Selasa, 01 November 2016

Hadijah 15.21.0101

ABSTRAK
METODE PEMBELAJARAN
Email:
Hadijahdijah59@gmail.com

Makalah yang  berjudul “metode pembelajaran” ini dibuat oleh Hadijah (15.21.0101) Mahasiswa Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary.
Metode pembelajaran akan sangat menentukan dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran itu sendiri meliputi metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered methods), berpusat pada siswa (student centered methods), dan pembelajaran langsung (direct instruction). Metode pembelajaran yang baik dalam proses pembelajaran, akan berdampak positif pada siswa agar memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan agar tercapai tujuan pembelajaran.
Penelitian ini mengacu pada Metode pembelajaran yang kami aplikasikan kepada guru pembimbing di SMK KOMPUTER MANDIRI. Jenis penelitian adalah kualitatif yang saya teliti dengan teknik wawancara langsung .
Hasil penelitiannya adalah seorang guru harus mempunyai strategi dalam pembelajaran, guru juga  harus mamahami tujuan suatu pembelajaran selanjutnya adalah kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. guru juga perlu menyesuaikan daya serap anak dari banyaknya metode pembelajaran, metode yang baik digunakan adalah metode yang mampu mendorong siswa berpikir kritis  dan aktif. Dibutuhkan pengalaman, wawasan yang luas dan contoh-contoh dalam mengaplikasikan metode pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Dalam penggunaan waktu saat mengajar misalnya di kurikulum 2013 guru sulit sekali untuk mengukur waktu karena guru diharapkan tidak terlalu aktif dan hanya mengarahkan siswa,  untuk itu kita (guru) berusaha dalam mengatur waktu semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perlu ditinjak lanjuti siswa yang belum mencapai tujuan pembelajaran dengan melakukan remedial dan mendorong siswa agar lebih aktif saat di dalam kelas.




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode. Jadi, metode mengajar berarti suatu cara yang haus dilakukan untuk menyajikan bahan pengajraan agar mencapai tujuan pengajaran. (ghunaimah,1952: 177).
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu berikut ini akan dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode kelompok dan metode campuran.
B.       Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian dari metode pembelajaran ?
2.        Serta apa macam-macam metode pembelajaran dan beserta hadits ?

























METODE

Penelitian kualitatif' adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam peneitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian kualitatif jauh lebih subjektif daripada penelitian atau  survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.
Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator group periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group.
Jenis penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena mahal dan sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan dan pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini sering metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau survei kuantitatif tidak diperlukan.



KAJIAN PUSTAKA

            Metode pemblajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang seringkali juga terkait dengan pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan (Suyono dan Hariyanto, 2011).
            Gordon pask (1976) dalam publikasinya berjudul Conversation Theory, Applications in Education and Epitemology, menyatakan bahwa melalui interaksi percakapan termasuk tentu saja Tanya jawab antara guru dengan murid, antara dosen dengan mahasiswa, akan terjadi konstruksi pengetahuan atau proses untuk tahu (knowing).
Gilstrap dan Martin (1975) dalam publikasinya berjudul Current Strategis for Teacher, menyatakan bahwa simulasi dapat berbentuk role playing (bermain peran), psikodrama, sosiodrama dan permainan.
Jeanne S. Chall seorang ahli psikologi dan ilmu kebahasan (terutama tentang reading) di Universitas Harvard, tepat nya bertugas di Graduate School of Education, dalam risetnya telah mengamati bertahun-tahun praktik pembelajaran bahasa inggris terutama dalam pembelajaran membaca, membuat kesimpulan antara lain : (i) pembelajaran pada hakikatnya dibagi dalam dua pendekatan , yakni pembelajaran berbasis siswa dalam pembelajaran berbasis guru, (ii) abad keduapuluh telah didominasi oleh pembelajaran berbasis siswa (dala hal ini discovery learning), dan (iii) temuan riset justru menyatakan bahwa pembelajaran berbasis guru (pembelajaran eksplisit) ternyata lebih efektif dalam mendukung pembelajaran berbahasa . hal ini dinyatakan dalam publikasinya yang berjudul The Academic Challage: What Really Works in the classroom.









PEMBAHASAN

A.    Metode Pembelajaran yang Berpusat kepada Guru (Teacher-Centered Methods)
Dalam praktik pelaksanaan metode pembelajaran yang berpusat kepada guru, untuk mengurangi kesan otoritas guru, patut diperhatikan hal-hal hal-hal sebagai berikut:
1)      Pada tahap persiapan, sebelum pembelajran dimulai perlu dikondasikan oleh guru untuk,
A.    menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman, yang tidak ada kesan mengungkung siswa
B.     mempersiapkan peluang untuk berlangsungnya pembelajaran aktif, guru tidak terkesan terlalu mendominasi
C.     akomodasikan adanya gaya belajar yang berbeda-beda

2)      pada saat berlangsungnya pembelajaran, perlu dilakukan oleh guru untuk berupaya,
a.       selalu berinteraksi dengan siswa
b.      menunjukkan minat yang besar kepada subjek pembelajaran
c.       menyampaikan kepada siswa secara jelas apa tujuan pembelajaran, pokok bahasan apa yang akan dibahas  dan apa kaitannya dengan seluruh materi bidang studi
d.      menunjukkan penghargaan kepada, minat yang besar kepada, semua gagasan dan pertanyaan siswa
3)      pada akhir pembelajaran jangan lupa melakukan refleksi
sebenarnya apa yang diungkapkan di depan tentu saja penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan strategi berbasis siswa, tetapi dalam hal ini mengingat kecenderungan guru pada pelaksaan strategi berbasis guru untuk terjerumus kepada situasi otoriter lebih besar, perlu selalu diingat dan dilaksanakan oleh guru.
Dalam kesempatan ini akan dibahas hal yang sedikit berbeda dari klasifikasi motode menurut Colin Marsh. Landasan klasifikasi Colin Marsh adalah metode-metode yang spesifik dan terkait dengan pembelajaran geografi serta pembelajaran lingkungan, misalnya metode yang menggunakan peta dan globe , metode kontruksi, metode ekspresi keindahan alam dan lain-lain. Padahal diperlukan pengetahuan tentang berbagai mtode yang dapat diterapkan dalam berbagai jenis bidang studi dan berbagai situasi pembelajaran. Berbagai metode itu antara lain adalah sebagai berikut ini :
1.      Metode Ceramah
Menerapkan metode ceramah bukan berarti sekedar memberi ceramah, khotbah, atau pidato.
Beda pokok antara metode ceramah dan memberi ceramah/khotbah atau pidato adalah bahwa pada ceramah/khotbah atau pidato tidak ada sesi Tanya-jawab sama sekali. Sementara itu baik dalam metode ceramah, apalagi dalam metode Tanya-jawab, pendengar (audience) diberikan kesempatan untuk bertanya. Antara metode ceramah dengan mtode Tanya-jawab dalam pembeelajaran boleh dikatakan tidak dapat dipisahkan, hanya eksentuasi dan durasinya yang menentukan. Pada metode ceramah maka kegiatan ceramah mendominasi, misanya menggunakan 2/3 waktu yang digunakan, sisanya 1/3 bagian waktu, disediakan Tanya-jawab. Dan juga dapat sesekali suatu ceramah disisipi pertanyaan yang memerlukan jawaban singkat kepada pendengar. Sebaliknya pada penerapan metode Tanya-jawab, waktu didominasi oleh pertanyaan terarah, sama, misalnya dalam 2/3 waktu yan tersedia, sedangkan sisa 1/3 bagian waktu digunakan untuk ceramah. Misalkan ceraah itu diperlukan untuk pengantar, untuk  klarifikasi jawaban siswa yang salah, untuk memberi penekanan kepada konsep-konsep penting dan untuk melakukan refleksi pada akhir pembelajaran.
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan pemberian informasi secara lisan/verbal dari seorang pembicara di depan sekelompok pengunjung. Dalam pembelajaran tentu saja pembicara disini adalah seorang guru, sedangkan pengunjungnya adalah peserta didik.biasanya metode ceramah diterapkan jika tujuan pokok pembelajaran memang memberikan informasi. Metode ceramah akan efektif bila peserta didik sudah termotivasi, oleh sebab itu guru harus membuat semacam prakondisi agar siswa duduk tenang dahulu sebelum ceramah berlangsung. Dalam hal ini ceramah akan menjadi menarik jika guru, pembicara, mampu membuat semacam ilustrasi dalam bentuk kata-kata. Disamping sejumlah kritik terhadap metode ceramah ini, umumnya para pakar dan praktisi pembelajaran sepakat, metode ini memang selayaknya dilakukan bila jika jumlah pengunjung (jumlah siswa) telalu besar untuk memakai metode yang lain. Kondisi ini yang kemudian sering “memaksa” guru di Indonesia untuk kerap kali melaksanakan metode ceramah, karena jumlah siswa per kelas di Indonesia umumnya masih anrata 40-50 orang siswa per kelas. Di perguruan tinggi, terutama di tingkat persiapan bahkan kadang-kadang jumlah mahasiswa mencapai. Sekitar 100 orang. Sehingga dosen berceramah menjadi sebuah keumuman dan kewajaran. Dalam pada itu, jika pada suatu ketika sekolah mengundang orang luar untuk berceramah, hal itu disebut dengan metode pembicara tamu.
Metode ceramah juga akan efektif bila guru ingin menambah atau memberi penekanan terhadap materi yang sudah dipelajari dengaan mengunakan metode yang lain. Metode ceramah juga amat efektif pada saat guru melaksanakan apersepsi pada pembukaan pembelajaran atau melaksanakan refleksi pada akhir pembelajran. Metode ceramah akan efektif apabila durasi ceramah tidak terlalu panjang misalnya antara 10-15 menit saja. Hal ini terkait dengan kemampuan mengingat para pendengar ceramah. Berkaitan dengan itu guru harus mengusahakan bahwa para pendengar, peserta didik tersebut sudah dapat memahami kata-kata yang digunakan dalam ceramah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pelaksanaan metode ceramah, antara lain adalah :
(1)   Persiapan pembeljaran sehingga dapat berlangsung ceramah yang lancar dan baik
(2)   Selidiki apakah metode ceramah merupakan metode yang tepat untuk situasi pembelajaran tersebut, baik materinya, maupun pendengarnya dan sebagainya.
(3)   Persiapkan catatan kecil tentang materi apa saja yang akan diceramahkan
(4)   Saat ceramah berlangsung berbicara dengan jelas dan runtut, jangan seperti orang yang sedang berpidato, tetap berusaha berkeliling kelas, dan atur sikap tubuh sedemikian rupa agar memperoleh perhatian murid
(5)   Bila mengajukan pertanyaan jangan takut jika kelas menjadi hening, ini menunjukkan perhatian siswa
Seperti disampaikan di atas setiap metode memiliki keungggulan, kekuatan (pros/advantage) dan kelemahan atau kekurangan (cons/disadvantage) sendiri. Di antara keunggulan metode ceramah antara lain adalah :
·         Dapat dipakai pada orang dewasa (baik untuk para mahasiswa, minimal untuk siswa SLP)
·         Efisien dalam penggunaan waktu
·         Dapat digunakan pada kelompok dengan jumlah besar, dengan jumlah pendengar banyak
ü  Tidak melibatkan terlalu banyak alat bantu, jika jumlah siswa hanya sekitar 40 orang guru malah tidak memerlukan alat bantu sama sekali, dalam hal kuliah stadium generale bagi mahasiswa yang jumlahnya ratusan orang memang diperlukan alat bantu berupa mikrofon, pengeras suara
ü  Dapat dipergunakan dalam pengayaan atau penekanan pada konsep penting bagi peserta didik
ü  Baik untuk apersepsi dan refleksi saat pembelajaran
Sementara itu kelemahan pokok metode ceraamah ini antara lain adalah :
·         Tidak layak diterapkan terhadap anak-anak, terutama anak-anak sekolah dasar yang tingkat pengetahuan dan pengalamannya kurang. Dalam hal ini harus dibedakan metode ceramah dengan metode mendongeng (telling story) y6ang justru dianjurkan digunakan di pendidikan sejak pra sekolah sampai sekolah dasar
·         Menghalangi adanya tanggapan dari pemelajar
·         Tidak cocok untuk retensi (pengingatan) jangka panjang
·         Tidak sesuai untuk tujuan pembelajaran dengan sikap kognitif yang tinggi
·         Tidak semua guru mampu menjadi penceramah yang baik
·         Tidak cocok bila tujuan pembelajaran untuk mengubah sikap, perilaku dan nilai-nilai
·         Tidak cocok untuk mengembangkan psikomotor siswa
·         Pembicara wajib menguasai pokok bahasan yang disampaikannya, akan lebih baik lagi jika berdasar pokok bahasan itu pembicara mampu membuat suatu ilustrasi sehingga pembicaraanya seolah-olah hidup
·         Seringkali menjadi membosankan dan kurang menarik, terutama jika durasi waktunya terlalu panjang
·         Biasanya hanya mengaktifkan satu indra, yakni telinga/pendengaran
·         Pembicara seringkali tidak mampu menilai reaksi para pendengar
2.      Metode Tanya Jawab/Pertanyaan Terarah
Jangan mengangggap remeh metode Tanya-jawab, ada kecenderungan dari para guru supaya dianggap modern dan mengikuti trend terakhir, malu mencantumkan jenis metode ini di dalam RPP. Padahal apakah ada sih guru, yang mengajar tanpa melakukan Tanya-jawab dengan siswanya? Dalam pendekatan inkuiri di atas tersirat bahwa guru yang kompeten dan menguasai konsep, ternyata dengan melakukan Tanya-jawab yang terarah dan terbimbing akan mampu memuaskan sikap inkuiri siswanya sehingga disamping memperoleh tamabahan konsep sains, rasa ingin tahu (kuriositas) mereka terpenuhi. Hanya yang kurang mengertilah yang  menganggap metode Tanya-jawab itu kuno atau ketinggalan zaman.
Gordon pask (1976) dalam publikasinya berjudul conversation theory, applications in education and epistemology, menyatakan bahwa melalui interaksi percakapan termasuk tentu saja Tanya jawab anata guru dengan murid, antara dosen dengan mahasiswa, akan terjadi kontruksi pengetahuan atau proses untuk tahu (knowing). Teori percakapan dari pask inilah yang kemudian mengembangkan teori pembelajaran sibernetika. Pask adalah seorang konstruktivis.
Masalah pokok adalah bagaimana guru selama pengajaran melaksanakan Tanya jawab dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu menggiring siswa kepada pemerolehan konsep atau pengetahuan. Berikut ini adalah hal-hal yang terkait dengan asking question better tersebut.
(1)   Strategi umum dalam bertanya:
-          Bila merencakan pelaksanaan metode Tanya jawab selalu ingatlah apa tujuan pembelajaran. Misalnya, apakah tujuan pembelajaran agar siswa menguasai pokok bahasan tertentu, ataukah ingin mengembangkan kecakapan berfikir siswa.
-          Agar tidak mengecewakan siswa, beri kesempatan untuk menjawab dengan pemikiran siswa sendiri, guru jangan memberi pertanyaan yang jawabannya merupakan jawaban guru sendiri.
-          Jika terpaksa memberi pertanyaan yang jawabannya benar atau salah, tindak lanjuti dengan pertanyaan tambahan. Misalnya mengapa engkau menjawab benar, apa alasanmu? Berikanlah contoh atau bukti terhadap jawabanmu itu, atau siswa boleh menanggapi jawaban benar atau salah dari rekannya
-          Buatlah pertanyaan yang jelas, langsung dan spesifik
-          Jangan bertanya lebih dari satu pertanyaan pada saat yang sama
-          Saat merancang penerapan metode Tanya jawab buatlah catatan tentang kapan akan berhenti menerangkan, untuk bertanya atau akan menjawab pertanyaan siswa.
-          Dalam satu sesi pembelajaran buatlah pertanyaan yang merupakan campuran antara pertanyaan tertutup (closed question) yang jawabannya tertentu dan pasti, dengan pertanyaan terbuka (opened question). 
(2)   Menanggapi secara efektif
-          Berilah siswa kesempatan untuk berpikir dan merumuskan jawabnnya. Bila pertanyaan hanya memerlukan jawaban ya atau tidak cukup sediakan waktu 3-10 detik saja, sedangkan jika jawabannya memerlukan penjelasan siswa, sediakan waktu untuk berpikir secukupnya, namun jangan lebih dari 2 menit, akan terjadi kesenyapan yang tidak efektif.
-          Jangan menyela jawaban siswa
-          Tunjukkan bahwa anda berminat terhadap jawaban siswa, baik itu benar atau salah. Guru yang angkuh dan otoriter memiliki hobi untuk mengatakan :begitu saja tidak bisa”, jika jawaban siswa salah hal ini akan menimbulkan keseganan siswa untuk bertanya.
-          Kembangkan suatu tanggapan demi menjaga agar siswa selalu berpikir. Misalnya, mintalah kepada siswa yang tidak memberikan jawaban dengan memberi tanggapan terhadap gagasan yang terkandung dalam temannya, atau mintalah siswa yang menjawab untuk menjelaskan pemikiran yang melatarbelakangi jawabannya.
-          Jika siswa menjawab salah, jelaskanlah dimana letak kesalahannya, selanjutnya tanyakan pertanyaan lanjutan kepada siswa (mungkin tidak hanya satu pertanyaan, tetapi serangkaian pertanyaan) yang dapat memandu siswa untuk memeperoleh jawaban yang benar.
Berikut ini merupakan contoh pertanyaan terbuka yang diharapkan dapat membangkitkan situasi pembelajaran aktif.

Tabel 3.1 Sejumlah Contoh Pertanyaan terbuka
No.
Tujuan Pertanyaan
Contoh Pertanyaan
1
Menilai hasil pembelajaran
-          Apakah gagasan penting yang timbul dari diskusi kita hari ini?
-          Dapatkah kamu menjelaskan konsep itu dengan kata-katamu sendiri?
-          Cobalah menggambaar diagram untuk melukiskan gagasan tersebut
2
Bertanya kepada siswa untuk klarifikasi terhadap komentar yang tidak jelas
-          Dapatkah kamu menjelaskan  apa maksudmu sebenarnya?
-          Dapatkah engkau mengelaborasi jawabanmu itu?
3
Mengajak para siswa untuk mengeksplorasikan sikap, nilai atau perasaannya
-          Adakah nilai-nilai atau kepercayaan yang melatarbelakagi argumenmu?
-          Apa reaksi awalmu ketika mendengar argumen tersebut?
4
Mengajak siswa untuk meelihat konsep dari perspektif lain
-          Bagaimana pikiranmu teentang jawaban orang lain yang tidak sesuai dengan jawabanmu?
-          Bagaimana cara menerapkan konsep ini pada suatu masalah baru?

5
mengajak siswa untuk mendukung suatu penafsiran atau penegasan
-          Bagaiamana engkau tahu bahwa hal tersebut dapat berlangsung?
-          Bagian mana dari wacana ini yang memandumu untuk membuat kesimpulan seperti itu?
6
Bertanya kepada siswa untuk mencoba mengembangkan suatu pernyataan atau gagasan
-          Kapan prinsip ini dapat diterapkan?
-          Apakah prinsip itu selalu diterapkan atau hanya pada kondisi tertentu?
7
Untuk mengarahkan siswa agar saling menanggapi jawaban satu sama lain
-          Bagaimana pikiranmu terhadap jawaban temanmu  tadi
-          Apakah engkau sependapat atau engkau memandang gagasan itu dari sisi lain? Jelaskan!
-          Dapatkah engkau memikirkan ara lain untuk menyelesaikan masalah tersebut?
8
Merangsang siswa untuk menyelidiki suatu proses berifikir
-          Asumsi-asumsi apa yang melandasi desain ekpresimen tersebut
-          Asumsi-asumsi apa yang yang melandasi kedua argumen tersebut untuk saling memperkuat?
9
Bertanya kepada siswa untuk memprediksikan kemungkinan hasil suatu kegiatan
-          Apa yang dapat terjadi jika praktik semacam ini melanggar aturan yang berlaku?
-          Dapatkah engkau memperoleh hasil yang berbeda?
10
Untuk merangsang siswa menghubungkan berbagai informasi atau untuk mengorganisasikan suatu kelompok informasi
-          Bagaimana caranya agar artikel ini dapat menjelaskan konsep-konsep yang telah kita pelajari minggu lalu?
-          Dapatkah engkau membuat grafik ataau tabel yang menggambarkan organisasi informasi-informasi tersebut?
11
Meminta siswa menerapkan suatu prinsip atau rumus
-          Bagaimana caranya menerapkan prinsip trsebut dala situasi berikut ini?
-          Siapa yang dapat memberikan saran bagaimana caranya menerapkan rumus ini  dala masalah yang kita amati pada awal pembelajaran tadi?
-          Dalam kondisi seperti apa rumus ini tidak dapat digunakan?
12
Meminta siswa untuk menggambarkan konsep dengan suatu contoh
-          Dapatkah kamu mencontohkan fenomena semacam ini?
-          Daaptkah kamu mengungkapkan bagian mana dari  novel ini yang memandumu menuju suaatu keesimpulan?
-          Dapatkah kamu mengindentifikasikan suaatu contoh yang mendukung gagasan ini?
           
sementara itu dalam kaitan dengan taksonomi bloom (tujuan pendidikan), dapat dipetakan bentuk-benttuk pertanyaan yang termasuk berbagai ranah kognitif menurut bloom. Contohnya dapat dilihat pada tabeel 3.2 berikut ini :
kategori
Definisi
Kaata Tanya yang Umum digunakan
Contoh Pertanyaan
Pengetahuan
Mengingat Informasi
Siapa, apa,kapan,definisikan,ingatlah
Apa teori pokok yang digunakan dalam mendiskusikan berbagai gaya belajar yang berbeda
Pemahaman
Menafsirkan kalimat informasi
Diskusikan, nyatakan kembali, uraikan, jelaskan
Uraikan perbedaan pokok antara modern dan postmodern
Penerapan/aplikasi
Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah
Tafsirkan, terapkan, aplikasikanlah, gunakan, tunjukkan
Gunakan hukum permintaan dan penawarann untuk menjelaskan kenaikan harga-harga menjelang Hari Raya
Analisis
Membagi informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk menemukan motif
Bandingkan, bedakan, amatilah, analisislah
-          Analisislah apakah perilaku anggota dpr saat ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi
-          Amatilah sejumlah perilaku korupsi eksekutif dan legislatif di provinsimu, apa latar belakang pendidikannya, dari komunitas mana mereka berasal, dari partai mana, dan sebagainya.
-          Baningkan paruh burung kutilang dengan paruh burung gelantik, mengapa berbeda?
Sintesis
-          Mengkombinasikan gagasan
-          Menciptakan produk gagasan yang orisinal
Komposisikan, konstruksikan, rancanglah, ramalkan, prediksikan
Rancanglah suatu eksperimen yang memungkinkan kau memisahkan zat-zat yang terkandung dalam larutan ini.


Evaluasi
Mempertimbangkan, membuat suatu keputusan yang bernilai terkaitt sejumlah isu atau informasi
Pertimbangkanlah, evaluasilah, nilailah, taksirlah
-          Seberapa jauhkah kesuksesan kabinet Indonesia Bersatu dalam memerangi kemiskinan di Indonesia?
-          Nilailah apakah sejumlah SMA favorit yang ada di Surabaya benar-benar unggul bila dilihat dari iuran (output) dan dampak (outcome) nya masing-masing!
            Sementara itu, Hasibuan dan Moejiono (1995) mengemukakan bermacam-macam jenis pertanyaan yang dapat disampaikan oleh guru, antara lain adalah:
a.       Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya, yang terdiri dari :
-          Pertanyaan permintaan (compliance question), pertanyaan yang mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang disampaikan dalam bentuk pertanyaan.
Contohnya : dapatkah kalian tenang agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang akan saya sampaikan?
-          Pertanyaan retorik (rhetorial question), pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, karena akan dijawab sendiri oleh si penanya (dalam hal ini adaalah guru)
Misalnya, “Apakah yang disebut dengan strategi? Strategi adalah …..
-          Pertanyaan mengarahkan, menuntun (prompting question), pertanyaan yang diajukan untuk membimbing siswa dalaam proses berpikir.
Contohnya :
Guru :     kemarin kita sudah berdiskusi tentang respirasi, kalian tahu bahwa dengan respirasi maka keberlangsungan hidup makhluk hidup terjamin. Mengapa, coba kamju rahmat, jelaskan!
Rahmat : senyap, diam (sedang berpikir)
Guru :     mengalami kesulitan….coba kaitkan dengan fungsi respirasi….nah,…bagaimana…Rahmat? 
-          Pertanyaan menggali (probing questions), pertanyaan lanjutan yang akan memotivasi siswa untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.

Contoh :
Guru : minggu lalu kita berkarya wisata ke pabrik susu di Pasuruan, bagaimana pendapatmu tentang pabrik susu tersebut, Julia ?
Julia :   banyak yang mengesankan, pak!
Guru : coba terangkan apa saja yang mengesankan bagimu, Julia? dst….
b.      Jenis-jenis pertanyaan menurut luas sempitnya tujuan
-          Pertanyaan sempit (narrow question) membutuhkan jawaban tertutup, biasanya kunci jawaban sudah tersedia, dibagi lagi menjadi 2 (dua) yaitu :
(i)           Pertanyaan sempit informasi langsung (direct information question), menurut para siswa menghafal atau mengingat informasi tersebut
Misalnya : di mana ibu kota provinsi Jawa Timur
(ii)         Pertanyaan sempit memusat (centered question), menuntut siswa agar mampu mengembangkan jawabannya, dengan cara menuntunnya melalui petunjuk tertentu
Misalnya : dengan cara bagaimana agar konsep gotong-royong dengan mudah dapat dipahami siswa?
-          Pertanyaan luas (brood question), pertanyaan ini belum memiliki jawaban yang spesifik, sehingga mungkin saja jawabannya lebih dari satu, masih terbuka berbagai macam jawaban, dibagi lagi menjadi 2 (dua) yaitu :
(i)           Pertanyaan luas berujung terbuka (open-ended question), memberikan kesempatan kepada siswa untuk member jawaban sesuai pengetahuan dan kata-katanya sendiri.
Contohnya : bagaimanakah caranya agar pemupukan tanaman menjadi leebih efektif?
(ii)         Pertanyaan luas menilai (evaluating question), pertanyaan ini meminta siswa untuk mengadakan penilaian terhadap aspek kognitif maupun sikap atau berbagi peendapat mengenai suatu ide atau suatu isu yang sedang terjadi
Contohnya : 
§  bagaimana pendapatmu tentang kasus gayus Tambunan?
§  Bagaimana penilaian kalian tentang adanya LPI (Liga Primer Indonesia) terkait dengan kemajuan dan arah persepakbolaan di Indonesia ?
Metode ini Tanya jawab ini banyak memotivasi guru untuk mempersiapkan pembelajaran sebaik mungkin, guru paham bahwa Tanya jawab akan berlangsung menarik jika guru benar-benar kompeten dan menguasai materi pelajaran. Di samping itu, dengan sering menggunakan metode ini, keakraban antara guru dengan siswa akan terjalin baik, tentu saja sepanjang hal-hal yang diungkap di atas dipenuhi oleh guru. Apalagi jika guru terbiasa membantu murid yang mengalami kesulitan di dalam menjawab secara langsung pertanyaan yang diajukan guru. Berkaitan dengan itu guru dapat membuat pertanyaan alternatif yang lebih bertahap dan pada akhirnyaa akann mengarah jawaban yang diminta oleh guru. Berdasarkan paparan di atas dapat disampaikan beberapa keunggulan dan kekurangan metode Tanya jawab sebagai berikut :
Kenggulannya :
-          Dibanding metode ceramah lebih punya potensi untuk mengembangkan pembelajaran aktif
-          Jika guru pandai bertanya, siswa mampu mendapatkan pemerolehan konsep secara utuh
-          Memuaskan rasa kuriositas siswa
-          Mengembangkan sikap inkuiri siswa
-          Tidak memakan waktu (not time consumsing) karena kendali waktu sepenuhnya berada di taangan guru
Kekurangannya :
-          Tidak semua guru memiliki keterampilan bertanya dalam mengarahkan atau memandu siswa untuk memperoleh konsep
-          Guru harus lebih siap, jika tidak kemungkinan besar akan timbul kelenyapan (fade out)
-          Guru dapat terjerumus ke arah sikap otoriter karena kendali sepenuhnya berada di tangannya
-          Tidak dapat diterapkan pada materi yang baru sama sekali atau tidak ada kaitannya dengan bahan ajar sebelumnya.
3.      Metode Demonstrasi
Untuk lebih memahami metode demonstrasi, berikut ini disampaikan kegiatan demonstrasi guru dihadapaan siswa sekolah perawat kesehatan. Guru tersebut mempertunjukkan kegiatan seperti :
a.       Menyiapkan dan mengatur tempat tidur pasien
b.      Merapikan tempat tidur dengan pasien di atasnya
c.       Mengatur kebersihan ruangan
Berbagai kegiatan di atas berkaitan dengan pertanyaan, bagaimana mengaturnya?
                        Selanjutnya guru tersebut juga :
d.      Mengukur suhu badan seorang pasien
e.       Meengukur tekanan darah
f.       Menghitung denyut nadi
g.      Membasuh pasien dengan handuk hangat
h.      Memberikan perawatan luka di kaki bagi penderita diabetes
Berbagai kegiatan di atas berkaitan dengan pertanyaan, bagimana proses kerjanya?
                        Sementara itu guru yang lain menunjukkan cara :
a.       Menyiapkan bahan-bahan dan mengolah makanan bagi penderita tekanan darah tinggi
b.      Mengolah menu makanan tambahan untuk bayi
Berbagai kegiatan tersebut berkaitan dengan pertanyaan, bagaimana proses membuatnya
                        Guru yang sama, guru ilmu gizi, mlakukan kegiatan lainnya :
a.       Menyusun menu yang berprotein tinggi
b.      Menyusun menu gizi seimbang berkaitan dengan pertanyaan terdiri dari apa sesuatu itu?
Dari contoh-contoh yang ditunjukkan oleh para guru tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa demostrasi adalah suatu kegiatan mempertunjukkan jalannya suatu proses, reaksi, atau cara bekerjanya suatu alat oleh seorang demonstratornya adalah guru, atau narasumber atau siswa yang ditunjuk oleh guru, dilaksanakan di hadapan seluruh siswa.
“Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang yang menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di dalam syurga dan Imam Malik mengisyaratkan seperti jari telenjuk dan tengah (HR. Imam Muslim)”.

            Hal-hal penting yang harus dilakukan oleh guru sebelum dilaksanakan metode demonstrasi antara lain adalah :  
(1)   Rumuskan dengan jelas tujuan pembelajaran, kompetensi dasar apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah demonstrasi berlangsung
(2)   Mempertimbangkan relevasi metode demonstrasi dengan bahan ajar, kelayakannya, keefektifannya, dan lain sebagainya
(3)   Apakah jumlah tidak terlalu besar, sehingga akibatnya tidak memungkinkan semua siswa melihat seluruh proses kegiatan demonstrasi
(4)   Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demostrasi cukup tersedia, satu daya listrik juga selalu siap
(5)   Menetapkan garis-garis besar prosedur demonstarsi, guru selayaknya mencoba dulu sebelum pelaksanaan demonstrasi, apakah bisa dilaksanakan atau tidak.
(6)   Memperhitungkan waktu yang diperlukan, mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai akhir demostrasi
(7)   Siswa diminta untuk mencatat hal-hal yang relevan dengan tujuan demonstrasi yang baik
(8)   Selama demonstrasi amatilah apakah semua proses demostrasi dapaat dililhat oleh para siswa dengan baik, keterangan-keterangan yang dilakukan untuk menjelaskan, dapat diterima siswa dengan baik
(9)   Meenetapkan rencana untuk menindaklanjuti kegiatan demostrasi, setelah penilaian terhadap hasil penerapan metode demonstrasi..
Berdasarkan berbagai pengalaman penerapan metode demonstrasi, keunggulan dan kelemahan metode ini antara lain adalah :
Keunggulannya :
-          Fokus perhatian siswa dapat lebih diarahkan pada hal-hal yang penting untuk dipelajari
-          Siswa dapat memperoleh keterampilan proses sains jika mampu mengamati demonstrasi dengan cermat dan memperhatikan sepenuhnya langkah-langkah pembelajaran oleh guru
-          Dapat mengurangi kesalahan  yang mungkin diperbuat siswa ketimbang hanya membaca atau mendengarkan penjelasan oleh guru
-          Bila alat demonstrasi tersedia cukup, siswa dapat aktif mengikuti langkah demonstrasi setahap demi setahap, sehingga memperoleh pengalaman praktik, menambah wawasan dan keterampilan
-          Sejumlah masalah yang menimbulkan berbagai pertanyaan, secara tidak langsung akan terjawab pada saat siswa mengamati praktik demonstrasi
Kelemahannya :
-          Time consuming, memerlukan waktu yang banyak
-          Alat yang diamati tidak oleh terlalu kecil sehingga sukar diamati, atau terlalu besar sehingga memakan banyak tempat
-          Harus diikuti oleh kegiatan yang memungkinkan siswa mencoba sendiri
-          Demonstrasi sering kali tidak bermakna jika tidak dilaksanakan pada tempat yang sebenarnya
-          Dalam hal tertentu dapat terjadi memerlukan biaya yang besar, misalnya untuk pengadaan alat atau bahan-bahan habis pakai.
4.      Metode Tugas Membaca Terstruktur
Metode ini tidak pernah berdiri sendiri, dilaksankan di sekolah, dan dapat dilaksanakan di dalam kelas aatau diperpustakaan. Biasanya dilaksanakan pada awal pembelajaran sebelum dilanjutkan dengan implementasi metode lain, misalnya ceramah, Tanya-jawab, diskusi atau bahkan mungkin demonstasi atau eksperimen. Dengan begitu metode ini tidak dapat dinilai kelemahan dan kekuatannya, karena amat bergantung kepada penerapan metode lain yang mengikutinya.
Pada pelaksanaannya, guru mula-mula menugasi siswa untuk membaca suatu wacana atau suatu prosedur langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan guru, petunjuk atau suatu proses untuk melakukan suatu praktikum di labolatorium dalam kaitan eksperimenstasi oleh siswa. Dalam membaca wacana siswa diminta memahami esensinya, butir-butir atau konsep-konsep penting yang dipaparkan dalam wacana, dan sebagainya. Setelah pembacaan oleh siswa selesai, siswa dapat menanyakan istilah-istilah yang kurang jelas kepada guru (namun tidak boleh menanyakan esensinya, karena itu menjadi tugas siswa) sebelum penerapan metode lain dalam konteks pengembangan konsep oleh guru.
Mengingat penerapan metode ini secara keseluruhan memerlukan waktu, hendaknya jangan diterapkan jika jam pelajaran tersedia pendek. Untuk tindak lanjut berupa ceramah, Tanya-jawab atau diskusi, minimal harus tersedia 2 jam pelajaran, untuk tindak lanjut berupa demonstrasi atau eksperimen, minimal tersedia 4 jam pelajaran, sehingga guru  lebih leluasa memberikan penjelasan dan penguatan di sana sini. Bila tugas membaca dilaksnakan di perpustakaan, waktu yang diperlukan oleh siswa untuk berangkat dari ruang kelas dan kembali dari perpustakaan, juga harus diperhitungkan oleh guru.
5.      Metode Karyawisata
Metode karyawisata (field trip) disebut pula metode widyawisata, metpde studi ekskursi (excursion study), seperti terungkap pada namanya menggabungkan antara kegiatan studi dan rekreasi, tamasya (ekskursi). Manfaat utama dari penerapan metode ini adalah para pemelajar memperoleh pengalaman langung dengan melihat langsung berbagai proses, fenomena yang terjadi di lokasi studi. Misalnya ke pabrik-pabtik atau perusahaan, perkebunan, yang berada di luar kota dan lain-lain.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan kepergian ke luar kota tidak sia-sia ada sejumlah hal  yang harus dipersiapkan oleh guru, antara lain :
a)      Rumusan tujuan pembelajaran bersama siswa
b)      Kontak lebih dahulu apakah tempat tujuan yangakan dikunjungi sudah benar-benar siap menerima, sehingga mereka telah menyiapkan pembimbing (guide) dan sebagainya
c)      Ada kaitan antara tepat yang akan dikunjungi dan materi pembelajaran sebelumnya
d)     Untuk memudahkan siswa dalam membuat laporan dan agar lebih fokus, atur siswa dalam kelompok-kelompok sesuai berbagai aspek sasaran yang akan dikunjungi
e)      Membuat siswa agar membuat catatan-catatan tentang proses-proses esensial atau produk-produk utama dari perusahaan/objek yang dikunjungi
f)       Membuat rancangan penilaian hasil karyawisata untuk bahan membuat laporan yang antara lain meliputi :
-          Laporan sementara tentang apa-apa yang dilihat dan didengar
-          Melakukan penafsiran, penilaian dan analisis terhadap hasil temuan lapangan
-          Membuat rangkuman pengalaman-pengalaman kelompok
-          Menyusun saran-saran tindak lanjut
Keunggulannya :
-          Siswa mendapat penjelasan langsung tentang suatu proses atau fenomena dari tangan pertama
-          Jika kegiatan ekskursi seimbang dengan kegiatan studi akan memberikan penyegaran kepada siswa sehingga lebih mudah mnerima penjelasan atau keterangan tentang sesuatu
-          Peserta didik dapaat memperoleh pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru
-          Peserta didik dapat menjawab berbagai pertanyaan yang timbul paada dirinya sendiri atau pertanyaan dari orang lain dengan melihat, mengobservasi langsung atau mungkin mengalami langsung
-          Peserta didik memperoleh tambahan informasi yang berguna dari guide yang memandunya
Kelemahannya :
-          Sering terjebak dan terlena dengan kegiatan tamasyanya daripada studinya
-          Seringkali memerlukan biaya relatif maahal, apa lagi jika tujuannya jauh di luar kota
-          Apabila tujuan lokasi studi terlalu jauh para siswa sudah terlalu lelah karena perjalanan, sehinga tidak dapa fokus pada tujuan studi
-          Persiapan melibatkan banyak pihak, misal guru yang bertugas mengawasi kesehatan siswa
-          Memerlukan pengawasan yang ketat agar jangan sampai ada peserta yang tertinggal
6.      Metode presentasi Berbasis Media
Meetode ini pada hakikatnnya juga tidak pernah berdiri sendiri. Seringkali digabungkan dengan metode ceramah, terkadang dengan metode Tanya jawab, atau metode diskusi. Dalam hal ini disamping harus tersedia notebook (laptop) dan LCD, pada daerah-daerah tertentu yang jauh dari kota besar masih menggunakan plastic transparan dan OHP, sekarang sudah amat  jarang, dan tntu saja catu daya listrik.
Paparan biasanya dipresentasikan dengan aplikasi power point. Jadi guru harus menguasai program ini disamping program word. Hal yang penting dipahami guru adalah bahwa setiap slide power point seharusnya memuat hanya esensi konsep. Tidak boleh semua konsep, definisi contoh-contoh dan sebagainya ditulis dalam satiu slide power point. Ini bukan pembelajaran membaca untuk guru. Di samping itu akan terlihat bahwa sebenarnya guru kurang menguasai konsepnya. Dengan hanya menuliskan esensinya di slide power point, justru terbuka peluang bagi guru untuk  mendemonstrasikan kecakapannya dalam berbicara, menjelaskan dan kemampuannya dalam meenguasai bahan pelajaran. Jangan lupa untuk mematikan laptop jika tidak sedang digunakan, supaya tidak cepat panas. Apalagi jika menggunakan OHP akan putus, dan itu mahal harganya.
Kecuali itu sesekali selingi dengan Tanya jawab, berkeliling di antara siswa, sehingga suasana kelas menjadi hidup dan terjalin interaksi dengan siswa dan terbuka kemungkinan untuk menjadikan siswa aktif selama pembelajaran. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa tulisan di power point atau plastik transparan harus cukup jelas dibahas, bahkan oleh siswa yang duduk  di belakang. Bilamana perlu beri kesempatan kepada siswa untuk mencatat, karena siswa tahu itu merupakan esensi pembelajaran. 
7.      Metode Pelatihan
Implementasi  metode ini juga tidak pernah berdiri sendiri. Biasanya dilaksanakan pada pertengahan guru mengajar. Dapat diawali dengan metode ceramah untuk menakankan butir-butir penting dan apersepsi kepada siswa, atau tanya-jawab yang membimbing dan mengarahkan siswa ke arah materi yang akan dilatihnya. Misalnya untuk sekolah dasar latihan dalam aritmatika tingkat dasar seperti menambah, menjumlahkan, mengurani, meengalikan, membagi. Latihan menulis kata-kata dengan benar, dilanjutkan menuliskan kalimat  dengan benar. Pada kelas-keelas yang lebih tinggi yang sudah diajarkan bahasa inggris, latihan pengucapan (pronunciation) dengan lafal yang benaar, latihan mnulis daam bahasa arab yang benar dan sebagainya. Selanjutnya dapat dilakukan diskusi atau Tanya-jawab lebih lanjut dengan murid. Pada akhir pembelajaran guru melakukan refleksi bersaa siswa tentang apa-apa yangsudah cukup dan masih kurang sehingga perlu dikembangkan dan dilatih lebih lanjut.

B.     Metode Pembelajaran yang Berpusat kepada Siswa (Student-Centered Methods)
1.      Metode Diskusi dan Berbagai Variasinya
Kata diskusi berasal dari bahasa latin discussion, discussum ataau discuss yang maknanya memeriksa, memperbincangkan, mempercakapkan, pertukaran pikiran, atau membahas. Bahasa inggrisnya discussion. Diskusi didefinisikan sebagai proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu. Atau dapat juga didefinsikan diskusi adalah pertukaran pikiran atara dua orang atau lebih yang bertujuan memperoleh kesamaan pandang tentang sesuatu masalah  yang dirasakan bersama. Berdasarkaan define di atas maka suatu dialog dapat disebut diskusi bila memenuhi kriteria : (i) antara dua orang atau lebih (ii) adanya suatu masalaah yang prlu dipecahkan bersama, dan (iii) adanya suatu tujuan atau kesepakatan bersama untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam pembelajaran uumnya diskusi terdiri dari dua macam, disskusi kelas dan diskusi kelompok, diskusi kelas umumnya dipimpin oleh guru sehingga sebenarnya metode ini termasuk dalam strategi pembelajaran berbasis guru. Dalam diskusi kelas itu, karena guru dianggap punya kompetensi dan pengetahuan yang luas dan punya orotitas, maka arah diskusi  tetap daapat ddikendalikaan. Sementara itu, diskussi kelompok dapat berupa kelompok keccil yang anggotanya  2-6 orang, atau kelompok yang lebih besar, anggotanya dapat mencapai 20 orang. Diskusi kelompok tergolong dalam strategi pembelajaran berbasis siswa.
Sebelum disskusi dimulai guru mengemukakan masalah yang akan diduskusikan dan memberikan pengerahan seperlunya tentang cara-cara meecahkannya.selanjutnya sesuai dengan jumlah siswa yang ada serta jumlah jam  yang tersedia guru membentuk kelompok-kelompok diskusi. Jika jumlah siswa dalam kelas 40 orang misalnya, sebaiknya dibagi dalam empat kelompok masing-masing sepuluh orang, jika jumlahnya dari itu guru menyesuaikan. Menurut rencana, sesuai standar yang diterapkan pemerintah, siswa SMP/SMA/SMK maksimal 32 orang perkelas artinya dapaat dibagi menjadi empat kelompok masing-masing 8 orang. Siswa SD maksimum 28 orang atau empat kelompok masing-masing 7 orang. Untuk siswa SD seyogyanya diterapkan pada kelas 4 ke atas dan diskusi dipimpin oleh guru atau berupa diskusi kelas (whole group discussion).
Bagi siswa SMP dan SMA/SMK ketua diskusi sudah dapat diserahkan kepada siswa . pilihlah siswa yang cukup disegani kawan-kawan sekelasnya dalam sekelompok masing-masing. Siswa tersebut tidak hanya dianggap pandai dan cerdas tetapi pilih juga yang lancar berbicara, dan dapat mengarahkan teman-temannya dalam diskusi, tegas dan dapat membuat keputusan. Di samping memilih ketua diskusi guru juga memilih sekretaris atau notulis pada setiap kelompok., mengatur tempat duduk, menyediakan sarana, yang diperlukan misalnya kertas-kertas, alat tulis dan lain sebagainya. Pilihan untuk menerapkan metode dikusi akan menjadi lebih menarik jika sebelumnya sudah ada kegiatan yang dapat dijadikan bahan batu loncatan, jumping off, misalnya karyawisata, penerapan pendekatan atau metode penemuan/inkuiri atau discover/inquiry, atau tugas baca di rumah.
Siswa yang dipilih sebagai ketua dikusi bertugas antara lain mebuka dan menutup diskusi,mengatur dan mengendalikan arah diskusi, mengatur “lalu-lintas” pembiaraan, penengah, dan penyimpul hasil diskusi, memberi kesempatan, kepada semua anggota diskusi untuk bertanya atau mengajukan gagasannya, serta memotivasi anggota kelompoknya untuk tidak segan-segan berbicara. Notulis mencatat siapa-siapa yang menjadi anggota kelompok, mencatat berbagai argumen yang berkembang dan simpulan hasil  diskusi untuk diserahkan kepadaa ketua diskusi dan akhirnya diserahkan kepada guru.
Selama diskusi berlangsung guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, mengamati jalannya diskusi, keaktifan siswa, arah diskusi dan sebagainya, menjaga ketertiban agar tidak terlalu gaduh karena akan menggangu kelas yang lain, jika perlu memberikan dorongan dan sedikit bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif, sehingga diskusi berjalan lancar. Pada akhir diskusi mempersilahkan setiap kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya dalam waktu tertentu, memberi kesempatan Tanya-jawab dengan kelompok  lain, dan pada akhirnya guru membuat penekanan teerhadap hal-hal yang penting tentang masalah yang sudah dipecahkan, menambahi hal-hal yang luput dari perhatian kelompok-kelompok diskusi dan membuat simpulan akhir bersama siswa.
Manfaat dari penyelenggaraan diskusi kelompok seperti itu seperti itu antara lain adalah :
(i)        Untuk meembuat suatu masalah lebih menarik
(ii)      Untuk membantu peserta didik terbiasa mengemukakan pendapatnya
(iii)    Untuk lebih mengenal dan mendalami suatu masalah
(iv)    Untuk menciptakan suasana yang lebih rileks, informal  namun tetap terarah dan
(v)      Untuk menggali pendapat peserta didik yang tidak suka bicara, pemalu, atau jarang berbicara
Hal-hal yang patut dilaksanakan guru sebelum diskusi dimulai antara lain adalah :
(1)      Ciptakan suasana kelas yang nyaman dari ancaman dan kencaman
(2)      Pahami para siswa, keterampilan-keterampilan dan memberikan pemahaman awal tentang perspektif bahan diskusi
(3)      Jelaskan aturan-aturan main dalam diskusi dan harapan-harapan tentang hasil dan manfaat diskusi bagi pembelajaran siswa, serta keterkaitannya dengan materi yang lalu
(4)      Sampaikan kepada siswa hubungan antara kesuksesan diskusi dan penguasaan bahan pembelajaran secara keseluruhan
(5)      Rencanakan dan siapkan disskusi sebaik-baiknya
(6)      Akomodasikan adanya berbagai gaya belajar yang berbeda-beda
(7)      Siapkan suatu struktur yang berupa garis besar atau daftar pertanyaan tentang masalah yang harus dipecahkan di  papan tulis, sehigga arah diskusi tidak terlalu menyimpang, para siswa teetap berjalan pada topik permasalahan yang akan dipecahkan
Selama diskusi berlangsung guru berperan pula :
(1)      Membuat ikhtisar atau ringkasan butir-butir penting penyelesaian masalah yang berkembang
(2)      Variasikan penerapan diskusi dengan metode pembelajaran guru berceramah tentang butir-butir penting yang harus dikembangkan, butir-butir penting yang perlu diberikan penekanan, pada akhir pembelajaran guru berceramah dengan  butir-butir penting yang terlewati dan lain-lain
(3)      Hindari terjadinya diskusi hanya sebagai interaksi guru-muid, yang penting adalah partisipasi aktif para siswa
(4)      Gunakan pertanda verbal atau nonverbal untuk mendorong siswa berpartisipasi
(5)      Ciptakan keseimbangan antara dinamika kelompok dengan pemberian kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk bebas berbicara
(6)      Tunjukkan perhatian yang mendalam pada semua pertanyaan dan komentar tanggapan
(7)      Janganlah menjawab pertanyaan anda sendiri, biarkan kelompok diskusi menjawabnya
(8)      Lakukan refleksi bersama para siswa setelah diskusi berakhir, ajak berfikir kembali, revisilah pemikiran-pemikiran siswa yang keliru.
Keunggulannya penerapan metode diskusi antara lain :
-          Memberikan peluang untuk saling mengemukan pendapat
-          Menimbulkan suasana demokratis dalam kelas
-          Guru bebas memberikan bantuan jika diperlukan
-          Memupuk rasa percaya diri siswa
-          Kelompok dapat memecahkan masalah secara lebih baik daripada memecahkan masalahnya sendiri-sendiri
-          Memperkuat rasa kesatuan
-          Memperluas wawasan siswa
-          Menghayati kepemimpinan bersama-sama
-          Memupuk jiwa gotong royong, jiwa sosial, siswa yang pandai dapat menolong temannya yang lemah atau yang kurang pandai
-          Mengembangkan kebebasan intelektual siswa yang selama itu hanya memperoleh pengetahuan akademis dari guru
-          Membantu mengembangkan sikap kepemimpinan dan keanakbuahan (subordinasi)
-          Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pandangan, nilai-nilai, kepercayaan dan pertimbangan-pertimbangan selama diskusi

Adapun kelemahannya antara lain :
-          Sukar diterapkan pada kelompok yang besar
-          Tidak menjamin terbentuknya permufakatan atau konsensus antar kelompok
-          Informasi yang diperoleh peserta terbatas, sesuai kemampuan kelas
-          Mudah terjerumus ke hal-hal yang luar konteks diskusi
-          Memerlukan pemimpin atau ketua kelompok yang terampil
-          Ada kemungkinan akan dikuasai oleh peserta didik yang banyak bicara
-          Sulit bagi anak-anak yang tidak terbiasa atau sukar bicara
Berikut ini adalah sejumlah varian dari metode diskusi/diskusi kelompok, antara lain adalah :
a.       Buzz Group
Suatu kelompok besar (dapat berupa kelas) dibagi lagi menjadi kelompok kecil-kecil (subgroups) masing-masing terdiri dari 3-6 orang dalam waktu yang singkat untuk mendiskusikan suatu sub topik dari suatu masalah. Kadang-kadang disebut pula diskusi berkelompok-kelompok. Sorang juru bicara ditunjuk untuk membuat laporan hasil diskusi kepada pleno pelengkapnya.
Pada pelaksanaanya tempat duduk diatur sedemikian rupa agar siswwa dapat saling bertatap muka dan berbagai pendapat dengan mudah. Biasanya diskusi dilaksanakan di tengah-tengah pembelajaran dengan maksud menajamkan dan mendalami kerangka bahan ajar, memeperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.   
b.      Panel dan Diskusi Panel
Suatu kelompok kecil biasanya 3-6 orang, mendiskusikan suatu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini dapat berlangsung di stasiun tv, atau secara fisik berhadapan langsung dengan audience. Pada panel murni audience tidak ikut terlibat, pada diskusi panel atau juga disebut panel forum, audience dapat terlibat dalam diskusi, setelah dipersilahkan oleh moderator.
Istilah lain terkait panel adalah panel berkembang, penjajakan tentang penting, menarik dan relevannya suatu topik untuk didiskusikan dikembangkan dalam suatu panel yang terdiri dari 3-4 orang, selanjutnya anggota-anggota kelompok yang tidak termasuk panelis duduk melingkar dan melanjutkan diskusi yang arahnya sudah digariskan oleh panelis tersebut.
c.       Seminar atau Simposium
Beberapa orang membahas sebuat tema yang didekati dari sejumlah aspek. Tiap pembicara membahas satu aspek dari tema tersebut dan membacakannya atau memaparkannya di depan peserta simposium secara bergiliran di bawah pimpinan seorang moderator. Biasanya waktunya singkat antara 5-15 menit. Kemudian diikuti dengan sanggahan, pertanyaan atau komentar dari pengunjung, setelah dipersilahkan oleh moderator. Hal-hal apa yang dibahas oleh pembicara dan tanggapan para peserta seminar biasanya dirumuskan oleh semacam panitia yang disebut panitia pengarah (steering committee).
Dua istilah lagi yang terkait dengan seminar adalah semiloka dan lokakarya. Pada lokakarya, setelah rangkaian pengarahan yang bersifat teknis untuk mengantarkan kegiatan para peserta, dilanjutkan dengan pertemuan para peserta untuk menghasilkan produk hasil pertemuan tertentu, misalnya dalam kaitan pelatihan dalam jabatan (inservice training), para guru menyusun silabus dan RPP, menyusun karya ilmiah, menyusun modul dan lain sebagainya. Sedangkan dalam semiloka (seminar dan lokakarya) pada sesi awal dilaksanakan seminar tentang berbagai konsep atau teori yang melandasi suatu kebijakan tertentu, pada sesi berikutnya (biasanya after break) pasa peserta melakukan lokakarya menyusun atau produk yang terkait denggan tugas profesional masing-masing., para semiloka didahului oleh penyegaran dan tambahan informasi terkini apa yang harus dikerjakan, dan bagaimana cara mengerjakannya.
d.      Kolokium (colloquy)
Dalam kegiatan pembelajran sejumlah siswa atau mahasiswa yang terpilih, biasanya antara 3-4 orang saja, menjelaskan suatu kepada sejumlah narasumber (jangan lebh dari jumlah presenter), yang akan memberikan tanggapan balik kepada mereka. Biasanya hal ini dilakukan dalam bentuk kolokium forum, di mana setelah diskusi antara presenter dan narasumber tersebut, siswa atau mahasiswa lain yang tidak berperan sebagai presenter berdiskusi lebih lanjut untuk mengembangkan permasalahan yang dihadapi, dengan para narasumber.
Jadi, di sini peserta diskusi digolongkan dalam kelompok presenter (hanya beberapa orang yang ditunjuk) dan peserta biasa, yang merupakan sisa seluruh peserta. Tentu saja karena waktu, tidak semua peserta memiliki kesempatan bertanya. Dengan demikian sebelum suatu kolokium dimulai guru/dosen harus menunjuk siswa/mahasiswa yang punya kompetensi dan lancar berbicara berbagai sebagai kelompok presenter.
e.       Kelompok Sindikat (Syndicate group)
Suatu kelompok besar (kelas) dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil seperti pada buzz group. Bedanya, masing-masing kelompok kecil mendiskusikan suatu tugas tertentu yang berbeda-beda antar kelompok kecil. Guru menjelaskan tema umum tentang masalah, menggambarkan aspek-aspek pokok masalah tersebut, setiap kelompok membahas hanya satu aspek, guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain. Setiap kelompok sindikat dan selanjutnya di bawa ke pleno (siding umum) untuk dibahas lebih lanjut sehingga seluruh aspek dari tema masalah terselesaikan.
f.       Debat
Kelas dibagi menjadi dua kelompok yang hampir sama atau sama persis jumlah anggotanya. Seluruh anggota kelompok mula-mula mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan karena kemenarikannya atau derajat kepentingannya, misalnya bahan yang diperdebatkan tidak harus bersifat faktual namun bersifat problematis, jika mengundang dua sifat tersebut akan lebih menarik lagi untuk diperdebatkan, misalnya bagaimana menanggulangi dampak pemanasan global saat ini. Kedua kelompok merupakan kelompok yang pro dan kontra atau kelompok pemikiran alternatif, masing-masing harus mempertahankan pendapatnya dengan argumen-argumen yang relevan dan logis.
Debat murni seperti yang ditayangkan di stasuin televisi biasanya hanya terdiri dari dua orang saling pro dan kontra, masing-masing dengan argumennya sendiri-sendiri, dengan seorang moderator yang biasanya presenter dari stasiun televisi tersebut karena waktu yang tersedia terbatas biasanya simpulan tentang bagaimana alternatif jalan keluar yang paling relevan bagi masalah yang sedang dibahas, sepenuhnya diserahkan kepada pemirsa untuk menilai dan mengembangkannya.
Pada praktiknya debat juga dapat berupa forum debat, dalam hal ini setelah kedua belah pihak berdebat, dilanjutkan dengan suatu diskusi bebas dan terbuka mengenai isu yang diperdebatkan oleh seluruh hadirin dalam kelompok tersebut. Kedua presenter debat kemudian menjadi narasumber dalam situasi ini, yang siap menghadapi pertanyaan dari seluruh peserta.
g.      Curah Pendapat (brainstorming)
Kelompok menyumbang sejumlah ide baru, tanpa harus dievaluasi layak tidaknya, benar atau tidaknya, relevan atau tidaknya ide tersebut. Setiap anggota kelompok wajib menyuarakan gagasannya yang dicatat oleh seorang sekretaris/penulis. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang moderator. Panitia perumus atau panitia pengarah yang akan memilih dan melihat ide mana yang baik, yang relevan dan terkait dengan masalah yang akan diselesaikan bersama.
h.      Model Mangkuk Ikan, Model Akuarium (fish bowl)
Sejumlah peserta yang dipimpin oleh seorang moderator/ketua mengadakan diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan bentuk setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi. Ini adalah tempat duduk para pembicara para fish. Jika waktunya lebih leluasa para fish dapat dikembangkan menjadi sekitar 5 (lima) orang.
Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada didalam mangkuk/aquarium. Saat kelompok diskusi sedang berdiskusi, pendengar yang masuk bergiliran maksimal sejumlah kursi kosong yang disediakan. Apabila ketua diskusi mempersilahkannya berbicara, secara bergiliran kelompok pendengar berbicara, jika sudah selesai bicara segera meninggalkan kursi kosong yang tersedia. Biasanya setiap kelompok pendengar hanya punya kesempatan untuk sekali berbicara. Dalam model ini ada yang menjadi fish (ikan) yang berbicara di depan, ada fasilitator yang biasanya bertugas sebagai moderator, ada 2-3 orang pengamat para fish, dan ada 2-3 orang pengamat para fish, dan ada 2-3 orang pengamat balkon yang mengamati seluruh proses.
Sesungguhnya masih banyak lagi varian metode diskusi ini, namun yang terkait dengan pmbelajaran sudahlah cukup. Jika pembaca menginginkan model-model lain dari varian diskusi ini termasuk keunggulan dan kelemahannya masing-masing dalam Surjadi (1989) dan Wiyanto (2000).
 
2.      Metode Riset Pustaka
Metode ini merupakan yang dapat dilakukan di dalam maupun di luar sekolah. Di luar sekolah misalnya di perpustakaan umum milik pemerintah provinsi atau pemerintah kota/kabupaten atau perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi. Metode ini hanya cocok bagi siswa SMA/SMK dan mahasiswa perguruan tinggi yang latar belakang kepemilikan konsep nya sudah cukup jelas, serta walau secara garis besar, sudah menerima pembelajaran tentang metode ilmiah.
Guru/dosen dapat memberi tugas membaca untuk lebih mendalami berbagai aspek melalui kajian pustaka. Tentu saja ini tidak sekedar membaca satu atau dua buah buku, namun membaca dan memahami sejumlah buku yang relevan dengan tugas. Untuk tingkat SMA/SMK sebaiknya merupakan tugas keelompok, sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi justru harus merupakan tugas individual.
Keunggulan metode ini antara lain :
-          Siswa/mahasiswa terbiasa membaca berbagai acuan sehingga tidak canggung nantinya bila membuat laporan ilmiah
-          Meningkaatkan apresiasi dan kebiasaan siswa/mahasiswa tentang pentingnya membaca
-          Siswa/ mahasiswa terbiasa membandingkan pemikiran para ahli dari berbagai sumber acuan
-          Dengan wawasan yang lebih luas, kebiasaan mencontek akan lebih berkurang
Kelemahan metode ini, antara lain :
-          Tidak semua bahan ajar dapat dikembangkan dengan riset pustaka
-          Memakan waktu yang lama
-          Kadang-kadang koleksi perpustakaan yang dituju kurang atau tidak lengkap
-          Dalam hal terpaksa mendatangi berbagai perpustakaan, akan memakan biaya yang relatif mahal.
Metode riset pustaka pada saat ini dikembangkan dan dipadukan dengan pembelajaran melalui internet. Dalam konteks ini peserta didik juga diminta mengacu berbagai sumber mendukung yang dapat diunduhnya dari internet.

3.      Metode simulasi (bermain peran/Role playing dan sosiodrama)
Simulasi artinya peniruan terhadap sesuatu, artinya bukan sesuatu yang terjadi sesungguhnya. Dengan demikian oyang yang bermain drama atau memerankan sesuatu adalah orang yang sedang menirukan atau membuat simulasi tentang sesuatu. Dalam pembelajaran suatu simulasi dilakukan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh keterampilan tertentu, baik yang bersifat professional maupun yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dapat pula simulasi ditunjukkan untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, serta bertujuan untuk memecahkan suatu masaalah.
Gilstrap dan Martin (1975) dalam publikasinya berjudul Current Strategis for Teacher, menyatakan bahwa simulasi dapat berbentuk role playing (bermain peran), psikodrama, sosiodrama dan permainan. Jadi Gilstrap berpendapat role playing merupakan bagian dari simulasi. Sementara itu ahli lain, Hyman menyebut simulasi sebagai suatu metode yang termasuk bagian dari role playing, perbedaan pendapat itu kita dapat menarik kesimpulan bahwa memang ada kedekatan antara simulasi dengan role playing.
            Langkah-langkah permainan simulasi umunya terdiri drari :
(1)   Penentuan tema dan tujuan permainan simulasi
(2)   Menentukan bentuk simulasi berupa bermain peran, psikodrama atau sosiodrama
(3)   Guru sebagai “sutradara”, memberi gambaran secara garis besar kepada situasi yang akan disimulasikan
(4)   Kemudian guru menunjuk siapa berperan menjadi apa atau sebagai siapa
(5)   Guru memberi waktu kepada para pemeran untuk  mempersiapkan diri, untuk meminta keterangan kepada guru bila kurang jelas tentang perannya
(6)   Melaksanakan simulasi pada waktu dan tempat yang telah ditentukan
(7)   Karena ini hanya permainan, guru boleh ikut “nimbrung” memberi saran perbaikan dan nasihat yang berharga bagi siswa selama permainan berlangsung
(8)   Penilaian baik dari guru atau kawan sekelas serta pemberian umpan balik
(9)   Latihan ulang demi kesempurnaan simulasi.
Beberapa tema yang dapat dijadikan permainan simulasi antara lain :
-          Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
-          Memberikan perawatan kepada bayi yang baru lahir
-          Melakukan pertolongan bagi korban gempa bumi, atau korban bencana banjir
-          Menirukan metamorposa dari kupu-kupu, ulat, dan kepompong menjadi kupu-kupu lagi
-          Pada anak SD kelas 1 pada saat  pembelajaran tematik dengan tema keluargaku dapat dilakukan simulasi siapa berperan sebagai kakek, nenek, ibu, ayah, kakak dan adik atau saudara yang lain.
Sementara itu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985) menyatakan ada sedikit perbedaan antara metode sosiodrama dan metode bermain peran. Dalam kaitan ini metode sosiodrama dimaknai sebagai cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan sosial). Beda antara metode sosiodrama dengan metode bermain peran dapat diamati pada table 3.3.
Tabel 3.3 Beda antara Metode Sosiodrama dan Metode Bermain Peran
No
Metode Sosiodrama
Metode Bermain Peran
1.
1.      Persiapan
a.       Tema biasanya lebih luas dan dapat dilengkapi dengan garis-garis besar lakon yang akan dibawakan
b.      Dapat dipersiapkan naskah/scenario
c.       Siswa pemeran dipersiapkan dengan baik sebelum jam pelajaran/pelaksanaaan sosiodrama
d.      Dapat dipersiapkan perlengkapan, misalnya pakaian, ruangan, dan peralatan lainnya.
1.      Persiapan
a.       Tema biasanya hanya berupa topik atau konsep
b.      Tidak diperlukan naskah/skenario
c.       Pemeran memainkan peran secara spontan, para pemeran ditentukan pada jam pelajaran yang bersangkutan

2.      Pelaksanaan
a.       Pelaksanaan penampilan pemeran telah dipersiapkan (dilatih) dengan menggunakan perlengkapan tertentu
b.      Lebih berciri pencarian perolehan (konsep/nilai/keterampilan tertentu), oleh karena itu biasanya dilaksanakan pada seluruh jam pelajaran
c.       Dalam waktu relatif yang lebih panjang
2.  Pelaksanaan
a.       Bermain peran secara spontan setelah ditunjuk sebagai anggota pemeran tanpa persiapan dan perlengkapan khusus
b.      Lebih berciri ungkapan perolehan (konsep/nilai/keterampilan tertentu), oleh karena itu biasanya dilaksanakan pada akhir jam pelajaran
c.       Dalam waktu relatif lebih singkat/pendek.


Kebaikan/keunggulan metode ini meliputi :
-          Menyenangkan, sehingga mendorong partisipasi aktif siswa
-          Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan keadaan sebenarnya
-          Mampu memvisualkan hal-hal yang bersifat abstrak
-          Kurang memerlukan keterampilan komunikasi yang rumit
-          Interaksi antar siswa menjadi lebih intensif dan dapat mempersatukan siswa dalam satu kelas
-          Membangkitkan respons positif bagi siswa yang lemah, kurang cakap, dan kurang motivasi
-          Melatih kecakaapan berpikir ktitis dan higher order thinking, karena siswa “dipaksa” menganalisis, menyintesis dan melakukan evaluasi.
Kelemahan metode ini meliputi :
-          Mempersyaratkan adanya guru yang mampu menjadi sutradara sekaligus penulis skenario
-          Memerlukan waktu yang panjang
-          Menuntut imajinasi baik dari guru maupun siswa
-          Sampai saat ini validitas simulasi sebagai metode pembelajaran masih banyak dipertanyakan.

4.      Metode Belajar dengan Bantuan Komputer (CAI, Computer Assisted Learning)
Metode ini menggunakan media berupa notebook (laptop) atau seperangkat computer lengkap dengan CPU, keyboard, monitor dan printer atau flashdisk bila tidak ingin melaksanakan percetakan (print out) di tepat. Biasanya tidak merupakan metode yang berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan pelaksanaan metode pemberian tugas atau metode karya kelompok. Dapat dikerjakan di ruang media di sekolah atau sebagai tugas di luar jam sekolah. Saat ini sampai tingkat ibukota kabupaten hal ini sudah tidak menjadi hal yng baru dan sulit, apalagi di wilayah-wilayah Jawa dan Bali. Biasanya guru menugasi siswa untuk melengkapi suatu konsep yang telah diterimanya di sekolah atau dalam konteks pemecahan masalah yang harus dicari sendiri penyelesaiannya oleh siswa dari berbagai sumber, terutama di internet.
Keuntungan penerapan metode ini meliputi :
-          Praktis dan menyenangkan bagi siswa, karena terbiasa menggunakan alat pembelajaran berteknologi tinggi yang cepat diakses dibandingkan dengan pencarian data di perpustakaan
-          Lebih menghemat waktu
-          Memungkinkan tersedia banyak sumber layanan, apalagi jika para siswa sudah menguasai bahasa inggris
Kelemahannya :
-          Guru harus siap benar, dan juga mencoba mencari jawaban atas tugas di internet, jika tidak, ada kemungkinan hasil pencarian siswa “terlau tinggi” bagi guru sulit menerangkan atau sukar menjawab berbagai pertanyaan dari siswa
-          Siswa harus diberi arahan benar-benar bahwa tujuan belajar, dan bukan mencari situs-situs yang kurang pantas dilihat
-          Untuk wilayah-wilayah terpencil yang jauh dari pusat kota sulit diterapkan
-          Jika siswa terpaksa harus menetak hasil unduhan, dapat terjadi biayanya menjadi mahal.
5.      Metode Karya kelompok
Tujuan metode karya kelompok ini adalah untuk menyelesaikan suatu tugas atau projek, melalui kerja sama antara kelompok-kelompok. Jika tugas itu terlalu memakan waktu yang banyak, dapat dilakukan di dalam sekolah. Namun, biasanya tugas itu adalah tugas yang cukup kompleks dan memerlukan berbagai sumber yang justru tersedia di luar sekoah. Oleh sebab itu penyelesaiannya juga memerlukan perbincangan kelompok di luar sekolah.
Dalam metode ini kelas sebagai kelompok besar dibagi-bagi menjadi sejumlah kelompok yang kecil atau subkelompok-kelompok. Kemudian setiap subkelompok mendapat tugas dari guru. Dalam hal ini jika guru melihat masalah itu amat penting untuk dibahas dan memerlukan berbagai sudut pandang kelompok tentang alternatif pemecahan masalahnya, dapat saja guru memberi tugas yang sama bagi seluruh kelompok kecil ini. Kemudian nanti diplenokan, dan biasanya walau mendiskusikan masalah yang sama karena “kepala” yang berbeda hasil setiap kelompok kecil juga berbeda-beda pula. Tinggal tugas pleno kelas yang akan berdiskusi menyamakan pandangan.
Dalam hal ini guru dapat juga menugasi setiap dua kelompok tugas yang sama dari subtema masalah, sementara pasangan kelompok lain akan mendiskusikan subtema yang lain dari tema besar yang yang sama. Biasanya jika subkelompoknya lebih dari dua pasang justru tidak begitu efektif.
Atau mungkin karena melihat banyaknya aspek yang menarik dari tema masalah yang akan dibahas, guru justru menugasi setiap subkelompok untuk mendiskusikan tugas-tugas yang berbeda, kemudian diplenokan. Hal yang harus diingat guru, dalam membagi kelompok harus dijaga heterogenitas dalam kelompok, agar jangan sampai terjadi siswa yang berkompeten justru mengumpul dalam satu kelompok, sementara kelompok lain justru didominasi oleh anak-anak yang lamban. Dengan memperhatikan heterogenitas itu, diharapkan sumbangan pemikirian setiap kelompok dapat lebih berimbang.
Materi yang saat ini cukup kontekstual dan dapat digunakan dalam penerapan metode karya kelompok antara lain adalah penyebabnya, antara lain adalah meningkatnya efek rumah kaca (greenhouse effect), dampak pemanasan global terhadap pertanian, semakin seringnya fenomena La Nina dan El Nino dan sebagainya.
Tugas guru dalam hal ini antara lain adalah :
(1)         Memilih materi pembelajaran yang cukup tingkat kesulitan dan kompleksitasnya sehingga dapat juga dipilih penerapan materi ajar di dalam kehidupan sehari-hari, karena kontekstualisnya cukup menarik dan menantang siswa untuk mengerjakannya
(2)         Merancang dan enetukan subtema dari tema masalah yang akan diperbincangkan. Jika dirancang untuk tugas yang harus selesai dikerjakan disekolah hendaknya jangan memilih masalah yang sukar dan tidak mungkin diselesaikan di sekolah.
(3)         Membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil sesuai jumlah subtema yang telah dirancang
(4)         Menjelaskan kepada setiap subkelompok tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Termasuk dalam hal ini apa-apa yang bisa dikerjakan di luar sekolah
(5)         Pada saat dilaksanakan di kelas, guru jangan lupa mengamati dinamika dan bimbingan seperlunya, dengan cara berkeliling kelas
(6)         Selalu memantau kemajuan kelompok baik sebagai hasil pekerjaan di sekolah maupun di luar sekolah
(7)         Pada hari yang telah ditetapkan meminta seluruh subkelompok berkumpul untuk memberi laporan dan mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok
(8)         Setiap subkelompok diberi kesempatan untuk melakukan presentasi dan kemudian ditanggapi oleh subkelompok yang lain
(9)         Bersama seluruh siswa guru membuat kesimpulan bersama dan penilaian bersama tentang hasil kerja kelompok
(10)     Dalam penilaian akhir walau ada dinamika kelompok, hasil kerja kelompok lebih dipentingkan atau lebih besar bobot nilainya.
Melihat peranan guru di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam metode karya kelompok ini guru berperan sebagai :
a.       Organisator, yang mengorganisasikan peserta, struktur tempat duduk, serta bahan-bahan yang diperlukan oleh seluruh sub kelompok
b.      Observer, mengamati dinamika kelompok, laju diskusi kelompok, partisipasi anggota kelompok, berhak memberikan saran-saran atau nasihat yang berguna bagi subkelompok
c.       Advisor, memberikan saran-saran tentang bagaimana menyelesaikan tugas-tugas kelompok
d.      Penilai, menilai proses kelompok bersama-sama kelompok, dan memberikan nilai akhir
Kelebihan implementasi metode ini meliputi :
-          Baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok, siswa akan terdorong untuk mempraktikkan pembelajaran aktif
-          Siswa akan merasa lebih tertantang untuk menyelesaikan tugasnya
-          Memberikan siswa menggunakan berbagai sumber yang tersedia di luar sekolah
-          Hubungan sosial antarasiswa akan lebih terjalin
-          Dapat membantu siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks.
Kelemahan metode ini :
-          Jarang ada guru yang mampu merancang dan memikirkan tugas-tugas atau projek kelompok semacam ini
-          Memakan waktu yang lama
-          Jika projek terlalu sukar ada kemungkinan tidak dapat selesai pada waktunya
-          Di luar sekolah, guru sulit mengamati dinamika kelompok   
6.      Metode pemberian Tugas
Tugas yang diberikan oleh guru dapat bersifat tugas individual maupun kelompok, dapat dilaksanakan di salam kelas, di luar kelas maupun di luar sekolah bergantung jenis dan waktu yang diperlukan untuk penyelesaian tugas. Di dalam kelas, misalnya para siswa diminta untuk membaca dan memahami isi suatu wacana, merangkum isi sejumlah paragraf bacaan dan sebagainya. Di luar kelas, misalnya para siswa diminta mengamati berbagai jenis bentuk daun dari tanaman dihalaman atau kebun sekolah, atau dalam waktu tertentu diminta mencari data atau konsep tertentu di internet di ruang media, dalam pembelajaran bahasa Indonesia para siswa diminta mewawancarai sejumlah guru, para karyawan atau para pengelola kantin sekolah dan sebagainya. Dalam pembelajaran kimia jika parfum dengan hanya tinggal mencampurkan bahan-bahan yang tersedia. Sedangkan bila waktu tersedia cukup, siswa dapat ditugasi untuk membuat sabun dengan bahan-bahan yang murah dan banyak tersedia seperti soda api dan minyak kelapa atau minyak filma.
Sedangkan variasi tugas bagaimana caranya membuat sehelai daun segar menjadi hanya tulang-tulang daunnya saja, mengklasifikasikan, dan mengamati bedanya dedaunan dari tanaman berkeping satu dan tanaman berkeping dua, kemudian mewarnai dan memakainya sebagai pembatas buku atau ditata apik dipajang pada bingkai dan ditempel di dinding kelas dengan penjelasan singkat tentang daun tersebut. Atau di bawah tulang daun hiasan tersebut ditulis kata-kata mutiara yang dapat member motivasi kepada seluruh kelas untuk belajar dan lain sebagainya.
Pada pembelajaran IPS aspek geografi, misalnya mengumpulkan berbagai cerita rakyat dari mengunduh di internet. Untuk anak-anak SMP/SMA mengumpulkan biografi singkat para sastrawan dan karya-karya monumentalnya dan sebagainya. Berlakulah disini rumusan guru adalah dalang, dalang tidak pernah kehabisan cerita.
Dalam memberikan tugas ada sejumlah hal yang perlu dipahami dan dilaksanakan guru :
(1)         Tugas hendaknya sesuai dengan tujuan pembelajaran, jelas sekali kompetensi dasar apa yang akan diraih siswa dengan pelaksanaan tugas tersebut, dirancang bersama siswa tentang waktu penyelesaian tugas, setiap siswa diupayakan mengerti tugas apa yang harus dilaksanakan.
(2)         Disediakan waktu yang cukup untuk penyelesaian tugas
(3)         Pemberian tugas yang bersifat praktis itu bagaimana harus berlandaskan teori ilmiah
Keungguan implementasi metode pemberian tugas antara lain :
-          Guru punya banyak kesempatan untuk mengembangkan ide dan kreaktivitasnya dalam pembelajaran tanpa harus dikungkung oleh jumlah jam yang terbatas karena dapat memilih jenis pemberian tugas mulai dari yang ringan, yang cukup pelik, sampai yang kompleks
-          Dengan penerapan metode ini walau jenis tugasnya sama, murid lebih banyak memiliki kebebasan untuk berprakarsa tentang berbagai macam hal dalam memenuhi tugas tersebut, baik secara individual maupun dalam pemikiran kelompok
-          Pembelajaran akan lebih terasa kontekstual
-          Dengan meelaksanakan tugas, siswa dapat memperdalam pengetahuan, konsep, dan pemikiran para ahli dibandingkan dengan apa-apa yang sudah diterimanya dari guru
Adapun sejumlah kelemahan metode ini antara lain adalah :
-          Bila tidak dirancang dengan baik atau tugas terlalu sulit dan tidak relevan, dapat terjadi tugas dapat terpenuhi
-          Bila tugas untuk kelompok dilaksanakan di luar sekolah, tidak dapat dipantau siapa-siapa murid yang aktif dan hanya pasif saja serta bergantung kepada teman-teman
-          Dinamika diskusi kelompok pelaksanaan tugas di luar sekolah tidak dapat diamati oleh guru
-          Terkadang terjadi seorang siswa atau kelompok siswa hanya menirukan tugas sejenis dari orang lain, sebagai contoh dari kakak kelas, saudara, teman dari sekolah lain, dan lain-lain.
7.      Metode Eksperimen
Metode ini amat terkait dengan pendekatan inkuiri dan penemuan. Pada intinya para siswa atau mahasiswa melakukan berbagai kegiatan yang biasanya dilakukan oleh para ahli sains dalam mencari kebenaran yang pada gilirannya dapat menemukan hukum-hukum baru dan teori-teori baru. Namun tentu saja kita tidak dapat mengharapkan hadirnya hukum-hukum baru atau teori baru dari kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh para siswa. Hal yang penting adalah bagaimana para pemelajar tersebut menirukan langkah-langkah ahli sains yang seing kali disebut sebagai metode ilmiah itu. Hal yang perlu ditekankan disini adalah bahwa para siswa atau mahasiswa tersebut dapat melakukan sendiri, merancang sendiri, menyiapkan berbagai bahan dan alat, mengamati sendiri, menganalisis, mengevaluasi kemudian membuat kesimpulan sendiri sebagai pengalaman langsung (hands-on experience, firsthand experience) demi memuaskan rasa ingin tahu dan kebutuhan adanya masalah yang dirasakannya sendiri (the felt need) untuk dipecahkan.
Langkah-langkah yang sering ditempuh oleh para ahli sains dalam mencari dan mengejar kebenaran tersebut adalah seperti apa yang disebut John Dewey (pemikir, ahli pendidikan dan ahli sains) sebagai pemikiran reflektif (reflective thinking), yang dimulai merasakannya adanya masalah, merumuskan masalah, membuat hipotesis (dugaan sementara tentang cara memecahkan masalah), menyiapkan berbagai hal, bahan dan alat, serta tempat untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut, melakukan eksperimen untuk membuktikan kebenaran hipotesis, dan membuat kesimpulan. Rincian tentang penerapan metode ilmiah ini dikembangkan dalam mata kuliah metodologi penelitian.
Namun jangan beranggapan bahwa metode ini terlalu eksak dan hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berlatar belakang sains/ipa saja, dalam dunia pendidikan dan bidang studi IPS pun hal ini dapat dilaksanakan. Misalnya seorang mahasiswa kependidikan yang sedang menyelesaikan tugas akhir melakukan eksperimen untuk mengetahui efektivitas suatu metode pembelajaran tertentu, dalam pembelajaran bahasa seoranng guru bereksperimen untuk membandingkan pengaruh bahasa ibu terhadap kemampuan menguasai bahasa Indonesia, membuat korelasi antara penguasaan bahasa Indonesia dengan kemampuan penguasaan bahasa inggris dan segalanya.

C.     Metode Pembelajaran langsung (Direct Instruction. DI)
Metode ini sebenarnya tergolong metode pembelajaran berbasis guru, tetapi karena sifat uniknya sengaja dibicarakan tersendiri. Para ahli dengan pendekatannya masing-masing memberikan predikat yang berbeda-beda terhadap metode ini. Ada yang menyebutnya sebagai strategi pembelajaran, ada yang menyebutnya sebagai metode pembelajaran adapula yang menyebutnya sebagai model pembelajaran.
Direct instruction (DI) disebut juga Directive Instruction atau Explicit Instruction, jika melihat kentalnya latar psikologis dan petagogis dapat disebut pendekatan pembelajaran  langsung, namun bila melihat adanya sintaks yang harus dilakukan guru memang terlihat kemenonjolannya sebagai metode pembelajaran. Sintaks adalah urutan langkah-langkah pembelajaran, secara umum sintaks didefinisikan sebagai suatu sistem yang teratur atau berurutan. Dalam pada itu, bila melihat bahwa pada implikasinya ternyata dapat efektif bila sebelum pembelajaran siswa dikelompokkan dulu dalam kelas-kelas yang hampir homogen laju pembelajarannya, metode ini juga berlandas strategi pembelajaran tertentu.
Pembelajaran langsung atau pengajaran langsung (buku ini tetap konsisten dengan prinsip yang berkembang akhir-akhir ini bahwa istilah pembelajaran dan pengajaran bermakna sama) didefinisikan sebagai model pembelajaran yang berorientasi pada tujuan dan strukturkan oleh guru, dan dengan landasan itu guru mentransformasikan pengetahuan atau keterampilan secara langsung kepada siswa. Tujuan utama pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Mottonya adalah : do more in less time, lakukan banyak pembelajaran dalam waktu yang terbatas, dengan kata lain malalui pembelajaran langsung terjadi percepatan pembelajaran (accelerated learning). Agar terjadi percepatan belajar maka harus dilakukan control yang cermat dan hati-hati terhadap ambilan kurikulum dan penyampaian pembelajaran (pengajaran).
Walau belum menyatakannya sebagai Direct Instruction (DI), konsep dasarnya telah diawali oleh Jeanne S.Chall seorang ahli psikologi dan ilmu kebahasaan (terutama tentang reading) di Universitas Harvard, tepatnya bertugas di Graduato School of Education, dalam risetnya telah mengamati bertahun-tahun parktik pembelajaran bahasa inggris terutama dalam pembelajaran membaca, membuat kesimpuan antara lain : (i) pembelajaran pada hakikatnya dibagi dalam dua pendekatan, yakni pembelajaran berbasis siswa dan pemebelajaran guru, (ii) abad ke-20 telah didominasi oleh pembelajaran berbasis siwa (dalam hal ini discovery learning), dan (iii) temuan riset justru menyatakan bahwa pembelajaran berbasis guru (pembelajaran eksplisit) ternyata lebih efektif dalam mendukung pembelajaran bahasa. Hal ini dinyatakan dalam publikasinya yang berjudul The Academic Challenge: What Really Works in the Classroom. Jeanne Chall meninggal pada tahun 1999, pada usia 78 tahun, tetapi publikasi ini diterbitkan pada tahun 2000.
Ide ini kemudian diteruskan dan dimanifestasikan oleh Siegfried Englemann (1964) dari Universitas lllinois, yang menamakan metode pembelajaran berbasis guru yang dikembangkannya sebagai metode pembelajaran langsung (DI, direct instruction). Sebenarnya disamping mengembangkan DI ini Siefried Englemann bersama Wesley C. Becker juga mengembangkan model DI yang lebih khusus diberi nama DISTAR (Direct Instruction System for Teaching Arithmetic and Reading). Pada tahun yang sama (1994) Project Follow Though mengadopsi DISTAR ini untuk dikembangkan di seluruh Amerika Serikat karena berbagai hasil riset dari para ahli nya menemukan bahwa model DI ini merupakan model pembelajaran yang paling efektif. Dari sini timbul gagasan untuk mengembangkan rencana pembelajaran baku bagi aritmatika dan pembelajaran membaca. Pengertian Direct Instruction yang diwacanakan ini hendaknya jangan dikacaukan dengan praktik pembelajaran langsung tradisional (tradisional direct instruction) dimana guru memiliki kewenangan penih dalam pembelajaran gaya deposito atau gaya bank dan cenderung bersifat otoriter.
Pada 1980-an Profesor Robert Slavin di Universitas John Hopkins mengembangkan DI ini di sekolah-sekolah di pusat kota Baltimore dengan nama sukses untuk semua (success for all). Pada pelaksanaanya yang lebih berfokus pada pembelajaran membaca, selama 90 menit setiap hari dalam pembelajaaran membaca, siswa dihadapkan kepadaa suatu rencana pelajaran yang khusus dan sejumlah lembar kerja siswa (worksheet).
Metode pembelajaran ini pada hakikatnya berlandaskan strategi pembelajaran berbasis guru, namut amat mengakomodasikan terciptanya pembelajaran siswa aktif. Pada implementasinya metode ini tetap berpusat kepada guru tetapi meminta keaktifan siswa. Siswa berlangsung jawab pada pembelajaran, di bawah pengawasan dan tanggung jawab guru (teacher directed).
Sebenarnya di samping Jeanne Sternlict Chall, telah lama sejumlah ahli mengamati efektivitas pendekatan pembelajaran penemuan (discovery) yang berasumsi bahwa dengan menemukan sendiri konsep-konsep ilmiah maka pembelajaran dilakukan hanya berdasarkan strategi pembelajaran berbasis siswa. Namun hasli penyelidikan selama berpuluh tahun berkata lain, ternyata tidak ada bukti yang sah bahwa pembelajaran penemuan mampu merangsang siswa untuk menemukan konsep-konsep ilmiahnya sendiri karena aktif melakukannya sendiri, seperti yang dilaporkan oleh Touvinen dan Sweller (1999), bahkan kirschner, Sweller dan Clarck (2006) lebih tegas menyatakan bahwa selama 50 tahun tidak ada data empiric yang mendukung bahwa pembelajaran tanpa dibimbing guru (unguided methods of instruction) akan menyebabkan siswa belajar lebih baik.
Dalam kaitan ini Barak rosenshine (2008) menyatakan sebenarnya ada lima makna Direct Instruction yang berkembang dalam dunia pembelajaran di Amerika Serikat. Makna yang pertama adalah makna yang negative dan yang berkembang paling awal. Di sini Direct Instruction atau pengajaraan langsung/pembelajaran dimaknai sebagai tatap muka antara guru dengan siswa yang ditandai oleh peran guru yang otoriter, hanya guru yang aktif, sementara siswa duduk diam secara pasif. Siswa bak gelas kosong terbuka yang siap menerima kuncuran air pengetahuan dari guru. Ini yang kita sebut dengan pengajaran gaya bank atau depodito.
Di dalam konteks makna yang kedua bahkan telah digunakan selama ratusan tahun. Disini dimaknai semua bentuk pengajaran yang dibimbing oleh guru tanpa memandang apakah pengajaran yang dibimbing oleg guru tanpa memandang apakah pengajaran itu berkualitas atau tidak. Dalam hubungan ini, menurut ini, menurut Rosenshine, pada tahun 1893 Joseph Meyer Rice dalam bukunya berjudul The Public School System of the united states menyatakan “in many of the grades the children received direct instruction for no more than two or two and a half of the five hours spent in school, the pupils being engaged in the busy-work more than half the time”. Jadi bentuk DI pada waktu melibatkan keaktifan siswa dari separuh waktu pembelajaran. Disini juga terlihat bahwa instruksi akademik dalam DI dilaksanakan dengan dibimbing oleh guru. Dalam hubungan ini DI disinonimkan dengan direct teaching (pengajaran langsung) atau pengajaran eksplisit (explicit instruction). Sayangnya dalam kaitan ini tidak dijelaskan bagaimana langkah-langkah pembelajarannya maka Jeanne Chall menyampaikan efektivitas langkah-langkah pembelajaran seperti itu tanpa memberikan nama.
Makna DI yang ketiga terkait dengan hasil penelitian pola dampak efektivitas guru. Riset ini bertujuan mengidentifikasikan prosedur-prosedur pengajaran yang digunakan oleh umumnya guru yang efektif, yakni pra guru yang murid-muridnya mendapatkan nilai yang baik. Riset ini dilaksanakan terhadap 20-30 orang guru yang mengajar pada tingkat kelas yang sama. Seluruh kelas yang diajar oleh para guru tersebut semula diberi pretes dalam membaca dan matematika atau mata pelajaran yang menarik lainnya. Selanjutnya pengamat mengunjungi kelas yang diajar para guru tersebut, melihat dan mencatat frekuensi penerapan berbagai perilaku pengajaran. Dalam hal ini yang diamati terutama terkait dengan jumlah pertanyaan, jenis pertanyaan yang diajukan guru, freakuensi umpan balik yang diberikan guru, waktu yang digunakan untuk presentasi maupun daam praktik pembimbing, dan bagaimana guru menyiapkan siswa dalam praktik mandiri.
Pada akhir observasi, seluruh siswa kemudian baik skor pretes maupun postes dianalisis secara statistic untuk menentukan guru-guru mana pada kelas yang diamati menyebabkan siswanya memperoleh nilai yang kurang. Jadi diperoleh dua kelompok guru, yakni guru kelompok guru yang siswa-siswanya bernilai baik  dan kelompok guru yang para siswanya mendapat nilai kurang. Sekarang dapat dilakukan perbandingan antara perilaku intruksional guru yang siswa dalam kelasnya memperoleh prestasi yang baik dibandingkan dengan perilaku instruksional guru yang para siswanya kinerjanya kurang. Pada langkah akhir para guru tersebut dibandingkan cattan perilaku mereka seperti frekuensi mengajukan pertanyaan, jenis pertanyaan, serta jenis umpan balik yang disampaikan kepada para siswanya.
Dalam hubungan ini MCDonald dan Elias (1976) serta Rosenshine dan Stevans (1986) meyakini bahwa hasil studi itu cocok dengan pola-pola spesifik yang mereka sebut dengan Direct Instruction. Menurut Rosenshine dan Stevans pola spesifik tersebut meliputi langkah-langkah :
·         Pelajaran dimulai dengan review singkat terhadap pembelajaran terdahulu serta penyataan tentang tujuan pembelajaran
·         Menyajikan bahan ajar baru dalam langkah-langkah sederhana, dan memberikan kesempatan para siswa melakukan praktik pada akhir setiap langkah pembelajaran
·         Memeberikan pengajaran secara jelas dan terprinci maupun penjelasan
·         Mengajukan sejumlah besar pertanyaan, mengecek pemahaman siswa serta memperoleh respons dari seluruh siswa
·         Memandu siswa selama praktik pendahuluan
·         Memberikan umpan balik yang sistematis dan koreksi-koreksi
·         Melaksanakan pengajaran eksplisit dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk praktik latihan dengan tetap duduk di kursinya (bukan praktik yang memerlukan siswa harus berdiri atau bergerak berjalan ke sana-kemari) dan memantau siswa selama kegiatan latihan.
Mengamati kegiatan ini Tobias (1982) menurut Rosenshine (2008) menyarankan penggunaan istilah pengajaran dengan dukungan (supported instruction) karena beda utama antara guru yang efektif dengan guru yang kurang efektif terletak pada jumlah dukungan instruksional yang diberikan oleh guru.
Makna yang keempat terkait strategi kognitif yang dilaksanakan oleh guru. Dimulai sekitar 1968 para periset menggunakan pengajaran langsung sebagai istilaah bagi prosedur pemebelajaran yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kognitif tingkaat tinggi. Sejak saat itu DI telah digunakan dalam banyak kajian dalam strategi mengajar pemahaman bacaan, yang engacu pada kegiatan memprediksi, menjelaskan, mengajukan pertanyaan, dan membuat ringkasan terkait pemahaman yang spesifik terhadap bacaan. Strategi pokok dalam implementasi DI jenis ini adalah melibatkan siswa dalam kegiatan memberikan bantuan sementara (temporary supports) kepada siswa (to scaffold) atau mengimplementasikan scaffolding.
Dalam hubungan makna ini langkah-langkah direct instruction dengan scaffold-nya adalah :
·         Membuat model strategi yang akan diterapkan oleh guru
·         Guru berpikir secara cermat begitu pilihan strategi ditetapkan
·         Menyediakan kartu kunci spesifik untuk membantu para siswa melaksanakan strategi yang telah dipilih guru. Disinilah scaffold tersebut diimplementasikan
·         Membagi-bagi tugas pengajaran menjadi bagian kecil-kecil, mengajarkan setiap komponen secara terpisah dan secara bertahap menggabung-gabungkannya dalam suatu proses menyeluruh
·         Mengantisipasi kekeliuran siswa
·         Mendorong para siswa berfikir sungguh-sungguh selama penerapan strategi
·         Memfasilitasi pengajaran berbalasan oleh guru dan siswa
·         Menyediakan daftar cek
·         Menyediakan model karya yang lengkap
·         Scaffold ditiadakan begitu para siswa telah mempelajari dan memahami strategi yang dimaksud dan menjadi mandiri.
Perlu diketahui bahwa pengajaran berbalasan bukan berarti siswa berganti menjadi guru, model pembelajaran yang pertama kali diungkap oleh A.S Pallinscar (1984) dalam pembelajaran bahasa ini menekankan adanya dialog antara guru dengan murid terkait segmen dari suatu teks bacaan. Dalam hal ini guru dengan murid bergantian memimpin dialog. Pembelajaran ini distrukturkan dalam empat strategi, yaitu : membuat ringkasan, mengajukan pertanyaan, melakukan klarifikasi, dan melakukan prediksi. Dalam hubungan ini, terkait implementasi scaffold, pengajaran ini juga disebut pengajaran ber-scaffold (scaffolded instruction). Penekanannya kepada penggunaan scaffold untuk membantu para siswa mengembangkan struktur pengetahuannya yang baru.
Makna DI yang terakhir dikembangkan di program DISTAR singkatan dari direct instruction system in arithmetic and reading. Sekitar tahun 1977 para pengembang DISTAR mulai menggunakan istilah direct instruction untuk mengidentifikasikan program yang dikembangkannya. Prosedur pengajaran DISTAR bertumpang tindih dengan prosedur yang dikembangkan dalam riset tentang efektivitas guru. Namun prosedur yang dikembangkan disini dilaksanakan secara independen dan tidak dipengaruhi oleh prosedur yang dikembangkan di dalam kedua riset tersebut. Prosedur ini dikembangkan di dalam kedua riset tersebut. Prosedur ini dikembangkan oleh Siegfried Engeimann dan rekan kerjanya pada tahun 1960-an.
Selanjutnya tiga periset DISTAR yaitu Gersten, Carnine dan Woodwark (1987) menurut Rosenshine (2008) menuliskan pemaknaan DISTAR terhadap DI dalam enam langkah kriitis sebagai berikut :
·         Implementasi strategi eksplisit selangkah demi selangkah
·         Siswa mengembangkan penguasaan bahan ajar pada setiap langkah selama proses pengajaran
·         Guru member koreksi terhadap prosedur spesifik yang digunakan jika siswa melakukan kekeliuran
·         Secara bertahap pengajaran oleh guru ditiadakan jika para siswa telah bergerak menuju kerja yang mandiri
·         Dipilih praktik yang sistematik dan sesuai sepanjang pelaksanaan tugas-tugas
·         Review kumulatif terhadap konsep terbaru yang telah dipelajari
Dalam hubungan ini, akhir-akhir ini karena semangat untuk menerapkan asas-asas KBK teerjadi kecenderungan dari para praktisi pendidikan di Indonesia untuk meremehkan strategi pembelajaran berbasis guru, dan amat mengagungkan strategi pembelajaran berbasis siswa. Sebetulnya bukanlah itu yang penting, hal yang amat diperlukan dalam pembelajaran adalah bahwa strategi apapun yang dipilih, yang penting harus terjadi pembelajaran siswa aktif (active learning). Nah, implementasi dan meluruskan anggapan yang keliru tersebut.
Sementara itu, terdapat 3 komponen dasar yang menjadi pilar pengajaran langsung, tiga pilar itu adalah:
·         Rencana program
·         Organisasi pengajaran, dan
·         Interaksi guru/siswa
Rencana program berkaitan dengan antara lain ;
(a)    Analisis yang cermat terhadap isi kurikulum
(b)   Komunikasi yang jelas dan tegas
(c)    Format penggajaran yang jelas, antara lain perlu perencanaan terperinci tentang apa-apa yang akan dilaksanakan atau diterangkan oleh guru dan respons macam apa yang diharapkan muncul dari para siswa (dahulu inilah yang disebut tujuan intruksional khusus yang harus ditulis oleh guru, sekarang berupa kompetensi dasar apa yang perlu dikuasai atau ditampilkan siswa selama pembelajaraan)
(d)   Urutan ketrampilan yang harus diajarkan oleh guru (misalnya mulai dari keterampilan yang mudah dan sederhana dulu, baru diberikan keterampilan yang sukar, diajarkan pengetahuan prasyarat sebelum mengajarkan pengtahuan yang strategis, diajarkan dulu hukum atau kaidah umum sebelum perkecualian atau anomali)
(e)    Organisasi langkah-lanngkah pembelajaran

Organisasi pengajaran berpusat kepada hal-hal seperti :
(a)    Pengelompokkan siswa dalam pembelajaran (gunakan pengelompokkan yang fleksibel)
(b)   Waktu pembelajaran (meningkat waktu belajar akademik, dalam hal ini bukan berarti jumlah jam pelajarannya yang ditambah tetapi jumlah pemanfaatan jam pelajaran oleh siswa yang bertambah)
(c)    Penilaian yang kontinyu



Interaksi murid-murid difokuskan kepada:
(a)    Pastisipasi siswa secara aaktif, maknanya member kesempatan yang luas kepada siswa untuk menanggapi pengajaran oleh guru dan memberikan masukan umpan balik
(b)   Memberikan tanggapan yang serentak, bersama-sama (misalnya siswa melakukan koor, tahu…, mengerti…!)
(c)    Pemberian sinyal (misal guru memberi tanda tertentu seperti bertanya dengan nada yang semakin tinggi …mengerti…? Secara serentak siswa menjawab dengan dengan melakukan koor…mengertiiiii!)
(d)   Laju pembelajaran (pacing) meningkatkan keaktifan siswa dan menyesuaikannya dengan langkah pembelajaran guru
(e)    Mengajar agar siswa menguasai benar-benar kompetensi dasar yang dituju (teaching to mastery), biasanya siswa dianggap menguasainya antara 85%-90%
(f)    Koreksi terhadap kesalahan (meminimalkan kesalahansiswa dengan cara berhati-hati membuat urutan pengajaran, misal dari yang mudah ke yang susah). Jika terjadi kesalahan, digunakan prosedur untuk mengoreksi kesalahan yang meliputi: contoh-bimbing-tes-tes ulan (model, lead, teast, restest), dan
(g)   Motivasi, meningkatkan motivasi siswa dengan pencapaian sukses siswa yang gemilang.
Dalam perkembangannya, sejumlah ahli telah merumuskan sintaks mengenai pengajaran langsung yang esensinya sama, tetapi berbeda urutannya. Dalam hubungan ini Bruce dan Weil (1969) dalam My Black Board (2010) menyampaikan sintaks pembelajaran langsung sebagai berikut:
(1)         Orientasi
Pada intinya, dalam fase ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari, keterkaitan materi baru tersebut dengan materi yang lalu, serta kecakapan dan keterampilan apa yang diharapkan muncul dari siswa. Akan lebih baik lagi jika pada tahap ini guru sudah menyiapkan semacam pemandu awal (advance organizer) bagi siswa sehingga akan banyak membantu siswa. Hal-hal lain yang patut dijadikan bahan orientasi oleh guru adalah (a) relevansi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah menjadi milik siswa, (b) pengetahuan siswa tentang tujuan pembelajaran, (c) informasi awal tentang hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran, termasuk konsep-konsep apa yang akan dikembangkan, dan (d) menyampaikan, advance organizer.
(2)         Presentasi
Guru menyampaikan informasi tentang materi ajar, baik yang berupa konsep, prosedur maupun keterampilan, dan secara garis besar harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut, (a) penyajian materi setahap demi setahap, tidak memiliki jangkauan materi yang terlalu luas sehingga dalam waktu yang relatif singkat siswa sudah memahami konten materi tersebut, (b) guru memberikan berbagai contoh konsep, (c) pemodelan atau peragaan keterampilan melalui demonstrasi disertai penjelasan prosedur kerja yang berkaitan, (d) guru wajib menghindari digresi (penyimpangan dari konteks pembelajaran), dan (e) menjelaskan ulang hal-hal yang diperkirakan sulit dipahami siswa.
(3)         Latihan Awal
Guru memandu siswa untuk melakukan latihan atau menerapkan konsep yang baru saja dijelaskan. Pada fase ini peranan guru yang utama adalah utama adalah memberikan balikan posistif terhadap respons siswa yang benar dan melakukan koreksi terhadap respons siswa yang keliru.
(4)         Latihan Terbimbing
Untuk menjamin bahwa seluruh materi yang diajarkan guru telah dikuasai siswa, guru memberikan kesempatan lagi kepada siswa untuk melakukan latihan-latihan terutama terkait dengan penerapan konsep dan keterampilan baru yang diajurkan guru. Hanya saja peranan guru pada fase ini berubah, lebih bersifat memantau dan memberikan bimbingan kepada sejumlah siswa yang dianggap belum terlalu cakap atau belum kompeten.
(5)         Latihan Mandiri
Setelah guru yakin benar bahwa pada umumnya siswa telah mastery (standarnya sudah menguasai 85%-90% pada saat latihan terbimbing) maka siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan mandiri, mempraktikkan keterampilan dan menerapkan konsep-konsep baru, di sini guru tidak lagi membantu siswa.



Sedangkan Slavin (2003) mengemukakan bahwa ada tujuh langkah dalam sintaks DI, yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
(1)         Informasi dan Orientasi
Pada tahap ini guru menginformasikan tujuan pembelajaran serta orientasi materi ajar kepada para siswa. Kecuali itu guru juga menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari serta kecakapan dan keterampilan apa yang diharapkan muncul dari siswa
(2)         Review
Pada fase ini guru mereview pengetahuan dan keterampilan prasyarat (prerequisite), dengan cara menyusun dan mengajukan sejumlah pertanyaan untuk menjajagi sejauh mana pengetahuan dan kecakapan serta keterampilan siswa terkait materi yang akan diajarkan guru
(3)         Menyampaikan Materi Pelajaran
Pada fase ini guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, dan tentu saja akan lebih baik jika guru menyiapkan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, dapat berupa slide power point (dari laptop) dan LCD atau di daerah tertentu yang masih tertingal dapat juga digunakan plastik transparan dengan OHP, guru memberikan contoh-contoh, mendemostrasikan suatu proses atau prosedur sains dan sebagainya
(4)         Melaksanakan bimbingan
Dilaksanakan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan dalam suatu interaksi Tanya-jawab, untuk menilai tingkat pemahaman siswa atau mengoreksi jika ada kesalahan penerimaan konsep
(5)         Latihan
Pada fase ini, guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melatih keterampilannya atau menerapkan konsep pembelajaran atau informasi yang baru diterimanya dari guru untuk memecahkan persoalan. Guru mengamati, membimbing, memberi komentar yang mengarahkan, dengan cara berkeliling kelas


(6)         Evaluasi dan Umpan Balik
Dalam tahap ini guru memberikan review, komentar dan ulasan mengenai hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respons siswa yang benar dan memberi kesempatan mengulang keterampilan bilamana perlu
(7)         Latihan Mandiri
Karena menganggap semua siswa sudah mastery, guru memberikan latihan mandiri kepada para siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah dijarkan guru.

Sedangkan model seperti yang dikembangkan Siegfried Englemann, menurut Worksheet Library sintaknya dikembangkan dengan urutan langkah-langkah :
(1)         Pendahuluan/Review (introduction/review)
Disini guru berusaha memperoleh perhatian siswa, pada tahap ini guru memberi informasi ringkas atau menyampaikan advance organizer tentang materi yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan kecakapan macam apa yang harus dikuasai dan ditunjukkan siswa setelah pembelajaran nanti
(2)         Pengembangan (Development)
Setelah tujuan pembelajaran disampaikan kepada siswa, guru mendemostrasikan perilaku terkait pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dikuasai oleh siswa. Pada fase ini diperlukan pemberian informasi yang jelas dengan berbagai contohnya untuk menjamin agar siswa benar-benar paham. Pada tahap ini guru juga melakukan cek terhadap pemahaman siswa dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep dan keterampilan yang diajarkan, atau dengan memberi kesempatan mereka bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Disini akan lebih baik jika guru menggunakan bantuan media pandang atau media paandang-dengar maupun presentasi dengan bantuan multimedia
(3)         Latihan Tebimbing (Guided Practice)
Jika guru sudah yakinbenar bahwa sudah banyak contoh yang disampaikan guru, dan sudah cukup penjelasan yang dilakukan guru, yang dibuktikan oleh respons positif yang ditunjukkan oleh siswa, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih keterampilan dan kecakapan yang dipantau secara intensif oleh guru. Dalam fase ini guru dapat membantu siswa-siswa yang belum akap atau memberikan pengajaran langsung lagi secara khusus terhadap siswa yang masih memerlukannya.
(4)         Kesimpulan (Closure)
Pada fase ini guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang apa-apa yang sudah dipelajari pada hari itu, termasuk dalam hal ini mengingatkan kembali para siswa tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan dibuktikan oleh siswa dengan perubahan perilaku tertentu
(5)         Latihan Mandiri (Independent Practice)
Dengan asumsi sebagian besar siswa sudah mastery, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih kecakapan dan menerapkan konsep yang baru dipelajari secara mandiri. Dalam tahap ini guru sudah tidak ada lagi bantuan guru. Termasuk dalam lantihan mandiri ini adalah pemberian pekerjaan rumah (PR) kepada siswa, karena pada penyelesaian tugas PR tentunya siswa harus mengerjakannya sendiri
(6)         Penilaian (Evaluation)

Bentuk penilaian dapat berupa penilaian proses seperti pengerjaan LKS, tugas-tugas kelas dan sebagainya, atau penilaian terhadap produk seperti tes, tugas projek dan sebagainya. Dengan penilaian ini terbuka umpan balik bagi guru dan murid yang dapat digunakan untuk meniai kemajuan pembelajaran dan titik tolak dalam merancang pembelajaran terkait lebih lanjut.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang diilustrasikan dalam gambar 3.1 di bawah ini :
Gambar 3.1 Langkah-langkah Direct Instruction menurut Teori Pembelajaran Zig Engelman
            Sementara itu Arends (1997:67) seperti yang banyak diacu di Indonesia,berpendapat bahwa sintaks Direct Instruction adalah sebagai berikut :
·      Merumuskan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk siap belajar
·      Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
·      Menyediakan latihan terbimbing
·      Mengontrol pemahaman dan memberikan umpan balik
·      Menyiapkan latihan yang diperluas dan transfer ke dalam siatuasi yang lebih kompleks dan kehidupan nyata
Jadi menurut Arends ada lima fase/langkah pembelajaran yang merupakan sintaks DI.
Melihat adanya berbagai variasi langkah-langkah (steps) atau sintaks metode pembelajaran langsung atau model pembelajaran langsung di atas, ada satu pesan khusus yang ingin ditekankan disini. Seyogianya kita sebagai guru tidak perlu terlalu fanatik dengan sintaks atau langkah-langkah pembelajaran. Terbukti, bergantung pada ahli yang mengutarakan, tidak ada sintaks baku bagi metode pembelajaran atau model pembelajaran.
Praktik pembelajaran langsung memang tidak termasuk kegiatan siswa seperti diskusi, resitasi, seminar, lokakarya, studi khusus dan pemagangan. Pembelajaran ini benar-benar bergantung pada kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan dan juga kecakapan guru dalam mengajar. Di Indonesia, praktik DI ini rupa-rupanya sulit untuk diterapkan karena struktur kurikulum yang masih banyak dijejali bidang studi. Implementasi dI, membutuhkan kurikulum yang sederhana, lugas, dan setiap bidang studi memiliki jumlah jam pembelajaran yang cukup. Dalam kaitan ini memang masih mungkin menerapkan DI tetapi di perguruan tinggi.
Kecuali iu praktik DI memerlukan guru yang benar-benar berkopenten, berkualitas dan memiliki semangat sebagai guru. Dalam hal ini tentu saja tidak ada lagi guru sabilan, atau orang yang menjadi guru sambil mengerjakan profesi yang lain. Hanya guru yang benar-benar guru dan dihargai sebagai guru yang dapat mengaplikasikan DI. Implementasi DI memerlukan komitmen guru, keterampilan dan kecakapan yang menggambarkan kompetensi guru serta tersedianya waktu yang cukup bagi setiap mata pelajaran.
Terkait dengan kesuksesan DI ini ada hal yang perlu dicamkan dan disepakati bersama bahwa:
·         Pada praktinya tetap tidak ada satu metode tunggalpun yang paling baik. Penggunaan variasi berbagai metode pembelajaran berdasar sejumlah besar penyelidikan akan membantu efektivitas pembelajaran.
§  Pelaksanaan DI tidaklah mudah, guru harus siap benar, siap konsep, siap melakukan  pembimbingan tahap demi tahap, siap melakukan pengajaran langsung ulang (semacam pengajaran remidi yang dilaksanakan dengan sintaks DI). Sekolah juga harus menyediakan berbagai fasilitas yang menunjang DI.
·         Kritik pokok DI adalah terhadap implementasi pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning), karena faktanya pembelajaran semacam ini justru kurang efektif dalam mengembangkan keterampilan siswa dalam menguasai konsep sains.
·         Berdasarkan hal tersebut jenis-jenis pembelajaran yang melibatkan diskusi kelompok kecil seperti pembelajaran kooperatif tidak termasuk fokus kritik DI ini.
Hal yang menarik adalah jika pada akhir abad XX masih terjadi perdebatan sengit antara pendukung strategi belajar berbasis siswa dengan implementasi pembelajaran kooperatif, pada awal abad XXI ini masing-masing pihak telah menyadari bahwa semuanya bermanfaat bergantung pada kondisi pembelajaran dan sifat bahan ajar. Jadi, yang penting ada keseimbangan antara praktik pembelajaran berbasis guru (teacher-centered) dan praktik pembelajaran berbasis siswa (learner-centered). Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Trilling dan Fadel (2009) sesuai gambar 3.2 berikut:

Teacher-directed                                                    Learner
Direct-instruction                                                         Interactive exchange
Knowledge                                                                   Skills
Content                                                                        Process
Basic skills                                                                    Applied skills
Facts and principles                                                      Questions and problem
Theory                                                                          Practice
Curriculum                                                                   Projects
Time-slotted                                                                 On-demand
One-size-fits-all                                                            Personalized
Competitive                                                                  Collaborative
Text-based                                                                    Web-based
Summative tests                                                           Formative evaluation
Learning for school                                                      Learning for life




BAB IV

PENUTUP
A.    KESIMPULAN
kata “Metodeologi” berasal dari bahasa yunani methodos yang berarti cara, dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian metodologi dapat dirtikan suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan metode, peraturan, atau kaedah yang diikuti dalam ilmu pengetahuan. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002 :741), berarti ilmu tentang metode, uraian tentang metode.
Metodologi Pembelajaran adalah ilmu yang membahas tentang cara-cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu proses interaksi antara pelajar dan pengajar agar tujuan yang telah ditentukan dalam pendidikandapat tercapai. Dengan cara membimbing, melatih, memberi contoh, serta mengatur dan memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar biasa belajar.
Macam metode pembelajaran diantaranya metode diskusi, demontrasi, ceramah, eksperimen, sosiodrama, resitasi, problem solving, latiha keterampilan, tanya jawab dan selain metode yang disebutkan masih banyak lagi aneka ragam metode pembelajaran. Dari beberapa metode tersebut dapat di variasikan atau dikombinasikan dalam melakukan praktik mengajar. Misalnya diskusi,tanya jawab dan tugas. Begitujuga dengan metode lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Surabaya:Rosda

Abdul Majid. Belajar dan pembelajran.Surabaya:rosda

Ahmad Sabri. 2005. strategi belajar mengajar Micro Teaching. Jakarta : quantum Teaching.

Sudjana, Nana dan Ahmad rivai. 2010. media Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Muhammad Anas. 2014. Mengenal metode Pembelajaran. Pasuruan : CV. Pustaka Hulwa

Jeanne S. chall. 2000. The academic archievement challenge what really works in the classroom?. The Guilford pers

Kasinyo Hartato dan Abduramansyah. 2009. Metodologi pembelajaran berbasis active learni. Palembang : Grafika Telindo

Muhammad Sobry Sutikno. 2014. Metode & model-model pembelajaran. Holistica

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar