam pembelajaran membaca, membuat kesimpulan antara lain : (i) pembelajaran
pada hakikatnya dibagi dalam dua pendekatan , yakni pembelajaran berbasis siswa
dalam pembelajaran berbasis guru, (ii) abad keduapuluh telah didominasi oleh
pembelajaran berbasis siswa (dala hal ini discovery learning), dan (iii) temuan
riset justru menyatakan bahwa pembelajaran berbasis guru (pembelajaran
eksplisit) ternyata lebih efektif dalam mendukung pembelajaran berbahasa . hal
ini dinyatakan dalam publikasinya yang berjudul The Academic Challage: What
Really Works in the classroom.
PEMBAHASAN
A. Metode
Pembelajaran yang Berpusat kepada Guru (Teacher-Centered
Methods)
Dalam
praktik pelaksanaan metode pembelajaran yang berpusat kepada guru, untuk
mengurangi kesan otoritas guru, patut diperhatikan hal-hal hal-hal sebagai
berikut:
1) Pada
tahap persiapan, sebelum pembelajran dimulai perlu dikondasikan oleh guru
untuk,
A. menciptakan
lingkungan pembelajaran yang nyaman, yang tidak ada kesan mengungkung siswa
B. mempersiapkan
peluang untuk berlangsungnya pembelajaran aktif, guru tidak terkesan terlalu
mendominasi
C. akomodasikan
adanya gaya belajar yang berbeda-beda
2) pada
saat berlangsungnya pembelajaran, perlu dilakukan oleh guru untuk berupaya,
a. selalu
berinteraksi dengan siswa
b. menunjukkan
minat yang besar kepada subjek pembelajaran
c. menyampaikan
kepada siswa secara jelas apa tujuan pembelajaran, pokok bahasan apa yang akan
dibahas dan apa kaitannya dengan seluruh
materi bidang studi
d. menunjukkan
penghargaan kepada, minat yang besar kepada, semua gagasan dan pertanyaan siswa
3) pada
akhir pembelajaran jangan lupa melakukan refleksi
sebenarnya apa yang diungkapkan di depan
tentu saja penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan strategi
berbasis siswa, tetapi dalam hal ini mengingat kecenderungan guru pada
pelaksaan strategi berbasis guru untuk terjerumus kepada situasi otoriter lebih
besar, perlu selalu diingat dan dilaksanakan oleh guru.
Dalam kesempatan ini akan dibahas hal
yang sedikit berbeda dari klasifikasi motode menurut Colin Marsh. Landasan
klasifikasi Colin Marsh adalah metode-metode yang spesifik dan terkait dengan
pembelajaran geografi serta pembelajaran lingkungan, misalnya metode yang
menggunakan peta dan globe , metode kontruksi, metode ekspresi keindahan alam
dan lain-lain. Padahal diperlukan pengetahuan tentang berbagai mtode yang dapat
diterapkan dalam berbagai jenis bidang studi dan berbagai situasi pembelajaran.
Berbagai metode itu antara lain adalah sebagai berikut ini :
1. Metode
Ceramah
Menerapkan metode ceramah bukan berarti
sekedar memberi ceramah, khotbah, atau pidato.
Beda pokok antara metode ceramah dan
memberi ceramah/khotbah atau pidato adalah bahwa pada ceramah/khotbah atau
pidato tidak ada sesi Tanya-jawab sama sekali. Sementara itu baik dalam metode
ceramah, apalagi dalam metode Tanya-jawab, pendengar (audience) diberikan kesempatan
untuk bertanya. Antara metode ceramah dengan mtode Tanya-jawab dalam
pembeelajaran boleh dikatakan tidak dapat dipisahkan, hanya eksentuasi dan
durasinya yang menentukan. Pada metode ceramah maka kegiatan ceramah
mendominasi, misanya menggunakan 2/3 waktu yang digunakan, sisanya 1/3 bagian
waktu, disediakan Tanya-jawab. Dan juga dapat sesekali suatu ceramah disisipi
pertanyaan yang memerlukan jawaban singkat kepada pendengar. Sebaliknya pada
penerapan metode Tanya-jawab, waktu didominasi oleh pertanyaan terarah, sama,
misalnya dalam 2/3 waktu yan tersedia, sedangkan sisa 1/3 bagian waktu
digunakan untuk ceramah. Misalkan ceraah itu diperlukan untuk pengantar,
untuk klarifikasi jawaban siswa yang
salah, untuk memberi penekanan kepada konsep-konsep penting dan untuk melakukan
refleksi pada akhir pembelajaran.
Metode ceramah adalah metode yang
dilakukan dengan pemberian informasi secara lisan/verbal dari seorang pembicara
di depan sekelompok pengunjung. Dalam pembelajaran tentu saja pembicara disini
adalah seorang guru, sedangkan pengunjungnya adalah peserta didik.biasanya metode
ceramah diterapkan jika tujuan pokok pembelajaran memang memberikan informasi.
Metode ceramah akan efektif bila peserta didik sudah termotivasi, oleh sebab
itu guru harus membuat semacam prakondisi agar siswa duduk tenang dahulu
sebelum ceramah berlangsung. Dalam hal ini ceramah akan menjadi menarik jika
guru, pembicara, mampu membuat semacam ilustrasi dalam bentuk kata-kata.
Disamping sejumlah kritik terhadap metode ceramah ini, umumnya para pakar dan
praktisi pembelajaran sepakat, metode ini memang selayaknya dilakukan bila jika
jumlah pengunjung (jumlah siswa) telalu besar untuk memakai metode yang lain.
Kondisi ini yang kemudian sering “memaksa” guru di Indonesia untuk kerap kali
melaksanakan metode ceramah, karena jumlah siswa per kelas di Indonesia umumnya
masih anrata 40-50 orang siswa per kelas. Di perguruan tinggi, terutama di
tingkat persiapan bahkan kadang-kadang jumlah mahasiswa mencapai. Sekitar 100
orang. Sehingga dosen berceramah menjadi sebuah keumuman dan kewajaran. Dalam
pada itu, jika pada suatu ketika sekolah mengundang orang luar untuk
berceramah, hal itu disebut dengan metode pembicara tamu.
Metode ceramah juga akan efektif bila
guru ingin menambah atau memberi penekanan terhadap materi yang sudah
dipelajari dengaan mengunakan metode yang lain. Metode ceramah juga amat
efektif pada saat guru melaksanakan apersepsi pada pembukaan pembelajaran atau
melaksanakan refleksi pada akhir pembelajran. Metode ceramah akan efektif
apabila durasi ceramah tidak terlalu panjang misalnya antara 10-15 menit saja.
Hal ini terkait dengan kemampuan mengingat para pendengar ceramah. Berkaitan
dengan itu guru harus mengusahakan bahwa para pendengar, peserta didik tersebut
sudah dapat memahami kata-kata yang digunakan dalam ceramah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam pelaksanaan metode ceramah, antara lain adalah :
(1) Persiapan
pembeljaran sehingga dapat berlangsung ceramah yang lancar dan baik
(2) Selidiki
apakah metode ceramah merupakan metode yang tepat untuk situasi pembelajaran
tersebut, baik materinya, maupun pendengarnya dan sebagainya.
(3) Persiapkan
catatan kecil tentang materi apa saja yang akan diceramahkan
(4) Saat
ceramah berlangsung berbicara dengan jelas dan runtut, jangan seperti orang
yang sedang berpidato, tetap berusaha berkeliling kelas, dan atur sikap tubuh
sedemikian rupa agar memperoleh perhatian murid
(5) Bila
mengajukan pertanyaan jangan takut jika kelas menjadi hening, ini menunjukkan
perhatian siswa
Seperti disampaikan di atas setiap
metode memiliki keungggulan, kekuatan (pros/advantage) dan kelemahan atau
kekurangan (cons/disadvantage) sendiri. Di antara keunggulan metode ceramah
antara lain adalah :
·
Dapat dipakai pada orang dewasa (baik
untuk para mahasiswa, minimal untuk siswa SLP)
·
Efisien dalam penggunaan waktu
·
Dapat digunakan pada kelompok dengan
jumlah besar, dengan jumlah pendengar banyak
ü Tidak
melibatkan terlalu banyak alat bantu, jika jumlah siswa hanya sekitar 40 orang
guru malah tidak memerlukan alat bantu sama sekali, dalam hal kuliah stadium
generale bagi mahasiswa yang jumlahnya ratusan orang memang diperlukan alat
bantu berupa mikrofon, pengeras suara
ü Dapat
dipergunakan dalam pengayaan atau penekanan pada konsep penting bagi peserta
didik
ü Baik
untuk apersepsi dan refleksi saat pembelajaran
Sementara itu kelemahan
pokok metode ceraamah ini antara lain adalah :
·
Tidak layak diterapkan terhadap
anak-anak, terutama anak-anak sekolah dasar yang tingkat pengetahuan dan
pengalamannya kurang. Dalam hal ini harus dibedakan metode ceramah dengan
metode mendongeng (telling story) y6ang justru dianjurkan digunakan di
pendidikan sejak pra sekolah sampai sekolah dasar
·
Menghalangi adanya tanggapan dari
pemelajar
·
Tidak cocok untuk retensi (pengingatan)
jangka panjang
·
Tidak sesuai untuk tujuan pembelajaran
dengan sikap kognitif yang tinggi
·
Tidak semua guru mampu menjadi
penceramah yang baik
·
Tidak cocok bila tujuan pembelajaran
untuk mengubah sikap, perilaku dan nilai-nilai
·
Tidak cocok untuk mengembangkan
psikomotor siswa
·
Pembicara wajib menguasai pokok bahasan
yang disampaikannya, akan lebih baik lagi jika berdasar pokok bahasan itu
pembicara mampu membuat suatu ilustrasi sehingga pembicaraanya seolah-olah
hidup
·
Seringkali menjadi membosankan dan
kurang menarik, terutama jika durasi waktunya terlalu panjang
·
Biasanya hanya mengaktifkan satu indra,
yakni telinga/pendengaran
·
Pembicara seringkali tidak mampu menilai
reaksi para pendengar
2. Metode
Tanya Jawab/Pertanyaan Terarah
Jangan
mengangggap remeh metode Tanya-jawab, ada kecenderungan dari para guru supaya
dianggap modern dan mengikuti trend terakhir, malu mencantumkan jenis metode
ini di dalam RPP. Padahal apakah ada sih guru, yang mengajar tanpa melakukan
Tanya-jawab dengan siswanya? Dalam pendekatan inkuiri di atas tersirat bahwa
guru yang kompeten dan menguasai konsep, ternyata dengan melakukan Tanya-jawab
yang terarah dan terbimbing akan mampu memuaskan sikap inkuiri siswanya
sehingga disamping memperoleh tamabahan konsep sains, rasa ingin tahu
(kuriositas) mereka terpenuhi. Hanya yang kurang mengertilah yang menganggap metode Tanya-jawab itu kuno atau
ketinggalan zaman.
Gordon
pask (1976) dalam publikasinya berjudul conversation
theory, applications in education and epistemology, menyatakan bahwa
melalui interaksi percakapan termasuk tentu saja Tanya jawab anata guru dengan
murid, antara dosen dengan mahasiswa, akan terjadi kontruksi pengetahuan atau
proses untuk tahu (knowing). Teori percakapan dari pask inilah yang kemudian
mengembangkan teori pembelajaran sibernetika. Pask adalah seorang
konstruktivis.
Masalah
pokok adalah bagaimana guru selama pengajaran melaksanakan Tanya jawab dengan
sebaik-baiknya, sehingga mampu menggiring siswa kepada pemerolehan konsep atau
pengetahuan. Berikut ini adalah hal-hal yang terkait dengan asking question better tersebut.
(1) Strategi
umum dalam bertanya:
-
Bila merencakan pelaksanaan metode Tanya
jawab selalu ingatlah apa tujuan pembelajaran. Misalnya, apakah tujuan
pembelajaran agar siswa menguasai pokok bahasan tertentu, ataukah ingin
mengembangkan kecakapan berfikir siswa.
-
Agar tidak mengecewakan siswa, beri
kesempatan untuk menjawab dengan pemikiran siswa sendiri, guru jangan memberi
pertanyaan yang jawabannya merupakan jawaban guru sendiri.
-
Jika terpaksa memberi pertanyaan yang
jawabannya benar atau salah, tindak lanjuti dengan pertanyaan tambahan.
Misalnya mengapa engkau menjawab benar, apa alasanmu? Berikanlah contoh atau
bukti terhadap jawabanmu itu, atau siswa boleh menanggapi jawaban benar atau
salah dari rekannya
-
Buatlah pertanyaan yang jelas, langsung
dan spesifik
-
Jangan bertanya lebih dari satu pertanyaan
pada saat yang sama
-
Saat merancang penerapan metode Tanya
jawab buatlah catatan tentang kapan akan berhenti menerangkan, untuk bertanya
atau akan menjawab pertanyaan siswa.
-
Dalam satu sesi pembelajaran buatlah
pertanyaan yang merupakan campuran antara pertanyaan tertutup (closed question) yang jawabannya
tertentu dan pasti, dengan pertanyaan terbuka (opened question).
(2) Menanggapi
secara efektif
-
Berilah siswa kesempatan untuk berpikir
dan merumuskan jawabnnya. Bila pertanyaan hanya memerlukan jawaban ya atau
tidak cukup sediakan waktu 3-10 detik saja, sedangkan jika jawabannya memerlukan
penjelasan siswa, sediakan waktu untuk berpikir secukupnya, namun jangan lebih
dari 2 menit, akan terjadi kesenyapan yang tidak efektif.
-
Jangan menyela jawaban siswa
-
Tunjukkan bahwa anda berminat terhadap
jawaban siswa, baik itu benar atau salah. Guru yang angkuh dan otoriter
memiliki hobi untuk mengatakan :begitu saja tidak bisa”, jika jawaban siswa
salah hal ini akan menimbulkan keseganan siswa untuk bertanya.
-
Kembangkan suatu tanggapan demi menjaga
agar siswa selalu berpikir. Misalnya, mintalah kepada siswa yang tidak
memberikan jawaban dengan memberi tanggapan terhadap gagasan yang terkandung
dalam temannya, atau mintalah siswa yang menjawab untuk menjelaskan pemikiran
yang melatarbelakangi jawabannya.
-
Jika siswa menjawab salah, jelaskanlah
dimana letak kesalahannya, selanjutnya tanyakan pertanyaan lanjutan kepada
siswa (mungkin tidak hanya satu pertanyaan, tetapi serangkaian pertanyaan) yang
dapat memandu siswa untuk memeperoleh jawaban yang benar.
