MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN K 13
Dr. H. JARKAWI, M.M.Pd
DISUSUN OLEH
Mutiara Olfah
15210004
Universitas Islam Kalimantan ( UNISKA)
Muhammad Arsyad Al-banjary Banjarmasin
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Banjarbaru
2016
ABSTRAK
Pendidikan nasional kita masih menghadapi
berbagai macam persoalan. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih
menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan terlalu
membebani anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan
sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut. Berdasarkan
masalah tersebut, maka dalam karya tulis ini akan ditinjau bagaimana sebenarnya
pengaruh penerapan kurikulum 2013 terhadap tingkat pemahaman siswa dan guru.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mendeskripsikan beberapa hal yang mencakup proses pembelajaran
implementasi kurikulum 2013, faktor pendukung dan penghambatnya, serta persepsi
guru kimia di smk komputer mandiri banjarbaru mengenai kurikulum 2013.
Penelitian ini
dilakukan dalam situasi yang alami sehingga tidak ada batasan dalam memahami
fenomena yang sedang dikaji,Penelitian ini mengambil lokasi di Smk komputer
mandiri banjarbaru untuk memberikan hasil penelitian yang luas dan lengkap,
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
berdasarkan hasil analisis data tersebut,
kurikulum 2013 belum bisa diterapkan di smk komputer mandiri banjarbaru, karena
siswa disana tidak bisa menemukan sendiri informasi yang diberikan guru dan
guru juga sulit untuk membuat siswa itu aktif, dan juga dipengaruhi oleh faktor
ketidaksiapan guru terhadap kurikulum 2013 di karenakan hanya sebagian guru di
smk komputer mandiri yang mendapat pelatihan kurikulum 2013. Dan yang terakhir,
Faktor penghambat dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah kurangnya buku
pegangan yang sesuai dari kurikulum 2013, kemampuan guru yang belum optimal
dalam menggunakan media pembelajaran,
dan metode dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya sehingga proses
pembelajaran tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
Kata kunci:
Implementasi, Kurikulum 2013, tingkat kesiapan guru, hasil belajar
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang peningkatan kurikulum 2013.
Makalah ilmiah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah peningkatan kurikulum 2013 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah peningkatan kurikulum 2013 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Banjarbaru,
oktober 2016
Mutiara Olfah.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB
2 METODE
A. Metode
BAB
3 KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
kurikulum
BAB
4 PEMBAHASAN
A. Hakikat
Desain Pembelajaran
B. Pembelajaran
Berbasis Kompetensi
C. Asesmen
Yang Mendidik ,Otentik, Dan Berkelanjutan Di Kurikulum
2013
D. Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Di Kurikulum 2013
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan nasional kita masih menghadapi
berbagai macam persoalan. Persoalan itu memang tidak akan pernah selesai,
karena substansi yang ditransformasikan selama proses pendidikan dan
pembelajaran selalu berada di bawah tekanan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salah satu persoalan pendidikan kita yang
masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan terlalu
membebani anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan
sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut mesti dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di dunia internasional.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut mesti dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di dunia internasional.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu desain pembelajaran ?
2. Apa
pentingnya mengenal desain pembelajaran berbasis kompetensi?
3. Apa
pengertian dari asesmen yang mendidik,otentik dan berkelanjutan ?
4. Bagaimana
peningkatan kualitas pembelajaran k13
BAB 2
METODE
Penulisan jurnal ini dilakukan dengan beberapa metode, antara lain :
metode kajian pustaka yaitu mencari data atau referensi dari buku-buku yang
berkaiatan dengan materi, buku yang digunakan dalam pembuatan makalah ini
adalah buku kurikulum dan pembelajaran Kurikulum dan Pembelajaran bpk dan bahan
referensi lainnnya serta metode lainya yang digunakan yaitu metode browsing
dengan mencari referensi melalui internet.
BAB 3
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian
kurikulum
1.
Pengertian kurikulum
Pengertian kurikulum adalah
seperangkat atau sistem gagasan dan penyusunan tentang isi dan bahan
pembelajaran yang dipedomani dalam kegiatan belajar mengajar. Secara
etimologis, kurikulum berasal dari istilah curriculum di mana dalam bahasa
inggris, kurikulum adalah gagasan pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa
latin yaitu currere, kata currere memiliki banyak arti yaitu berlari cepat,
maju dengan cepat, menjalani dan berusaha
Dalam bahasa arab, kurikulum disebut dengan manhaj yang berarti jalan yang
dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan, dalam pengertian kurikulum
pendidikan bahasa arab yang di kenal dengan istilah manhaj al-dirasah yang jika
dilihat artinya pada kamus tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media
yang dijadikan sebagai referensi lembaga pendidikan untuk mewujudkan sebagian
tujuan pendidikan. Dalam pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan
pendapatnya dalam memberikan gambaran berupa bebrapa definisi pengertian
kurikulum seperti yang dapat dilihat dibawah ini
Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli
- Pengertian
kurikulum menurut definisi Kerr, J. F (1968) adalah
semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun
berkelompok, baik disekolah maupun di luar sekolah.
- Pengertian
kurikulum menurut definisi Inlow (1966),
mengemukakan gagasannya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh
yang dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk
memperoleh hasil dari pembelajaran yang telah ditetapkan.
- Menurut
definisi Neagley dan Evans (1967),
pengertian kurikulum adalah semua pengalaman yang sudah dirancang oleh
pihak sekolah.
- Menurut
pendapat Beauchamp (1968), pengertian kurikulum adalah
dokumen tercatat yang kandungannya berisi mata pelajaran yang akan
diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran,
pilihan disiplin ilmu, rumusan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari.
- Pengertian
kurikulum menurut definisi Good V. Carter (1973),
mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah kumpulan kursus
ataupun urutan pembelajaran yang sistematik. Menurut UU No. 20 Th. 2003,
pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana serta pengaturan tentang
tujuan, isi dan bahan pembelajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
- Pengertian
kurikulum menurut definisi Murray Print yang
mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah suatu ruangan
pembelajaran yang terencana, yang diberikan secara langsung kepada siswa
oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati oleh
seluruhnya siswa pada saat kurikulum diterapkan.
sejarah indonesia berkaitan kurikulum sudah berganti-ganti antara lain
sebagai berikut
- Tahun
1947- Leer Rencana (Rencana Pelajaran)
- Tahun
1952 - Rencana Pelajaran Terurai
- Tahun
1964 - Renthjana Pendidikan
- Tahun
1968 - Kurikulum 1968
- Tahun
1975 - Kurikulum 1975
- Tahun
1984 - Kurikulum 1984
- Tahun
1994 - dan Kurikulum 1999 - Kurikulum 1994 serta Sublemen Kurikulum
1999
- Tahun
2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi
- Tahun
2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
- Tahun
2013- Kurikulum 2013.
Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut :
- Fungsi
Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum berfungsi
sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis
artinya dapat berubah-ubah.
- Fungsi
Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang
mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan
berintegrasi di masyarakat.
- Fungsi Diferensiasi
(the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi sebagai diferensiansi
adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan
disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.
- Fungsi
Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi sebagai
persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat
mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan
pendidikan.
- Fungsi
Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan
adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program
belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
- Fungsi
Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai diagnostik
mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu
mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika
telah memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa
dapat mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya.
Komponen Kurikulum
a. Komponen Tujuan
- Kurikulum
adalah suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan
karena berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari banyaknya
sebagian tujuan yang tercapai. Tujuan pendidikan menurut permendiknas No.
22 Tahun 2007 pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah adalah
sebagai berikut
- Tujuan
pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan selanjutnya.
- Tujuan
pendidikan institusional adalah tujuan pendidikan yang dikembangkan di
kurikuler dalam setiap mata pelajaran disekolah.
b. Komponen Isi (Bahan pengajaran)
- Kurikulum
dalam komponen isi adalah suatu yang diberikan kepada anak didik untuk
bahan belajar mengajar guna mencapai tujuan. Kurikulum memiliki kriteria
yang membantu perencanaan pada kurikulum. Kriteria kurikulum adalah
sebagai berikut
- Sesuai,
tepat dan berarti bagi perkembangan siswa
- Mencerminkan
realita sosial
- Mengandung
pengetahuan ilmiah yang tahan uji
- Menunjang
tercapainya tujuan pendidikan
c. Komponen Strategi
Kurikulum sebagai komponen strategi yang mengacu pada pendekatan dan metode
serta peralatan dalam sistem belajar mengajar. Strategi dalam pembelajaran
tergambar dari cara yang ditempuh dalam pembelajaran, mengadakan penilaian,
pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan baik umum maupun yang sifatnya
khusus. Strategi Pelaksanaan adalah pengajaran, penilaian, bimbingan, dan
penyeluhan kegiatan sekolah. Tercapainya tujuan, ini diperlukan pelaksanaan
yang baik dalam menghantarkan peserta didik ke tujuan tersebut yang merupakan
tolak ukur dari program pembelajaran (kurikulum).
d. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi dalam kurikulum adalah memeriksa tingkat ketercapaian
tujuan suatu kurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang
memiliki fungsi penting dalam memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna
dalam pengembangan model kurikulum sehingga mampu mengetahui tingkat keberhasilan
suatu siswa dalam mencapai tujuannya
2. kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum
yang berlaku dalam Sistem Pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 ini merupakan
kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum-2006
yang biasanya dikenal dengan kurikulum KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) yang mana system KTSP telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun.
Awalnya Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya di tahun 2013.
Sekitar Pada tahun ajaran 2013/2014, lebih tepatnya pada pertengahan tahun
2013, Kurikulum 2013 diimpelementasikan secara terbatas pada sekolah perintis,
yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah Dasar, kelas VII untuk SMP, dan
kelas X untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah
diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan
SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang menjadi sekolah perintis adalah
sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Kurikulum 2013 memiliki empat
aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan
perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran
terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan
terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika.
Materi
pelajaran tersebut (terutama Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) disesuaikan
dengan materi pembelajaran standar Internasional (seperti PISA dan TIMSS)
sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri
dengan pendidikan di luar negeri.
Berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, nomor 60 tahun
2014 tanggal 11 Desember 2014, pelaksanaan Kurikulum 2013 dihentikan dan
sekolah-sekolah untuk sementara kembali menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, kecuali bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang sudah
melaksanakannya selama 3 (tiga) semester, satuan pendidikan usia dini, dan
satuan pendidikan khusus. Penghentian tersebut bersifat sementara, paling lama
sampai tahun pelajaran 2019/2020.
3.
aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013
a. Aspek Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut, pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan sebelumnya.
b. Aspek Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.
c. Aspek Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk proses penilaian. Sikap tersebut meliputi perangai sopan santun, sosial, adab dalam belajar, absensi,dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu mengawasi siswa-sisw, sehingga penilaian yang dilakukan kurang efektif.
4. Model-model Pembelajaran Yang Sesuai Dengan
Kurikulum 2013
Model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Bruce Joyce
dan Marsha Weil (dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model
interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.
Berdasarkan
Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model pembelajaran yang
diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri
(Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery
Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning),
dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).
Untuk
menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
- Kesesuaian
model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta
kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau KD-4.
- Kesesuaian
model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang
dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran
dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan
dan keterampilan.
- Penggunaan
pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta didik
melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information),
mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).
Berikut
adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan
saintifik (5M).
Model
Inquiry Learning
Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:
Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:
- Observasi/Mengamati
berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada
peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata
pelajaran tertentu.
- Mengajukan
pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta
didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap
guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
- Mengajukan
dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat
mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari
pertanyaan yang diajukan.
- Mengumpulkan
data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga
pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang
paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
- Merumuskan
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis,
sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil
temuannya.
Model Discovery Learning.
- Stimulation
(memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat
berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi
pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat
pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan
membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
- Problem
Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut, peserta didik
diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada
kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari
informasi, dan merumuskan masalah.
- Data
Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan
pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan
untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga
akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta
didik untuk mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah,
jika satu alternatif mengalami kegagalan.
- Data
Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta
didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya
untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan
melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
- Verification
(memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek
kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan,
antara lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang
relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga
menjadi suatu kesimpulan.
- Generalization
(menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk
menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau
permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih
pengetahuan metakognisi peserta didik.
Problem
Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
- Mengorientasi
peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik
mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
- Mengorganisasikan
kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan
agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya)
terhadap malasalah kajian.
- Membimbing
penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan
percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau
menyelesaikan masalah yang dikaji.
- Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan
dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
- Analisis
dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat
jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
Project
Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Langkah
pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan
pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar
peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari
fenomena yang ada.
- Mendesain
perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada
disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
- Menyusun
jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting
agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai
dengan target.
- Memonitor
kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek
yang sedang dikerjakan.
- Menguji
hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber.
- Mengevaluasi
kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan
sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama
atau mata pelajaran lain.
BAB 4
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT DESAIN PEMBELAJARAN
1. Pengertian
desain pembelajaran
Desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136)
adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara
khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung
arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep
pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya
sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai
disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang
strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai
ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan
fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai
mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain
pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Dengan
demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media
teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer
pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi
penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan
pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu
terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori
belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa,
dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
Pembelajaran yang akan
direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya, agar rencana
pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan
pembelajaran, perlunya perencanan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan
pembelajaran. Dalam perbaikan pembelajaran diasumsikan bahwa
(1) Perbaikan kualitas pembelajaran; ini haruslah diawali dengan perbaikan
desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari
upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dmungkinkan karena dalam desain
pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar telah
terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran
sampai dengan pelaksanan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
(2) Pembelajaran dirancang dengan pendekatan sistim; desain pembelajaran
yang dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistim. Hal ini disadari
bahwa dengan pendekatan sistim akan memberikan peluang yang lebih besar dalam
mengintegrasikan semua variable yang mempengaruhi belajar.
(3) Desain pembelajaran mengacu pada
bagaimana seseorang itu belajar; Rancangan pembelajaran biasanya dibuat
berdasarkan pendekatan perancangnya, Hal ini biasanya muncul pendekatan yang
bersifat intuitif yang rancangan pembejalajarannya banyak diwarnai oleh
kehendak perancangnya, dan pendekan perancangan yang bersifat ilmiah yakni
diwarnai dengan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuan pembelajaran.
Jika pembuatan rancangan pembelajaran dibuat bersifat intuitif ilmiah yang
merupakan perpaduan antara keduanya, dapat menghasilkan rancangan pembelajaran
yang sesuai dengan pengalaman empiris yang pernah ditemukan pada saat
melaksanakan pembelajaran yang dikembangkan dengan teori-teori yang relavan.
Pendekanatan inilah yang akan dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
(4) Desain pembelajaran diarahkan pada kemudahan belajar; Pembelajaran
adalah upaya membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan
penataan upaya tersebut agar muncul prilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata
dengan baik strategi yang direncanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil
pembelajaran. Disinilah peran guru mendesain pembelajaran secara terncana
sehingga dapat mempermudah melakukan kegiatan pembelajaran. Jika ini dilakuakn
dengan baik maka sasaran akhir adalah memudahkan belajar siswa dapat tercapai.
(5) Desain pembelajaran melibatkan
variable pembelajaran; Desain pembelajaran haruslah mencakup semua variable
pembelajaran. Ada tiga variable yang harus dipertimbangkan dalam merancang
pembelajaran yakni
a. Variable kondisi yang mencakup semua variable
yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencanaan pembelajaran. yang termasuk
variable ini adalah tujuan pembelajaran, karasteristik bidang studi dan
karasteristik siswa.
b. Variable
metode pembelajaran yang mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang termasuk variable ini adalah
strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan
stratgi pengelolaan pembelajaran.
c. Variable hasil pembelajaran mencakup semua
akibat yang muncul dari pengunaan metode pada kondisi tertentu, seperti
keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.
(6) Desain pembelajaran penetapan metode untuk mencapai tujuan; Menetapkan
metode pembelajaran yang optimal adalah inti dari desain pembelajaran dalam
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utamanya adalah pada
pemilihan, penetapan dan pengembangan variable metode pembelajaran. Pemilihan
metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dari hasil
pembelajaran. Ada beberapa prinsif yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan
metode pembelajaran antara lain;
a. tidak ada satu metode pembelajaran
yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi,
b. Metode
pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada
hasil pembelajaran, dan
c. kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh
yang konsiten pada hasil pengajaran.
2.
Model-model Desain Pembelajaran
1. Model PPSI
(1976)
Dalam model PPSI pengajaran dipandang sebagai suatu
sistem. Sub-sistem dari pengajaran, diantaranya tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat dan
sumber pembelajaran dan evaluasi. Semua komponen tersebut diorganisir
sedemikian rupa sehingga masing-masing komponen dapat berfungsi secara
harmonis.
Guru mempunyai tugas mengurutkan langkah-langkah sehingga
tersusun suatu urutan-urutan system pengajaran yang baik. Adapun urutan
langkah-langkah dalam PPSI itu adalah sebagai berikut:
Ø Merumuskan tujuan instruksional khusus
Ø Menyusun alat evaluasi
Ø Menetapkan kegiatan pembelajaran
Ø Merancang program pengajaran
Ø Malaksanakan program
2. Model Kemp
(1985)
Berorientasi pada perancangan pembelajaran yang
menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah
menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media
yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran.
Menurut Miarso dan Soekamto,
model pembelajaran Kemp dapat digunakan di semua tingkat pendidikan, mulai dari
Sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ada 4 unsur yang merupakan dasar dalam
membuat model Kemp:
Ø Untuk siapa program itu dirancang? (ciri
pebelajar)
Ø Apa yang harus dipelajari? (tujuan yang akan
dicapai)
Ø Bagaimana isi bidang studi dapat dipelajari
dengan baik? (metode/strategi pembelajaran)
Ø Bagaimana mengetahui bahwa proses belajar telah
berlangsung? (evaluasi)
3. Model Bela
H.Banathy
Model pengembangan system
pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah
pengembangan system pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain
ini bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup
keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para
pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta
suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi
guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus
dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam system.
Komponen-komponen tersebut
menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan,
sebagai berikut:
Langkah 1 : Merumuskan tujuan
Pada langkah
ini pengembang merumuskan tujuan pembelajaran, yang merupakan pernyataan
tentang hal-hal yang diharapkan untuk dikerjakan, diketahui, dirasakan, dan
sebagainya oleh peserta didik atau siswa sebagai hasil pengalaman belajarnya.
Langkah 2 : Mengembangkan tes
Pada langkah
ini dikembangkan suatu tes sebagai alat evaluasi, yang digunakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan belajar, atau ketercapaian tujuan pembelajaran
oleh peserta didik/siswa. Penyusunan tes berdasarkan tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.
Langkah 3 : Menganalisis tugas belajar
Pada langkah
ini dirumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik/siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yakni perubahan tingkah
laku yang diharapkan. Pada langkah ini, perilaku awal peserta didik/siswa perlu
dinilai dan dianalisis.
Berdasarkan gambar tentang
perilaku awal tersebut dapat dirancang materi pelajaran dan tugas-tugas belajar
yang sesuai, sehingga mereka tidak perlu mempelajari hal-hal yang telah
diketahui atau telah dikuasai sebelumnya.
Langkah 4 : Mendesain Sistem Pembelajaran
Pada langkah
ini dikembangkan berbagai alternative dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan
pembelajaran, baik yang harus dilakukan oleh siswa/peserta didik maupun
kegiatan-kegiatan guru/tenaga pengajar. Langkah ini dikembangkan sedemikian
rupa yang menjamin agar peserta didik melaksanakan dan menguasai tugas-tugas
yang telah dianalisis pada langkah 3 desain system juga meliputi penentuan
siswa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai tujuan pembelajaran,
dan oleh karena perlu disediakan alternative kegiatan tertentu yang cocok.
Selain dari itu, dalam desain system supaya ditentukan waktu dan tempat
melakukan kegiatankegiatan pembalajaran.
Langkah 5 : Melaksanakan Kegiatan dan mengetes hasil
System yang
sudah di desain selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji coba di lapangan
(sekolah) dan di tes hasilnya. Hal-hal yang telah dilaksanakan dan dicapai oleh
peserta didik merupakan output dari implementasi system, yang harus dinilai
supaya dapat diketahui hingga mereka dapat mempertunjukan atau menguasai
tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran
Langkah 6 : Melakukan Perubahan Untuk Perubahan
Pada langkah
ini ditentukan, bahwa hasil –hasil yang diperoleh dari evaluasi digunakan
sebagai umpan balik bagi system keseluruhan dan bagi kompinen-komponen system,
yang pada gilirannya menjadi dasar untuk mengadakan perubahan untuk perbaikan
system pemabalajaran.
Kendatipun 6
komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan
system pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi
serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses
pengemabnagan suatu system menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti
kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan
kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan
dapat diterapkan dalam system sekolah.
4. Model
Gerlach & Elly
Merupakan suatu metode
perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman
atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena model ini memperlihatkan
keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan
secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan
antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan
yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.
Rincian komponennya adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan
tujuan pembelajaran (Specification of Object)
Tujuan pembelajaran
merupakan suatu target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan
harus bersifat jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar
mudah diukur dan dinilai.
Berikut petunjuk praktis merumuskan tujuan
pembelajaran:
1)
Audience
2)
Behavior
3)
Condition
4)
Degree
b. Menentukan
isi materi (Specification of Content)
Bahan atau materi pada dasarnya adalah “isi” dari
kurikulum yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi topik/sub topik dan
rinciannya. Isi materi berbeda-beda disesuaikan menurut bidang studi, sekolah
tingkatan dan kelasnya. Isi materi harus sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Pemilihan materi haruslah spesifik agar lebih mudah membatasi ruang
lingkupnya dan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan
pokok bahasan lainnya.
c.
Penilaian
kemampuan awal siswa (Assesment of Entering Bahaviors)
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes
awal. Mengetahui kemampuan awal ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan
dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tes
awal dapat dilakukan dengan 2 cara:
1) Pretest
2) Mengumpulkan
data pribadi siswa.
d. Menentukan
strategi (Determination of Strategy)
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan yang
dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber dan
menentukan tugas/evaluasi dalam kegiatan balajar mengajar.
Menurut gerlach & elly ada 2 bentuk pendekatan, yaitu:
1) Bentuk Ekspository
2) Bentuk Inquiry
e.
Pengelompokkan
belajar (Organization of Groups)
Beberapa pengelompokkan siswa diantaranya;
1) Berdasarkan
jumlah siswa
2) Pengelompokkan
campuran
3) Gabungan
beberapa kelas
4) Sekolah
dalam sekolah
5) Taman
kependidikan
f.
Pembagian
waktu (Allocation of Time)
Rencana penggunaan waktu akan berbeda berdasarkan
pokok permasalahan, tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan yang tersedia,
pola-pola administrasi serta kegunaan dan minat-minat para siswa.
g. Menentukan
ruangan (Allocation of Space)
Ada tiga alternatif ruangan belajar agar proses belajar mengajar dapat
terkondisikan;
1) Ruangan-ruangan
kelompok besar
2) Ruangan-ruangan
kelompok kecil
3) Ruangan
untuk belajar mandiri
h. Memilih
media (Allocation of Resources)
Gerlach & Elly membagi media sebagai sumber belajar kedalam 5 kategori;
1) Manusia dan
benda nyata
2) Media visual
proyeksi
3) Media audio
4) Media cetak
5) Media
display
i.
Evaluasi
hasil belajar (Evaluation of Performance)
Semua kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil atau
tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Dalam tahap
evaluasi, yang dilihat bukan hanya hasil belajar siswa, melainkan juga
keseluruhan sistem pembelajaran.
j.
Menganalisi
umpan balik (Analysis of Feed Back)
Data dari analisis umpan balik yang diperoleh dari
evaluasi, tes maupun tanggapan-tanggapan tentang kegiatan pembelajaran ini
menentukan apakah sistem, metode maupun media yang dipakai dalam pembelajaran
tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang dicapai atau masih perlu untuk
disempurnakan. Sehingga untuk kedepannya dapat diperbaiki agar proses
pembelajaran benar-benar berhasil.
Kelebihan model pembelajaran Gerlach &Elly antara
lain:
a.
Sangat
teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
b. Cocok
digunakan untuk segala kalangan.
Adapun kekurangan model pembelajaran Gerlach &Elly yaitu
a.
Terlalu
panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran.
b. Tidak adanya
tahapan pengenalan karakteristik siswa.
5. Model Dick
and Carrey
Model desain pembelajaran yang
digunakan dalam pengembangan pembelajaran ini adalah Dick and Carey Systems
Approach Model. Menurut Prof. Atwi Suparman (Rektor UT), model ini diciptakan
selain cocok untuk pembelajaran formal di sekolah, juga untuk sistem
pembelajaran yang melibatkan komputer dalam proses pembelajaran. Analisis
tentang media dan metode tidak bersifat argumentatif guna mencapai berbagai
alternatif media dan metode yang akan dipakai karena media yang digunakan sudah
tertentu, yakni komputer dan perlengkapannya, dan metodenya adalah metode
pembelajaran berbasis komputer.
Secara rinci tahapan-tahapan
desain pembelajaran yang digunakan untuk memodifikasi dari desain pembelajaran
Dick and Carey System sebagai berikut :
a. Identifikasi
Tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah dalam merancang program,
implementasi program dan evaluasi.
b. Analisis
Instruksional. Pada tahap ini, diterapkan konsep-konsep dan prinsip perangkat
keras komputer yang harus dikuasai siswa.
c. Identifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa. identifikasi awal siswa dilakukan
melalui tes awal.
d. Penulisan
Tujuan Kinerja. Penulisan tujuan kinerja dijabarkan dalam bentuk rencana
pelaksanaan pembelajaran.
e. Evaluasi.
Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program pembelajaran, maka dilakukan
evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah diterapkan.
6. Model ASSURE
Model ASSURE
merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et
al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
Analyze Learners
States Objectives
Select Methods, Media, and Material
Utilize Media and materials
Require Learner Participation
Evaluate and Revise
a. Analisis Pelajar
Menurut Heinich et
al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan
disesuaikan dengan cirri-ciri belajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan
medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005
menyatakan sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada
tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan
cirri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar.
b. Menyatakan Tujuan
Menyatakan tujuan
adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembeljaran baik berdasarkan buku
atau kurikulum. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah
dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus
difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.
c. Pemilihan Metode, Media dan Bahan
Heinich et al.
(2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media
yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan
dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan
langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
d. Penggunaan Media dan bahan
Menurut Heinich et
al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview
bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman
pembelajaran.
e. Partisipasi Pelajar di dalam kelas
Sebelum pelajar
dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran
seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
f. Penilaian dan Revisi
Sebuah media
pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak
pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberapa aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar,
pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media,
penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
7. Model ADDIE
Ada satu model
desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE
(Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an
yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu
menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan
yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini
menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a.
Analysis (analisa)
b.
Design (disain / perancangan)
c.
Development (pengembangan)
d.
Implementation (implementasi/eksekusi)
e.
Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis
merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh
peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan),
mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task
analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa
karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan,
identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal
juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka
sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada
terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama
merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan
realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada
tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi
pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita
pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula
sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan
belajar yang seperti apa seharusnya, dan lainlain. Semua itu tertuang dalam
sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan
adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya,
jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran,
maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka
modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar
lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam
tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba
sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari
salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnyaevaluasi formatif,
karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang
kita kembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi
adalah langkah nyata untuk menerapkan system pembelajaran yang sedang kita
buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset
sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Misal, jika
memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika
penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu
tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau
desain awal.
Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah
proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil,
sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi
pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap
diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan
revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk
evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap
rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji
coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok
kecil dan lain-lain.
2. PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI
A. KARAKTERISTIK
KOMPETENSI
Ada beberapa Karakteristik Kompetensi.
Kompetensi merupakan karekteristik yang mendasar pada setiap individu yang
dihubungkan dengan criteria yang dideferensiasikan terhadap kinerja yang unggul
atau efektif dalam sebuah pekerjaan atau situasi.
Spencer and spencer (1993) yang
dikutip oleh Wibowo menyatakan bahwa: “Kompetensi merupakan landasan dasar
karekteristik orang dan mengindikasikan cara berprilaku atau berfikir,
menyamakan situasi, dan mendukung untuk periode waktu cukup lama”.
Terdapat lima tipe Karakteristik
Kompetensi, yaitu sebagai berikut:
- Motif
adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang
menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan, dan memilih perilaku
menuju tindakan atau tujuan tertentu.
- Sifat
adalah karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi
atau informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik
kompetensi seseorang pilot tempur.
- Konsep
diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya diri
merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap
situasi adalah bagian dari konsep diri orang.
- Pengetahuan
adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik. Pengetahuan
adalah kompetensi yang kompleks.
- Keterampilan
adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu.kompetensi
mental atau keterampilan kognitif termasuk berfikir analitis dan
konseptual.
B. Pengertian Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembaharuan pendidikan dan pembelajaran
selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu dan tidak pernah berhenti. Pendidikan
dan pembelajaran berbasis kompetensi merupakan contoh hasil perubahan yang dimaksud
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakkan konsep kurikulum yang sampai
sat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik dalam pendidikan.[1][1]
Pendidikan berbasis kompetensi menekankan
pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan.
Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang
secara umum harus dikuasai lulusan. Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976:
29) adalah "pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan
tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan
kemampuan yang dapat diamati dan diukur". Kompetensi (kemampuan) lulusan
merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat global, karena persaingan yang
terjadi adalah pada kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena itu, penerapan
pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang mampu
berkompetisi di tingkat global. Implikasi pendidikan berbasis kompetensi adalah
pengembangan silabus dan sistem penilaian berbasiskan kompetensi.
Paradigma pendidikan berbasis kompetensi
yang mencakup kurikulum, pembelajaran, dan penilaian, menekankan pencapaian
hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar
yang diberikan kepada siswa melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran yang
mencakup pemilihan materi, strategi, media, penilaian, dan sumber atau bahan
pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat
pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai
dengan standar prosedur tertentu.
Pembelajaran Berbasis Kompetensi merupakan
suatu model pembelajaran dimana perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya
mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi
dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam pembelajaran benar-benar mengacu
dan mengarahkan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan
sehingga mereka tuntas dalam belajarnya. (Depdiknas, 2002).[2][2]
Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan
atas pokok-pokok pikiran bahwa apa yang ingin dicapai oleh siswa melalui
kegiatan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas. Perumusan dimaksud
diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa.
Standar kompetensi meliputi standar materi atau standar isi (content standard)
dan standar pencapaian (performance standard). Standar materi berisikan jenis,
kedalaman, dan ruang lingkup materi pembelajaran yang harus dikuasi siswa,
sedangkan standar penampilan berisikan tingkat penguasaan yang harus
ditampilkan siswa. Tingkat penguasaan itu misalnya harus 100% dikuasai atau
boleh kurang dari 100%. Sesuai dengan pokok-pokok pikiran tersebut, masalah
materi pembelajaran memegang peranan penting dalam rangka membantu siswa
mencapai standar kompetensi.[3][3]
Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran, bahan
ajar dipilih setelah identitas mata pelajaran, standar kompetensi, dan
kompetensi dasar ditentukan. Langkah-langkah pengembangan pembelajaran sesuai
KBK antara lain
1.
menentukan
identitas matapelajaran,
2. menentukan
standar kompetensi,
3.
kompetensi
dasar,
4. materi
pembelajaran,
5
strategi pembelajaran/pengalaman belajar,
Setelah
pokok-pokok materi pembelajaran ditentukan, materi tersebut kemudian diuraikan.
Uraian materi pembelajaran dapat berisikan butir-butir materi penting (key
concepts) yang harus dipelajari siswa atau dalam bentuk uraian secara lengkap
seperti yang terdapat dalam buku-buku pelajaran.
Seperti yang
diuraikan di muka, materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu
komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar, bahan
ajar atau materi pembelajaran berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
atau nilai yang harus dipelajari siswa.
Materi
pembelajaran perlu dipilih dengan tepat agar dapat seoptimal mungkin membantu
siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Masalah-masalah
yang timbul berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran menyangkut jenis,
cakupan, urutan, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran dan sumber
bahan ajar. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi atau ditentukan
dengan tepat karena setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi,
media, dan cara mengevaluasi yang berbeda-beda. Cakupan atau ruang lingkup
serta kedalaman materi pembelajaran perlu diperhatikan agar tidak kurang dan
tidak lebih. Urutan (sequence) perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi
runtut. Perlakuan (cara mengajarkan atau menyampaikan dan mempelajari) perlu
dipilih setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya,
misalnya perlu kejelasan apakah suatu materi harus dihafalkan, dipahami, atau
diaplikasikan
3. ASESMENT YANG MENDIDIK,OTENTIK,
DAN BERKELANJUTAN DI KURIKULUM 2013
A. Pengertian Asesment dan
hubungannya
Assesment atau penilaian tidak
bisa dilepaskan dengan peran guru sebagai tenaga pengajar. Assesment termasuk salah
satu indikator penentu untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan atau bahkan
kegagalan yang dilakukan oleh guru atau dosen selaku agen pembelajaran dan
siswa sebagai subjek pembelajaran, sebelum memilih metode yang tepat sasaran
yang dianggap sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada sehingga untuk
langkah selanjutnya efektifitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran dapat
terselenggara dengan baik dan dapat menghasilkan keluaran belajar yang kompeten
yang dapat membuat assesment pembelajaran di sekolah
tersebut bernilai positif, sesuai tujuan pendidikan nasional.
Bertolak dari ketentuan perundangan
PP.No.19 tahun 2003, tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menguraikan
delapan standar mutu pendidikan yaitu, (1) standar isi, (2) standar proses, (3)
standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidikan dan kependidikan, (5)
standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan,
dan (8) standar penilaian (assesment), maka kita
dapat melihat bahwa standar penilaian (assesment) adalah
”standar penentu” bagi kesuksesan suatu proses pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa assesment (penilaian/evaluasi), merupakan
indikator penting yang harus dikuasai oleh setiap guru atau dosen untuk
mengetahui apakah seluruh standar tersebut berhasil atau gagal dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakannya, setelah diperoleh hasil assesment dari proses pembelajaran.
Dari assesment
ini pula, kita dapat mengetahui apakah guru atau dosen sebagai perancang dan
pengelola proses pembelajaran, telah memenuhi standar kualifikasi akademik yang
dimaksud oleh PP. No.19 tahun 2005, dimana guru harus memenuhi empat standar
kompetensi sebagai agen pembelajaran, yaitu standar kompetensi pedagogis,
standar kompetensi kepribadian, standar kompetensi profesional, dan standar
kompetensi sosial, yang membuat assesment
pembelajaran di sekolah tersebut berkualitas.
A.
Pengertian Assesmen dan Pembelajaran
Assesmen yang dalam bahasa Inggris
disebut dengan ”Assesment” mengandung
makna taksiran/penaksiran, penilaian, penilaian keadaan, beban, pembebanan atau
pemikulan. Menurut H.A.R Tilaar assesment adalah alat tes untuk mengukur
performan siswa dalam proses belajar. Salah satu contoh tes (assesment) yang menjadi
industri besar di Amerika adalah test TOEFL (tes bahasa Inggris) yang digunakan
untuk memasuki perguruan perguruan tinggi terkemuka di Amerika. Hal senada
diungkapkan oleh Tardif (1989) bahwa assesment adalah evaluasi
terhadap proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa,
sesuai kriteria yang ditetapkan, contoh assesment di Indonesia salah satunya
adalah UN (Ujian Nasional) yang dahulu dikenal dengan EBTANAS. Lebih lanjut
Lefrancois (1982:336) mengemukakan bahwa assesmen adalah alat ukur/evaluasi,
bagi guru/dosen untuk mengetahui, memonitor, merekam, mendorong, dan
meningkatkan atau memotivasi prestasi siswa yang akan menjadi umpan balik bagi
diri siswa sendiri untuk mengukur kelemahan dan kekuatannya dalam mengukur
diri. Sedangkan Assessment menurut Hopkins & Antes (1990:31) adalah alat
ukur/evaluasi, bagi guru untuk mengetahui kemajuan siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran”.
Lebih tegas lagi Gagne
& Briggs menjelaskan assesment
adalah alat ukur keberuntungan guru dan siswa untuk mengevaluasi
diri mereka sendiri (self assesment)
dalam meningkatkan keberhasilannya dan inisiatif diri.
Dalam pendidikan assessmen sering
dirangkai dengan kata pembelajaran
(Assesment Of Learning). Pembelajaran menurut Reigeluth dan Degeng
adalah ”Upaya untuk membelajarkan
siswa”. Morton & Macbeth seperti yang dikutip Beard & Senior (1980:76)
mengungkapkan bahwa assesment of learning
adalah evaluasi pada landasan psikologis yang dilakukan oleh guru untuk
mengetahui sejauh mana siswa mampu mengevaluasi diri, dimana guru dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa dengan tahapan :
1. Menjadikan alat evaluasi sebagai umpan balik.
2. Memilih alat evaluasi yang objektif dan adil,
dengan menginformasikannya kepada siswa,
3. Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi
diri,
4. Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi teman.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
kita simpulkan bahwa assesmen dalam pembelajaran secara istilah adalah upaya
penilaian untuk mengukur (keberhasilan atau kegagalan) suatu proses
pembelajaran sekaligus sebagai umpan balik bagi guru dan siswa. Bagi siswa
assessmen dapat dijadikan evaluasi dirinya sejauhmana mereka memiliki
kompetensi setelah mengikuti proses pembelajaran. Bagi guru assessmen dapat
dijadikan alat evaluasi yang objektif untuk mengukur sejauhmana kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
B.
Kawasan Assesment dalam Pembelajaran
Assesment
sebagai alat evaluasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
pada tataran silabus, memiliki kompetensi dasar yang terfokus pada tiga
kawasan/kategori ranah (domain), yaitu kognitif ( hal yang harus diketahui dan
dipahami oleh siswa) , psikomotor (hal yang dapat dilakukan oleh siswa setelah
memiliki pengetahuan) dan afektif (”sikap”siswa setelah proses pembelajaran
diberikan). Proses evaluasi dalam pembelajaran sebagaimana yang
diklasifikasikan oleh Bloom dan teman temannya (1956) melalui tahapan yang
dimulai dari jenjang yang mudah ke jenjang yang sulit. Artinya evaluasi sudah
berlangsung sejak awal (pre test)
proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran (post test) dan jenjang tahapan dalam klasifikasi Bloom adalah
dimulai dari :
1.
Pengetahuan (penyajian informasi,dimana siswa mampu mengulang apa yang
diuraikan guru/dosen).
2. Pemahaman
(siswa menguraikan pesan / pengetahuan yang diterima dari guru dan menguraikannya berdasarkan
pemehamnnya/menambahkan atau mengkritisi).
3. Aplikasi (Siswa mampu membuat diagram / pola
atas informasi / pesan / pengetahuan yang diterima dari guru berdasarkan
pemahamnnya sendiri,yang tentunya tidak keluar dari tujuan pesan tersebut).
4. Analisis
(memecahkan pesan/ide/pengetahuan menjadi bagian kecil dan menunjukan hubungannya(keterkaitannya).
5. Sintesis,menyatukan bagian bagian kecil
pesan/ide/pengetahuan menjadi satu kesatuan.
6. Evaluasi menjadi assesmen penilaian yang
berdasarkan pada kriteria tertentu sesuai kondisi pembelajaran yang ada.
C.
Tujuan Assesment
Tujuan assesment dalam pembelajaran menurut Muhibbin, menjelaskan bahwa
tujuan dari assesment adalah
1.
untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dan guru
sebagai pembimbing dalam suatu kurun waktu proses belajar yang sudah
ditentukan;
2.
untuk mengetahui posisi siswa dalam kelompok di kelasnya,sehingga guru dapat
memberi test sesuai dengan kemampuan siswa;
3.
untuk mengetahui tingkat usaha siswa dalam upaya pembelajarannya;
4. untuk
mengetahui sejauhmana siswa mengeksplorasi tingkat kecerdasannya dalam memahami
pelajaran;
5. untuk
mengetahui ukuran daya guna dan hasilguna metode yang diterapkan oleh guru
selaku pembimbing.untuk mengetahui apakah metode yang diterapkan sudah sesuai
dengan kondisi pembelajaran dan kondisi siswa yang ada dalam proses
pembelajarannya.
D.
Fungsi Assesment
Fungsi assesment dalam pembelajaran adalah
1. Fungsi
administratif dalam penyusunan nilai dan buku raport;
2. Fungsi
promosi,untuk menetapkan tingkat kelulusan siswa;
3. Fungsi
diagnostik,untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam belajar;
4. Fungsi
data bagi BP(Bimbingan Penyuluhan);
5. Fungsi
Pertimbangan , bagi pengembangan kurikulum di masa yang akan datang.
E. Syarat dan
Ragam Alat Evaluasi sebagai Assesmen dalam Pembelajaran
1. Syarat Alat Evaluasi sebagai Assesmen
dalam Pembelajaran
Muhibbin menjelaskan bahwa
persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif psikologi
belajar,meliputi dua macam yakni, (1) Reliabilitas, Tahan Uji dan dapat dipercaya
konsistensi dan keajegannya.(diujikan kepada siapapun dan dalam masa yang
berbeda, akan memberi hasil yang ”pasti”sama secara prinsip), (2) validitas,
keabsahan dan kebenaran pengukuran yang dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur, (sesuai dengan apa yang akan diukur/tepat sasaran). Lebih tegas lagi
Suryabrata (1995:327) mengungkapkan bahwa syarat tes yang baik harus reliabel,
valid, objektif, diskriminatif, komprehensif, dan mudah digunakan. Dengan
demikian syarat terpenting dalam assesment
pembelajaran adalah adanya indikator kompetensi pedagogi yang dimiliki oleh
guru atau dosen selaku evaluator sehingga guru atau dosen sebagai agen
pembelajaran mampu :
a.
Menggunakan berbagai cara / teknik penilaian.
b.
Menghargai karya siswa dan memajangnya.
c.
Memberikan penilaian atas semua aspek perkembangan siswa
(kognitif,afektif,psikomotorik).
(kognitif,afektif,psikomotorik).
d.
Menilai kegiatan siswa dalam pelaksanaan tugas belajar.
e.
Memberikan penilaian atas hasil yang dicapai.
f.
Melakukan penilaian formatif atas pembelajaran dan memperbaikinya
bila kurang efektif.
bila kurang efektif.
g.
Mengumumkan hasil penilaian siswa secara terbuka.
h.
Memberikan umpan balik dan penguatan atas kegiatan siswa.
i.
Mengumpulkan data perkembangan siswa.
j.
Melakukan analisis hasil penelitian.
2. Ragam dan Teknik Assesmen dalam Pembelajaran
Dalam Ragam dan Teknik Assesmen
Pembelajaran setiap pendidik baik dosen ataupun guru, harus memahami secara
baik dan benar:
a.
Pengertian Evaluasi / assesmen dalam pembelajaran.
b.
Tujuan dari assesmen yang akan diberikan.
c.
Kriteria dasar bahan ujian.
d.
Mengenai soal yang bermutu ( soal yang shahih/valid dan
handal/reliable).
handal/reliable).
e.
Teknik dan Alat Penilaian sebagai berikut :
1)
Teknik Penilaian melalui Test (1.Test Tertulis/Test Objektif
dan Uraian , 2.Test Lisan, 3.Test Perbuatan).
dan Uraian , 2.Test Lisan, 3.Test Perbuatan).
2)
Teknik Penilaian melalui observasi atau pengamatan.
3)
Teknik Penilaian melalui wawancara.
f.
Langkah langkah penyusunan soal.
g.
Penentuan Materi yang akan dan harus diujikan.
h.
Penetuan Prilaku yang akan diujikan.
i.
Penetuan dan Penyebaran soal.
j.
Penyusunan kisi-kisi.
k.
Penyusunan butir soal.
l.
Teknik Penilaian sikap.
Dalam Buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru , Muhibbin
menjelaskan bahwa ragam evaluasi terdiri atas beberapa bentuk test ,di
antaranya adalah :
1. Pre test (diberikan guru pada setiap awal penyajian pelajaran) dan Post test (diberikan pada
1. Pre test (diberikan guru pada setiap awal penyajian pelajaran) dan Post test (diberikan pada
setiap akhir penyajian pelajaran).
2. Evaluasi Prasyarat (appersepsi).
3. Evaluasi Diagnostik,yang
diberikan setelah selesai penyajian,yang menitikberatkan pada bahasan tertentu
yang membuat siswa kesulitan,untuk dibahas solusi pemahamannya.
4. Evaluasi Formatif,sejenis”ulangan”
yang diberikan pada akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.
5. Evaluasi Sumatif, sejenis
”ulangan umum” yang diberikan pada setiap akhir semester atau akhir periode
pelaksanaan program pengajaran.
6. UN (Ujian Nasional),
Dengan demikian para pendidik harus
memahami tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran dan melakukan
tahapan sebagai berikut sebagai bentuk evaluasi terhadap proses pembelajaran :
1.
Merumuskan indikator tiap kompetensi dasar
2.
Menyusun alat evaluasi.
3.
Menetapkan kegiatan belajar
4.
Merencanakan program kegiatan mengajar dengan memperhatikan materi isi
pelajaran, memilih alat, metode serta menetapkan jadwal.
5.
Melaksanakan program(mengadakan pre test, menyampaikan materi, dan akhirnya
mengadakan evaluasi/post test)
Colin Rose, pakar accelerated learning, menjelaskan bahwa
diri kita adalah hakim yang terbaik untuk menilai kemampuan dan kekurangan diri
sendiri (self assesment). Kita harus menguasai 8 kecerdasan yang ada
pada diri kita dan siswa didik , sebelum membuat evaluasi/assesment ke arah tercapainya tujuan pembelajaran. Delapam
kecerdasan itu adalah:
1.
Kecerdasan linguistik (berminat pada drama, pendengar yang baik, pembicara yang
fasih, pandai menjelaskan sesuatu,
senang menulis)
2. Kecerdasan matematis, logis (pemikir yang
logis dan analisis).
3. Kecerdasan visual/spasial
(pengamat,penentuarah pemikiran,pembuat pola diagram yang teliti).
4. Kecerdasan musikal(pendengar bunyi alam yang
baik dan penghafal baik, penulis lirik atau musik yang baik).
5. Interpersonal (mediator yang tangguh).
6. Intrapersonal (eksklusif, penyendiri,
penghayal).
7. Fisik (bekerja dengan benda, senang
bergerak,olahragawan).
8. Naturalis (Pencinta alam,yang mampu
menyebut nama jenis tanaman ,hewan dan pemerhati lingkungan yang baik).
Dalam
membuat assesment pembelajaran,
sebaiknya para pendidik memperhatikan tingkat kecerdasan siswa dan perbedaan
yang ada dalam diri masing-masing siswa sesuai 8 kecerdasan yang tersebut.
Pendidik juga harus mampu memotivasi siswa sehingga dapat memberikan hasil yang
baik dalam melatih daya ingat dan menggali potensi kecerdasan mereka
sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian Vernon dari Universitas Texas ,
yang dikutip oleh Colin Rose bahwa terdapat perbedaan persentase ingatan dalam
proses pembelajaran sebagai berikut:
1)
Belajar dengan Membaca akan menghasilkan daya ingat 20% saja
2)
Belajar dengan Mendengar akan menghasilkan daya ingat 30% saja
3)
Belajar dengan Melihat akan menghasilkan daya ingat 40% saja
4)
Belajar dengan Mengucapkan akan menghasilkan daya ingat 50% saja
5)
Belajar dengan Melakukan akan menghasilkan daya ingat 60% saja
6)
Maka Belajar dengan Membaca,Mendengar,Melihat,Mengucapkan,dan Melakukan akan
menghasilkan daya ingat sebanyak 90% (Luar biasa).
Penelitian Vernon yang tersebut di
atas dapat kita sandingkan dengan ”Gaya Pembelajaran” Model Quantum Teaching dalam mengevaluasi
pemahaman dan interaksi siswa dalam proses pembelajaran, yang dipaparkan oleh
Bobby De Porter, Mark Reardon dan Sarah Singer Nourie dalam istilah TANDUR
(singkatan kata dari, T= Tumbuhkan, A=Alami, N = Namai, D = Demonstrasikan, U =
Ulangi, R = Rayakan ). T = Tumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran, dengan
AMBAK ( Apa Manfaatnya BAgiKu /siswa). Dalam hal ini guru memotivasi minat
belajar Siswa untuk ikut memberi keputusan kepada tujuan pembelajaran yang akan
dicapai). A = Ciptakan ”pengalaman” yang membuat siswa, merasa mengalami
peristiwa yang disampaikan, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dalam proses
pembelajaran. N = Siapkan kata kunci untuk penamaan yang akan memudahkan daya
ingat siswa. D = Demonstrasikan , sebagai entuk aplikatif dari
pengetahuan/ide/pesan yang disampaikan guru.U = Ulangi , adakan tes formatif
atau post test sebagai alat ukur pemahaman. R = Rayakan keberhasilan Proses
Pembelajaran yang interaktif , efisien dan efektif, di antara guru dan siswa.
G. ”10 Prinsip Assesment ”, untuk keberhasilan evaluator rofesional.
Dalam membuat assesment/evaluasi/penilaian, pendidik harus memperhatikan dan
menguasai sepuluh prinsip assesment ,
dengan melaksanakan tahapan-tahapan berikut ini :
a)
Pendidik harus membuat Perencanaan yang efektif bagi dirinya dan
anak didiknya.
anak didiknya.
b)
Assesmen harus terfokus pada siswa sebagai subjek pembelajaran
(student center).
(student center).
c)
Assesment harus interaktif , Reflektif dan dapat dilaksanakan.
d)
Assesment adalah kunci ketrampilan Guru.
e)
Assesment adalah alat evaluasi yang sensitif dan Konstruktif terhadap
dampak emosi siswa.
dampak emosi siswa.
f)
Assesment harus memperhitungkan Motivasi Belajar siswa.
g)
Promosikan tujuan belajar, dan libatkan siswa sebagai pengambil
keputusan.
keputusan.
h)
Assesment adalah Bimbingan Belajar sebagai upaya peningkatan mutu
pendidikan.
pendidikan.
i)
Assesment akan membangun jiwa kepemimpinan(kemandirian) dan
kepekaan. siswa.
kepekaan. siswa.
j)
Assesment harus sesuai dengan tingkat kecerdasan / kemampuan
siswa yang berbeda satu sama lainnya.
siswa yang berbeda satu sama lainnya.
F.
Assesmen Alternatif
Penilaian alternatif menawarkan pada murid lebih
banyak pilihan ketimbang ujian tradisional. Sebagai contoh guru bahasa
Indonesia di sekolah memberi murid menu penilaian seperti menulis laporan
tentang wawancara, menulis sendiri cerita atau mewawancarai tokoh. Penilaian
demikian digolongkan dalam penilaian
autentik. Artinya penilaian yang dilakukan guru mengevalusi pengetahuan
siswa dalam konteks yang mendekati kehidupan nyata. Namun, dalam merancang atau
memilih alat evaluasi guru harus
memperhatikan setidaknya tiga indikator sebelum assesment dalam bentuk evaluasi diberikan kepada siswa didik. Hal
ini dimaksudkan untuk suksesnya proses pembelajaran. Tiga indikator tersebut
adalah :
1.
Indikator kondisi yang ada di linkungan pembelajaran dengan terlebih dahulu
memperhatikan tujuan dan karakteristik bidang studi, kendala dan karakteristik
bidang studi, karakteristik peserta didik.
2.
Memilih metode pembelajaran yang dapat memenuhi standar kompetensi yang sudah
diarahkan dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Metode pembelajaran
yang digunakan harus berpijak pada empat komponen KTSP yaitu :
a)
Tujuan pendidikan sekolah
b)
Struktur dan muatan kurikulum (content), yang mencakup mata
pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri, beban belajar, ketuntasan belajar, kenaikan dan kelulusan,penjurusan,pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri, beban belajar, ketuntasan belajar, kenaikan dan kelulusan,penjurusan,pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c)
Kalender Pendidikan
3. Silabus dan RPP
Memilih assesmen alternatif yang
sesuai dengan standar kompetensi dengan tidak mengabaikan indikator kondisi
pembelajaran serta metode yang digunalkan dalam proses pembelajaran tersebut.
Intinya, sebagai guru dituntut untuk dapat merancang sistem instruksional,
merancang pesan, merancang strategi pembelajaran yang efisien dan efektif
sehingga proses pembelajaran dapat memberikan assesment yang baik bagi masyarakat atas output yang dihasilkan oleh sekolah tersebut. Sebagai guru, untuk
dapat mengelola proyek, sumber, sistem dan informasi tentang assesment
pembelajaran, khususnya dalam menganalisis permasalahan di seputar assesment sekolah harus memiliki KSA
yaitu :
1.
Knowledge : pengetahuan dan wawasan
2.
Attitude : Sikap yang baik sebagai seorang guru,dosen,atau manager lembaga
pendidikan / kepala sekolah.
3.
Skill : Keahlian dalam menganalisa dan menyelesaikan permasalahan di seputar assesment dalam kualitas proses pembelajaran.
Guru dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan Alat
evaluasi yang tepat dan bermanfaat dalam memberikan umpan balik yang bernilai
positif bagi pendidik dan sekolah sehingga pada akhirnya assesment pembelajaran dari sekolah atau institusi dimana proses pembelajaran
itu berlangsung dapat menjadi nilai plus bagi kualitas sekolah itu sendiri.dan
beberapa hal yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh para evaluator adalah
dalam membuat alat evaluasi sebagai assesment
tools diantaranya :
1.
Pembuatan Quiz
2.
Pembuatan assignment untuk siswa
3.
Pembuatan pre test dan post tes dalam berbagai tipe soal
4.
Self test bagi siswa
5.
Presentasi jawaban
Sehingga peserta didik (siswa didik)
yang melaksanakan Evaluasi tersebut lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi
berbagai test, baik pre test atau post test, test sumatif atau formatif, baik
evaluasi yang dilakukan oleh evaluator dari luar maupun dari dalam,tidak akan
menjadi faktor utama yang perlu dikhawatirkan dalam penilaian assesmen pembelajaran
bagi hasil evaluasi mereka.
G. Model Assesment Alternatif sebagai Pilihan
Para Pendidik
Assesmen Alternatif adalah pilhan
yang tepat , karena pemilihan alat evaluasi sebagai unsur terpenting dan
pamungkas dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh bagi assesment sekolah dan unsur yang
terlibat di sekolah tersebut.dengan terlebih dahulu memperhatikan kondisi
lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, melihat ketersediaan sarana dan
prasarana (ketersediaan jaringan yang menjadi indikator penting bagi
pembelajaran yang berbasis TIK). Assesmen Alternatif sebagai penilaian program
atau proses pembelajaran harus dilandaskan pada tiga kawasan penidikan dalam
taksonomi Bloom yaitu :
1. Landasan Kognitif : Penilaian
atas prestasi pengetahuan dan wawasan
2. Landasan Afektif : Penilaian atas
respon & sikap siswa setelah PBM
3. Landasan Psikomotorik :
Partisipasi siwa dalam melaksanakan tugas.
Dengan memperhatikan aspek kemampuan
individu (self assesment) dalam
delapan kecerdasan yang berbeda dan kemampuan kinerja kelompok (performance assesment) dalam wujud assesmen kinerja
siswa dalam mengadaptasi test berbasis komputer,internet,maupun pembelajaran
berjaringan atau pembelajaran multimedia,baik pre test maupun post test,test
pilihan ganda yang diperluas, test jawaban terbuka, tugas individu, tugas
kelompok, baik dalam bentuk wawancara, observasi, assesment portofolio ( dalam tahap persiapan,tahap pelaksanaan,dan
tahap penilaian), proyek pameran, atau demonstrasi karya.
H.
Assessment Portofolio
Assesment portofolio adalah
penilaian terhadap kumpulan berkas sebagai bukti fisik setiap aktivitas siswa
selama dan sesudah pembelajaran, bisa berupa dokumen hasil tes, tugas-tugas,
hasil karya, catatan tentang sikap-minat, ketrampilan, dan kompetensi siswa.
Assesment ini adalah salah satu bentuk penilaian autentik yang diadaptasi
secara luas di sekolah-sekolah saat ini. Diane Hart mendefinisikan portofolio
sebagai "sebuah wadah yang memegang bukti keterampilan individu, ide, minat,
dan prestasi." Penilaian
portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan
mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan
seseorang (Pomham, 1984). Seluruh hasil belajar peserta didik (hasil tes, hasil
tugas perorangan, hasil praktikum atau hasil pekerjaan rumah) dicatat dan
diorganisir secara sistematik.
Fungsi penilaian fortopolio
adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang telah dicapai
peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, memberikan
umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran.
Kumpulan hasil pekerjaan peserta didik dapat berupa: (1) puisi; (2) karangan;
(3) gambar/tulisan; (4) peta/denah; (5) desain; (6) paper; (7) laporan observasi;
(8 ) laporan penyelidikan; (9) laporan penelitian; (10) laporan eksperimen;
(11) sinopsis;(12) naskah pidato/kotbah; (13) naskah drama;(14) doa; (15)
rumus;(16) kartu ucapan; (17) surat; (18 ) komposisi musik; (19) teks lagu;
(20) resep masakan.
Penilaian portofolio sering
diibaratkan sebagai satu album photo dari suatu kegiatan yang merekam aktivitas
program dan para partisipannya. Portofolio ini juga sering dianggap sebagai
suatu ‘showcases’ bagi orang-orang yang tertarik atau memerlukan untuk
mendapatkan gambaran mengenai program tersebut. Bagi dunia pendidikan,
penilaian portofolio cukup sering digunkan untuk mendokumentasikan kemajuan dan
pencapaian masing-masing siswa. Penilaian portofolio jika dilakukan secara
benar dan sistematis dapat menjadi alat pengukur praktek, prosedur, dan
keluaran yang lebih baik jika dibandingkan alat pengukuran tradisional.
Tidak semua portofolio merupakan
portofolio penilaian. Portofolio juga bisa berisi hasil kerja dan catatan
tersendiri dari guru, atau dari seorang profesional, atau bahkan portofolio
suatu perusahaan. Portofolio penilaian sendiri memiliki beberapa komponen yang
harus ada atau terdapat dalam portofolio tersebut. Komponen-komponen
tersebut antara lain :
·
Merupakan bagian dari komponen hasil mata pelajaran
·
Didasarkan pada hasil keluaran program
·
Mencakup dokumentasi dari semua yang didemonstrasikan siswa dari setiap
keluaran
·
Dinilai oleh guru dengan menggunakan rubrik yang umum
Pada
dasarnya ada beberapa tipe portofolio, seperti:
· Showcase –
siswa meletakkan semua contoh terbaik atau produk terbaik yang dihasilkannya
dari setiap objektif.
· Kumulatif
– Siswa meletakkan semua pekerjaan yang relevan untuk setiap objektif dalam
portofolionya.
· Proses –
Siswa meletakkan pre/post sample dari pekerjaan untuk setiap objektif dalam
portofolionya.
Dalam setiap tipe portofolio harus
terdapat komponen dasar sebagai mana tercantum diatas. Beberapa ahli membagi
portofolio menjadi dua yaitu Portofolio Proses dan Portofolio Produk.
Portofolio proses berisi dokumentasi dari tahapan-tahapan pembelajaran dan
catatan kemajuan siswa. Sedangkan Portofolio Produk hanya berisi kumpulan hasil
kerja terbaik siswa. Untuk mengetahui proses dan membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran, biasanya guru menggunakan portofolio proses, sedangkan untuk
mengetahui penguasaan akhir digunakan portofolio produk.
Ada beberapa kelebihan dari Penilaian
Portofolio ( sebagaimana dikutip oleh Julia Scherba dari Venn ) seperti:
·
Menunjukkan evaluasi diri siswa, refleksi, dan pemikiran kritis
·
Mengukur Kinerja dasar berdasarkan contoh original pekerjaan siswa
·
Memberikan fleksibilitas dalam mengukur bagaimana siswa mencapai tujuan
·
Memungkinkan guru dan siswa berbagi tanggung jawab dalam menentukan tujuan
belajar dan untuk evaluasi kemajuan.
- Memberikan
kemungkinan bagi siswa untuk mendapatkan masukkan yang ekstensif dari
proses pembelajaran
- Memfasilitasi
pembelajaran kooperatif, termasuk evaluasi ‘peer’ dan tutoring
- Memungkinkan
pembentukan struktur pembelajaran bertahap
- Memungkinkan
guru dan siswa untuk mendiskusikan tujuan pembelajaran dan kemajuan dalam
dialog yang terstruktur maupun tidak.
- Memungkinkan
pengukuran kemajuan siswa multi dimensi dengan memasukkan berbagai tipe
data dan material.
Bagi seorang
guru, penilaian portofolio walaupun sedikit lebih rumit tetapi bisa memiliki
banyak kegunaan. Seperti misalnya:
- Mendorong pembelajaran mandiri
- Memperjelas pandangan mengenai apa yang
dipelajari
- Membantu mempelajari pembelajaran
- Mendemonstrasikan kemajuan berdasarkan keluaran
yang diidentifikasikan
- Membuat interseksi antara instruksi dan penilaian
- Memberikan jalan kepada siswa untuk menilai diri
mereka sebagai pemelajar
- Memberikan kemungkinan untuk pengembangan
dukungan ‘peer’
- Mengetahui bagaiman Portofolio dapat memperbaiki
proses persiapan
Dengan
demikian penilaian portofolio berbeda dengan penilaian lainnya, penilaian
portofolio merupakan rangkuman setiap aktivitas yang membutuhkan pencermatan,
keobjektifan dan tranparansi. Penilaian portofolio bukanlah hasil rekaan dan
bersumber imajinatif. Hal ini menunjukkan program pembelajaran dalam persiapan
evaluasi harus berkelanjutan dari satu kegiatan kepada kegiatan lain guna
peningkatan mutu kualitas pendidikan bagi input maupun output di sekolah.
Kegiatan tersebut dapat terlembaga secara baik dan profesional baik di lembaga
formal maupun non formal. Assesment positif sebagai penilaian hasil evaluasi
terhadap program atau proses haruslah diakui oleh masyarakat luas yang menjadi
penilai objektif bukan penilaian individualistis.
4. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
DI KURIKULUM 2013
A. Pentingnya
Pembelajaran Berbasis PAIKEM
1. Pengertian
Strategi PAIKEM
Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan
keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja,
sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk
pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan
efektif.
Pendekatan PAIKEM sebagai sebuah
strategi pembelajaran, memiliki 5 kriteria yang bisa dipaparkan sebagai berikut
:
1. Pembelajaran Aktif
Baik
Pendekatan Cara belajar siswa aktif (CBSA) maupun pendekatan Keterampilan
Proses (PKP), sangat mengutamakan tingkat keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Suasana pembelajaran aktif dapat
memberikan atmosfer berbeda di dalam ruang kelas. Sementara itu pembelajaran
yang pasif dapat menimbulkan suasana pembelajaran yang monotan dan menjemukan,
karena satu-satunya sumberasan. pengetahuan dikelas adalah guru.
Hal yang paling utama yang
menjadi keaktifan siswa di dalam kelas adalah munculnya rasa ingin tahu,
ketertarikan dan minat siswa terhadap hal yang sedang dipelajari. Untuk itu,
melalui berbagi teknik dan metode, guru harus berusaha sebisa mungkin untuk
menciptakan suasana sedemikian rupa guna memicu rasa kepenasaran siswa aktif
bertanya, mempertanyakan mengemukakan gagasan.
Anda tahu bahwa keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran merupakan faktor penting, kegiatan aktif ini
seharusnya tidaklah hanya berupa keterlibatan secara fisik belaka, tetapi
hal yang lebih utama adalah keterlibatan mental atau intelektual, khususnya
keterlibatan intelektual-emosional. Keterlibatan intelektual memberi peluang
terjadinya asimilasi atau akomodasi kognitif terhadap pengetahuan baru, serta
terbentuknya meta-kognisi (kesadaran dan kemampun untuk mengendalikan proses
kognitifnya itu).
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam upaya
mengoptimalkan keaktifan murid dalam belajar, baik dipandang dari pihak
pebelajar, maupun dari pihak pengelola proses pembelajaran. Proses-proses
belajar itulah yang harus diperhatikan dalam menerapkan CBSA, yaitu :
1. Penumbuhan motivasi, baik motivasi intrinsik maupun
ekstrinsik;
2. Pemantapan latar dari materi yang akan dipelajari,
khususnya pemberian apersepsi / kaitan;
3. Mengupayakan keterarahan terhadap suatu fokus, seperti
suatu konsep inti ataupun permasalahan sehingga siswa dapat memusatkan
perhatian serta mengaitkan / menghubungkan keseluruhan bahan yang sedang
dipelajari;
4. Belajar sambil bekerja, sambil bermain, ataupun
kegiatan lainnya;
5. Penyesuaian dengan perbedaan individual;
6. Peluang untuk bekerjasama dengan berbagai pola
interaksi;
7. Peluang untuk menemukan sendiri informasi / konsep
8. Penumbuhan kepekaan mencari masalah dan memecahkannya;
Untuk mewujudkan prinsip belajar
diatas, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran, antara lain:
1. Mengupayakan
variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan berbagai strategi
pembelajaran;
2. Menumbuhkan
prakarsa siswa untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran;
3.
Mengembangkan berbagai pola interaksi dalam pembelajaran, baik antara guru dan
siswa maupun antar siswa;
4. Menggunakan
berbagai sumber belajar, baik yang dirancang / by design (buku pelajaran, media
pembelajaran, model kerangka manusia dll) maupun yang di manfaatkan / by
utilization (tumbuhan, hewan, lingkungan, pasar dll);
2.
Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran
inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran menyenangkanyang bisa
membuat siswa terbebas dari kejenuhan-kejenuhan pembelajaran. Model pembelajaran inovatif ini
tentunya berbed jauh dari model pembelajaran konvensional yang memang sudah
menjadi kebiasaan dalam pembelajaran. Guru mencoba untuk menanamkan
pemikiran "Learning is fun" kepada semua peserta didiknya
yang merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa
sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di
kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan,
keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik
pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat kerajinan
tangan, mempraktekkan kesenian dll) maupun pengembangan kemampuan berpikir
kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif haruslah seimbang dengan kemampuan
berpikir rasional logis.
Kreatifitas merupakan tahap paling tinggi dalam pengembangan kemampuan
belajar seseorang. Untuk menumbuhkan kreatifitas cukup sulit dilakukan, jika
dalam proses yang berlangsung tidak memberikan keaktifan bagi siswa.
Bagi siswa, pengembangan kemampuan berpikir kretaif melalui pembelajaran
kreatif, akan menjadi bekal yang sangat berharga untuk menghadapi tantangan dan
permasalahan di masa depan, yang tentunya akan berubah seiring perubahan zaman
dan peradaban.
4. Pembelajaran Efektif
Aspek efektifitas pembelajaran merupakan kriteria penting dalam setiap
pembelajaran. Suatu pembelajaran disebut efektif manakala pembelajaran tersebut
telah mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran itu
mencakup pada penguasaan IPTEKS sebagai bahan ajar, pembentukan keterampilan
atau kemampuan belajar yang lebih efektif dan efisien (belajar mengenai bagaimana
cara belajar), bahkan pembentukan kemampuan meta-kognisi (kemampuan
pengendalian proses kognitif itu sendiri). Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang mendidik, yang secara serentak dapat memenuhi dua sisi
penting dari tujuan pendidikan disekolah, yakni:
1. Memiliki atau menguasai ilmu pengetahuan,
teknolog, dan seni (IPTEKS);
2. Membangun diri pribadi sebagai pemanggung
eksistensi manusia. Meskipun mungkin terjadi hubungan timbal balik di antara
keduanya, tetapi pemantapan kesejatian diri (being) menjadi lebih penting dari
apa yang tergolong sebagai milik (having) yakni memiliki IPTEKS itu sendiri.
Dengan demikian, pendidikan disekolah diharapkan dapat meujudkan tujuan
pendidikan untuk membangun manusia indonesia seutuhnya, yakni manusia indonesia
sebagai fakta a priori, yang dikemudian di bangun dengn bekal ilmu
pengetahuan dan teknologi serta keahlian dan kemahiran lainnya, sebagai fakta a
posteriori.
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan merupakan pembelajran yang didesain sedemikian
rupa sehingga memberikan susana penuh keceriaan, menyenangkan, dan yang paling
utama, tidak membosankan, peserta didik. Suasana seperti itu akan membuat
peserta didik bisa lebih terfokus pada kegiatan belajar-mengajar dikelasnya,
sehingga curah perhatiannya akan lebih tinggi. Tingginya tingkat curah
perhatian tersebut, akan meningkatkan hasil belajar.
Kesenangan belajar bukan hanya karena lingkungan belajar yang
menggairahkan, tetapi juga karena terpenuhinya hasrat ingin tahu (need
achievement) peserta didik. Pembelajaran menyenangkan memerlukan dukungan pengelolaan kelas serta
penggunaan media pembelajaran alat bantu dan atau sumber belajar yang tepat.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat juga tercipta karena proses pembelajaran
disesuaikan dengan karekteristik murid (seperti: kongkrit, holistik,
manipulatif, dll), dengan menerapkan pendekatan CBSA dan atau pendekatan
keterampilan proses.
B. Prinsip-Prinsip PAIKEM Dalam Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan aspek keaktifan, kreatifitas dan
inovatif, sehingga membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan,
menuntut guru untuk menguasai berbagai metode mengajar serta keterampilan dasar
mengajar. Penguasaan berbagai metode mengajar tersebut akan memberi keleluasaan
untuk memilih metode yang sesuai dengan metode yang sesuai dengan tujuan, materi,
peserta didik dan aspek-aspek lainnya, sehingga prinsip-prinsip PAIKEM dapat
diterapkan secara optimal.
Prinsip-prinsip pembelajaran
PAIKEM antara lain:
1. Mengalami : Peserta didik terlibat secara aktif baik
fisik, mental maupun emosional. Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan
lebih memberi makna kepada sisa dari pada hanya mendengarkan;
2. Komunikasi : Kegiatan pembelajaran memungkinkan
terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik;
3. Interaksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan
terjadinya interaksi multi arah.
4. Refleksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan
peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Proses refleksi
sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian proses
pembelajaran.
C. Landasan Teoritis Srategi Pembelajaran
PAIKEM
Berlangsungnya
proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya
pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan
pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang
cinta lingkungan.
Berdasarkan
teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna.
Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan
pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
Buah dari
proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkungan.
Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari
pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan.
Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan
pendekatan lingkungan.
Model
pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan
pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering
terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu
strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar,
sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan.
Konsep-konsep
sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui
pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya
pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya
tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar
pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning
to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar
untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk
bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.
D. Penerapan Strategi
PAIKEM Dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
2.
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3.
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4.
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
cara belajar kelompok.
5.
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
PAIKEM
diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM atau
pembelajaran di kelas. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan
kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut
adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang bersesuaian.
Kemampuan Guru
|
Kegiatan Belajar Mengajar
|
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong
siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
|
Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
a. Percobaan
b. Diskusi kelompok
c. Memecahkan masalah
d. Mencari informasi
e. Menulis laporan/cerita/puisi
f. Berkunjung keluar kelas
|
Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam.
|
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
a. Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
b. Gambar
c. Studi kasus
d. Nara sumber
e. Lingkungan
|
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan
|
Siswa:
a. Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
b. Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
c. Menarik kesimpulan
d. Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri.
e. Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata
sendiri.
|
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan
|
Melalui:
a.
Diskusi
b.
Lebih
banyak pertanyaan terbuka
c. Hasil karya yang merupakan anak sendiri
|
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan
kemampuan siswa
|
a. Siswa
dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
b. Bahan
pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
c. Siswa
diberi tugas perbaikan atau pengayaan.
|
Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa
sehari-hari.
|
a. Siswa
menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
b. Siswa
menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
|
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara
terus-menerus
|
a. Guru
memantau kerja siswa.
b. Guru
memberikan umpan balik.
|
A. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki
sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya,
anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka
normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan
modal dasar bagi berkembangnya sikap atau berpikir kritis dan kreatif.
2. Mengenal anak secara
perorangan
Para siswa berasal dari
lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan
individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
3. Memanfaatkan perilaku anak dalam
pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak
sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain.
Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan
tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam
kelompok.[
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan
kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir
tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang
keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya.
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas
seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi
siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat
kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar,
tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar).
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk
interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap
kekuatan daripada kelemahan siswa.
8. Membedakan antara aktif fisik dan
aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan
para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja
diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut
bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM. Aktif mental lebih diinginkan
daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan
mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya
aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut
disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya
menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu
sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAIKEM’.
A. Keimpulan
1. Yang di maksud dengan
Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan
dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja.
2. Prinsip-prinsip pembelajaran
PAIKEM antara lain: Mengalami, Komunikasi, Interaksi, Refleksi.
3. Landasan Teoritis Srategi Pembelajaran PAIKEM adalah
melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme
siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan
membekas dalam ingatannya.
4. Cara menerapkan PAIKEM Dalam
Proses Pembelajaran adalah dengan melihat berbagai kegiatan yang terjadi selama
KBM atau pembelajaran di kelas. Pada saat yang sama, gambaran tersebut
menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan
tersebut.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM adalah :
a. Memahami
sifat yang dimiliki anak
b. Mengenal
anak secara perorangan
c. Memanfaatkan
perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
d. Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
e.
Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
f.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
g. Membedakan
antara aktif fisik dan aktif mental
BAB 5
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hal mendasar dari kurikulum 2013,
menurut Mulyoto adalah masalah pendekatan pembelajarannya. Selama ini,
pendekatan yang digunakan adalah materi. Jadi materi di berikan pada anak didik
sebanyak-banyaknya sehingga mereka menguasai materi itu secara maksimal. Bahkan
demi penguasaan materi itu, drilling sudah diberikan sejak awal, jauh sebelum
siswa menghadapi ujian nasional. Dalam pembelajaran seperti ini, tujuan
pembelajaran tujuan pembelajaran yang dicapai lebih kepada aspek kgnitif dengan
menafikan aspek psikomotrik dan afektif.
Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sabagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sabagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Kurikulum
2013 merupakan kurikulum yang merupakan perubahan struktur kurikulum KTSP. dan
perubahan tersebut dikarenakan terdapat banyak masalah dan upayanya adalah
memperbaiki kurikulum yang kurang tepat.
Kelebihan
Kurikulum 2013 :
·
Kreatif dan Inovatif
·
Pendidikan karakter yang penting
harus diintegrasikan ke semua program studi.
·
tidak membeda-bedakan kota dengan
desa.
Kelemahan
Kurikulum 2013 :
·
Belum banyak sekolah yang
melaksanakan Kurikulum 2013
·
Guru dan siswa memiliki kapasitas
yang sama
·
Tak ada keseimbangan antara proses pembelajaran
dengan hasil pembelajaran
·
Tidak tepatnya pengintegrasian mata
pelajaran IPA dengan mata pelajaran IPS dalam mata pelajaran bahasa indonesia
karena rumpun mata pelajaran tersebut berbeda.
Terdapat 14 prinsip pembelajaran kurikulum 2013 yaitu :
- Siswa
Mencari Tahu,
- Belajar
Berbasis Aneka Sumber,
- Proses
sebagai Penguatan Pengunaan Pendekatan Ilmiah,
- Pembelajaran
Berbasis Kompetensi,
- Pembelajaran
Terpadu,
- Pembelajaran
dengan Jawaban yang Kebenarannya Multi Dimensi,
- Keterampilan
Aplikatif,
- Peningkatan
dan Keseimbangan antara KeterampilanFisikal dengan Keterampilan
Mental,
- Pembelajaran
yang Mengutamakan Pembudayaan dan Pemberdayaan Siswa Sebagai Pembelajar
Sepanjang Hayat,
- Pembelajaran
yang Menerapkan Nilai-nilai dengan Memberi Keteladanan, Membangun Kemauan,
dan Mengembangkan Kreativitas Siswa dalam Proses Bembelajaran,
- Pembelajaran
Berlangsung di Rumah, di Sekolah, dan di Masyarakat,
- Pembelajaran
menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa,
dan dimana saja adalah kelas.
- Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran,
- Pengakuan
Atas Individu dan Latar Belakang Budaya Siswa
DAFTAR
PUSTAKA
Husamah
dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian
Kompetensi: Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Abdullah
. 2009. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jakarta: Arruz Media.
Amri, Sofan.
2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum
2013.
Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/11/15/pendampingan-implementasi-kurikulum-2013/ , diakses
tanggal 19 oktober 2016.
https://liviena28.wordpress.com/2014/07/08/makalah-kurikulum-2013/
, diakses tanggal 19 oktober 2016 .
http://bind-pasya.blogspot.co.id/2012/03/assesment-dalam-pembelajaran.html
, diakses tanggal 20 oktober 2016.
http://henawan.blogspot.co.id/2014/11/makalah-perkembangan-ktsp-2006-dan.html
, diakses tanggal 24 oktober 2016.
Mana yang lain nya ?
BalasHapusMohon maaf, pak. Insya Allah malam ini semuanya terkumpul selambat2nya jam 11 malam.
Hapus