Selasa, 01 November 2016

Mutiara Olfah 15210004

MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN K 13
Dr. H. JARKAWI, M.M.Pd


DISUSUN OLEH
Mutiara Olfah     15210004




Universitas Islam Kalimantan ( UNISKA)
Muhammad Arsyad Al-banjary Banjarmasin
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Banjarbaru
2016
ABSTRAK


    Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan terlalu membebani anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut. Berdasarkan masalah tersebut, maka dalam karya tulis ini akan ditinjau bagaimana sebenarnya pengaruh penerapan kurikulum 2013 terhadap tingkat pemahaman siswa dan guru.
     Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan beberapa hal yang mencakup proses pembelajaran implementasi kurikulum 2013, faktor pendukung dan penghambatnya, serta persepsi guru kimia di smk komputer mandiri banjarbaru mengenai kurikulum 2013.
Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami sehingga tidak ada batasan dalam memahami fenomena yang sedang dikaji,Penelitian ini mengambil lokasi di Smk komputer mandiri banjarbaru untuk memberikan hasil penelitian yang luas dan lengkap, Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
      berdasarkan hasil analisis data tersebut, kurikulum 2013 belum bisa diterapkan di smk komputer mandiri banjarbaru, karena siswa disana tidak bisa menemukan sendiri informasi yang diberikan guru dan guru juga sulit untuk membuat siswa itu aktif, dan juga dipengaruhi oleh faktor ketidaksiapan guru terhadap kurikulum 2013 di karenakan hanya sebagian guru di smk komputer mandiri yang mendapat pelatihan kurikulum 2013. Dan yang terakhir, Faktor penghambat dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah kurangnya buku pegangan yang sesuai dari kurikulum 2013, kemampuan guru yang belum optimal dalam  menggunakan media pembelajaran, dan metode dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya sehingga proses pembelajaran tidak berjalan sesuai yang diharapkan.


Kata kunci: Implementasi, Kurikulum 2013, tingkat kesiapan guru, hasil belajar






KATA PENGANTAR

   Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang peningkatan kurikulum 2013.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
   
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
   
    Akhir kata kami berharap semoga makalah peningkatan kurikulum 2013 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.





   Banjarbaru, oktober 2016
Mutiara Olfah.







DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
     A. Latar Belakang
     B. Rumusan Masalah
BAB 2 METODE
A.    Metode
BAB 3 KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian kurikulum
BAB 4 PEMBAHASAN
A.    Hakikat Desain Pembelajaran
B.     Pembelajaran Berbasis Kompetensi
C.     Asesmen Yang Mendidik ,Otentik, Dan Berkelanjutan  Di Kurikulum  2013
D.    Peningkatan Kualitas Pembelajaran Di Kurikulum 2013
 BAB 5 PENUTUP
A.    Kesimpulan
  DAFTAR PUSTAKA









BAB 1
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
   Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan. Persoalan itu memang tidak akan pernah selesai, karena substansi yang ditransformasikan selama proses pendidikan dan pembelajaran selalu berada di bawah tekanan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan terlalu membebani anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut mesti dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di dunia internasional.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


B.   Rumusan Masalah
1.     Apa itu desain pembelajaran ?
2.     Apa pentingnya mengenal desain pembelajaran berbasis kompetensi?
3.     Apa pengertian dari asesmen yang mendidik,otentik  dan berkelanjutan ?
4.     Bagaimana peningkatan kualitas pembelajaran k13





















BAB 2
METODE

     Penulisan jurnal ini dilakukan dengan beberapa metode, antara lain : metode kajian pustaka yaitu mencari data atau referensi dari buku-buku yang berkaiatan dengan materi, buku yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah buku kurikulum dan pembelajaran Kurikulum dan Pembelajaran bpk dan bahan referensi lainnnya serta metode lainya yang digunakan yaitu metode browsing dengan mencari referensi melalui internet.

















BAB 3
KAJIAN PUSTAKA
A.   Pengertian kurikulum
    1. Pengertian kurikulum
       Pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem gagasan dan penyusunan tentang isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam kegiatan belajar mengajar. Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah curriculum di mana dalam bahasa inggris, kurikulum adalah gagasan pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin yaitu currere, kata currere memiliki banyak arti yaitu berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha

Dalam bahasa arab, kurikulum disebut dengan manhaj yang berarti jalan yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan, dalam pengertian kurikulum pendidikan bahasa arab yang di kenal dengan istilah manhaj al-dirasah yang jika dilihat artinya pada kamus tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan sebagai referensi lembaga pendidikan untuk mewujudkan sebagian tujuan pendidikan. Dalam pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pendapatnya dalam memberikan gambaran berupa bebrapa definisi pengertian kurikulum seperti yang dapat dilihat dibawah ini

Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli 
  • Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J. F (1968) adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok, baik disekolah maupun di luar sekolah. 
  • Pengertian kurikulum menurut definisi Inlow (1966), mengemukakan gagasannya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk memperoleh hasil dari pembelajaran yang telah ditetapkan. 
  • Menurut definisi Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum adalah semua pengalaman yang sudah dirancang oleh pihak sekolah. 
  • Menurut pendapat Beauchamp (1968), pengertian kurikulum adalah dokumen tercatat yang kandungannya berisi mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. 
  • Pengertian kurikulum menurut definisi Good V. Carter (1973), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik. Menurut UU No. 20 Th. 2003, pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana serta pengaturan tentang tujuan, isi dan bahan pembelajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
  • Pengertian kurikulum menurut definisi Murray Print yang mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah suatu ruangan pembelajaran yang terencana, yang diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati oleh seluruhnya siswa pada saat kurikulum diterapkan. 
sejarah indonesia berkaitan kurikulum sudah berganti-ganti antara lain sebagai berikut
  • Tahun 1947- Leer Rencana (Rencana Pelajaran) 
  • Tahun 1952 - Rencana Pelajaran Terurai 
  • Tahun 1964 - Renthjana Pendidikan 
  • Tahun 1968 - Kurikulum 1968 
  • Tahun 1975 - Kurikulum 1975 
  • Tahun 1984 - Kurikulum 1984 
  • Tahun 1994 - dan Kurikulum 1999 - Kurikulum 1994 serta Sublemen Kurikulum 1999 
  • Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi 
  • Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 
  • Tahun 2013- Kurikulum 2013. 
Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut :

  • Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah. 
  • Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat. 
  • Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi sebagai diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani. 
  • Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi sebagai persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.
  • Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya. 
  • Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya. 
Komponen Kurikulum 

a. Komponen Tujuan 
  • Kurikulum adalah suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan karena berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari banyaknya sebagian tujuan yang tercapai. Tujuan pendidikan menurut permendiknas No. 22 Tahun 2007 pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut
  • Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan selanjutnya. 
  • Tujuan pendidikan institusional adalah tujuan pendidikan yang dikembangkan di kurikuler dalam setiap mata pelajaran disekolah. 
b. Komponen Isi (Bahan pengajaran) 
  • Kurikulum dalam komponen isi adalah suatu yang diberikan kepada anak didik untuk bahan belajar mengajar guna mencapai tujuan. Kurikulum memiliki kriteria yang membantu perencanaan pada kurikulum. Kriteria kurikulum adalah sebagai berikut  
  1. Sesuai, tepat dan berarti bagi perkembangan siswa 
  2. Mencerminkan realita sosial 
  3. Mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji 
  4. Menunjang tercapainya tujuan pendidikan 

c. Komponen Strategi 

Kurikulum sebagai komponen strategi yang mengacu pada pendekatan dan metode serta peralatan dalam sistem belajar mengajar. Strategi dalam pembelajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam pembelajaran, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan baik umum maupun yang sifatnya khusus. Strategi Pelaksanaan adalah pengajaran, penilaian, bimbingan, dan penyeluhan kegiatan sekolah. Tercapainya tujuan, ini diperlukan pelaksanaan yang baik dalam menghantarkan peserta didik ke tujuan tersebut yang merupakan tolak ukur dari program pembelajaran (kurikulum). 

d. Komponen Evaluasi 

Komponen evaluasi dalam kurikulum adalah memeriksa tingkat ketercapaian tujuan suatu kurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki fungsi penting dalam memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna dalam pengembangan model kurikulum sehingga mampu mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa dalam mencapai tujuannya

2. kurikulum 2013

    Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum-2006 yang biasanya dikenal dengan kurikulum KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang mana system KTSP telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Awalnya Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya di tahun 2013.
Sekitar Pada tahun ajaran 2013/2014, lebih tepatnya pada pertengahan tahun 2013, Kurikulum 2013 diimpelementasikan secara terbatas pada sekolah perintis, yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah Dasar, kelas VII untuk SMP, dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang menjadi sekolah perintis adalah sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
    Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
    Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional (seperti PISA dan TIMSS) sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri.
     Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, nomor 60 tahun 2014 tanggal 11 Desember 2014, pelaksanaan Kurikulum 2013 dihentikan dan sekolah-sekolah untuk sementara kembali menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kecuali bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang sudah melaksanakannya selama 3 (tiga) semester, satuan pendidikan usia dini, dan satuan pendidikan khusus. Penghentian tersebut bersifat sementara, paling lama sampai tahun pelajaran 2019/2020. 

3. aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013

 a. Aspek Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga  dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut, pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan sebelumnya.

b. Aspek Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri  merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.

c. Aspek Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk proses penilaian. Sikap tersebut meliputi perangai sopan santun, sosial, adab dalam belajar, absensi,dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu mengawasi siswa-sisw, sehingga penilaian yang dilakukan kurang efektif.

4. Model-model Pembelajaran Yang Sesuai Dengan Kurikulum 2013

    Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).
Untuk menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
  • Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau KD-4.
  • Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
  • Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information), mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).
Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan saintifik (5M).
Model Inquiry Learning
     Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:
  1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
  2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
  3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
  4. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
  5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Model Discovery Learning.                                                             
  1. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
  2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
  3. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan.
  4. Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
  5. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
  6. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
Problem Based Learning
    Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
  1. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
  2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian.
  3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
  4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
  5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
Project Based Learning
    Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:
  1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
  2. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
  3. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
  4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
  5. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
  6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.










BAB 4
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT DESAIN PEMBELAJARAN
 1. Pengertian desain pembelajaran
     Desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah  pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
     Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
     Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
     Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya, agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran, perlunya perencanan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Dalam perbaikan pembelajaran diasumsikan bahwa
(1) Perbaikan kualitas pembelajaran; ini haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dmungkinkan karena dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
(2) Pembelajaran dirancang dengan pendekatan sistim; desain pembelajaran yang dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistim. Hal ini disadari bahwa dengan pendekatan sistim akan memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintegrasikan semua variable yang mempengaruhi belajar.
 (3) Desain pembelajaran mengacu pada bagaimana seseorang itu belajar; Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perancangnya, Hal ini biasanya muncul pendekatan yang bersifat intuitif yang rancangan pembejalajarannya banyak diwarnai oleh kehendak perancangnya, dan pendekan perancangan yang bersifat ilmiah yakni diwarnai dengan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuan pembelajaran. Jika pembuatan rancangan pembelajaran dibuat bersifat intuitif ilmiah yang merupakan perpaduan antara keduanya, dapat menghasilkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman empiris yang pernah ditemukan pada saat melaksanakan pembelajaran yang dikembangkan dengan teori-teori yang relavan. Pendekanatan inilah yang akan dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
(4) Desain pembelajaran diarahkan pada kemudahan belajar; Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul prilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata dengan baik strategi yang direncanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil pembelajaran. Disinilah peran guru mendesain pembelajaran secara terncana sehingga dapat mempermudah melakukan kegiatan pembelajaran. Jika ini dilakuakn dengan baik maka sasaran akhir adalah memudahkan belajar siswa dapat tercapai.
 (5) Desain pembelajaran melibatkan variable pembelajaran; Desain pembelajaran haruslah mencakup semua variable pembelajaran. Ada tiga variable yang harus dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran yakni
a.  Variable kondisi yang mencakup semua variable yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencanaan pembelajaran. yang termasuk variable ini adalah tujuan pembelajaran, karasteristik bidang studi dan karasteristik siswa.
b. Variable metode pembelajaran yang mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang termasuk variable ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan stratgi pengelolaan pembelajaran.
c.  Variable hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari pengunaan metode pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.
(6) Desain pembelajaran penetapan metode untuk mencapai tujuan; Menetapkan metode pembelajaran yang optimal adalah inti dari desain pembelajaran dalam mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utamanya adalah pada pemilihan, penetapan dan pengembangan variable metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dari hasil pembelajaran. Ada beberapa prinsif yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan metode pembelajaran antara lain;
 a. tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi,
b. Metode pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan
c.  kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsiten pada hasil pengajaran.


2.      Model-model Desain Pembelajaran
1.      Model PPSI (1976)
Dalam model PPSI pengajaran dipandang sebagai suatu sistem. Sub-sistem dari pengajaran, diantaranya tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber pembelajaran dan evaluasi. Semua komponen tersebut diorganisir sedemikian rupa sehingga masing-masing komponen dapat berfungsi secara harmonis.
Guru mempunyai tugas mengurutkan langkah-langkah sehingga tersusun suatu urutan-urutan system pengajaran yang baik. Adapun urutan langkah-langkah dalam PPSI itu adalah sebagai berikut:
Ø  Merumuskan tujuan instruksional khusus
Ø  Menyusun alat evaluasi
Ø  Menetapkan kegiatan pembelajaran
Ø  Merancang program pengajaran
Ø  Malaksanakan program

2.      Model Kemp (1985)
Berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran.
Menurut Miarso dan Soekamto, model pembelajaran Kemp dapat digunakan di semua tingkat pendidikan, mulai dari Sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ada 4 unsur yang merupakan dasar dalam membuat model Kemp:
Ø  Untuk siapa program itu dirancang? (ciri pebelajar)
Ø  Apa yang harus dipelajari? (tujuan yang akan dicapai)
Ø  Bagaimana isi bidang studi dapat dipelajari dengan baik? (metode/strategi pembelajaran)
Ø  Bagaimana mengetahui bahwa proses belajar telah berlangsung? (evaluasi)

3.      Model Bela H.Banathy
Model pengembangan system pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pengembangan system pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam system.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut:
Langkah 1 : Merumuskan tujuan
   Pada langkah ini pengembang merumuskan tujuan pembelajaran, yang merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diharapkan untuk dikerjakan, diketahui, dirasakan, dan sebagainya oleh peserta didik atau siswa sebagai hasil pengalaman belajarnya.

Langkah 2 : Mengembangkan tes
   Pada langkah ini dikembangkan suatu tes sebagai alat evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar, atau ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik/siswa. Penyusunan tes berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.

Langkah 3 : Menganalisis tugas belajar
   Pada langkah ini dirumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik/siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yakni perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pada langkah ini, perilaku awal peserta didik/siswa perlu dinilai dan dianalisis.
Berdasarkan gambar tentang perilaku awal tersebut dapat dirancang materi pelajaran dan tugas-tugas belajar yang sesuai, sehingga mereka tidak perlu mempelajari hal-hal yang telah diketahui atau telah dikuasai sebelumnya.

Langkah 4 : Mendesain Sistem Pembelajaran
   Pada langkah ini dikembangkan berbagai alternative dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang harus dilakukan oleh siswa/peserta didik maupun kegiatan-kegiatan guru/tenaga pengajar. Langkah ini dikembangkan sedemikian rupa yang menjamin agar peserta didik melaksanakan dan menguasai tugas-tugas yang telah dianalisis pada langkah 3 desain system juga meliputi penentuan siswa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan oleh karena perlu disediakan alternative kegiatan tertentu yang cocok. Selain dari itu, dalam desain system supaya ditentukan waktu dan tempat melakukan kegiatankegiatan pembalajaran.


Langkah 5 : Melaksanakan Kegiatan dan mengetes hasil
   System yang sudah di desain selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji coba di lapangan (sekolah) dan di tes hasilnya. Hal-hal yang telah dilaksanakan dan dicapai oleh peserta didik merupakan output dari implementasi system, yang harus dinilai supaya dapat diketahui hingga mereka dapat mempertunjukan atau menguasai tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran

Langkah 6 : Melakukan Perubahan Untuk Perubahan
   Pada langkah ini ditentukan, bahwa hasil –hasil yang diperoleh dari evaluasi digunakan sebagai umpan balik bagi system keseluruhan dan bagi kompinen-komponen system, yang pada gilirannya menjadi dasar untuk mengadakan perubahan untuk perbaikan system pemabalajaran.
    Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan system pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses pengemabnagan suatu system menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam system sekolah.

4.      Model Gerlach & Elly
Merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena model ini memperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.

Rincian komponennya adalah sebagai berikut:
 a.      Merumuskan tujuan pembelajaran (Specification of Object)
             Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan harus bersifat jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan dinilai.
Berikut petunjuk praktis merumuskan tujuan pembelajaran:
1)      Audience
2)      Behavior
3)      Condition
4)      Degree
b.      Menentukan isi materi (Specification of Content)
Bahan atau materi pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi topik/sub topik dan rinciannya. Isi materi berbeda-beda disesuaikan menurut bidang studi, sekolah tingkatan dan kelasnya. Isi materi harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pemilihan materi haruslah spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan pokok bahasan lainnya.
c.       Penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering Bahaviors)
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Mengetahui kemampuan awal ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tes awal dapat dilakukan dengan 2 cara:
1)      Pretest
2)      Mengumpulkan data pribadi siswa.
d.      Menentukan strategi (Determination of Strategy)
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan yang dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber dan menentukan tugas/evaluasi dalam kegiatan balajar mengajar.
Menurut gerlach & elly ada 2 bentuk pendekatan, yaitu:
1)      Bentuk Ekspository
2)      Bentuk Inquiry
e.       Pengelompokkan belajar (Organization of Groups)
Beberapa pengelompokkan siswa diantaranya;
1)      Berdasarkan jumlah siswa
2)      Pengelompokkan campuran
3)      Gabungan beberapa kelas
4)      Sekolah dalam sekolah
5)      Taman kependidikan

f.        Pembagian waktu (Allocation of Time)
Rencana penggunaan waktu akan berbeda berdasarkan pokok permasalahan, tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan yang tersedia, pola-pola administrasi serta kegunaan dan minat-minat para siswa.
g.      Menentukan ruangan (Allocation of Space)
Ada tiga alternatif ruangan belajar agar proses belajar mengajar dapat terkondisikan;
1)      Ruangan-ruangan kelompok besar
2)      Ruangan-ruangan kelompok kecil
3)      Ruangan untuk belajar mandiri
h.      Memilih media (Allocation of Resources)
Gerlach & Elly membagi media sebagai sumber belajar kedalam 5 kategori;
1)      Manusia dan benda nyata
2)      Media visual proyeksi
3)      Media audio
4)      Media cetak
5)      Media display
i.        Evaluasi hasil belajar (Evaluation of Performance)
Semua kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Dalam tahap evaluasi, yang dilihat bukan hanya hasil belajar siswa, melainkan juga keseluruhan sistem pembelajaran.
j.        Menganalisi umpan balik (Analysis of Feed Back)
Data dari analisis umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes maupun tanggapan-tanggapan tentang kegiatan pembelajaran ini menentukan apakah sistem, metode maupun media yang dipakai dalam pembelajaran tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang dicapai atau masih perlu untuk disempurnakan. Sehingga untuk kedepannya dapat diperbaiki agar proses pembelajaran benar-benar berhasil.
Kelebihan model pembelajaran Gerlach &Elly antara lain:
a.       Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
b.      Cocok digunakan untuk segala kalangan.
Adapun kekurangan model pembelajaran Gerlach &Elly yaitu
a.       Terlalu panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran.
b.      Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa.

5.      Model Dick and Carrey
Model desain pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran ini adalah Dick and Carey Systems Approach Model. Menurut Prof. Atwi Suparman (Rektor UT), model ini diciptakan selain cocok untuk pembelajaran formal di sekolah, juga untuk sistem pembelajaran yang melibatkan komputer dalam proses pembelajaran. Analisis tentang media dan metode tidak bersifat argumentatif guna mencapai berbagai alternatif media dan metode yang akan dipakai karena media yang digunakan sudah tertentu, yakni komputer dan perlengkapannya, dan metodenya adalah metode pembelajaran berbasis komputer.
Secara rinci tahapan-tahapan desain pembelajaran yang digunakan untuk memodifikasi dari desain pembelajaran Dick and Carey System sebagai berikut :
a.       Identifikasi Tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah dalam merancang program, implementasi program dan evaluasi.
b.      Analisis Instruksional. Pada tahap ini, diterapkan konsep-konsep dan prinsip perangkat keras komputer yang harus dikuasai siswa.
c.       Identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa. identifikasi awal siswa dilakukan melalui tes awal.
d.      Penulisan Tujuan Kinerja. Penulisan tujuan kinerja dijabarkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran.
e.       Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah diterapkan.

6.      Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
Analyze Learners
States Objectives
Select Methods, Media, and Material
Utilize Media and materials
Require Learner Participation
Evaluate and Revise
a.        Analisis Pelajar
Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan cirri-ciri belajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar.
b.      Menyatakan Tujuan
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembeljaran baik  berdasarkan buku atau kurikulum. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.
c.       Pemilihan Metode, Media dan Bahan
Heinich et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
d.      Penggunaan Media dan bahan
Menurut Heinich et al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.
e.       Partisipasi Pelajar di dalam kelas
Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
f.       Penilaian dan Revisi
Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberapa aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.

7.      Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a.       Analysis (analisa)
b.      Design (disain / perancangan)
c.       Development (pengembangan)
d.      Implementation (implementasi/eksekusi)
e.       Evaluation (evaluasi/ umpan balik)

Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh  peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.

Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lainlain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.

Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnyaevaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.

Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan system pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.

Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.













2. PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI

A. KARAKTERISTIK KOMPETENSI
Ada beberapa Karakteristik Kompetensi. Kompetensi merupakan karekteristik yang mendasar pada setiap individu yang dihubungkan dengan criteria yang dideferensiasikan terhadap kinerja yang unggul atau efektif dalam sebuah pekerjaan atau situasi.
Spencer and spencer (1993)  yang dikutip oleh Wibowo menyatakan bahwa: “Kompetensi merupakan landasan dasar karekteristik orang dan mengindikasikan cara berprilaku atau berfikir, menyamakan situasi, dan mendukung untuk periode waktu cukup lama”.
Terdapat lima tipe Karakteristik Kompetensi, yaitu sebagai berikut:
  1. Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan, dan memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.
  2. Sifat adalah karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi atau informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik kompetensi seseorang pilot tempur.
  3. Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya diri merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap situasi adalah bagian dari konsep diri orang.
  4. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik. Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks.
  5. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu.kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berfikir analitis dan konseptual.

















B.     Pengertian Pembelajaran Berbasis Kompetensi
   Pembaharuan pendidikan dan pembelajaran selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu dan tidak pernah berhenti. Pendidikan dan pembelajaran berbasis kompetensi merupakan contoh hasil perubahan yang dimaksud dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
    Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakkan konsep kurikulum yang sampai sat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik dalam pendidikan.[1][1]
    Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dikuasai lulusan. Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976: 29) adalah "pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu  secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur". Kompetensi (kemampuan) lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat global, karena persaingan yang terjadi adalah pada kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena itu, penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi di tingkat global. Implikasi pendidikan berbasis kompetensi adalah pengembangan silabus dan sistem penilaian berbasiskan kompetensi.
    Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum, pembelajaran, dan penilaian, menekankan pencapaian hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada siswa melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran yang mencakup pemilihan materi, strategi, media, penilaian, dan sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar prosedur tertentu.
    Pembelajaran Berbasis Kompetensi merupakan suatu model pembelajaran dimana perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan sehingga mereka tuntas dalam belajarnya. (Depdiknas, 2002).[2][2]
    Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa apa yang ingin dicapai oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas. Perumusan dimaksud diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi meliputi standar materi atau standar isi (content standard) dan standar pencapaian (performance standard). Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi pembelajaran yang harus dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan tingkat penguasaan yang harus ditampilkan siswa. Tingkat penguasaan itu misalnya harus 100% dikuasai atau boleh kurang dari 100%. Sesuai dengan pokok-pokok pikiran tersebut, masalah materi pembelajaran memegang peranan penting dalam rangka membantu siswa mencapai standar kompetensi.[3][3]
    Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar dipilih setelah identitas mata pelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi dasar ditentukan. Langkah-langkah pengembangan pembelajaran sesuai KBK antara lain
1.    menentukan identitas matapelajaran,
2.    menentukan standar kompetensi,
3.    kompetensi dasar,
4.    materi pembelajaran,
5     strategi pembelajaran/pengalaman belajar,
6.    indikator pencapaian.[4][4]
Setelah pokok-pokok materi pembelajaran ditentukan, materi tersebut kemudian diuraikan. Uraian materi pembelajaran dapat berisikan butir-butir materi penting (key concepts) yang harus dipelajari siswa atau dalam bentuk uraian secara lengkap seperti yang terdapat dalam buku-buku pelajaran.
Seperti yang diuraikan di muka, materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar, bahan ajar atau materi pembelajaran berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa.
Materi pembelajaran perlu dipilih dengan tepat agar dapat seoptimal mungkin membantu siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Masalah-masalah yang timbul berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran menyangkut jenis, cakupan, urutan, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran dan sumber bahan ajar. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi atau ditentukan dengan tepat karena setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, media, dan cara mengevaluasi yang berbeda-beda. Cakupan atau ruang lingkup serta kedalaman materi pembelajaran perlu diperhatikan agar tidak kurang dan tidak lebih. Urutan (sequence) perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut. Perlakuan (cara mengajarkan atau menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya, misalnya perlu kejelasan apakah suatu materi harus dihafalkan, dipahami, atau diaplikasikan








3. ASESMENT YANG MENDIDIK,OTENTIK, DAN BERKELANJUTAN DI KURIKULUM 2013
A. Pengertian Asesment dan hubungannya
      Assesment atau penilaian tidak bisa dilepaskan dengan peran guru sebagai tenaga pengajar.  Assesment termasuk salah satu indikator penentu untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan atau bahkan kegagalan yang dilakukan oleh guru atau dosen selaku agen pembelajaran dan siswa sebagai subjek pembelajaran, sebelum memilih metode yang tepat sasaran yang dianggap sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada sehingga untuk langkah selanjutnya efektifitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran dapat terselenggara dengan baik dan dapat menghasilkan keluaran belajar yang kompeten yang dapat membuat  assesment pembelajaran di sekolah tersebut bernilai positif, sesuai tujuan pendidikan nasional.
      Bertolak dari ketentuan perundangan PP.No.19 tahun 2003, tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menguraikan delapan standar mutu pendidikan yaitu, (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidikan dan kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian (assesment), maka kita dapat melihat bahwa standar penilaian (assesment) adalah ”standar penentu” bagi kesuksesan suatu proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa assesment (penilaian/evaluasi), merupakan indikator penting yang harus dikuasai oleh setiap guru atau dosen untuk mengetahui apakah seluruh standar tersebut berhasil atau gagal dalam proses pembelajaran yang dilaksanakannya, setelah diperoleh hasil assesment dari proses pembelajaran.
       Dari assesment ini pula, kita dapat mengetahui apakah guru atau dosen sebagai perancang dan pengelola proses pembelajaran, telah memenuhi standar kualifikasi akademik yang dimaksud oleh PP. No.19 tahun 2005, dimana guru harus memenuhi empat standar kompetensi sebagai agen pembelajaran, yaitu standar kompetensi pedagogis, standar kompetensi kepribadian, standar kompetensi profesional, dan standar kompetensi sosial, yang membuat assesment pembelajaran di sekolah tersebut berkualitas.        
A.      Pengertian Assesmen dan Pembelajaran
           Assesmen yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Assesment” mengandung makna taksiran/penaksiran, penilaian, penilaian keadaan, beban, pembebanan atau pemikulan. Menurut H.A.R Tilaar  assesment adalah alat tes untuk mengukur performan siswa dalam proses belajar. Salah satu contoh tes (assesment) yang menjadi industri besar di Amerika adalah test TOEFL (tes bahasa Inggris) yang digunakan untuk memasuki perguruan perguruan tinggi terkemuka di Amerika. Hal senada diungkapkan oleh Tardif (1989)  bahwa assesment adalah evaluasi terhadap proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa, sesuai kriteria yang ditetapkan, contoh  assesment di Indonesia salah satunya adalah UN (Ujian Nasional) yang dahulu dikenal dengan EBTANAS. Lebih lanjut Lefrancois (1982:336) mengemukakan bahwa assesmen adalah alat ukur/evaluasi, bagi guru/dosen untuk mengetahui, memonitor, merekam, mendorong, dan meningkatkan atau memotivasi prestasi siswa yang akan menjadi umpan balik bagi diri siswa sendiri untuk mengukur kelemahan dan kekuatannya dalam mengukur diri. Sedangkan Assessment menurut Hopkins & Antes (1990:31) adalah alat ukur/evaluasi, bagi guru untuk mengetahui kemajuan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran”.  Lebih tegas lagi  Gagne & Briggs menjelaskan assesment adalah alat ukur keberuntungan guru dan siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assesment) dalam meningkatkan keberhasilannya dan inisiatif diri.
Dalam pendidikan assessmen sering dirangkai dengan kata pembelajaran           (Assesment Of Learning).  Pembelajaran menurut Reigeluth dan Degeng adalah  ”Upaya untuk membelajarkan siswa”. Morton & Macbeth seperti yang dikutip Beard & Senior (1980:76) mengungkapkan bahwa assesment of learning adalah evaluasi pada landasan psikologis yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu mengevaluasi diri, dimana guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dengan tahapan :
1.  Menjadikan alat evaluasi sebagai umpan balik.
2.  Memilih alat evaluasi yang objektif dan adil, dengan menginformasikannya kepada siswa,
3.  Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi diri,
4.  Memberi kesempatan siswa untuk  mengevaluasi teman.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa assesmen dalam pembelajaran secara istilah adalah upaya penilaian untuk mengukur (keberhasilan atau kegagalan) suatu proses pembelajaran sekaligus sebagai umpan balik bagi guru dan siswa. Bagi siswa assessmen dapat dijadikan evaluasi dirinya sejauhmana mereka memiliki kompetensi setelah mengikuti proses pembelajaran. Bagi guru assessmen dapat dijadikan alat evaluasi yang objektif untuk mengukur sejauhmana  kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

B.       Kawasan Assesment dalam Pembelajaran
            Assesment sebagai alat evaluasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pada tataran silabus, memiliki kompetensi dasar yang terfokus pada tiga kawasan/kategori ranah (domain), yaitu kognitif ( hal yang harus diketahui dan dipahami oleh siswa) , psikomotor (hal yang dapat dilakukan oleh siswa setelah memiliki pengetahuan) dan afektif (”sikap”siswa setelah proses pembelajaran diberikan). Proses evaluasi dalam pembelajaran sebagaimana yang diklasifikasikan oleh Bloom dan teman temannya (1956) melalui tahapan yang dimulai dari jenjang yang mudah ke jenjang yang sulit. Artinya evaluasi sudah berlangsung sejak awal (pre test) proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran (post test) dan jenjang tahapan dalam klasifikasi Bloom adalah dimulai dari :
1. Pengetahuan (penyajian informasi,dimana siswa mampu mengulang apa yang diuraikan            guru/dosen).
2. Pemahaman (siswa menguraikan pesan / pengetahuan yang diterima dari guru dan   menguraikannya berdasarkan pemehamnnya/menambahkan atau mengkritisi).
3.  Aplikasi (Siswa mampu membuat diagram / pola atas informasi / pesan / pengetahuan yang diterima dari guru berdasarkan pemahamnnya sendiri,yang tentunya tidak keluar dari tujuan pesan tersebut).
4. Analisis (memecahkan pesan/ide/pengetahuan menjadi bagian kecil dan menunjukan hubungannya(keterkaitannya).
5.   Sintesis,menyatukan bagian bagian kecil pesan/ide/pengetahuan menjadi satu kesatuan.
6.  Evaluasi menjadi assesmen penilaian yang berdasarkan pada kriteria tertentu sesuai kondisi pembelajaran yang ada.

C.      Tujuan Assesment
Tujuan assesment dalam pembelajaran menurut Muhibbin, menjelaskan bahwa tujuan dari assesment adalah
1.      untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dan guru sebagai pembimbing dalam suatu kurun waktu proses belajar yang sudah ditentukan;
2.      untuk mengetahui posisi siswa dalam kelompok di kelasnya,sehingga guru dapat memberi test sesuai dengan kemampuan siswa;
3.    untuk mengetahui tingkat usaha siswa dalam upaya pembelajarannya;
4. untuk mengetahui sejauhmana siswa mengeksplorasi tingkat kecerdasannya dalam memahami pelajaran;
5. untuk mengetahui ukuran daya guna dan hasilguna metode yang diterapkan oleh guru selaku pembimbing.untuk mengetahui apakah metode yang diterapkan sudah sesuai dengan kondisi pembelajaran dan kondisi siswa yang ada dalam proses pembelajarannya.
D.      Fungsi  Assesment
              Fungsi assesment dalam pembelajaran adalah
1. Fungsi administratif dalam penyusunan nilai dan buku raport;
2. Fungsi promosi,untuk menetapkan tingkat kelulusan siswa;
3. Fungsi diagnostik,untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam belajar;
4. Fungsi data bagi BP(Bimbingan Penyuluhan);
5. Fungsi Pertimbangan , bagi pengembangan kurikulum di masa yang akan datang.

E. Syarat dan Ragam Alat Evaluasi sebagai Assesmen dalam Pembelajaran
       1. Syarat Alat Evaluasi sebagai Assesmen dalam Pembelajaran
Muhibbin menjelaskan bahwa persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif psikologi belajar,meliputi dua macam yakni, (1) Reliabilitas, Tahan Uji dan dapat dipercaya konsistensi dan keajegannya.(diujikan kepada siapapun dan dalam masa yang berbeda, akan memberi hasil yang ”pasti”sama secara prinsip), (2) validitas, keabsahan dan kebenaran pengukuran yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, (sesuai dengan apa yang akan diukur/tepat sasaran). Lebih tegas lagi Suryabrata (1995:327) mengungkapkan bahwa syarat tes yang baik harus reliabel, valid, objektif, diskriminatif, komprehensif, dan mudah digunakan. Dengan demikian syarat terpenting dalam assesment pembelajaran adalah adanya indikator kompetensi pedagogi yang dimiliki oleh guru atau dosen selaku evaluator sehingga guru atau dosen sebagai agen pembelajaran mampu :
a.         Menggunakan berbagai cara / teknik penilaian.
b.         Menghargai karya siswa dan memajangnya.
c.         Memberikan penilaian atas semua aspek perkembangan siswa
(kognitif,afektif,psikomotorik).
d.        Menilai kegiatan siswa dalam pelaksanaan tugas belajar.
e.         Memberikan penilaian atas hasil yang dicapai.
f.          Melakukan penilaian formatif atas pembelajaran dan memperbaikinya
bila kurang efektif.
g.         Mengumumkan hasil penilaian siswa secara terbuka.
h.         Memberikan umpan balik dan penguatan atas kegiatan siswa.
i.           Mengumpulkan data perkembangan siswa.
j.           Melakukan analisis hasil penelitian.

2.  Ragam dan Teknik Assesmen dalam Pembelajaran
Dalam Ragam dan Teknik Assesmen Pembelajaran setiap pendidik baik dosen ataupun guru, harus memahami secara baik dan benar:
a.       Pengertian Evaluasi / assesmen dalam pembelajaran.
b.      Tujuan dari assesmen yang akan diberikan.
c.       Kriteria dasar bahan ujian.
d.      Mengenai soal yang bermutu ( soal yang shahih/valid dan
handal/reliable).
e.       Teknik dan Alat Penilaian sebagai berikut :
1)        Teknik Penilaian melalui Test (1.Test Tertulis/Test Objektif
dan Uraian , 2.Test Lisan, 3.Test Perbuatan).
2)        Teknik Penilaian melalui observasi atau pengamatan.
3)        Teknik Penilaian melalui wawancara.
f.       Langkah langkah penyusunan soal.
g.      Penentuan Materi yang akan dan harus diujikan.
h.      Penetuan Prilaku yang akan diujikan.
i.        Penetuan dan Penyebaran soal.
j.        Penyusunan kisi-kisi.
k.      Penyusunan butir soal.
l.        Teknik Penilaian sikap.
Dalam Buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru , Muhibbin menjelaskan bahwa ragam evaluasi terdiri atas beberapa bentuk test ,di antaranya adalah :
1. Pre test (diberikan guru pada setiap awal penyajian pelajaran) dan Post test (diberikan pada
setiap akhir penyajian pelajaran).
2. Evaluasi Prasyarat (appersepsi).
3. Evaluasi Diagnostik,yang diberikan setelah selesai penyajian,yang menitikberatkan pada bahasan tertentu yang membuat siswa kesulitan,untuk dibahas solusi pemahamannya.
4. Evaluasi Formatif,sejenis”ulangan” yang diberikan pada akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.
5. Evaluasi Sumatif, sejenis ”ulangan umum” yang diberikan pada setiap akhir semester atau akhir periode pelaksanaan program pengajaran.
6. UN (Ujian Nasional),
            Dengan demikian para pendidik harus memahami tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran dan melakukan tahapan sebagai berikut sebagai bentuk evaluasi terhadap proses pembelajaran :
1.        Merumuskan indikator tiap kompetensi dasar
2.        Menyusun alat evaluasi.
3.        Menetapkan kegiatan belajar
4.        Merencanakan program kegiatan mengajar dengan memperhatikan materi isi pelajaran, memilih alat, metode serta menetapkan jadwal.
5.        Melaksanakan program(mengadakan pre test, menyampaikan materi, dan akhirnya mengadakan evaluasi/post test)

            Colin Rose, pakar accelerated learning, menjelaskan bahwa diri kita adalah hakim yang terbaik untuk menilai kemampuan dan kekurangan diri sendiri (self assesment).  Kita harus menguasai 8 kecerdasan yang ada pada diri kita dan siswa didik , sebelum membuat evaluasi/assesment ke arah tercapainya tujuan pembelajaran. Delapam kecerdasan itu adalah:
1.        Kecerdasan linguistik (berminat pada drama, pendengar yang baik, pembicara yang fasih,      pandai menjelaskan sesuatu, senang menulis)
2.    Kecerdasan matematis, logis (pemikir yang logis dan analisis).
3.    Kecerdasan visual/spasial (pengamat,penentuarah pemikiran,pembuat pola diagram yang teliti).
4.  Kecerdasan musikal(pendengar bunyi alam yang baik dan penghafal baik, penulis lirik atau musik yang baik).
5.    Interpersonal (mediator yang tangguh).
6.    Intrapersonal (eksklusif, penyendiri, penghayal).
7.    Fisik (bekerja dengan benda, senang bergerak,olahragawan).
8.    Naturalis (Pencinta alam,yang mampu menyebut nama jenis tanaman ,hewan dan pemerhati lingkungan yang baik).
Dalam membuat assesment pembelajaran, sebaiknya para pendidik memperhatikan tingkat kecerdasan siswa dan perbedaan yang ada dalam diri masing-masing siswa sesuai 8 kecerdasan yang tersebut. Pendidik juga harus mampu memotivasi siswa sehingga dapat memberikan hasil yang baik dalam melatih daya ingat dan menggali potensi kecerdasan mereka sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian Vernon dari Universitas Texas , yang dikutip oleh Colin Rose bahwa terdapat perbedaan persentase ingatan dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
1)   Belajar dengan Membaca akan menghasilkan daya ingat 20% saja
2)   Belajar dengan Mendengar akan menghasilkan daya ingat 30% saja
3)   Belajar dengan Melihat akan menghasilkan daya ingat 40% saja
4)   Belajar dengan Mengucapkan akan menghasilkan daya ingat 50% saja
5)   Belajar dengan Melakukan akan menghasilkan daya ingat 60% saja
6)   Maka Belajar dengan Membaca,Mendengar,Melihat,Mengucapkan,dan Melakukan akan menghasilkan daya ingat sebanyak 90% (Luar biasa).
           Penelitian Vernon yang tersebut di atas dapat kita sandingkan dengan ”Gaya Pembelajaran” Model Quantum Teaching dalam mengevaluasi pemahaman dan interaksi siswa dalam proses pembelajaran, yang dipaparkan oleh Bobby De Porter, Mark Reardon dan Sarah Singer Nourie dalam istilah TANDUR (singkatan kata dari, T= Tumbuhkan, A=Alami, N = Namai, D = Demonstrasikan, U = Ulangi, R = Rayakan ). T = Tumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran, dengan AMBAK ( Apa Manfaatnya BAgiKu /siswa). Dalam hal ini guru memotivasi minat belajar Siswa untuk ikut memberi keputusan kepada tujuan pembelajaran yang akan dicapai). A = Ciptakan ”pengalaman” yang membuat siswa, merasa mengalami peristiwa yang disampaikan, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. N = Siapkan kata kunci untuk penamaan yang akan memudahkan daya ingat siswa. D = Demonstrasikan , sebagai entuk aplikatif dari pengetahuan/ide/pesan yang disampaikan guru.U = Ulangi , adakan tes formatif atau post test sebagai alat ukur pemahaman. R = Rayakan keberhasilan Proses Pembelajaran yang interaktif , efisien dan efektif, di antara guru dan siswa. G. ”10 Prinsip Assesment ”, untuk keberhasilan evaluator rofesional.
           Dalam membuat assesment/evaluasi/penilaian, pendidik harus memperhatikan dan menguasai sepuluh prinsip assesment , dengan melaksanakan tahapan-tahapan berikut ini :
a)      Pendidik harus membuat Perencanaan yang efektif bagi dirinya dan
anak didiknya.
b)     Assesmen harus terfokus pada siswa sebagai subjek pembelajaran
(student center).
c)      Assesment harus interaktif , Reflektif dan dapat dilaksanakan.
d)     Assesment adalah kunci ketrampilan Guru.
e)      Assesment adalah alat evaluasi yang sensitif dan Konstruktif terhadap
dampak emosi siswa.
f)      Assesment harus memperhitungkan Motivasi Belajar siswa.
g)     Promosikan tujuan belajar, dan libatkan siswa sebagai pengambil
keputusan.
h)     Assesment adalah Bimbingan Belajar sebagai upaya peningkatan mutu
pendidikan.
i)       Assesment akan membangun jiwa kepemimpinan(kemandirian) dan
kepekaan. siswa.
j)       Assesment harus sesuai dengan tingkat kecerdasan / kemampuan
siswa yang berbeda satu sama lainnya.

F.       Assesmen Alternatif
Penilaian alternatif menawarkan pada murid lebih banyak pilihan ketimbang ujian tradisional. Sebagai contoh guru bahasa Indonesia di sekolah memberi murid menu penilaian seperti menulis laporan tentang wawancara, menulis sendiri cerita atau mewawancarai tokoh. Penilaian demikian digolongkan dalam penilaian autentik. Artinya penilaian yang dilakukan guru mengevalusi pengetahuan siswa dalam konteks yang mendekati kehidupan nyata. Namun, dalam merancang atau memilih alat evaluasi guru  harus memperhatikan setidaknya tiga indikator sebelum assesment dalam bentuk evaluasi diberikan kepada siswa didik. Hal ini dimaksudkan untuk suksesnya proses pembelajaran. Tiga indikator tersebut adalah :
1.         Indikator kondisi yang ada di linkungan pembelajaran dengan terlebih dahulu memperhatikan tujuan dan karakteristik bidang studi, kendala dan karakteristik bidang studi, karakteristik peserta didik.
2.         Memilih metode pembelajaran yang dapat memenuhi standar kompetensi yang sudah diarahkan dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Metode pembelajaran yang digunakan harus berpijak pada empat komponen KTSP yaitu :
a)        Tujuan pendidikan sekolah
b)        Struktur dan muatan kurikulum (content), yang mencakup mata
pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri, beban belajar, ketuntasan belajar, kenaikan dan kelulusan,penjurusan,pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c)        Kalender Pendidikan
3.       Silabus dan RPP
Memilih assesmen alternatif yang sesuai dengan standar kompetensi dengan tidak mengabaikan indikator kondisi pembelajaran serta metode yang digunalkan dalam proses pembelajaran tersebut. Intinya, sebagai guru dituntut untuk dapat merancang sistem instruksional, merancang pesan, merancang strategi pembelajaran yang efisien dan efektif sehingga proses pembelajaran dapat memberikan assesment yang baik bagi masyarakat atas output yang dihasilkan oleh sekolah tersebut. Sebagai guru, untuk dapat mengelola proyek, sumber, sistem dan informasi tentang assesment pembelajaran, khususnya dalam menganalisis permasalahan di seputar assesment sekolah harus memiliki KSA yaitu :
1.      Knowledge : pengetahuan dan wawasan
2.      Attitude : Sikap yang baik sebagai seorang guru,dosen,atau manager lembaga pendidikan / kepala sekolah.
3.      Skill : Keahlian dalam menganalisa dan menyelesaikan permasalahan di seputar assesment dalam kualitas proses  pembelajaran.
Guru dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan Alat evaluasi yang tepat dan bermanfaat dalam memberikan umpan balik yang bernilai positif bagi pendidik dan sekolah sehingga pada akhirnya assesment pembelajaran dari sekolah atau institusi dimana proses pembelajaran itu berlangsung dapat menjadi nilai plus bagi kualitas sekolah itu sendiri.dan beberapa hal yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh para evaluator adalah dalam membuat alat evaluasi sebagai assesment tools diantaranya :
1.      Pembuatan Quiz
2.      Pembuatan assignment untuk siswa
3.      Pembuatan pre test dan post tes dalam berbagai tipe soal
4.      Self test bagi siswa
5.      Presentasi jawaban


Sehingga peserta didik (siswa didik) yang melaksanakan Evaluasi tersebut lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi berbagai test, baik pre test atau post test, test sumatif atau formatif, baik evaluasi yang dilakukan oleh evaluator dari luar maupun dari dalam,tidak akan menjadi faktor utama yang perlu dikhawatirkan dalam penilaian assesmen pembelajaran bagi hasil evaluasi mereka.


G.  Model Assesment Alternatif sebagai Pilihan Para Pendidik
          Assesmen Alternatif adalah pilhan yang tepat , karena pemilihan alat evaluasi sebagai unsur terpenting dan pamungkas dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh bagi assesment sekolah dan unsur yang terlibat di sekolah tersebut.dengan terlebih dahulu memperhatikan kondisi lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, melihat ketersediaan sarana dan prasarana (ketersediaan jaringan yang menjadi indikator penting bagi pembelajaran yang berbasis TIK). Assesmen Alternatif sebagai penilaian program atau proses pembelajaran harus dilandaskan pada tiga kawasan penidikan dalam taksonomi Bloom yaitu :
1. Landasan Kognitif : Penilaian atas prestasi pengetahuan dan wawasan
2. Landasan Afektif : Penilaian atas respon & sikap siswa setelah PBM
3. Landasan Psikomotorik : Partisipasi siwa dalam melaksanakan tugas.
           Dengan memperhatikan aspek kemampuan individu (self assesment) dalam delapan kecerdasan yang berbeda dan kemampuan kinerja kelompok (performance assesment) dalam wujud assesmen kinerja siswa dalam mengadaptasi test berbasis komputer,internet,maupun pembelajaran berjaringan atau pembelajaran multimedia,baik pre test maupun post test,test pilihan ganda yang diperluas, test jawaban terbuka, tugas individu, tugas kelompok, baik dalam bentuk wawancara, observasi, assesment portofolio ( dalam tahap persiapan,tahap pelaksanaan,dan tahap penilaian), proyek pameran, atau demonstrasi karya.

H.      Assessment Portofolio
           Assesment portofolio adalah penilaian terhadap kumpulan berkas sebagai bukti fisik setiap aktivitas siswa selama dan sesudah pembelajaran, bisa berupa dokumen hasil tes, tugas-tugas, hasil karya, catatan tentang sikap-minat, ketrampilan, dan kompetensi siswa. Assesment ini adalah salah satu bentuk penilaian autentik yang diadaptasi secara luas di sekolah-sekolah saat ini. Diane Hart mendefinisikan portofolio sebagai "sebuah wadah yang memegang bukti keterampilan individu, ide, minat, dan prestasi." Penilaian portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan seseorang (Pomham, 1984). Seluruh hasil belajar peserta didik (hasil tes, hasil tugas perorangan, hasil praktikum atau hasil pekerjaan rumah) dicatat dan diorganisir secara sistematik.
Fungsi penilaian fortopolio adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Kumpulan hasil pekerjaan peserta didik dapat berupa: (1) puisi; (2) karangan; (3) gambar/tulisan; (4) peta/denah; (5) desain; (6) paper; (7) laporan observasi; (8 ) laporan penyelidikan; (9) laporan penelitian; (10) laporan eksperimen; (11) sinopsis;(12) naskah pidato/kotbah; (13) naskah drama;(14) doa; (15) rumus;(16) kartu ucapan; (17) surat; (18 ) komposisi musik; (19) teks lagu; (20) resep masakan.
            Penilaian portofolio sering diibaratkan sebagai satu album photo dari suatu kegiatan yang merekam aktivitas program dan para partisipannya. Portofolio ini juga sering dianggap sebagai suatu ‘showcases’ bagi orang-orang yang tertarik atau memerlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai program tersebut. Bagi dunia pendidikan, penilaian portofolio cukup sering digunkan untuk mendokumentasikan kemajuan dan pencapaian masing-masing siswa. Penilaian portofolio jika dilakukan secara benar dan sistematis dapat menjadi alat pengukur praktek, prosedur, dan keluaran yang lebih baik jika dibandingkan alat pengukuran tradisional.
          Tidak semua portofolio merupakan portofolio penilaian. Portofolio juga bisa berisi hasil kerja dan catatan tersendiri dari guru, atau dari seorang profesional, atau bahkan portofolio suatu perusahaan. Portofolio penilaian sendiri memiliki beberapa komponen yang harus ada atau terdapat dalam portofolio tersebut.  Komponen-komponen tersebut antara lain :
·        Merupakan bagian dari komponen hasil mata pelajaran
·        Didasarkan pada hasil keluaran program
·        Mencakup dokumentasi dari semua yang didemonstrasikan siswa dari setiap keluaran
·        Dinilai oleh guru dengan menggunakan rubrik yang umum
 Pada dasarnya ada beberapa tipe portofolio, seperti:
·        Showcase – siswa meletakkan semua contoh terbaik atau produk terbaik yang dihasilkannya dari setiap objektif.
·        Kumulatif – Siswa meletakkan semua pekerjaan yang relevan untuk setiap objektif dalam portofolionya.
·        Proses – Siswa meletakkan pre/post sample dari pekerjaan untuk setiap objektif dalam portofolionya.

            Dalam setiap tipe portofolio harus terdapat komponen dasar sebagai mana tercantum diatas. Beberapa ahli membagi portofolio menjadi dua yaitu Portofolio Proses dan Portofolio Produk. Portofolio proses berisi dokumentasi dari tahapan-tahapan pembelajaran dan catatan kemajuan siswa. Sedangkan Portofolio Produk hanya berisi kumpulan hasil kerja terbaik siswa. Untuk mengetahui proses dan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran, biasanya guru menggunakan portofolio proses, sedangkan untuk mengetahui penguasaan akhir digunakan portofolio produk.
           Ada beberapa kelebihan dari Penilaian Portofolio ( sebagaimana dikutip oleh Julia Scherba dari Venn ) seperti:
·        Menunjukkan evaluasi diri siswa, refleksi, dan pemikiran kritis
·        Mengukur Kinerja dasar berdasarkan contoh original pekerjaan siswa
·        Memberikan fleksibilitas dalam mengukur bagaimana siswa mencapai tujuan
·        Memungkinkan guru dan siswa berbagi tanggung jawab dalam menentukan tujuan belajar  dan untuk evaluasi kemajuan.
  • Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk mendapatkan masukkan yang ekstensif dari proses pembelajaran
  • Memfasilitasi pembelajaran kooperatif, termasuk evaluasi ‘peer’ dan tutoring
  • Memungkinkan pembentukan struktur pembelajaran bertahap
  • Memungkinkan guru dan siswa untuk mendiskusikan tujuan pembelajaran dan kemajuan dalam dialog yang terstruktur maupun tidak.
  • Memungkinkan pengukuran kemajuan siswa multi dimensi dengan memasukkan berbagai tipe data dan material.
Bagi seorang guru, penilaian portofolio walaupun sedikit lebih rumit tetapi bisa memiliki banyak kegunaan. Seperti misalnya:
  • Mendorong pembelajaran mandiri
  • Memperjelas pandangan mengenai apa yang dipelajari
  • Membantu mempelajari pembelajaran
  • Mendemonstrasikan kemajuan berdasarkan keluaran yang diidentifikasikan
  • Membuat interseksi antara instruksi dan penilaian
  • Memberikan jalan kepada siswa untuk menilai diri mereka sebagai pemelajar
  • Memberikan kemungkinan untuk pengembangan dukungan ‘peer’
  • Mengetahui bagaiman Portofolio dapat memperbaiki proses persiapan
Dengan demikian penilaian portofolio berbeda dengan penilaian lainnya, penilaian portofolio merupakan rangkuman setiap aktivitas yang membutuhkan pencermatan, keobjektifan dan tranparansi. Penilaian portofolio bukanlah hasil rekaan dan bersumber imajinatif. Hal ini menunjukkan program pembelajaran dalam persiapan evaluasi harus berkelanjutan dari satu kegiatan kepada kegiatan lain guna peningkatan mutu kualitas pendidikan bagi input maupun output di sekolah. Kegiatan tersebut dapat terlembaga secara baik dan profesional baik di lembaga formal maupun non formal. Assesment positif sebagai penilaian hasil evaluasi terhadap program atau proses haruslah diakui oleh masyarakat luas yang menjadi penilai objektif bukan penilaian individualistis.





































4. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI KURIKULUM 2013
A. Pentingnya Pembelajaran Berbasis PAIKEM
1. Pengertian Strategi PAIKEM
     Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Pendekatan PAIKEM sebagai sebuah strategi pembelajaran, memiliki 5 kriteria yang bisa dipaparkan sebagai berikut :

     1.  Pembelajaran Aktif
Baik Pendekatan Cara belajar siswa aktif (CBSA) maupun pendekatan Keterampilan Proses (PKP), sangat mengutamakan tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Suasana pembelajaran aktif dapat memberikan atmosfer berbeda di dalam ruang kelas. Sementara itu pembelajaran yang pasif dapat menimbulkan suasana pembelajaran yang monotan dan menjemukan, karena satu-satunya sumberasan.  pengetahuan dikelas adalah guru.
Hal yang paling utama yang menjadi keaktifan siswa di dalam kelas adalah munculnya rasa ingin tahu, ketertarikan dan minat siswa terhadap hal yang sedang dipelajari. Untuk itu, melalui berbagi teknik dan metode, guru harus berusaha sebisa mungkin untuk menciptakan suasana sedemikian rupa guna memicu rasa kepenasaran siswa aktif bertanya, mempertanyakan mengemukakan gagasan.
Anda tahu bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan faktor penting, kegiatan aktif ini seharusnya tidaklah  hanya berupa keterlibatan secara fisik belaka, tetapi hal yang lebih utama adalah keterlibatan mental atau intelektual, khususnya keterlibatan intelektual-emosional. Keterlibatan intelektual memberi peluang terjadinya asimilasi atau akomodasi kognitif terhadap pengetahuan baru, serta terbentuknya meta-kognisi (kesadaran dan kemampun untuk mengendalikan proses kognitifnya itu).
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam upaya mengoptimalkan keaktifan murid dalam belajar, baik dipandang dari pihak pebelajar, maupun dari pihak pengelola proses pembelajaran. Proses-proses belajar itulah yang harus diperhatikan dalam menerapkan CBSA, yaitu :
1.    Penumbuhan motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik;
2.    Pemantapan latar dari materi yang akan dipelajari, khususnya pemberian apersepsi / kaitan;
3.    Mengupayakan keterarahan terhadap suatu fokus, seperti suatu konsep inti ataupun permasalahan sehingga siswa dapat memusatkan perhatian serta mengaitkan / menghubungkan keseluruhan bahan yang sedang dipelajari;
4.    Belajar sambil bekerja, sambil bermain, ataupun kegiatan lainnya;
5.    Penyesuaian dengan perbedaan individual;
6.    Peluang untuk bekerjasama dengan berbagai pola interaksi;
7.    Peluang untuk menemukan sendiri informasi / konsep
8.    Penumbuhan kepekaan mencari masalah dan memecahkannya;
9.    Mengupayakan keterpaduan, baik asimilasi maupun akomodasi kognitif;

Untuk mewujudkan prinsip belajar diatas, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, antara lain:
1.    Mengupayakan variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan berbagai strategi pembelajaran;
2.    Menumbuhkan prakarsa siswa untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran;
3.    Mengembangkan berbagai pola interaksi dalam pembelajaran, baik antara guru dan siswa maupun antar siswa;
4.    Menggunakan berbagai sumber belajar, baik yang dirancang / by design (buku pelajaran, media pembelajaran, model kerangka manusia dll) maupun yang di manfaatkan / by utilization (tumbuhan, hewan, lingkungan, pasar dll);
5.    Pemantauan yang intensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik juga segera.

2.      Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran  menyenangkanyang bisa membuat siswa terbebas dari kejenuhan-kejenuhan pembelajaran. Model pembelajaran inovatif ini tentunya berbed jauh dari model pembelajaran konvensional yang memang sudah menjadi kebiasaan dalam pembelajaran. Guru mencoba untuk menanamkan pemikiran   "Learning is fun" kepada semua peserta didiknya yang merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
3.      Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat kerajinan tangan, mempraktekkan kesenian dll) maupun pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif haruslah seimbang dengan kemampuan berpikir rasional logis.
Kreatifitas merupakan tahap paling tinggi dalam pengembangan kemampuan belajar seseorang. Untuk menumbuhkan kreatifitas cukup sulit dilakukan, jika dalam proses yang berlangsung tidak memberikan keaktifan bagi siswa.
Bagi siswa, pengembangan kemampuan berpikir kretaif melalui pembelajaran kreatif, akan menjadi bekal yang sangat berharga untuk menghadapi tantangan dan permasalahan di masa depan, yang tentunya akan berubah seiring perubahan zaman dan peradaban.
4.      Pembelajaran Efektif
Aspek efektifitas pembelajaran merupakan kriteria penting dalam setiap pembelajaran. Suatu pembelajaran disebut efektif manakala pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran itu mencakup pada penguasaan IPTEKS sebagai bahan ajar, pembentukan keterampilan atau kemampuan belajar yang lebih efektif dan efisien (belajar mengenai bagaimana cara belajar), bahkan pembentukan kemampuan meta-kognisi (kemampuan pengendalian proses kognitif itu sendiri). Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mendidik, yang secara serentak dapat memenuhi dua sisi penting dari tujuan pendidikan disekolah, yakni:
1.      Memiliki atau menguasai ilmu pengetahuan, teknolog, dan seni (IPTEKS);
2.      Membangun diri pribadi sebagai pemanggung eksistensi manusia. Meskipun mungkin terjadi hubungan timbal balik di antara keduanya, tetapi pemantapan kesejatian diri (being) menjadi lebih penting dari apa yang tergolong sebagai milik (having) yakni memiliki IPTEKS itu sendiri.
Dengan demikian, pendidikan disekolah diharapkan dapat meujudkan tujuan pendidikan untuk membangun manusia indonesia seutuhnya, yakni manusia indonesia sebagai fakta a priori, yang dikemudian di bangun dengn bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian dan kemahiran lainnya, sebagai fakta a posteriori.
5.      Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan merupakan pembelajran yang didesain sedemikian rupa sehingga memberikan susana penuh keceriaan, menyenangkan, dan yang paling utama, tidak membosankan, peserta didik. Suasana seperti itu akan membuat peserta didik bisa lebih terfokus pada kegiatan belajar-mengajar dikelasnya, sehingga curah perhatiannya akan lebih tinggi. Tingginya tingkat curah perhatian tersebut, akan meningkatkan hasil belajar.
Kesenangan belajar bukan hanya karena lingkungan belajar yang menggairahkan, tetapi juga karena terpenuhinya hasrat ingin tahu (need achievement) peserta didik. Pembelajaran menyenangkan memerlukan dukungan pengelolaan kelas serta penggunaan media pembelajaran alat bantu dan atau sumber belajar yang tepat. Pembelajaran yang menyenangkan dapat juga tercipta karena proses pembelajaran disesuaikan dengan karekteristik murid (seperti: kongkrit, holistik, manipulatif, dll), dengan menerapkan pendekatan CBSA dan atau pendekatan keterampilan proses.

B.  Prinsip-Prinsip PAIKEM Dalam Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan aspek keaktifan, kreatifitas dan inovatif, sehingga membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan, menuntut guru untuk menguasai berbagai metode mengajar serta keterampilan dasar mengajar. Penguasaan berbagai metode mengajar tersebut akan memberi keleluasaan untuk memilih metode yang sesuai dengan metode yang sesuai dengan tujuan, materi, peserta didik dan aspek-aspek lainnya, sehingga prinsip-prinsip PAIKEM dapat diterapkan secara optimal.
Prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM antara lain:
1.    Mengalami : Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional. Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna kepada sisa dari pada hanya mendengarkan;
2.    Komunikasi : Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik;
3.    Interaksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah.
4.    Refleksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Proses refleksi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian proses pembelajaran.

C.      Landasan Teoritis Srategi Pembelajaran PAIKEM
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan.
Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan.
Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.

D.      Penerapan Strategi PAIKEM Dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1.      Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2.      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3.      Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4.      Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.      Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM atau pembelajaran di kelas. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang bersesuaian.









Kemampuan Guru
Kegiatan Belajar Mengajar
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
a.    Percobaan
b.    Diskusi kelompok
c.    Memecahkan masalah
d.   Mencari informasi
e.    Menulis laporan/cerita/puisi
f.     Berkunjung keluar kelas
Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
a.     Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
b.     Gambar
c.     Studi kasus
d.     Nara sumber
e.     Lingkungan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
Siswa:
a.     Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
b.     Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
c.     Menarik kesimpulan
d.     Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri.
e.     Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan
Melalui:
a.     Diskusi
b.     Lebih banyak pertanyaan terbuka
c.     Hasil karya yang merupakan anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
a.    Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
b.    Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
c.    Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan.
Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.
a.    Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
b.    Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus
a.    Guru memantau kerja siswa.
b.    Guru memberikan umpan balik.

 A.  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM

 1. Memahami sifat yang dimiliki anak
     Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap atau berpikir kritis dan kreatif.
  2.  Mengenal anak secara perorangan
      Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
  3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
     Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.[
 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
       Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya.
  5.   Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
       Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
  6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
        Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar).
  7.  Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
        Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.
  8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
         Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAIKEM’.

A.      Keimpulan
1.    Yang di maksud dengan Pembelajaran PAIKEM  adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja.
2.    Prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM antara lain: Mengalami, Komunikasi, Interaksi, Refleksi.
3.    Landasan Teoritis Srategi Pembelajaran PAIKEM adalah melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
4.    Cara menerapkan PAIKEM Dalam Proses Pembelajaran adalah dengan melihat berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM atau pembelajaran di kelas. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut.
5.     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM adalah :
a.    Memahami sifat yang dimiliki anak
b.    Mengenal anak secara perorangan
c.    Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
d.   Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
e.    Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
f.     Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
g.    Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental


BAB 5
PENUTUP

A. KESIMPULAN
     Hal mendasar dari kurikulum 2013, menurut Mulyoto adalah masalah pendekatan pembelajarannya. Selama ini, pendekatan yang digunakan adalah materi. Jadi materi di berikan pada anak didik sebanyak-banyaknya sehingga mereka menguasai materi itu secara maksimal. Bahkan demi penguasaan materi itu, drilling sudah diberikan sejak awal, jauh sebelum siswa menghadapi ujian nasional. Dalam pembelajaran seperti ini, tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang dicapai lebih kepada aspek kgnitif dengan menafikan aspek psikomotrik dan afektif.
Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sabagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
     Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang merupakan perubahan struktur kurikulum KTSP. dan perubahan tersebut dikarenakan terdapat banyak masalah dan upayanya adalah memperbaiki kurikulum yang kurang tepat.
Kelebihan Kurikulum 2013 :
·          Kreatif dan Inovatif
·         Pendidikan karakter yang penting harus diintegrasikan ke semua program studi.
·         tidak membeda-bedakan kota dengan desa.
 Kelemahan Kurikulum 2013 :
·         Belum banyak sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013
·         Guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama
·         Tak ada keseimbangan antara proses pembelajaran dengan hasil pembelajaran
·         Tidak tepatnya pengintegrasian mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran IPS dalam mata pelajaran bahasa indonesia karena rumpun mata pelajaran tersebut berbeda.
 Terdapat 14 prinsip pembelajaran kurikulum 2013 yaitu :

  1.  Siswa Mencari Tahu,
  2. Belajar Berbasis Aneka Sumber,
  3. Proses sebagai Penguatan Pengunaan Pendekatan Ilmiah, 
  4. Pembelajaran Berbasis Kompetensi,
  5. Pembelajaran Terpadu,
  6. Pembelajaran dengan Jawaban yang Kebenarannya Multi Dimensi,
  7. Keterampilan Aplikatif,
  8.  Peningkatan dan Keseimbangan antara KeterampilanFisikal dengan Keterampilan Mental, 
  9. Pembelajaran yang Mengutamakan Pembudayaan dan Pemberdayaan Siswa Sebagai Pembelajar Sepanjang Hayat,
  10. Pembelajaran yang Menerapkan Nilai-nilai dengan Memberi Keteladanan, Membangun Kemauan, dan Mengembangkan Kreativitas Siswa dalam Proses Bembelajaran, 
  11. Pembelajaran Berlangsung di Rumah, di Sekolah, dan di Masyarakat, 
  12. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan dimana saja adalah kelas.
  13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, 
  14. Pengakuan Atas Individu dan Latar Belakang Budaya Siswa






























DAFTAR PUSTAKA

Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi: Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Abdullah . 2009. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jakarta: Arruz Media.
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum
2013. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.









2 komentar:

  1. Balasan
    1. Mohon maaf, pak. Insya Allah malam ini semuanya terkumpul selambat2nya jam 11 malam.

      Hapus