Berikut
ini merupakan contoh pertanyaan terbuka yang diharapkan dapat membangkitkan
situasi pembelajaran aktif.
Tabel
3.1 Sejumlah Contoh Pertanyaan terbuka
No.
|
Tujuan
Pertanyaan
|
Contoh
Pertanyaan
|
1
|
Menilai hasil
pembelajaran
|
-
Apakah gagasan penting yang timbul dari diskusi
kita hari ini?
-
Dapatkah kamu menjelaskan konsep itu dengan
kata-katamu sendiri?
-
Cobalah menggambaar diagram untuk melukiskan
gagasan tersebut
|
2
|
Bertanya
kepada siswa untuk klarifikasi terhadap komentar yang tidak jelas
|
-
Dapatkah kamu menjelaskan apa maksudmu sebenarnya?
-
Dapatkah engkau mengelaborasi jawabanmu itu?
|
3
|
Mengajak para
siswa untuk mengeksplorasikan sikap, nilai atau perasaannya
|
-
Adakah nilai-nilai atau kepercayaan yang
melatarbelakagi argumenmu?
-
Apa reaksi awalmu ketika mendengar argumen
tersebut?
|
4
|
Mengajak siswa
untuk meelihat konsep dari perspektif lain
|
-
Bagaimana pikiranmu teentang jawaban orang lain
yang tidak sesuai dengan jawabanmu?
-
Bagaimana cara menerapkan konsep ini pada suatu
masalah baru?
|
5
|
mengajak siswa
untuk mendukung suatu penafsiran atau penegasan
|
-
Bagaiamana engkau tahu bahwa hal tersebut dapat
berlangsung?
-
Bagian mana dari wacana ini yang memandumu untuk
membuat kesimpulan seperti itu?
|
6
|
Bertanya
kepada siswa untuk mencoba mengembangkan suatu pernyataan atau gagasan
|
-
Kapan prinsip ini dapat diterapkan?
-
Apakah prinsip itu selalu diterapkan atau hanya
pada kondisi tertentu?
|
7
|
Untuk
mengarahkan siswa agar saling menanggapi jawaban satu sama lain
|
-
Bagaimana pikiranmu terhadap jawaban temanmu tadi
-
Apakah engkau sependapat atau engkau memandang
gagasan itu dari sisi lain? Jelaskan!
-
Dapatkah engkau memikirkan ara lain untuk
menyelesaikan masalah tersebut?
|
8
|
Merangsang
siswa untuk menyelidiki suatu proses berifikir
|
-
Asumsi-asumsi apa yang melandasi desain ekpresimen
tersebut
-
Asumsi-asumsi apa yang yang melandasi kedua
argumen tersebut untuk saling memperkuat?
|
9
|
Bertanya
kepada siswa untuk memprediksikan kemungkinan hasil suatu kegiatan
|
-
Apa yang dapat terjadi jika praktik semacam ini
melanggar aturan yang berlaku?
-
Dapatkah engkau memperoleh hasil yang berbeda?
|
10
|
Untuk
merangsang siswa menghubungkan berbagai informasi atau untuk
mengorganisasikan suatu kelompok informasi
|
-
Bagaimana caranya agar artikel ini dapat
menjelaskan konsep-konsep yang telah kita pelajari minggu lalu?
-
Dapatkah engkau membuat grafik ataau tabel yang
menggambarkan organisasi informasi-informasi tersebut?
|
11
|
Meminta siswa
menerapkan suatu prinsip atau rumus
|
-
Bagaimana caranya menerapkan prinsip trsebut dala
situasi berikut ini?
-
Siapa yang dapat memberikan saran bagaimana
caranya menerapkan rumus ini dala masalah
yang kita amati pada awal pembelajaran tadi?
-
Dalam kondisi seperti apa rumus ini tidak dapat
digunakan?
|
12
|
Meminta siswa
untuk menggambarkan konsep dengan suatu contoh
|
-
Dapatkah kamu mencontohkan fenomena semacam ini?
-
Daaptkah kamu mengungkapkan bagian mana dari novel ini yang memandumu menuju suaatu
keesimpulan?
-
Dapatkah kamu mengindentifikasikan suaatu contoh
yang mendukung gagasan ini?
|
sementara
itu dalam kaitan dengan taksonomi bloom (tujuan pendidikan), dapat dipetakan
bentuk-benttuk pertanyaan yang termasuk berbagai ranah kognitif menurut bloom.
Contohnya dapat dilihat pada tabeel 3.2 berikut ini :
kategori
|
Definisi
|
Kaata Tanya
yang Umum digunakan
|
Contoh
Pertanyaan
|
Pengetahuan
|
Mengingat Informasi
|
Siapa,
apa,kapan,definisikan,ingatlah
|
Apa teori
pokok yang digunakan dalam mendiskusikan berbagai gaya belajar yang berbeda
|
Pemahaman
|
Menafsirkan
kalimat informasi
|
Diskusikan,
nyatakan kembali, uraikan, jelaskan
|
Uraikan
perbedaan pokok antara modern dan postmodern
|
Penerapan/aplikasi
|
Menggunakan
informasi untuk memecahkan masalah
|
Tafsirkan,
terapkan, aplikasikanlah, gunakan, tunjukkan
|
Gunakan hukum
permintaan dan penawarann untuk menjelaskan kenaikan harga-harga menjelang
Hari Raya
|
Analisis
|
Membagi informasi
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk menemukan motif
|
Bandingkan,
bedakan, amatilah, analisislah
|
-
Analisislah apakah perilaku anggota dpr saat ini
sudah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi
-
Amatilah sejumlah perilaku korupsi eksekutif dan
legislatif di provinsimu, apa latar belakang pendidikannya, dari komunitas
mana mereka berasal, dari partai mana, dan sebagainya.
-
Baningkan paruh burung kutilang dengan paruh
burung gelantik, mengapa berbeda?
|
Sintesis
|
-
Mengkombinasikan gagasan
-
Menciptakan produk gagasan yang orisinal
|
Komposisikan,
konstruksikan, rancanglah, ramalkan, prediksikan
|
Rancanglah
suatu eksperimen yang memungkinkan kau memisahkan zat-zat yang terkandung
dalam larutan ini.
|
Evaluasi
|
Mempertimbangkan,
membuat suatu keputusan yang bernilai terkaitt sejumlah isu atau informasi
|
Pertimbangkanlah,
evaluasilah, nilailah, taksirlah
|
-
Seberapa jauhkah kesuksesan kabinet Indonesia
Bersatu dalam memerangi kemiskinan di Indonesia?
-
Nilailah apakah sejumlah SMA favorit yang ada di
Surabaya benar-benar unggul bila dilihat dari iuran (output) dan dampak
(outcome) nya masing-masing!
|
Sementara itu, Hasibuan dan Moejiono
(1995) mengemukakan bermacam-macam jenis pertanyaan yang dapat disampaikan oleh
guru, antara lain adalah:
a. Jenis-jenis
pertanyaan menurut maksudnya, yang terdiri dari :
-
Pertanyaan permintaan (compliance question), pertanyaan yang mengharapkan
agar orang lain mematuhi perintah yang disampaikan dalam bentuk pertanyaan.
Contohnya
: dapatkah kalian tenang agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang akan
saya sampaikan?
-
Pertanyaan retorik (rhetorial question), pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban,
karena akan dijawab sendiri oleh si penanya (dalam hal ini adaalah guru)
Misalnya,
“Apakah yang disebut dengan strategi? Strategi adalah …..
-
Pertanyaan mengarahkan, menuntun (prompting question), pertanyaan yang
diajukan untuk membimbing siswa dalaam proses berpikir.
Contohnya
:
Guru
: kemarin kita sudah berdiskusi
tentang respirasi, kalian tahu bahwa dengan respirasi maka keberlangsungan
hidup makhluk hidup terjamin. Mengapa, coba kamju rahmat, jelaskan!
Rahmat
: senyap, diam (sedang berpikir)
Guru : mengalami kesulitan….coba kaitkan dengan
fungsi respirasi….nah,…bagaimana…Rahmat?
-
Pertanyaan menggali (probing questions), pertanyaan lanjutan
yang akan memotivasi siswa untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan
sebelumnya.
Contoh
:
Guru
: minggu lalu kita berkarya wisata ke
pabrik susu di Pasuruan, bagaimana pendapatmu tentang pabrik susu tersebut,
Julia ?
Julia : banyak
yang mengesankan, pak!
Guru : coba
terangkan apa saja yang mengesankan bagimu, Julia? dst….
b. Jenis-jenis
pertanyaan menurut luas sempitnya tujuan
-
Pertanyaan sempit (narrow question) membutuhkan jawaban tertutup, biasanya kunci
jawaban sudah tersedia, dibagi lagi menjadi 2 (dua) yaitu :
(i)
Pertanyaan sempit informasi langsung (direct information question), menurut
para siswa menghafal atau mengingat informasi tersebut
Misalnya : di mana ibu kota
provinsi Jawa Timur
(ii)
Pertanyaan sempit memusat (centered question), menuntut siswa agar
mampu mengembangkan jawabannya, dengan cara menuntunnya melalui petunjuk
tertentu
Misalnya : dengan cara bagaimana
agar konsep gotong-royong dengan mudah dapat dipahami siswa?
-
Pertanyaan luas (brood question), pertanyaan ini belum memiliki jawaban yang
spesifik, sehingga mungkin saja jawabannya lebih dari satu, masih terbuka
berbagai macam jawaban, dibagi lagi menjadi 2 (dua) yaitu :
(i)
Pertanyaan luas berujung terbuka (open-ended question), memberikan
kesempatan kepada siswa untuk member jawaban sesuai pengetahuan dan
kata-katanya sendiri.
Contohnya : bagaimanakah caranya
agar pemupukan tanaman menjadi leebih efektif?
(ii)
Pertanyaan luas menilai (evaluating question), pertanyaan ini
meminta siswa untuk mengadakan penilaian terhadap aspek kognitif maupun sikap
atau berbagi peendapat mengenai suatu ide atau suatu isu yang sedang terjadi
Contohnya :
§ bagaimana
pendapatmu tentang kasus gayus Tambunan?
§ Bagaimana
penilaian kalian tentang adanya LPI (Liga Primer Indonesia) terkait dengan
kemajuan dan arah persepakbolaan di Indonesia ?
Metode
ini Tanya jawab ini banyak memotivasi guru untuk mempersiapkan pembelajaran
sebaik mungkin, guru paham bahwa Tanya jawab akan berlangsung menarik jika guru
benar-benar kompeten dan menguasai materi pelajaran. Di samping itu, dengan
sering menggunakan metode ini, keakraban antara guru dengan siswa akan terjalin
baik, tentu saja sepanjang hal-hal yang diungkap di atas dipenuhi oleh guru.
Apalagi jika guru terbiasa membantu murid yang mengalami kesulitan di dalam
menjawab secara langsung pertanyaan yang diajukan guru. Berkaitan dengan itu
guru dapat membuat pertanyaan alternatif yang lebih bertahap dan pada akhirnyaa
akann mengarah jawaban yang diminta oleh guru. Berdasarkan paparan di atas
dapat disampaikan beberapa keunggulan dan kekurangan metode Tanya jawab sebagai
berikut :
Kenggulannya :
-
Dibanding metode ceramah lebih punya
potensi untuk mengembangkan pembelajaran aktif
-
Jika guru pandai bertanya, siswa mampu mendapatkan
pemerolehan konsep secara utuh
-
Memuaskan rasa kuriositas siswa
-
Mengembangkan sikap inkuiri siswa
-
Tidak memakan waktu (not time consumsing) karena kendali
waktu sepenuhnya berada di taangan guru
Kekurangannya :
-
Tidak semua guru memiliki keterampilan
bertanya dalam mengarahkan atau memandu siswa untuk memperoleh konsep
-
Guru harus lebih siap, jika tidak
kemungkinan besar akan timbul kelenyapan (fade out)
-
Guru dapat terjerumus ke arah sikap
otoriter karena kendali sepenuhnya berada di tangannya
-
Tidak dapat diterapkan pada materi yang
baru sama sekali atau tidak ada kaitannya dengan bahan ajar sebelumnya.
3. Metode
Demonstrasi
Untuk lebih memahami metode demonstrasi,
berikut ini disampaikan kegiatan demonstrasi guru dihadapaan siswa sekolah
perawat kesehatan. Guru tersebut mempertunjukkan kegiatan seperti :
a. Menyiapkan
dan mengatur tempat tidur pasien
b. Merapikan
tempat tidur dengan pasien di atasnya
c. Mengatur
kebersihan ruangan
Berbagai
kegiatan di atas berkaitan dengan pertanyaan, bagaimana mengaturnya?
Selanjutnya
guru tersebut juga :
d. Mengukur
suhu badan seorang pasien
e. Meengukur
tekanan darah
f. Menghitung
denyut nadi
g. Membasuh
pasien dengan handuk hangat
h. Memberikan
perawatan luka di kaki bagi penderita diabetes
Berbagai
kegiatan di atas berkaitan dengan pertanyaan, bagimana proses kerjanya?
Sementara
itu guru yang lain menunjukkan cara :
a. Menyiapkan
bahan-bahan dan mengolah makanan bagi penderita tekanan darah tinggi
b. Mengolah
menu makanan tambahan untuk bayi
Berbagai
kegiatan tersebut berkaitan dengan pertanyaan, bagaimana proses membuatnya
Guru
yang sama, guru ilmu gizi, mlakukan kegiatan lainnya :
a. Menyusun
menu yang berprotein tinggi
b. Menyusun
menu gizi seimbang berkaitan dengan pertanyaan terdiri dari apa sesuatu itu?
Dari contoh-contoh yang
ditunjukkan oleh para guru tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa
demostrasi adalah suatu kegiatan mempertunjukkan jalannya suatu proses, reaksi,
atau cara bekerjanya suatu alat oleh seorang demonstratornya adalah guru, atau
narasumber atau siswa yang ditunjuk oleh guru, dilaksanakan di hadapan seluruh
siswa.
“Dari
Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang yang menanggung
hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di
dalam syurga dan Imam Malik
mengisyaratkan seperti jari telenjuk dan tengah (HR. Imam Muslim)”.
Hal-hal
penting yang harus dilakukan oleh guru sebelum dilaksanakan metode demonstrasi
antara lain adalah :
(1) Rumuskan
dengan jelas tujuan pembelajaran, kompetensi dasar apa yang harus dikuasai oleh
siswa setelah demonstrasi berlangsung
(2) Mempertimbangkan
relevasi metode demonstrasi dengan bahan ajar, kelayakannya, keefektifannya,
dan lain sebagainya
(3) Apakah
jumlah tidak terlalu besar, sehingga akibatnya tidak memungkinkan semua siswa
melihat seluruh proses kegiatan demonstrasi
(4) Apakah
alat-alat yang diperlukan untuk demostrasi cukup tersedia, satu daya listrik juga
selalu siap
(5) Menetapkan
garis-garis besar prosedur demonstarsi, guru selayaknya mencoba dulu sebelum
pelaksanaan demonstrasi, apakah bisa dilaksanakan atau tidak.
(6) Memperhitungkan
waktu yang diperlukan, mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai akhir
demostrasi
(7) Siswa
diminta untuk mencatat hal-hal yang relevan dengan tujuan demonstrasi yang baik
(8) Selama
demonstrasi amatilah apakah semua proses demostrasi dapaat dililhat oleh para
siswa dengan baik, keterangan-keterangan yang dilakukan untuk menjelaskan,
dapat diterima siswa dengan baik
(9) Meenetapkan
rencana untuk menindaklanjuti kegiatan demostrasi, setelah penilaian terhadap
hasil penerapan metode demonstrasi..
Berdasarkan berbagai
pengalaman penerapan metode demonstrasi, keunggulan dan kelemahan metode ini
antara lain adalah :
Keunggulannya :
-
Fokus perhatian siswa dapat lebih
diarahkan pada hal-hal yang penting untuk dipelajari
-
Siswa dapat memperoleh keterampilan
proses sains jika mampu mengamati demonstrasi dengan cermat dan memperhatikan
sepenuhnya langkah-langkah pembelajaran oleh guru
-
Dapat mengurangi kesalahan yang mungkin diperbuat siswa ketimbang hanya
membaca atau mendengarkan penjelasan oleh guru
-
Bila alat demonstrasi tersedia cukup,
siswa dapat aktif mengikuti langkah demonstrasi setahap demi setahap, sehingga
memperoleh pengalaman praktik, menambah wawasan dan keterampilan
-
Sejumlah masalah yang menimbulkan
berbagai pertanyaan, secara tidak langsung akan terjawab pada saat siswa
mengamati praktik demonstrasi
Kelemahannya :
-
Time consuming, memerlukan waktu yang
banyak
-
Alat yang diamati tidak oleh terlalu
kecil sehingga sukar diamati, atau terlalu besar sehingga memakan banyak tempat
-
Harus diikuti oleh kegiatan yang
memungkinkan siswa mencoba sendiri
-
Demonstrasi sering kali tidak bermakna
jika tidak dilaksanakan pada tempat yang sebenarnya
-
Dalam hal tertentu dapat terjadi
memerlukan biaya yang besar, misalnya untuk pengadaan alat atau bahan-bahan
habis pakai.
4. Metode
Tugas Membaca Terstruktur
Metode ini tidak pernah berdiri sendiri,
dilaksankan di sekolah, dan dapat dilaksanakan di dalam kelas aatau
diperpustakaan. Biasanya dilaksanakan pada awal pembelajaran sebelum dilanjutkan
dengan implementasi metode lain, misalnya ceramah, Tanya-jawab, diskusi atau
bahkan mungkin demonstasi atau eksperimen. Dengan begitu metode ini tidak dapat
dinilai kelemahan dan kekuatannya, karena amat bergantung kepada penerapan
metode lain yang mengikutinya.
Pada pelaksanaannya, guru mula-mula
menugasi siswa untuk membaca suatu wacana atau suatu prosedur langkah-langkah
demonstrasi yang akan dilaksanakan guru, petunjuk atau suatu proses untuk
melakukan suatu praktikum di labolatorium dalam kaitan eksperimenstasi oleh
siswa. Dalam membaca wacana siswa diminta memahami esensinya, butir-butir atau
konsep-konsep penting yang dipaparkan dalam wacana, dan sebagainya. Setelah
pembacaan oleh siswa selesai, siswa dapat menanyakan istilah-istilah yang
kurang jelas kepada guru (namun tidak boleh menanyakan esensinya, karena itu
menjadi tugas siswa) sebelum penerapan metode lain dalam konteks pengembangan
konsep oleh guru.
Mengingat penerapan metode ini secara
keseluruhan memerlukan waktu, hendaknya jangan diterapkan jika jam pelajaran
tersedia pendek. Untuk tindak lanjut berupa ceramah, Tanya-jawab atau diskusi,
minimal harus tersedia 2 jam pelajaran, untuk tindak lanjut berupa demonstrasi
atau eksperimen, minimal tersedia 4 jam pelajaran, sehingga guru lebih leluasa memberikan penjelasan dan
penguatan di sana sini. Bila tugas membaca dilaksnakan di perpustakaan, waktu
yang diperlukan oleh siswa untuk berangkat dari ruang kelas dan kembali dari
perpustakaan, juga harus diperhitungkan oleh guru.
5. Metode
Karyawisata
Metode karyawisata (field trip) disebut pula metode widyawisata, metpde studi ekskursi
(excursion study), seperti terungkap
pada namanya menggabungkan antara kegiatan studi dan rekreasi, tamasya
(ekskursi). Manfaat utama dari penerapan metode ini adalah para pemelajar
memperoleh pengalaman langung dengan melihat langsung berbagai proses, fenomena
yang terjadi di lokasi studi. Misalnya ke pabrik-pabtik atau perusahaan,
perkebunan, yang berada di luar kota dan lain-lain.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
dan kepergian ke luar kota tidak sia-sia ada sejumlah hal yang harus dipersiapkan oleh guru, antara
lain :
a) Rumusan
tujuan pembelajaran bersama siswa
b) Kontak
lebih dahulu apakah tempat tujuan yangakan dikunjungi sudah benar-benar siap
menerima, sehingga mereka telah menyiapkan pembimbing (guide) dan sebagainya
c) Ada
kaitan antara tepat yang akan dikunjungi dan materi pembelajaran sebelumnya
d) Untuk
memudahkan siswa dalam membuat laporan dan agar lebih fokus, atur siswa dalam
kelompok-kelompok sesuai berbagai aspek sasaran yang akan dikunjungi
e) Membuat
siswa agar membuat catatan-catatan tentang proses-proses esensial atau
produk-produk utama dari perusahaan/objek yang dikunjungi
f) Membuat
rancangan penilaian hasil karyawisata untuk bahan membuat laporan yang antara
lain meliputi :
-
Laporan sementara tentang apa-apa yang
dilihat dan didengar
-
Melakukan penafsiran, penilaian dan
analisis terhadap hasil temuan lapangan
-
Membuat rangkuman pengalaman-pengalaman
kelompok
-
Menyusun saran-saran tindak lanjut
Keunggulannya
:
-
Siswa mendapat penjelasan langsung
tentang suatu proses atau fenomena dari tangan pertama
-
Jika kegiatan ekskursi seimbang dengan
kegiatan studi akan memberikan penyegaran kepada siswa sehingga lebih mudah
mnerima penjelasan atau keterangan tentang sesuatu
-
Peserta didik dapaat memperoleh
pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru
-
Peserta didik dapat menjawab berbagai
pertanyaan yang timbul paada dirinya sendiri atau pertanyaan dari orang lain
dengan melihat, mengobservasi langsung atau mungkin mengalami langsung
-
Peserta didik memperoleh tambahan
informasi yang berguna dari guide yang memandunya
Kelemahannya
:
-
Sering terjebak dan terlena dengan
kegiatan tamasyanya daripada studinya
-
Seringkali memerlukan biaya relatif
maahal, apa lagi jika tujuannya jauh di luar kota
-
Apabila tujuan lokasi studi terlalu jauh
para siswa sudah terlalu lelah karena perjalanan, sehinga tidak dapa fokus pada
tujuan studi
-
Persiapan melibatkan banyak pihak, misal
guru yang bertugas mengawasi kesehatan siswa
-
Memerlukan pengawasan yang ketat agar
jangan sampai ada peserta yang tertinggal
6. Metode
presentasi Berbasis Media
Meetode ini pada hakikatnnya juga tidak
pernah berdiri sendiri. Seringkali digabungkan dengan metode ceramah, terkadang
dengan metode Tanya jawab, atau metode diskusi. Dalam hal ini disamping harus
tersedia notebook (laptop) dan LCD, pada daerah-daerah tertentu yang jauh dari
kota besar masih menggunakan plastic transparan dan OHP, sekarang sudah
amat jarang, dan tntu saja catu daya
listrik.
Paparan biasanya dipresentasikan dengan
aplikasi power point. Jadi guru harus menguasai program ini disamping program
word. Hal yang penting dipahami guru adalah bahwa setiap slide power point
seharusnya memuat hanya esensi konsep. Tidak boleh semua konsep, definisi
contoh-contoh dan sebagainya ditulis dalam satiu slide power point. Ini bukan
pembelajaran membaca untuk guru. Di samping itu akan terlihat bahwa sebenarnya
guru kurang menguasai konsepnya. Dengan hanya menuliskan esensinya di slide
power point, justru terbuka peluang bagi guru untuk mendemonstrasikan kecakapannya dalam berbicara,
menjelaskan dan kemampuannya dalam meenguasai bahan pelajaran. Jangan lupa
untuk mematikan laptop jika tidak sedang digunakan, supaya tidak cepat panas.
Apalagi jika menggunakan OHP akan putus, dan itu mahal harganya.
Kecuali itu sesekali selingi dengan
Tanya jawab, berkeliling di antara siswa, sehingga suasana kelas menjadi hidup
dan terjalin interaksi dengan siswa dan terbuka kemungkinan untuk menjadikan
siswa aktif selama pembelajaran. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa
tulisan di power point atau plastik transparan harus cukup jelas dibahas,
bahkan oleh siswa yang duduk di
belakang. Bilamana perlu beri kesempatan kepada siswa untuk mencatat, karena
siswa tahu itu merupakan esensi pembelajaran.
7. Metode
Pelatihan
Implementasi metode ini juga tidak pernah berdiri sendiri.
Biasanya dilaksanakan pada pertengahan guru mengajar. Dapat diawali dengan
metode ceramah untuk menakankan butir-butir penting dan apersepsi kepada siswa,
atau tanya-jawab yang membimbing dan mengarahkan siswa ke arah materi yang akan
dilatihnya. Misalnya untuk sekolah dasar latihan dalam aritmatika tingkat dasar
seperti menambah, menjumlahkan, mengurani, meengalikan, membagi. Latihan
menulis kata-kata dengan benar, dilanjutkan menuliskan kalimat dengan benar. Pada kelas-keelas yang lebih
tinggi yang sudah diajarkan bahasa inggris, latihan pengucapan (pronunciation)
dengan lafal yang benaar, latihan mnulis daam bahasa arab yang benar dan
sebagainya. Selanjutnya dapat dilakukan diskusi atau Tanya-jawab lebih lanjut
dengan murid. Pada akhir pembelajaran guru melakukan refleksi bersaa siswa
tentang apa-apa yangsudah cukup dan masih kurang sehingga perlu dikembangkan
dan dilatih lebih lanjut.
B. Metode
Pembelajaran yang Berpusat kepada Siswa (Student-Centered Methods)
1. Metode
Diskusi dan Berbagai Variasinya
Kata
diskusi berasal dari bahasa latin discussion, discussum ataau discuss yang
maknanya memeriksa, memperbincangkan, mempercakapkan, pertukaran pikiran, atau
membahas. Bahasa inggrisnya discussion. Diskusi didefinisikan sebagai proses
bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk
mencapai tujuan tertentu. Atau dapat juga didefinsikan diskusi adalah
pertukaran pikiran atara dua orang atau lebih yang bertujuan memperoleh
kesamaan pandang tentang sesuatu masalah
yang dirasakan bersama. Berdasarkaan define di atas maka suatu dialog
dapat disebut diskusi bila memenuhi kriteria : (i) antara dua orang atau lebih
(ii) adanya suatu masalaah yang prlu dipecahkan bersama, dan (iii) adanya suatu
tujuan atau kesepakatan bersama untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam
pembelajaran uumnya diskusi terdiri dari dua macam, disskusi kelas dan diskusi
kelompok, diskusi kelas umumnya dipimpin oleh guru sehingga sebenarnya metode
ini termasuk dalam strategi pembelajaran berbasis guru. Dalam diskusi kelas
itu, karena guru dianggap punya kompetensi dan pengetahuan yang luas dan punya
orotitas, maka arah diskusi tetap daapat
ddikendalikaan. Sementara itu, diskussi kelompok dapat berupa kelompok keccil
yang anggotanya 2-6 orang, atau kelompok
yang lebih besar, anggotanya dapat mencapai 20 orang. Diskusi kelompok
tergolong dalam strategi pembelajaran berbasis siswa.
Sebelum
disskusi dimulai guru mengemukakan masalah yang akan diduskusikan dan
memberikan pengerahan seperlunya tentang cara-cara meecahkannya.selanjutnya
sesuai dengan jumlah siswa yang ada serta jumlah jam yang tersedia guru membentuk
kelompok-kelompok diskusi. Jika jumlah siswa dalam kelas 40 orang misalnya,
sebaiknya dibagi dalam empat kelompok masing-masing sepuluh orang, jika
jumlahnya dari itu guru menyesuaikan. Menurut rencana, sesuai standar yang
diterapkan pemerintah, siswa SMP/SMA/SMK maksimal 32 orang perkelas artinya
dapaat dibagi menjadi empat kelompok masing-masing 8 orang. Siswa SD maksimum
28 orang atau empat kelompok masing-masing 7 orang. Untuk siswa SD seyogyanya
diterapkan pada kelas 4 ke atas dan diskusi dipimpin oleh guru atau berupa
diskusi kelas (whole group discussion).
Bagi
siswa SMP dan SMA/SMK ketua diskusi sudah dapat diserahkan kepada siswa .
pilihlah siswa yang cukup disegani kawan-kawan sekelasnya dalam sekelompok
masing-masing. Siswa tersebut tidak hanya dianggap pandai dan cerdas tetapi
pilih juga yang lancar berbicara, dan dapat mengarahkan teman-temannya dalam
diskusi, tegas dan dapat membuat keputusan. Di samping memilih ketua diskusi
guru juga memilih sekretaris atau notulis pada setiap kelompok., mengatur
tempat duduk, menyediakan sarana, yang diperlukan misalnya kertas-kertas, alat
tulis dan lain sebagainya. Pilihan untuk menerapkan metode dikusi akan menjadi
lebih menarik jika sebelumnya sudah ada kegiatan yang dapat dijadikan bahan
batu loncatan, jumping off, misalnya karyawisata, penerapan pendekatan atau
metode penemuan/inkuiri atau discover/inquiry, atau tugas baca di rumah.
Siswa
yang dipilih sebagai ketua dikusi bertugas antara lain mebuka dan menutup
diskusi,mengatur dan mengendalikan arah diskusi, mengatur “lalu-lintas”
pembiaraan, penengah, dan penyimpul hasil diskusi, memberi kesempatan, kepada
semua anggota diskusi untuk bertanya atau mengajukan gagasannya, serta
memotivasi anggota kelompoknya untuk tidak segan-segan berbicara. Notulis
mencatat siapa-siapa yang menjadi anggota kelompok, mencatat berbagai argumen
yang berkembang dan simpulan hasil
diskusi untuk diserahkan kepadaa ketua diskusi dan akhirnya diserahkan kepada
guru.
Selama
diskusi berlangsung guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang
lain, mengamati jalannya diskusi, keaktifan siswa, arah diskusi dan sebagainya,
menjaga ketertiban agar tidak terlalu gaduh karena akan menggangu kelas yang
lain, jika perlu memberikan dorongan dan sedikit bantuan agar setiap anggota
kelompok berpartisipasi aktif, sehingga diskusi berjalan lancar. Pada akhir diskusi
mempersilahkan setiap kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya dalam waktu
tertentu, memberi kesempatan Tanya-jawab dengan kelompok lain, dan pada akhirnya guru membuat
penekanan teerhadap hal-hal yang penting tentang masalah yang sudah dipecahkan,
menambahi hal-hal yang luput dari perhatian kelompok-kelompok diskusi dan
membuat simpulan akhir bersama siswa.
Manfaat
dari penyelenggaraan diskusi kelompok seperti itu seperti itu antara lain
adalah :
(i)
Untuk meembuat suatu masalah lebih
menarik
(ii) Untuk
membantu peserta didik terbiasa mengemukakan pendapatnya
(iii) Untuk
lebih mengenal dan mendalami suatu masalah
(iv) Untuk
menciptakan suasana yang lebih rileks, informal
namun tetap terarah dan
(v) Untuk
menggali pendapat peserta didik yang tidak suka bicara, pemalu, atau jarang
berbicara
Hal-hal
yang patut dilaksanakan guru sebelum diskusi dimulai antara lain adalah :
(1) Ciptakan
suasana kelas yang nyaman dari ancaman dan kencaman
(2) Pahami
para siswa, keterampilan-keterampilan dan memberikan pemahaman awal tentang
perspektif bahan diskusi
(3) Jelaskan
aturan-aturan main dalam diskusi dan harapan-harapan tentang hasil dan manfaat
diskusi bagi pembelajaran siswa, serta keterkaitannya dengan materi yang lalu
(4) Sampaikan
kepada siswa hubungan antara kesuksesan diskusi dan penguasaan bahan pembelajaran
secara keseluruhan
(5) Rencanakan
dan siapkan disskusi sebaik-baiknya
(6) Akomodasikan
adanya berbagai gaya belajar yang berbeda-beda
(7) Siapkan
suatu struktur yang berupa garis besar atau daftar pertanyaan tentang masalah
yang harus dipecahkan di papan tulis,
sehigga arah diskusi tidak terlalu menyimpang, para siswa teetap berjalan pada
topik permasalahan yang akan dipecahkan
Selama diskusi
berlangsung guru berperan pula :
(1) Membuat
ikhtisar atau ringkasan butir-butir penting penyelesaian masalah yang
berkembang
(2) Variasikan
penerapan diskusi dengan metode pembelajaran guru berceramah tentang
butir-butir penting yang harus dikembangkan, butir-butir penting yang perlu
diberikan penekanan, pada akhir pembelajaran guru berceramah dengan butir-butir penting yang terlewati dan
lain-lain
(3) Hindari
terjadinya diskusi hanya sebagai interaksi guru-muid, yang penting adalah partisipasi
aktif para siswa
(4) Gunakan
pertanda verbal atau nonverbal untuk mendorong siswa berpartisipasi
(5) Ciptakan
keseimbangan antara dinamika kelompok dengan pemberian kesempatan kepada setiap
anggota kelompok untuk bebas berbicara
(6) Tunjukkan
perhatian yang mendalam pada semua pertanyaan dan komentar tanggapan
(7) Janganlah
menjawab pertanyaan anda sendiri, biarkan kelompok diskusi menjawabnya
(8) Lakukan
refleksi bersama para siswa setelah diskusi berakhir, ajak berfikir kembali,
revisilah pemikiran-pemikiran siswa yang keliru.
Keunggulannya penerapan
metode diskusi antara lain :
-
Memberikan peluang untuk saling
mengemukan pendapat
-
Menimbulkan suasana demokratis dalam
kelas
-
Guru bebas memberikan bantuan jika
diperlukan
-
Memupuk rasa percaya diri siswa
-
Kelompok dapat memecahkan masalah secara
lebih baik daripada memecahkan masalahnya sendiri-sendiri
-
Memperkuat rasa kesatuan
-
Memperluas wawasan siswa
-
Menghayati kepemimpinan bersama-sama
-
Memupuk jiwa gotong royong, jiwa sosial,
siswa yang pandai dapat menolong temannya yang lemah atau yang kurang pandai
-
Mengembangkan kebebasan intelektual
siswa yang selama itu hanya memperoleh pengetahuan akademis dari guru
-
Membantu mengembangkan sikap kepemimpinan
dan keanakbuahan (subordinasi)
-
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan pandangan, nilai-nilai, kepercayaan dan pertimbangan-pertimbangan
selama diskusi
Adapun kelemahannya
antara lain :
-
Sukar diterapkan pada kelompok yang
besar
-
Tidak menjamin terbentuknya permufakatan
atau konsensus antar kelompok
-
Informasi yang diperoleh peserta
terbatas, sesuai kemampuan kelas
-
Mudah terjerumus ke hal-hal yang luar
konteks diskusi
-
Memerlukan pemimpin atau ketua kelompok
yang terampil
-
Ada kemungkinan akan dikuasai oleh
peserta didik yang banyak bicara
-
Sulit bagi anak-anak yang tidak terbiasa
atau sukar bicara
Berikut
ini adalah sejumlah varian dari metode diskusi/diskusi kelompok, antara lain
adalah :
a. Buzz
Group
Suatu kelompok besar (dapat berupa kelas)
dibagi lagi menjadi kelompok kecil-kecil (subgroups) masing-masing terdiri dari
3-6 orang dalam waktu yang singkat untuk mendiskusikan suatu sub topik dari
suatu masalah. Kadang-kadang disebut pula diskusi berkelompok-kelompok. Sorang
juru bicara ditunjuk untuk membuat laporan hasil diskusi kepada pleno
pelengkapnya.
Pada pelaksanaanya tempat duduk diatur
sedemikian rupa agar siswwa dapat saling bertatap muka dan berbagai pendapat
dengan mudah. Biasanya diskusi dilaksanakan di tengah-tengah pembelajaran
dengan maksud menajamkan dan mendalami kerangka bahan ajar, memeperjelas bahan
pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b. Panel
dan Diskusi Panel
Suatu kelompok kecil biasanya 3-6 orang,
mendiskusikan suatu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar,
dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini dapat berlangsung di stasiun tv,
atau secara fisik berhadapan langsung dengan audience. Pada panel murni
audience tidak ikut terlibat, pada diskusi panel atau juga disebut panel forum,
audience dapat terlibat dalam diskusi, setelah dipersilahkan oleh moderator.
Istilah lain terkait panel adalah panel
berkembang, penjajakan tentang penting, menarik dan relevannya suatu topik
untuk didiskusikan dikembangkan dalam suatu panel yang terdiri dari 3-4 orang,
selanjutnya anggota-anggota kelompok yang tidak termasuk panelis duduk melingkar
dan melanjutkan diskusi yang arahnya sudah digariskan oleh panelis tersebut.
c. Seminar
atau Simposium
Beberapa orang membahas sebuat tema yang
didekati dari sejumlah aspek. Tiap pembicara membahas satu aspek dari tema
tersebut dan membacakannya atau memaparkannya di depan peserta simposium secara
bergiliran di bawah pimpinan seorang moderator. Biasanya waktunya singkat
antara 5-15 menit. Kemudian diikuti dengan sanggahan, pertanyaan atau komentar
dari pengunjung, setelah dipersilahkan oleh moderator. Hal-hal apa yang dibahas
oleh pembicara dan tanggapan para peserta seminar biasanya dirumuskan oleh
semacam panitia yang disebut panitia pengarah (steering committee).
Dua istilah lagi yang terkait dengan
seminar adalah semiloka dan lokakarya. Pada lokakarya, setelah rangkaian
pengarahan yang bersifat teknis untuk mengantarkan kegiatan para peserta,
dilanjutkan dengan pertemuan para peserta untuk menghasilkan produk hasil pertemuan
tertentu, misalnya dalam kaitan pelatihan dalam jabatan (inservice training), para guru menyusun silabus dan RPP, menyusun
karya ilmiah, menyusun modul dan lain sebagainya. Sedangkan dalam semiloka
(seminar dan lokakarya) pada sesi awal dilaksanakan seminar tentang berbagai
konsep atau teori yang melandasi suatu kebijakan tertentu, pada sesi berikutnya
(biasanya after break) pasa peserta melakukan lokakarya menyusun atau produk
yang terkait denggan tugas profesional masing-masing., para semiloka didahului
oleh penyegaran dan tambahan informasi terkini apa yang harus dikerjakan, dan bagaimana
cara mengerjakannya.
d. Kolokium
(colloquy)
Dalam kegiatan pembelajran sejumlah
siswa atau mahasiswa yang terpilih, biasanya antara 3-4 orang saja, menjelaskan
suatu kepada sejumlah narasumber (jangan lebh dari jumlah presenter), yang akan
memberikan tanggapan balik kepada mereka. Biasanya hal ini dilakukan dalam
bentuk kolokium forum, di mana setelah diskusi antara presenter dan narasumber
tersebut, siswa atau mahasiswa lain yang tidak berperan sebagai presenter
berdiskusi lebih lanjut untuk mengembangkan permasalahan yang dihadapi, dengan
para narasumber.
Jadi, di sini peserta diskusi
digolongkan dalam kelompok presenter (hanya beberapa orang yang ditunjuk) dan
peserta biasa, yang merupakan sisa seluruh peserta. Tentu saja karena waktu,
tidak semua peserta memiliki kesempatan bertanya. Dengan demikian sebelum suatu
kolokium dimulai guru/dosen harus menunjuk siswa/mahasiswa yang punya
kompetensi dan lancar berbicara berbagai sebagai kelompok presenter.
e. Kelompok
Sindikat (Syndicate group)
Suatu kelompok besar (kelas) dibagi lagi
menjadi beberapa kelompok kecil seperti pada buzz group. Bedanya, masing-masing
kelompok kecil mendiskusikan suatu tugas tertentu yang berbeda-beda antar
kelompok kecil. Guru menjelaskan tema umum tentang masalah, menggambarkan
aspek-aspek pokok masalah tersebut, setiap kelompok membahas hanya satu aspek,
guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain. Setiap kelompok
sindikat dan selanjutnya di bawa ke pleno (siding umum) untuk dibahas lebih
lanjut sehingga seluruh aspek dari tema masalah terselesaikan.
f. Debat
Kelas dibagi menjadi dua kelompok yang
hampir sama atau sama persis jumlah anggotanya. Seluruh anggota kelompok mula-mula
mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan karena kemenarikannya atau
derajat kepentingannya, misalnya bahan yang diperdebatkan tidak harus bersifat
faktual namun bersifat problematis, jika mengundang dua sifat tersebut akan
lebih menarik lagi untuk diperdebatkan, misalnya bagaimana menanggulangi dampak
pemanasan global saat ini. Kedua kelompok merupakan kelompok yang pro dan
kontra atau kelompok pemikiran alternatif, masing-masing harus mempertahankan
pendapatnya dengan argumen-argumen yang relevan dan logis.
Debat murni seperti yang ditayangkan di
stasuin televisi biasanya hanya terdiri dari dua orang saling pro dan kontra,
masing-masing dengan argumennya sendiri-sendiri, dengan seorang moderator yang
biasanya presenter dari stasiun televisi tersebut karena waktu yang tersedia
terbatas biasanya simpulan tentang bagaimana alternatif jalan keluar yang
paling relevan bagi masalah yang sedang dibahas, sepenuhnya diserahkan kepada
pemirsa untuk menilai dan mengembangkannya.
Pada praktiknya debat juga dapat berupa
forum debat, dalam hal ini setelah kedua belah pihak berdebat, dilanjutkan
dengan suatu diskusi bebas dan terbuka mengenai isu yang diperdebatkan oleh
seluruh hadirin dalam kelompok tersebut. Kedua presenter debat kemudian menjadi
narasumber dalam situasi ini, yang siap menghadapi pertanyaan dari seluruh
peserta.
g. Curah
Pendapat (brainstorming)
Kelompok menyumbang sejumlah ide baru,
tanpa harus dievaluasi layak tidaknya, benar atau tidaknya, relevan atau
tidaknya ide tersebut. Setiap anggota kelompok wajib menyuarakan gagasannya
yang dicatat oleh seorang sekretaris/penulis. Setiap kelompok dipimpin oleh
seorang moderator. Panitia perumus atau panitia pengarah yang akan memilih dan
melihat ide mana yang baik, yang relevan dan terkait dengan masalah yang akan
diselesaikan bersama.
h. Model
Mangkuk Ikan, Model Akuarium (fish bowl)
Sejumlah peserta yang dipimpin oleh
seorang moderator/ketua mengadakan diskusi untuk mengambil suatu keputusan.
Tempat duduk diatur merupakan bentuk setengah lingkaran dengan dua atau tiga
kursi kosong menghadap peserta diskusi. Ini adalah tempat duduk para pembicara
para fish. Jika waktunya lebih leluasa para fish dapat dikembangkan menjadi
sekitar 5 (lima) orang.
Kelompok pendengar duduk mengelilingi
kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada didalam
mangkuk/aquarium. Saat kelompok diskusi sedang berdiskusi, pendengar yang masuk
bergiliran maksimal sejumlah kursi kosong yang disediakan. Apabila ketua
diskusi mempersilahkannya berbicara, secara bergiliran kelompok pendengar
berbicara, jika sudah selesai bicara segera meninggalkan kursi kosong yang
tersedia. Biasanya setiap kelompok pendengar hanya punya kesempatan untuk
sekali berbicara. Dalam model ini ada yang menjadi fish (ikan) yang berbicara
di depan, ada fasilitator yang biasanya bertugas sebagai moderator, ada 2-3 orang
pengamat para fish, dan ada 2-3 orang pengamat para fish, dan ada 2-3 orang pengamat
balkon yang mengamati seluruh proses.
Sesungguhnya masih banyak lagi varian
metode diskusi ini, namun yang terkait dengan pmbelajaran sudahlah cukup. Jika
pembaca menginginkan model-model lain dari varian diskusi ini termasuk
keunggulan dan kelemahannya masing-masing dalam Surjadi (1989) dan Wiyanto
(2000).
2. Metode
Riset Pustaka
Metode
ini merupakan yang dapat dilakukan di dalam maupun di luar sekolah. Di luar
sekolah misalnya di perpustakaan umum milik pemerintah provinsi atau pemerintah
kota/kabupaten atau perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi. Metode ini
hanya cocok bagi siswa SMA/SMK dan mahasiswa perguruan tinggi yang latar
belakang kepemilikan konsep nya sudah cukup jelas, serta walau secara garis
besar, sudah menerima pembelajaran tentang metode ilmiah.
Guru/dosen
dapat memberi tugas membaca untuk lebih mendalami berbagai aspek melalui kajian
pustaka. Tentu saja ini tidak sekedar membaca satu atau dua buah buku, namun
membaca dan memahami sejumlah buku yang relevan dengan tugas. Untuk tingkat
SMA/SMK sebaiknya merupakan tugas keelompok, sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi
justru harus merupakan tugas individual.
Keunggulan metode ini antara lain :
-
Siswa/mahasiswa terbiasa membaca
berbagai acuan sehingga tidak canggung nantinya bila membuat laporan ilmiah
-
Meningkaatkan apresiasi dan kebiasaan
siswa/mahasiswa tentang pentingnya membaca
-
Siswa/ mahasiswa terbiasa membandingkan
pemikiran para ahli dari berbagai sumber acuan
-
Dengan wawasan yang lebih luas, kebiasaan
mencontek akan lebih berkurang
Kelemahan metode ini, antara lain :
-
Tidak semua bahan ajar dapat
dikembangkan dengan riset pustaka
-
Memakan waktu yang lama
-
Kadang-kadang koleksi perpustakaan yang
dituju kurang atau tidak lengkap
-
Dalam hal terpaksa mendatangi berbagai
perpustakaan, akan memakan biaya yang relatif mahal.
Metode riset pustaka pada saat ini dikembangkan dan
dipadukan dengan pembelajaran melalui internet. Dalam konteks ini peserta didik
juga diminta mengacu berbagai sumber mendukung yang dapat diunduhnya dari
internet.
3. Metode
simulasi (bermain peran/Role playing dan sosiodrama)
Simulasi
artinya peniruan terhadap sesuatu, artinya bukan sesuatu yang terjadi
sesungguhnya. Dengan demikian oyang yang bermain drama atau memerankan sesuatu
adalah orang yang sedang menirukan atau membuat simulasi tentang sesuatu. Dalam
pembelajaran suatu simulasi dilakukan dengan tujuan agar peserta didik
memperoleh keterampilan tertentu, baik yang bersifat professional maupun yang
berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dapat pula simulasi ditunjukkan untuk
memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, serta bertujuan untuk
memecahkan suatu masaalah.
Gilstrap
dan Martin (1975) dalam publikasinya berjudul Current Strategis for Teacher, menyatakan bahwa simulasi dapat
berbentuk role playing (bermain peran), psikodrama, sosiodrama dan permainan.
Jadi Gilstrap berpendapat role playing merupakan bagian dari simulasi.
Sementara itu ahli lain, Hyman menyebut simulasi sebagai suatu metode yang
termasuk bagian dari role playing, perbedaan pendapat itu kita dapat menarik
kesimpulan bahwa memang ada kedekatan antara simulasi dengan role playing.
Langkah-langkah
permainan simulasi umunya terdiri drari :
(1) Penentuan
tema dan tujuan permainan simulasi
(2) Menentukan
bentuk simulasi berupa bermain peran, psikodrama atau sosiodrama
(3) Guru
sebagai “sutradara”, memberi gambaran secara garis besar kepada situasi yang
akan disimulasikan
(4) Kemudian
guru menunjuk siapa berperan menjadi apa atau sebagai siapa
(5) Guru
memberi waktu kepada para pemeran untuk mempersiapkan
diri, untuk meminta keterangan kepada guru bila kurang jelas tentang perannya
(6) Melaksanakan
simulasi pada waktu dan tempat yang telah ditentukan
(7) Karena
ini hanya permainan, guru boleh ikut “nimbrung” memberi saran perbaikan dan
nasihat yang berharga bagi siswa selama permainan berlangsung
(8) Penilaian
baik dari guru atau kawan sekelas serta pemberian umpan balik
(9) Latihan
ulang demi kesempurnaan simulasi.
Beberapa tema yang
dapat dijadikan permainan simulasi antara lain :
-
Melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K)
-
Memberikan perawatan kepada bayi yang
baru lahir
-
Melakukan pertolongan bagi korban gempa
bumi, atau korban bencana banjir
-
Menirukan metamorposa dari kupu-kupu,
ulat, dan kepompong menjadi kupu-kupu lagi
-
Pada anak SD kelas 1 pada saat pembelajaran tematik dengan tema keluargaku
dapat dilakukan simulasi siapa berperan sebagai kakek, nenek, ibu, ayah, kakak
dan adik atau saudara yang lain.
Sementara
itu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985) menyatakan ada sedikit
perbedaan antara metode sosiodrama dan metode bermain peran. Dalam kaitan ini
metode sosiodrama dimaknai sebagai cara mengajar yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan sosial). Beda antara metode
sosiodrama dengan metode bermain peran dapat diamati pada table 3.3.
Tabel
3.3 Beda antara Metode Sosiodrama dan Metode Bermain Peran
No
|
Metode Sosiodrama
|
Metode Bermain Peran
|
1.
|
1.
Persiapan
a.
Tema biasanya lebih luas dan dapat dilengkapi
dengan garis-garis besar lakon yang akan dibawakan
b.
Dapat dipersiapkan naskah/scenario
c.
Siswa pemeran dipersiapkan dengan baik sebelum jam
pelajaran/pelaksanaaan sosiodrama
d.
Dapat dipersiapkan perlengkapan, misalnya pakaian,
ruangan, dan peralatan lainnya.
|
1.
Persiapan
a.
Tema biasanya hanya berupa topik atau konsep
b.
Tidak diperlukan naskah/skenario
c.
Pemeran memainkan peran secara spontan, para pemeran
ditentukan pada jam pelajaran yang bersangkutan
|
2.
Pelaksanaan
a.
Pelaksanaan penampilan pemeran telah dipersiapkan
(dilatih) dengan menggunakan perlengkapan tertentu
b.
Lebih berciri pencarian perolehan
(konsep/nilai/keterampilan tertentu), oleh karena itu biasanya dilaksanakan pada
seluruh jam pelajaran
c.
Dalam waktu relatif yang lebih panjang
|
2. Pelaksanaan
a.
Bermain peran secara spontan setelah ditunjuk
sebagai anggota pemeran tanpa persiapan dan perlengkapan khusus
b.
Lebih berciri ungkapan perolehan
(konsep/nilai/keterampilan tertentu), oleh karena itu biasanya dilaksanakan
pada akhir jam pelajaran
c.
Dalam waktu relatif lebih singkat/pendek.
|
Kebaikan/keunggulan
metode ini meliputi :
-
Menyenangkan, sehingga mendorong
partisipasi aktif siswa
-
Memungkinkan eksperimen berlangsung
tanpa memerlukan keadaan sebenarnya
-
Mampu memvisualkan hal-hal yang bersifat
abstrak
-
Kurang memerlukan keterampilan
komunikasi yang rumit
-
Interaksi antar siswa menjadi lebih
intensif dan dapat mempersatukan siswa dalam satu kelas
-
Membangkitkan respons positif bagi siswa
yang lemah, kurang cakap, dan kurang motivasi
-
Melatih kecakaapan berpikir ktitis dan higher order thinking, karena siswa
“dipaksa” menganalisis, menyintesis dan melakukan evaluasi.
Kelemahan metode
ini meliputi :
-
Mempersyaratkan adanya guru yang mampu
menjadi sutradara sekaligus penulis skenario
-
Memerlukan waktu yang panjang
-
Menuntut imajinasi baik dari guru maupun
siswa
-
Sampai saat ini validitas simulasi
sebagai metode pembelajaran masih banyak dipertanyakan.
4. Metode
Belajar dengan Bantuan Komputer (CAI, Computer Assisted Learning)
Metode ini menggunakan media berupa notebook
(laptop) atau seperangkat computer lengkap dengan CPU, keyboard, monitor dan
printer atau flashdisk bila tidak ingin melaksanakan percetakan (print out) di
tepat. Biasanya tidak merupakan metode yang berdiri sendiri, tetapi berkaitan
dengan pelaksanaan metode pemberian tugas atau metode karya kelompok. Dapat
dikerjakan di ruang media di sekolah atau sebagai tugas di luar jam sekolah.
Saat ini sampai tingkat ibukota kabupaten hal ini sudah tidak menjadi hal yng
baru dan sulit, apalagi di wilayah-wilayah Jawa dan Bali. Biasanya guru
menugasi siswa untuk melengkapi suatu konsep yang telah diterimanya di sekolah
atau dalam konteks pemecahan masalah yang harus dicari sendiri penyelesaiannya
oleh siswa dari berbagai sumber, terutama di internet.
Keuntungan penerapan
metode ini meliputi :
-
Praktis dan menyenangkan bagi siswa, karena
terbiasa menggunakan alat pembelajaran berteknologi tinggi yang cepat diakses
dibandingkan dengan pencarian data di perpustakaan
-
Lebih menghemat waktu
-
Memungkinkan tersedia banyak sumber
layanan, apalagi jika para siswa sudah menguasai bahasa inggris
Kelemahannya :
-
Guru harus siap benar, dan juga mencoba
mencari jawaban atas tugas di internet, jika tidak, ada kemungkinan hasil
pencarian siswa “terlau tinggi” bagi guru sulit menerangkan atau sukar menjawab
berbagai pertanyaan dari siswa
-
Siswa harus diberi arahan benar-benar
bahwa tujuan belajar, dan bukan mencari situs-situs yang kurang pantas dilihat
-
Untuk wilayah-wilayah terpencil yang
jauh dari pusat kota sulit diterapkan
-
Jika siswa terpaksa harus menetak hasil
unduhan, dapat terjadi biayanya menjadi mahal.
5. Metode
Karya kelompok
Tujuan metode karya kelompok ini adalah
untuk menyelesaikan suatu tugas atau projek, melalui kerja sama antara
kelompok-kelompok. Jika tugas itu terlalu memakan waktu yang banyak, dapat
dilakukan di dalam sekolah. Namun, biasanya tugas itu adalah tugas yang cukup
kompleks dan memerlukan berbagai sumber yang justru tersedia di luar sekoah.
Oleh sebab itu penyelesaiannya juga memerlukan perbincangan kelompok di luar
sekolah.
Dalam metode ini kelas sebagai kelompok
besar dibagi-bagi menjadi sejumlah kelompok yang kecil atau
subkelompok-kelompok. Kemudian setiap subkelompok mendapat tugas dari guru.
Dalam hal ini jika guru melihat masalah itu amat penting untuk dibahas dan
memerlukan berbagai sudut pandang kelompok tentang alternatif pemecahan
masalahnya, dapat saja guru memberi tugas yang sama bagi seluruh kelompok kecil
ini. Kemudian nanti diplenokan, dan biasanya walau mendiskusikan masalah yang
sama karena “kepala” yang berbeda hasil setiap kelompok kecil juga berbeda-beda
pula. Tinggal tugas pleno kelas yang akan berdiskusi menyamakan pandangan.
Dalam hal ini guru dapat juga menugasi
setiap dua kelompok tugas yang sama dari subtema masalah, sementara pasangan
kelompok lain akan mendiskusikan subtema yang lain dari tema besar yang yang
sama. Biasanya jika subkelompoknya lebih dari dua pasang justru tidak begitu
efektif.
Atau mungkin karena melihat banyaknya
aspek yang menarik dari tema masalah yang akan dibahas, guru justru menugasi
setiap subkelompok untuk mendiskusikan tugas-tugas yang berbeda, kemudian
diplenokan. Hal yang harus diingat guru, dalam membagi kelompok harus dijaga
heterogenitas dalam kelompok, agar jangan sampai terjadi siswa yang berkompeten
justru mengumpul dalam satu kelompok, sementara kelompok lain justru didominasi
oleh anak-anak yang lamban. Dengan memperhatikan heterogenitas itu, diharapkan
sumbangan pemikirian setiap kelompok dapat lebih berimbang.
Materi yang saat ini cukup kontekstual dan dapat
digunakan dalam penerapan metode karya kelompok antara lain adalah penyebabnya,
antara lain adalah meningkatnya efek rumah kaca (greenhouse effect), dampak pemanasan global terhadap pertanian,
semakin seringnya fenomena La Nina dan El Nino dan sebagainya.
Tugas guru dalam hal
ini antara lain adalah :
(1)
Memilih materi pembelajaran yang cukup
tingkat kesulitan dan kompleksitasnya sehingga dapat juga dipilih penerapan
materi ajar di dalam kehidupan sehari-hari, karena kontekstualisnya cukup
menarik dan menantang siswa untuk mengerjakannya
(2)
Merancang dan enetukan subtema dari tema
masalah yang akan diperbincangkan. Jika dirancang untuk tugas yang harus
selesai dikerjakan disekolah hendaknya jangan memilih masalah yang sukar dan
tidak mungkin diselesaikan di sekolah.
(3)
Membagi kelas dalam kelompok-kelompok
kecil sesuai jumlah subtema yang telah dirancang
(4)
Menjelaskan kepada setiap subkelompok
tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Termasuk dalam hal ini apa-apa
yang bisa dikerjakan di luar sekolah
(5)
Pada saat dilaksanakan di kelas, guru
jangan lupa mengamati dinamika dan bimbingan seperlunya, dengan cara
berkeliling kelas
(6)
Selalu memantau kemajuan kelompok baik
sebagai hasil pekerjaan di sekolah maupun di luar sekolah
(7)
Pada hari yang telah ditetapkan meminta
seluruh subkelompok berkumpul untuk memberi laporan dan mempertanggungjawabkan
hasil kerja kelompok
(8)
Setiap subkelompok diberi kesempatan
untuk melakukan presentasi dan kemudian ditanggapi oleh subkelompok yang lain
(9)
Bersama seluruh siswa guru membuat
kesimpulan bersama dan penilaian bersama tentang hasil kerja kelompok
(10) Dalam
penilaian akhir walau ada dinamika kelompok, hasil kerja kelompok lebih
dipentingkan atau lebih besar bobot nilainya.
Melihat
peranan guru di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam metode karya kelompok
ini guru berperan sebagai :
a. Organisator,
yang mengorganisasikan peserta, struktur tempat duduk, serta bahan-bahan yang
diperlukan oleh seluruh sub kelompok
b. Observer,
mengamati dinamika kelompok, laju diskusi kelompok, partisipasi anggota
kelompok, berhak memberikan saran-saran atau nasihat yang berguna bagi
subkelompok
c. Advisor,
memberikan saran-saran tentang bagaimana menyelesaikan tugas-tugas kelompok
d. Penilai,
menilai proses kelompok bersama-sama kelompok, dan memberikan nilai akhir
Kelebihan implementasi
metode ini meliputi :
-
Baik sebagai individu maupun sebagai
anggota kelompok, siswa akan terdorong untuk mempraktikkan pembelajaran aktif
-
Siswa akan merasa lebih tertantang untuk
menyelesaikan tugasnya
-
Memberikan siswa menggunakan berbagai
sumber yang tersedia di luar sekolah
-
Hubungan sosial antarasiswa akan lebih
terjalin
-
Dapat membantu siswa untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang kompleks.
Kelemahan metode ini :
-
Jarang ada guru yang mampu merancang dan
memikirkan tugas-tugas atau projek kelompok semacam ini
-
Memakan waktu yang lama
-
Jika projek terlalu sukar ada
kemungkinan tidak dapat selesai pada waktunya
-
Di luar sekolah, guru sulit mengamati
dinamika kelompok
6. Metode
pemberian Tugas
Tugas yang diberikan oleh guru dapat
bersifat tugas individual maupun kelompok, dapat dilaksanakan di salam kelas,
di luar kelas maupun di luar sekolah bergantung jenis dan waktu yang diperlukan
untuk penyelesaian tugas. Di dalam kelas, misalnya para siswa diminta untuk
membaca dan memahami isi suatu wacana, merangkum isi sejumlah paragraf bacaan
dan sebagainya. Di luar kelas, misalnya para siswa diminta mengamati berbagai jenis
bentuk daun dari tanaman dihalaman atau kebun sekolah, atau dalam waktu tertentu
diminta mencari data atau konsep tertentu di internet di ruang media, dalam
pembelajaran bahasa Indonesia para siswa diminta mewawancarai sejumlah guru,
para karyawan atau para pengelola kantin sekolah dan sebagainya. Dalam
pembelajaran kimia jika parfum dengan hanya tinggal mencampurkan bahan-bahan
yang tersedia. Sedangkan bila waktu tersedia cukup, siswa dapat ditugasi untuk
membuat sabun dengan bahan-bahan yang murah dan banyak tersedia seperti soda
api dan minyak kelapa atau minyak filma.
Sedangkan variasi tugas bagaimana
caranya membuat sehelai daun segar menjadi hanya tulang-tulang daunnya saja,
mengklasifikasikan, dan mengamati bedanya dedaunan dari tanaman berkeping satu
dan tanaman berkeping dua, kemudian mewarnai dan memakainya sebagai pembatas
buku atau ditata apik dipajang pada bingkai dan ditempel di dinding kelas
dengan penjelasan singkat tentang daun tersebut. Atau di bawah tulang daun
hiasan tersebut ditulis kata-kata mutiara yang dapat member motivasi kepada
seluruh kelas untuk belajar dan lain sebagainya.
Pada pembelajaran IPS aspek geografi,
misalnya mengumpulkan berbagai cerita rakyat dari mengunduh di internet. Untuk
anak-anak SMP/SMA mengumpulkan biografi singkat para sastrawan dan karya-karya
monumentalnya dan sebagainya. Berlakulah disini rumusan guru adalah dalang,
dalang tidak pernah kehabisan cerita.
Dalam memberikan tugas ada sejumlah hal
yang perlu dipahami dan dilaksanakan guru :
(1)
Tugas hendaknya sesuai dengan tujuan
pembelajaran, jelas sekali kompetensi dasar apa yang akan diraih siswa dengan
pelaksanaan tugas tersebut, dirancang bersama siswa tentang waktu penyelesaian
tugas, setiap siswa diupayakan mengerti tugas apa yang harus dilaksanakan.
(2)
Disediakan waktu yang cukup untuk
penyelesaian tugas
(3)
Pemberian tugas yang bersifat praktis
itu bagaimana harus berlandaskan teori ilmiah
Keungguan implementasi
metode pemberian tugas antara lain :
-
Guru punya banyak kesempatan untuk
mengembangkan ide dan kreaktivitasnya dalam pembelajaran tanpa harus dikungkung
oleh jumlah jam yang terbatas karena dapat memilih jenis pemberian tugas mulai
dari yang ringan, yang cukup pelik, sampai yang kompleks
-
Dengan penerapan metode ini walau jenis
tugasnya sama, murid lebih banyak memiliki kebebasan untuk berprakarsa tentang
berbagai macam hal dalam memenuhi tugas tersebut, baik secara individual maupun
dalam pemikiran kelompok
-
Pembelajaran akan lebih terasa kontekstual
-
Dengan meelaksanakan tugas, siswa dapat
memperdalam pengetahuan, konsep, dan pemikiran para ahli dibandingkan dengan
apa-apa yang sudah diterimanya dari guru
Adapun sejumlah
kelemahan metode ini antara lain adalah :
-
Bila tidak dirancang dengan baik atau
tugas terlalu sulit dan tidak relevan, dapat terjadi tugas dapat terpenuhi
-
Bila tugas untuk kelompok dilaksanakan
di luar sekolah, tidak dapat dipantau siapa-siapa murid yang aktif dan hanya
pasif saja serta bergantung kepada teman-teman
-
Dinamika diskusi kelompok pelaksanaan
tugas di luar sekolah tidak dapat diamati oleh guru
-
Terkadang terjadi seorang siswa atau
kelompok siswa hanya menirukan tugas sejenis dari orang lain, sebagai contoh
dari kakak kelas, saudara, teman dari sekolah lain, dan lain-lain.
7. Metode
Eksperimen
Metode ini amat terkait dengan
pendekatan inkuiri dan penemuan. Pada intinya para siswa atau mahasiswa
melakukan berbagai kegiatan yang biasanya dilakukan oleh para ahli sains dalam
mencari kebenaran yang pada gilirannya dapat menemukan hukum-hukum baru dan
teori-teori baru. Namun tentu saja kita tidak dapat mengharapkan hadirnya
hukum-hukum baru atau teori baru dari kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh
para siswa. Hal yang penting adalah bagaimana para pemelajar tersebut menirukan
langkah-langkah ahli sains yang seing kali disebut sebagai metode ilmiah itu.
Hal yang perlu ditekankan disini adalah bahwa para siswa atau mahasiswa
tersebut dapat melakukan sendiri, merancang sendiri, menyiapkan berbagai bahan
dan alat, mengamati sendiri, menganalisis, mengevaluasi kemudian membuat
kesimpulan sendiri sebagai pengalaman langsung (hands-on experience, firsthand experience) demi memuaskan rasa
ingin tahu dan kebutuhan adanya masalah yang dirasakannya sendiri (the felt need) untuk dipecahkan.
Langkah-langkah yang sering ditempuh
oleh para ahli sains dalam mencari dan mengejar kebenaran tersebut adalah
seperti apa yang disebut John Dewey (pemikir, ahli pendidikan dan ahli sains)
sebagai pemikiran reflektif (reflective
thinking), yang dimulai merasakannya adanya masalah, merumuskan masalah,
membuat hipotesis (dugaan sementara tentang cara memecahkan masalah),
menyiapkan berbagai hal, bahan dan alat, serta tempat untuk membuktikan
kebenaran hipotesis tersebut, melakukan eksperimen untuk membuktikan kebenaran
hipotesis, dan membuat kesimpulan. Rincian tentang penerapan metode ilmiah ini
dikembangkan dalam mata kuliah metodologi penelitian.
Namun jangan beranggapan bahwa metode
ini terlalu eksak dan hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berlatar belakang
sains/ipa saja, dalam dunia pendidikan dan bidang studi IPS pun hal ini dapat
dilaksanakan. Misalnya seorang mahasiswa kependidikan yang sedang menyelesaikan
tugas akhir melakukan eksperimen untuk mengetahui efektivitas suatu metode
pembelajaran tertentu, dalam pembelajaran bahasa seoranng guru bereksperimen
untuk membandingkan pengaruh bahasa ibu terhadap kemampuan menguasai bahasa
Indonesia, membuat korelasi antara penguasaan bahasa Indonesia dengan kemampuan
penguasaan bahasa inggris dan segalanya.
C. Metode
Pembelajaran langsung (Direct Instruction. DI)
Metode
ini sebenarnya tergolong metode pembelajaran berbasis guru, tetapi karena sifat
uniknya sengaja dibicarakan tersendiri. Para ahli dengan pendekatannya
masing-masing memberikan predikat yang berbeda-beda terhadap metode ini. Ada
yang menyebutnya sebagai strategi pembelajaran, ada yang menyebutnya sebagai
metode pembelajaran adapula yang menyebutnya sebagai model pembelajaran.
Direct instruction (DI)
disebut juga Directive Instruction atau Explicit Instruction, jika melihat
kentalnya latar psikologis dan petagogis dapat disebut pendekatan
pembelajaran langsung, namun bila
melihat adanya sintaks yang harus dilakukan guru memang terlihat kemenonjolannya
sebagai metode pembelajaran. Sintaks adalah urutan langkah-langkah
pembelajaran, secara umum sintaks didefinisikan sebagai suatu sistem yang
teratur atau berurutan. Dalam pada itu, bila melihat bahwa pada implikasinya
ternyata dapat efektif bila sebelum pembelajaran siswa dikelompokkan dulu dalam
kelas-kelas yang hampir homogen laju pembelajarannya, metode ini juga berlandas
strategi pembelajaran tertentu.
Pembelajaran
langsung atau pengajaran langsung (buku ini tetap konsisten dengan prinsip yang
berkembang akhir-akhir ini bahwa istilah pembelajaran dan pengajaran bermakna
sama) didefinisikan sebagai model pembelajaran yang berorientasi pada tujuan
dan strukturkan oleh guru, dan dengan landasan itu guru mentransformasikan
pengetahuan atau keterampilan secara langsung kepada siswa. Tujuan utama
pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar
siswa. Mottonya adalah : do more in less time, lakukan banyak pembelajaran
dalam waktu yang terbatas, dengan kata lain malalui pembelajaran langsung
terjadi percepatan pembelajaran (accelerated learning). Agar terjadi percepatan
belajar maka harus dilakukan control yang cermat dan hati-hati terhadap ambilan
kurikulum dan penyampaian pembelajaran (pengajaran).
Walau
belum menyatakannya sebagai Direct Instruction (DI), konsep dasarnya telah
diawali oleh Jeanne S.Chall seorang ahli psikologi dan ilmu kebahasaan
(terutama tentang reading) di Universitas Harvard, tepatnya bertugas di
Graduato School of Education, dalam risetnya telah mengamati bertahun-tahun
parktik pembelajaran bahasa inggris terutama dalam pembelajaran membaca,
membuat kesimpuan antara lain : (i) pembelajaran pada hakikatnya dibagi dalam
dua pendekatan, yakni pembelajaran berbasis siswa dan pemebelajaran guru, (ii) abad
ke-20 telah didominasi oleh pembelajaran berbasis siwa (dalam hal ini discovery
learning), dan (iii) temuan riset justru menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
guru (pembelajaran eksplisit) ternyata lebih efektif dalam mendukung
pembelajaran bahasa. Hal ini dinyatakan dalam publikasinya yang berjudul The Academic
Challenge: What Really Works in the Classroom. Jeanne Chall meninggal pada
tahun 1999, pada usia 78 tahun, tetapi publikasi ini diterbitkan pada tahun
2000.
Ide
ini kemudian diteruskan dan dimanifestasikan oleh Siegfried Englemann (1964)
dari Universitas lllinois, yang menamakan metode pembelajaran berbasis guru
yang dikembangkannya sebagai metode pembelajaran langsung (DI, direct
instruction). Sebenarnya disamping mengembangkan DI ini Siefried Englemann
bersama Wesley C. Becker juga mengembangkan model DI yang lebih khusus diberi
nama DISTAR (Direct Instruction System for Teaching Arithmetic and Reading). Pada
tahun yang sama (1994) Project Follow Though mengadopsi DISTAR ini untuk
dikembangkan di seluruh Amerika Serikat karena berbagai hasil riset dari para
ahli nya menemukan bahwa model DI ini merupakan model pembelajaran yang paling
efektif. Dari sini timbul gagasan untuk mengembangkan rencana pembelajaran baku
bagi aritmatika dan pembelajaran membaca. Pengertian Direct Instruction yang
diwacanakan ini hendaknya jangan dikacaukan dengan praktik pembelajaran
langsung tradisional (tradisional direct instruction) dimana guru memiliki
kewenangan penih dalam pembelajaran gaya deposito atau gaya bank dan cenderung
bersifat otoriter.
Pada
1980-an Profesor Robert Slavin di Universitas John Hopkins mengembangkan DI ini
di sekolah-sekolah di pusat kota Baltimore dengan nama sukses untuk semua
(success for all). Pada pelaksanaanya yang lebih berfokus pada pembelajaran membaca,
selama 90 menit setiap hari dalam pembelajaaran membaca, siswa dihadapkan
kepadaa suatu rencana pelajaran yang khusus dan sejumlah lembar kerja siswa
(worksheet).
Metode
pembelajaran ini pada hakikatnya berlandaskan strategi pembelajaran berbasis
guru, namut amat mengakomodasikan terciptanya pembelajaran siswa aktif. Pada
implementasinya metode ini tetap berpusat kepada guru tetapi meminta keaktifan
siswa. Siswa berlangsung jawab pada pembelajaran, di bawah pengawasan dan
tanggung jawab guru (teacher directed).
Sebenarnya
di samping Jeanne Sternlict Chall, telah lama sejumlah ahli mengamati
efektivitas pendekatan pembelajaran penemuan (discovery) yang berasumsi bahwa
dengan menemukan sendiri konsep-konsep ilmiah maka pembelajaran dilakukan hanya
berdasarkan strategi pembelajaran berbasis siswa. Namun hasli penyelidikan
selama berpuluh tahun berkata lain, ternyata tidak ada bukti yang sah bahwa
pembelajaran penemuan mampu merangsang siswa untuk menemukan konsep-konsep
ilmiahnya sendiri karena aktif melakukannya sendiri, seperti yang dilaporkan
oleh Touvinen dan Sweller (1999), bahkan kirschner, Sweller dan Clarck (2006)
lebih tegas menyatakan bahwa selama 50 tahun tidak ada data empiric yang
mendukung bahwa pembelajaran tanpa dibimbing guru (unguided methods of
instruction) akan menyebabkan siswa belajar lebih baik.
Dalam
kaitan ini Barak rosenshine (2008) menyatakan sebenarnya ada lima makna Direct
Instruction yang berkembang dalam dunia pembelajaran di Amerika Serikat. Makna
yang pertama adalah makna yang negative dan yang berkembang paling awal. Di
sini Direct Instruction atau pengajaraan langsung/pembelajaran dimaknai sebagai
tatap muka antara guru dengan siswa yang ditandai oleh peran guru yang
otoriter, hanya guru yang aktif, sementara siswa duduk diam secara pasif. Siswa
bak gelas kosong terbuka yang siap menerima kuncuran air pengetahuan dari guru.
Ini yang kita sebut dengan pengajaran gaya bank atau depodito.
Di
dalam konteks makna yang kedua bahkan telah digunakan selama ratusan tahun.
Disini dimaknai semua bentuk pengajaran yang dibimbing oleh guru tanpa
memandang apakah pengajaran yang dibimbing oleg guru tanpa memandang apakah
pengajaran itu berkualitas atau tidak. Dalam hubungan ini, menurut ini, menurut
Rosenshine, pada tahun 1893 Joseph Meyer Rice dalam bukunya berjudul The Public
School System of the united states menyatakan “in many of the grades the children received direct instruction for no
more than two or two and a half of the five hours spent in school, the pupils
being engaged in the busy-work more than half the time”. Jadi bentuk DI
pada waktu melibatkan keaktifan siswa dari separuh waktu pembelajaran. Disini
juga terlihat bahwa instruksi akademik dalam DI dilaksanakan dengan dibimbing
oleh guru. Dalam hubungan ini DI disinonimkan dengan direct teaching
(pengajaran langsung) atau pengajaran eksplisit (explicit instruction).
Sayangnya dalam kaitan ini tidak dijelaskan bagaimana langkah-langkah
pembelajarannya maka Jeanne Chall menyampaikan efektivitas langkah-langkah
pembelajaran seperti itu tanpa memberikan nama.
Makna
DI yang ketiga terkait dengan hasil penelitian pola dampak efektivitas guru.
Riset ini bertujuan mengidentifikasikan prosedur-prosedur pengajaran yang
digunakan oleh umumnya guru yang efektif, yakni pra guru yang murid-muridnya
mendapatkan nilai yang baik. Riset ini dilaksanakan terhadap 20-30 orang guru
yang mengajar pada tingkat kelas yang sama. Seluruh kelas yang diajar oleh para
guru tersebut semula diberi pretes dalam membaca dan matematika atau mata
pelajaran yang menarik lainnya. Selanjutnya pengamat mengunjungi kelas yang
diajar para guru tersebut, melihat dan mencatat frekuensi penerapan berbagai
perilaku pengajaran. Dalam hal ini yang diamati terutama terkait dengan jumlah
pertanyaan, jenis pertanyaan yang diajukan guru, freakuensi umpan balik yang diberikan
guru, waktu yang digunakan untuk presentasi maupun daam praktik pembimbing, dan
bagaimana guru menyiapkan siswa dalam praktik mandiri.
Pada
akhir observasi, seluruh siswa kemudian baik skor pretes maupun postes
dianalisis secara statistic untuk menentukan guru-guru mana pada kelas yang
diamati menyebabkan siswanya memperoleh nilai yang kurang. Jadi diperoleh dua
kelompok guru, yakni guru kelompok guru yang siswa-siswanya bernilai baik dan kelompok guru yang para siswanya mendapat
nilai kurang. Sekarang dapat dilakukan perbandingan antara perilaku
intruksional guru yang siswa dalam kelasnya memperoleh prestasi yang baik
dibandingkan dengan perilaku instruksional guru yang para siswanya kinerjanya
kurang. Pada langkah akhir para guru tersebut dibandingkan cattan perilaku
mereka seperti frekuensi mengajukan pertanyaan, jenis pertanyaan, serta jenis
umpan balik yang disampaikan kepada para siswanya.
Dalam
hubungan ini MCDonald dan Elias (1976) serta Rosenshine dan Stevans (1986)
meyakini bahwa hasil studi itu cocok dengan pola-pola spesifik yang mereka
sebut dengan Direct Instruction. Menurut Rosenshine dan Stevans pola spesifik
tersebut meliputi langkah-langkah :
·
Pelajaran dimulai dengan review singkat
terhadap pembelajaran terdahulu serta penyataan tentang tujuan pembelajaran
·
Menyajikan bahan ajar baru dalam
langkah-langkah sederhana, dan memberikan kesempatan para siswa melakukan
praktik pada akhir setiap langkah pembelajaran
·
Memeberikan pengajaran secara jelas dan
terprinci maupun penjelasan
·
Mengajukan sejumlah besar pertanyaan,
mengecek pemahaman siswa serta memperoleh respons dari seluruh siswa
·
Memandu siswa selama praktik pendahuluan
·
Memberikan umpan balik yang sistematis
dan koreksi-koreksi
·
Melaksanakan pengajaran eksplisit dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk praktik latihan dengan tetap duduk di
kursinya (bukan praktik yang memerlukan siswa harus berdiri atau bergerak
berjalan ke sana-kemari) dan memantau siswa selama kegiatan latihan.
Mengamati
kegiatan ini Tobias (1982) menurut Rosenshine (2008) menyarankan penggunaan
istilah pengajaran dengan dukungan (supported instruction) karena beda utama
antara guru yang efektif dengan guru yang kurang efektif terletak pada jumlah
dukungan instruksional yang diberikan oleh guru.
Makna
yang keempat terkait strategi kognitif yang dilaksanakan oleh guru. Dimulai
sekitar 1968 para periset menggunakan pengajaran langsung sebagai istilaah bagi
prosedur pemebelajaran yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kognitif
tingkaat tinggi. Sejak saat itu DI telah digunakan dalam banyak kajian dalam
strategi mengajar pemahaman bacaan, yang engacu pada kegiatan memprediksi,
menjelaskan, mengajukan pertanyaan, dan membuat ringkasan terkait pemahaman
yang spesifik terhadap bacaan. Strategi pokok dalam implementasi DI jenis ini
adalah melibatkan siswa dalam kegiatan memberikan bantuan sementara (temporary
supports) kepada siswa (to scaffold) atau mengimplementasikan scaffolding.
Dalam
hubungan makna ini langkah-langkah direct instruction dengan scaffold-nya
adalah :
·
Membuat model strategi yang akan
diterapkan oleh guru
·
Guru berpikir secara cermat begitu
pilihan strategi ditetapkan
·
Menyediakan kartu kunci spesifik untuk
membantu para siswa melaksanakan strategi yang telah dipilih guru. Disinilah
scaffold tersebut diimplementasikan
·
Membagi-bagi tugas pengajaran menjadi
bagian kecil-kecil, mengajarkan setiap komponen secara terpisah dan secara
bertahap menggabung-gabungkannya dalam suatu proses menyeluruh
·
Mengantisipasi kekeliuran siswa
·
Mendorong para siswa berfikir sungguh-sungguh
selama penerapan strategi
·
Memfasilitasi pengajaran berbalasan oleh
guru dan siswa
·
Menyediakan daftar cek
·
Menyediakan model karya yang lengkap
·
Scaffold ditiadakan begitu para siswa
telah mempelajari dan memahami strategi yang dimaksud dan menjadi mandiri.
Perlu
diketahui bahwa pengajaran berbalasan bukan berarti siswa berganti menjadi
guru, model pembelajaran yang pertama kali diungkap oleh A.S Pallinscar (1984)
dalam pembelajaran bahasa ini menekankan adanya dialog antara guru dengan murid
terkait segmen dari suatu teks bacaan. Dalam hal ini guru dengan murid
bergantian memimpin dialog. Pembelajaran ini distrukturkan dalam empat
strategi, yaitu : membuat ringkasan, mengajukan pertanyaan, melakukan
klarifikasi, dan melakukan prediksi. Dalam hubungan ini, terkait implementasi
scaffold, pengajaran ini juga disebut pengajaran ber-scaffold (scaffolded
instruction). Penekanannya kepada penggunaan scaffold untuk membantu para siswa
mengembangkan struktur pengetahuannya yang baru.
Makna
DI yang terakhir dikembangkan di program DISTAR singkatan dari direct instruction system in arithmetic and
reading. Sekitar tahun 1977 para pengembang DISTAR mulai menggunakan
istilah direct instruction untuk mengidentifikasikan program yang
dikembangkannya. Prosedur pengajaran DISTAR bertumpang tindih dengan prosedur
yang dikembangkan dalam riset tentang efektivitas guru. Namun prosedur yang
dikembangkan disini dilaksanakan secara independen dan tidak dipengaruhi oleh
prosedur yang dikembangkan di dalam kedua riset tersebut. Prosedur ini
dikembangkan di dalam kedua riset tersebut. Prosedur ini dikembangkan oleh
Siegfried Engeimann dan rekan kerjanya pada tahun 1960-an.
Selanjutnya
tiga periset DISTAR yaitu Gersten, Carnine dan Woodwark (1987) menurut
Rosenshine (2008) menuliskan pemaknaan DISTAR terhadap DI dalam enam langkah
kriitis sebagai berikut :
·
Implementasi strategi eksplisit
selangkah demi selangkah
·
Siswa mengembangkan penguasaan bahan
ajar pada setiap langkah selama proses pengajaran
·
Guru member koreksi terhadap prosedur
spesifik yang digunakan jika siswa melakukan kekeliuran
·
Secara bertahap pengajaran oleh guru
ditiadakan jika para siswa telah bergerak menuju kerja yang mandiri
·
Dipilih praktik yang sistematik dan
sesuai sepanjang pelaksanaan tugas-tugas
·
Review kumulatif terhadap konsep terbaru
yang telah dipelajari
Dalam
hubungan ini, akhir-akhir ini karena semangat untuk menerapkan asas-asas KBK
teerjadi kecenderungan dari para praktisi pendidikan di Indonesia untuk
meremehkan strategi pembelajaran berbasis guru, dan amat mengagungkan strategi
pembelajaran berbasis siswa. Sebetulnya bukanlah itu yang penting, hal yang
amat diperlukan dalam pembelajaran adalah bahwa strategi apapun yang dipilih,
yang penting harus terjadi pembelajaran siswa aktif (active learning). Nah,
implementasi dan meluruskan anggapan yang keliru tersebut.
Sementara
itu, terdapat 3 komponen dasar yang menjadi pilar pengajaran langsung, tiga
pilar itu adalah:
·
Rencana program
·
Organisasi pengajaran, dan
·
Interaksi guru/siswa
Rencana program
berkaitan dengan antara lain ;
(a) Analisis
yang cermat terhadap isi kurikulum
(b) Komunikasi
yang jelas dan tegas
(c) Format
penggajaran yang jelas, antara lain perlu perencanaan terperinci tentang
apa-apa yang akan dilaksanakan atau diterangkan oleh guru dan respons macam apa
yang diharapkan muncul dari para siswa (dahulu inilah yang disebut tujuan
intruksional khusus yang harus ditulis oleh guru, sekarang berupa kompetensi
dasar apa yang perlu dikuasai atau ditampilkan siswa selama pembelajaraan)
(d) Urutan
ketrampilan yang harus diajarkan oleh guru (misalnya mulai dari keterampilan
yang mudah dan sederhana dulu, baru diberikan keterampilan yang sukar,
diajarkan pengetahuan prasyarat sebelum mengajarkan pengtahuan yang strategis,
diajarkan dulu hukum atau kaidah umum sebelum perkecualian atau anomali)
(e) Organisasi
langkah-lanngkah pembelajaran
Organisasi pengajaran
berpusat kepada hal-hal seperti :
(a) Pengelompokkan
siswa dalam pembelajaran (gunakan pengelompokkan yang fleksibel)
(b) Waktu
pembelajaran (meningkat waktu belajar akademik, dalam hal ini bukan berarti
jumlah jam pelajarannya yang ditambah tetapi jumlah pemanfaatan jam pelajaran
oleh siswa yang bertambah)
(c) Penilaian
yang kontinyu
Interaksi murid-murid
difokuskan kepada:
(a) Pastisipasi
siswa secara aaktif, maknanya member kesempatan yang luas kepada siswa untuk
menanggapi pengajaran oleh guru dan memberikan masukan umpan balik
(b) Memberikan
tanggapan yang serentak, bersama-sama (misalnya siswa melakukan koor, tahu…,
mengerti…!)
(c) Pemberian
sinyal (misal guru memberi tanda tertentu seperti bertanya dengan nada yang
semakin tinggi …mengerti…? Secara serentak siswa menjawab dengan dengan
melakukan koor…mengertiiiii!)
(d) Laju
pembelajaran (pacing) meningkatkan keaktifan siswa dan menyesuaikannya dengan
langkah pembelajaran guru
(e) Mengajar
agar siswa menguasai benar-benar kompetensi dasar yang dituju (teaching to
mastery), biasanya siswa dianggap menguasainya antara 85%-90%
(f) Koreksi
terhadap kesalahan (meminimalkan kesalahansiswa dengan cara berhati-hati membuat
urutan pengajaran, misal dari yang mudah ke yang susah). Jika terjadi
kesalahan, digunakan prosedur untuk mengoreksi kesalahan yang meliputi:
contoh-bimbing-tes-tes ulan (model, lead, teast, restest), dan
(g) Motivasi,
meningkatkan motivasi siswa dengan pencapaian sukses siswa yang gemilang.
Dalam
perkembangannya, sejumlah ahli telah merumuskan sintaks mengenai pengajaran
langsung yang esensinya sama, tetapi berbeda urutannya. Dalam hubungan ini
Bruce dan Weil (1969) dalam My Black Board (2010) menyampaikan sintaks
pembelajaran langsung sebagai berikut:
(1)
Orientasi
Pada
intinya, dalam fase ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari,
keterkaitan materi baru tersebut dengan materi yang lalu, serta kecakapan dan
keterampilan apa yang diharapkan muncul dari siswa. Akan lebih baik lagi jika
pada tahap ini guru sudah menyiapkan semacam pemandu awal (advance organizer)
bagi siswa sehingga akan banyak membantu siswa. Hal-hal lain yang patut
dijadikan bahan orientasi oleh guru adalah (a) relevansi pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang sudah menjadi milik siswa, (b) pengetahuan siswa
tentang tujuan pembelajaran, (c) informasi awal tentang hal-hal yang akan
dilakukan dalam pembelajaran, termasuk konsep-konsep apa yang akan
dikembangkan, dan (d) menyampaikan, advance organizer.
(2)
Presentasi
Guru
menyampaikan informasi tentang materi ajar, baik yang berupa konsep, prosedur
maupun keterampilan, dan secara garis besar harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut, (a) penyajian materi setahap demi setahap, tidak memiliki jangkauan
materi yang terlalu luas sehingga dalam waktu yang relatif singkat siswa sudah
memahami konten materi tersebut, (b) guru memberikan berbagai contoh konsep,
(c) pemodelan atau peragaan keterampilan melalui demonstrasi disertai
penjelasan prosedur kerja yang berkaitan, (d) guru wajib menghindari digresi
(penyimpangan dari konteks pembelajaran), dan (e) menjelaskan ulang hal-hal
yang diperkirakan sulit dipahami siswa.
(3)
Latihan Awal
Guru
memandu siswa untuk melakukan latihan atau menerapkan konsep yang baru saja
dijelaskan. Pada fase ini peranan guru yang utama adalah utama adalah
memberikan balikan posistif terhadap respons siswa yang benar dan melakukan
koreksi terhadap respons siswa yang keliru.
(4)
Latihan Terbimbing
Untuk
menjamin bahwa seluruh materi yang diajarkan guru telah dikuasai siswa, guru
memberikan kesempatan lagi kepada siswa untuk melakukan latihan-latihan
terutama terkait dengan penerapan konsep dan keterampilan baru yang diajurkan
guru. Hanya saja peranan guru pada fase ini berubah, lebih bersifat memantau
dan memberikan bimbingan kepada sejumlah siswa yang dianggap belum terlalu
cakap atau belum kompeten.
(5)
Latihan Mandiri
Setelah guru yakin benar bahwa pada
umumnya siswa telah mastery (standarnya sudah menguasai 85%-90% pada saat
latihan terbimbing) maka siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan
mandiri, mempraktikkan keterampilan dan menerapkan konsep-konsep baru, di sini
guru tidak lagi membantu siswa.
Sedangkan
Slavin (2003) mengemukakan bahwa ada tujuh langkah dalam sintaks DI, yang
meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
(1)
Informasi dan Orientasi
Pada
tahap ini guru menginformasikan tujuan pembelajaran serta orientasi materi ajar
kepada para siswa. Kecuali itu guru juga menginformasikan hal-hal yang harus
dipelajari serta kecakapan dan keterampilan apa yang diharapkan muncul dari
siswa
(2)
Review
Pada
fase ini guru mereview pengetahuan dan keterampilan prasyarat (prerequisite),
dengan cara menyusun dan mengajukan sejumlah pertanyaan untuk menjajagi sejauh
mana pengetahuan dan kecakapan serta keterampilan siswa terkait materi yang
akan diajarkan guru
(3)
Menyampaikan Materi Pelajaran
Pada
fase ini guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, dan tentu saja akan
lebih baik jika guru menyiapkan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran,
dapat berupa slide power point (dari laptop) dan LCD atau di daerah tertentu
yang masih tertingal dapat juga digunakan plastik transparan dengan OHP, guru
memberikan contoh-contoh, mendemostrasikan suatu proses atau prosedur sains dan
sebagainya
(4)
Melaksanakan bimbingan
Dilaksanakan
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan dalam suatu interaksi Tanya-jawab,
untuk menilai tingkat pemahaman siswa atau mengoreksi jika ada kesalahan
penerimaan konsep
(5)
Latihan
Pada
fase ini, guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melatih
keterampilannya atau menerapkan konsep pembelajaran atau informasi yang baru
diterimanya dari guru untuk memecahkan persoalan. Guru mengamati, membimbing,
memberi komentar yang mengarahkan, dengan cara berkeliling kelas
(6)
Evaluasi dan Umpan Balik
Dalam
tahap ini guru memberikan review, komentar dan ulasan mengenai hal-hal yang
telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respons siswa yang benar
dan memberi kesempatan mengulang keterampilan bilamana perlu
(7)
Latihan Mandiri
Karena
menganggap semua siswa sudah mastery, guru memberikan latihan mandiri kepada
para siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah dijarkan
guru.
Sedangkan
model seperti yang dikembangkan Siegfried Englemann, menurut Worksheet Library
sintaknya dikembangkan dengan urutan langkah-langkah :
(1)
Pendahuluan/Review (introduction/review)
Disini
guru berusaha memperoleh perhatian siswa, pada tahap ini guru memberi informasi
ringkas atau menyampaikan advance organizer tentang materi yang akan
dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan kecakapan macam apa yang
harus dikuasai dan ditunjukkan siswa setelah pembelajaran nanti
(2)
Pengembangan (Development)
Setelah
tujuan pembelajaran disampaikan kepada siswa, guru mendemostrasikan perilaku
terkait pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dikuasai oleh siswa. Pada
fase ini diperlukan pemberian informasi yang jelas dengan berbagai contohnya
untuk menjamin agar siswa benar-benar paham. Pada tahap ini guru juga melakukan
cek terhadap pemahaman siswa dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang dapat
membantu siswa untuk lebih memahami konsep dan keterampilan yang diajarkan,
atau dengan memberi kesempatan mereka bertanya tentang hal-hal yang belum
dipahami. Disini akan lebih baik jika guru menggunakan bantuan media pandang
atau media paandang-dengar maupun presentasi dengan bantuan multimedia
(3)
Latihan Tebimbing (Guided Practice)
Jika
guru sudah yakinbenar bahwa sudah banyak contoh yang disampaikan guru, dan
sudah cukup penjelasan yang dilakukan guru, yang dibuktikan oleh respons
positif yang ditunjukkan oleh siswa, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berlatih keterampilan dan kecakapan yang dipantau secara intensif oleh
guru. Dalam fase ini guru dapat membantu siswa-siswa yang belum akap atau
memberikan pengajaran langsung lagi secara khusus terhadap siswa yang masih
memerlukannya.
(4)
Kesimpulan (Closure)
Pada
fase ini guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang apa-apa yang sudah
dipelajari pada hari itu, termasuk dalam hal ini mengingatkan kembali para
siswa tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan dibuktikan oleh siswa
dengan perubahan perilaku tertentu
(5)
Latihan Mandiri (Independent Practice)
Dengan
asumsi sebagian besar siswa sudah mastery, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih kecakapan dan menerapkan konsep yang baru dipelajari
secara mandiri. Dalam tahap ini guru sudah tidak ada lagi bantuan guru.
Termasuk dalam lantihan mandiri ini adalah pemberian pekerjaan rumah (PR)
kepada siswa, karena pada penyelesaian tugas PR tentunya siswa harus
mengerjakannya sendiri
(6)
Penilaian (Evaluation)
Bentuk
penilaian dapat berupa penilaian proses seperti pengerjaan LKS, tugas-tugas
kelas dan sebagainya, atau penilaian terhadap produk seperti tes, tugas projek
dan sebagainya. Dengan penilaian ini terbuka umpan balik bagi guru dan murid
yang dapat digunakan untuk meniai kemajuan pembelajaran dan titik tolak dalam
merancang pembelajaran terkait lebih lanjut.
Hal
tersebut sesuai dengan apa yang diilustrasikan dalam gambar 3.1 di bawah ini :
Gambar
3.1 Langkah-langkah Direct Instruction menurut Teori Pembelajaran Zig Engelman
Sementara
itu Arends (1997:67) seperti yang banyak diacu di Indonesia,berpendapat bahwa
sintaks Direct Instruction adalah sebagai berikut :
· Merumuskan
tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk siap belajar
· Mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan
· Menyediakan
latihan terbimbing
· Mengontrol
pemahaman dan memberikan umpan balik
· Menyiapkan
latihan yang diperluas dan transfer ke dalam siatuasi yang lebih kompleks dan
kehidupan nyata
Jadi
menurut Arends ada lima fase/langkah pembelajaran yang merupakan sintaks DI.
Melihat adanya berbagai variasi langkah-langkah (steps)
atau sintaks metode pembelajaran langsung atau model pembelajaran langsung di
atas, ada satu pesan khusus yang ingin ditekankan disini. Seyogianya kita
sebagai guru tidak perlu terlalu fanatik dengan sintaks atau langkah-langkah
pembelajaran. Terbukti, bergantung pada ahli yang mengutarakan, tidak ada
sintaks baku bagi metode pembelajaran atau model pembelajaran.
Praktik pembelajaran langsung memang tidak termasuk
kegiatan siswa seperti diskusi, resitasi, seminar, lokakarya, studi khusus dan
pemagangan. Pembelajaran ini benar-benar bergantung pada kompetensi guru dalam
penguasaan pengetahuan dan keterampilan dan juga kecakapan guru dalam mengajar.
Di Indonesia, praktik DI ini rupa-rupanya sulit untuk diterapkan karena
struktur kurikulum yang masih banyak dijejali bidang studi. Implementasi dI,
membutuhkan kurikulum yang sederhana, lugas, dan setiap bidang studi memiliki
jumlah jam pembelajaran yang cukup. Dalam kaitan ini memang masih mungkin
menerapkan DI tetapi di perguruan tinggi.
Kecuali iu praktik DI memerlukan guru yang
benar-benar berkopenten, berkualitas dan memiliki semangat sebagai guru. Dalam
hal ini tentu saja tidak ada lagi guru sabilan, atau orang yang menjadi guru
sambil mengerjakan profesi yang lain. Hanya guru yang benar-benar guru dan
dihargai sebagai guru yang dapat mengaplikasikan DI. Implementasi DI memerlukan
komitmen guru, keterampilan dan kecakapan yang menggambarkan kompetensi guru
serta tersedianya waktu yang cukup bagi setiap mata pelajaran.
Terkait dengan kesuksesan DI ini ada hal yang perlu
dicamkan dan disepakati bersama bahwa:
·
Pada praktinya tetap tidak ada satu
metode tunggalpun yang paling baik. Penggunaan variasi berbagai metode
pembelajaran berdasar sejumlah besar penyelidikan akan membantu efektivitas
pembelajaran.
§ Pelaksanaan
DI tidaklah mudah, guru harus siap benar, siap konsep, siap melakukan pembimbingan tahap demi tahap, siap melakukan
pengajaran langsung ulang (semacam pengajaran remidi yang dilaksanakan dengan
sintaks DI). Sekolah juga harus menyediakan berbagai fasilitas yang menunjang
DI.
·
Kritik pokok DI adalah terhadap
implementasi pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning), karena
faktanya pembelajaran semacam ini justru kurang efektif dalam mengembangkan
keterampilan siswa dalam menguasai konsep sains.
·
Berdasarkan hal tersebut jenis-jenis
pembelajaran yang melibatkan diskusi kelompok kecil seperti pembelajaran
kooperatif tidak termasuk fokus kritik DI ini.
Hal yang menarik adalah jika pada akhir abad XX
masih terjadi perdebatan sengit antara pendukung strategi belajar berbasis
siswa dengan implementasi pembelajaran kooperatif, pada awal abad XXI ini
masing-masing pihak telah menyadari bahwa semuanya bermanfaat bergantung pada
kondisi pembelajaran dan sifat bahan ajar. Jadi, yang penting ada keseimbangan
antara praktik pembelajaran berbasis guru (teacher-centered) dan praktik
pembelajaran berbasis siswa (learner-centered). Hal ini sesuai dengan apa yang
dinyatakan oleh Trilling dan Fadel (2009) sesuai gambar 3.2 berikut:
Teacher-directed
Learner
Direct-instruction Interactive
exchange
Knowledge Skills
Content Process
Basic skills Applied
skills
Facts and principles Questions
and problem
Theory Practice
Curriculum Projects
Time-slotted On-demand
One-size-fits-all Personalized
Competitive Collaborative
Text-based Web-based
Summative tests Formative
evaluation
Learning for school Learning
for life
|
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kata “Metodeologi” berasal dari bahasa
yunani methodos yang berarti cara, dan logos yang berarti ilmu.
Dengan demikian metodologi dapat dirtikan suatu disiplin ilmu yang berhubungan
dengan metode, peraturan, atau kaedah yang diikuti dalam ilmu pengetahuan.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002 :741), berarti ilmu
tentang metode, uraian tentang metode.
Metodologi Pembelajaran adalah ilmu yang membahas
tentang cara-cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu proses interaksi
antara pelajar dan pengajar agar tujuan yang telah ditentukan dalam
pendidikandapat tercapai. Dengan cara membimbing, melatih, memberi contoh,
serta mengatur dan memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar biasa
belajar.
Macam metode pembelajaran diantaranya metode
diskusi, demontrasi, ceramah, eksperimen, sosiodrama, resitasi, problem
solving, latiha keterampilan, tanya jawab dan selain metode yang disebutkan
masih banyak lagi aneka ragam metode pembelajaran. Dari beberapa metode
tersebut dapat di variasikan atau dikombinasikan dalam melakukan praktik
mengajar. Misalnya diskusi,tanya jawab dan tugas. Begitujuga dengan metode
lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar