Selasa, 01 November 2016

Aulia Andre Evi 15.21.0021 & Lulu Dwi Meiliani 15.21.0017

ABSTRAK

TEORI KOGNITIF DOMINAN
TEORI JEAN PIAGET DAN EDWARD C. TOLMAN

Oleh
Aulia Andre Evi        15.21.0021
Lulu Dwi Meiliani     15.21.0017

FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN

Piaget memperkenalkan sejumlah ide dan konsep-konsep untuk mendeskripsikan dan menjelaskanperubahan dalam pemikiran logis yang diamatinya pada anak-anak dan orangdewasa. Perkembangan kognitif dimulai dari prosesberpikir secara konkrit sampaidengan yang lebih tinggi yaitu konsep abstrak dan logis. Piaget meyakini bahwaanak-anak secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencariinformasi yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut.Piaget banyak melakukan penelitian tentang tingkat perkembangan kemampuankognitif manusia, Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitifmanusia terdiri atas empat tahapan dimulai dari lahir hingga dewasa. Tahap dan urutanberlaku untuk semua usia tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap tertentutidak sama untuk setiap orang.

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual.Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori belajar Tolman dapat dikatakan sebagai campuran antara Teori Gestalt dan Behaviorisme.Tolman memandang dengan menjadikan elemen-elemen kecil, sesungguhnya behavioris telah membuang artinya secara utuh.Akan tetapi dia juga yakin bahwa hal seperti itu mungkin juga untuk dijadikan sebagai objek ketika belajar tentang molar behavior secara sistematis.Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Tolman seorang behavioris secara metodologi dan teoris kognitif dalam hal metafisik. Dengan kata lain, ia belajar behavior untuk menentukan proses kognitif.
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dewasa ini, Berbagai macam teori pembelajaran diperlukan, terutama dalam melaksanakan proses pembelajaran, salah satunya teori kognitif. Teori ini memberikan banyak konsep dalam psikologi perkembangan dan berpengaruh pula pada perkembangan kecerdasan. Teori membahas bagaimana seseorang tidak sekedar melibatkan hubungan stimulus dengan respon, tetapi juga memperhatikan pemahaman presepsi tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar, mengartikan interaksinya dengan tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara langsung.
Bagi para penganut teori belajar kognitif, teori ini mengedepankan upaya memberikan pemahaman kepada siswa dalam mendapat informasi melalui proses internal bahwa perilaku yang tidak dapat diamati pun dapat dipelajari secara ilmiah yang mencakup ingatan, potensi, pengolahan, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.Sebagian besar dari mereka ini terutama tertarik pada teori yang disebut teori pemprosesan informasi.
Teori ini menerapkan modifikasi antara situasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh seseorang karena proses belajar akan berkesan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi beradaptasi dengan struktur kognitif yang dimiliki seseorang. Para ahli psikologi kognitif mengemukakan suatu kerangka teoretis yang dikenal dengan pemprosesan informasi. Dalam model ini peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi informasi dari input (stimulus) ke output (respons) dalam teoriini pengertian pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik mencapai struktur kognitif melalui pemahaman,sedangkan pengertian belajar adalah perubahan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat selama dia beraktifitas, tokoh aliran ini adalah Jean Peaget dan Edwar Chare Tolman.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian belajar menurut pandangan teori kognitif itu?
2.      Siapa tokoh-tokoh teori belajar kgnitif itu, dan apa pemikirannya?
3.      Bagaimana aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran?
4.      Langkah-langkah pembelajaran menurut tokoh kognitif?



C.     TUJUAN PENULISAN

1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui pengertian belajar menurut pandangan teori kognitif.
3.      Untuk  mengetahui hasil-hasil penelitian para tokoh dalam pandangan teori kognitif.
4.      Mengklasifikasi perbedaan pendapat teori belajar kognitif menurut para ahli.


D.    METODE PENELITIAN

Metode Penelitian Kualitatif (Wawancara)

Dalam sebuah penelitian metode kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.Pada penelitian kualitatif dilakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.Penelitian ini lebih menekankan makna dan terikat nilai.Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.



KAJIAN PUSTAKA
A.    Definisi Belajar dan Pembelajaran

Dikalangan psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Namun, baik secara eksplisit maupun implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa definisi manapun konsep belajar itu selalu menunjukan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Hilgard,, 1948:4). Pembelajaran biasanya didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman (Driscoll, 2000).

Seperti yang telah di sebutkan didalam hadist bahwa ilmu pengetahuan sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Selama hidup didunia, kita sebagai makhluk yang berada di tingkat teratas dalam rantai makanan karena memiliki akal tidak luput dari belajar.Baik itu secara sadar atau tidak sadar.Sebagai makhluk yang berakal, hendaknya kita mampu menggunakan ilmu pengetahuan agar bermanfaat. Seperti hadist Rasulullah SAW yang artinya :
 “mencari ilmu adalah  diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan wanita dari mulai lahir sampai ke liang lahat.”
Dan
Artinya :”Carilah ilmu walupun ke negri cina.”
Fungsi dari belajar itu pun telah disebutkan dalam sebuah hadist yang artinya :
“Didiklah anak-anak kalian, karena sesungguhnya mereka itu dijadikan untuk menghadapi masa yang berlainan dengan masa kalian ini.”
Artinya :”Pelajarilah ilmu karena sesungguhnya belajar semata-mata bagi Allah itu merupakan kebaikan, dan mempelajari ilmu merupakan tasbih, dan membahasnya merupakan jihad, dan mencarinya merupakan ibadah, dan mengajarkannya merupakan sedekah sedangkan menggunakannya bagi orang yang membutuhkannya merupakan Qurbah(pedekatan diri kepada Allah).
1.      Perubahan perilaku

Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme.Hal ini berarti bahwa belajar membutuhkan waktu. Untuk mengukur belajar,  kita membandingkan cara organisme itu berperilaku pada waktu 1 dengan cara organisme itu berperilaku pada waktu 2 dalam suasana serupa. Bila perilaku dalam suasana serupa itu berbeda untuk waktu itu,, kita dapat berkesimpulan bahwa telah terjadi belajar. Selanjutnya, yang terjadi ialah perubahan perilaku dalam proses belajar.

2.      Belajar dan Pengalaman

Komponen terakhir dalam definisi belajar ialah “sebagai suatu hasil pengalaman”.Istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar.Batasan ini penting dan sulit untuk didefinisikan.Biasanya batasan ini dilakukan dengan memperthatikan penyebab-penyebab perubahan dalam perilaku yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman. Perubahan perilaku yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan mekanis tidak dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman sehingga tidak dapat dianggap bahwa belajar telah terjadi.

B.     Definisi Teori Kognitif

1.      Defininisi Teori

Banyak penelitian telah dilakukan orang tentang belajar dan para ahli membuat hasil hasil penelitian mereka menjadi sistematis, lalu lahirlah teori tentang belajar.Kata teori memiliki arti yang berbeda tergantung pada bidang pengetahuan dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta, dan hanya bersifat sementara dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Snelbecker (1974) berpendapat bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan juga vital bagi psikologi dan pendidikan agar dapat maju atau berkembang, serta memecahkan masalah yang ditemukan dalam bidang itu.

2.      Definisi Teori Kognitif

Pada awalnya paradigma kognitif menjadi terkenal melalui buku perception and communication karya Donald Broadbent pada tahun 1958, kendati perkembangannya berbeda seperti teori bahasa Chomsky (1956). Teori kognitif adalah teori yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diukur dan diamati. Pekembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.Pengetahuan datang dari tindakan.

C.    Teori Kognitif Menurut Para Ahli

1.      Teori Kognitif Menurut Jean Piaget (1896-1980)

a.       Biografi Jean Piaget
Jean Piaget lahir pada tanggal 1989 di Neuhatel, Swiss, Ayahnya adalah seorangprofesor dengan spesialis ahli sejarah abad pertengahan, ibunya adalah seorang yangdinamis, inteligen dan takwa. Waktu mudanya Piaget sangat tertarik pada alam, ia sukamengamati burung-burung, ikan dan binatang-binatang di alam bebas. Itulah sebabnyaia sangat tertarik pada pelajaran biologi di sekolah. Pada waktu umur 10 tahun ia sudahmenerbitkan karangannya yang pertama tentang burung pipit albino dalam majalahilmu pengetahuan alam. Piaget juga mulai belajar tentang moluska dan menerbitkanseri karangannya tentang moluska, karena karangan yang bagus, pada umur 15 tahun iaditawari suatu kedudukan sebagai kurator moluska di museum ilmu pengetahuan alamdi Geneva. Ia menolak tawaran tersebut ia harus menyelesaikan sekolah menengah lebih dahulu. ( Paul Suparno, 2006:11).

Perkembangan pemikiran Piaget banyak dipengaruhi oleh Samuel Cornut sebagai bapak pelindungnya, seorang ahli dari Swiss.Cornut mengamati bahwa Piaget selama masa remaja sudah terlalu memusatkan pikirannya pada biologi, menurutnya ini dapatmembuat pikiran Piaget menjadi sempit.Oleh karena itu Cornut ingin mempengaruhiPiaget dengan memperkenalkan filsafat. Ini semua membuat Piaget mulai tertarikpada bidang epistimologi, suatu cabang filsafat mempelajari soal pengetahuan, apa itu pengetahuan dan bagaimana itu pengetahuan diperoleh. Piaget berkonsentrasipada dua bidang itu: biologi dan filsafat pengetahuan. Biologi lebih berkaitan dengankehidupan sedangkan filsafat lebih pada pengetahuan.Biologi menggunakan metodeilmiah, sedangkan filsafat menggunakan metode spekulatif.Pada tahun 1916 Piagetmenyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang biologi di universitas Neuchatel.Duatahun kemudian, pada umur 21 tahun Piaget menyelesaikan disertasi tentang moluskadan memperoleh doktor filsafat. (Paul Suparno, 2006:12).
Piaget adalah seorang ahli psikologi perkembangan, tetapi psikologi hanya berupa bagian kecil dari pekerjaannya.Ia sebenarnya seorang ahli epistemologi. Ia mempelajari bagaimana pengetahuan dan kompetensi diperoleh sebagai konsekuensi pertumbuhan dan interaksi dengan lingkungan fisik dan sosial. Piaget mempelajari cara berpikir pada anak sebab ia yakin bahwa dengan cara ini ia akan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan epistimologi, seperti “Bagaimana kita memperoleh pengetahuan” dan “Bagaimana kita tahu bahwa apa yang bisa di ketahui”. Hal-hal ini menyangkut hubungan antara logika dan psikologi sebagai masalah yang ingin di pecahkan pada setiap umur.

Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif.Ia meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927-1980. Berbeda dengan ahli psikologi sebelumnya ia menyatakan bahwa, cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan.Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka.

b.      Hasil pekerjaan Piaget

Originalitas Piaget mencakup hal-hal berikut :

v  Ia berpendapat bahwa pertanyaan-pertanyaan epistimologi harus dijawab secara ilmiah dari pada secara spekulasi filosofi.
v  Ia yakin bahwa metode ilmiah yang paling baik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini adalah dengan mempelajari perkembangan dalam pengetahuan anak.
v  Ia merumuskan konstruktivisme sebagai suatu hipotesis.
v  Ia menemukan metode-metode yang luar biasa (ingenious) tentang pengumpulan data. Semua ini merupakan contoh yang kreatif dalam sains.

c.       Perkembangan intelektual

Dalam perkembangan intelektual, ada 3 aspek yang diteliti oleh Piaget, yaitu:

v   Struktur
Piaget berpendapat bahwa ada hubungan fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental serta perkembangan logis anak-anak.Tindakan (action) menuju pada perkembangan operasi dan operasi selanjutnya menuju pada perkembangan struktur.Operasi merupakan tindakan-tindakan yang terinternalisasi.Misalnya, bila seorang anak mengumpulkan semua kelereng kuning dan merah, tidakannya merupakan tindakan baik mental maupun fisik. Secara fisik ia memindahkan kelereng tersebut tetapi tindakannya itu dibimbing oleh hubungan “sama” dan “berbeda” yang diciptakannya dalam pikiran.

v   Isi
Aspek kedua yang menjadi perhatian Piaget adalah aspek isi.Hal yang dimaksud dengan isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya. Antara tahun 1920 dan 1930 perhatian Piaget dalam penelitiannya tertuju pada isi pikiran anak, misalnya perubahan pada kemampuan penalaran semenjak kecil hingga dewasa, konsepsi anak tentang alam sekitarnya yaitu pohon-pohon, matahari, bulan dan konsepsi tentang beberapa peristiwa alam, seperti bergeraknya awan dan sungai. Sesudah tahun 1930, perhatian penelitian Piaget lebih dalam. Dari deskripsi pikiran-pikiran anak ia beralih pada analisis proses dasar yang melandasi yang menentukan isi tersebut (Ginsburg, 1979).

v   Fungsi
Fungsi ialah suatu cara yang digunakan organism untuk membuat kemajuan-kemajuan intelektual. Menurut Piaget, perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberrikan pada organism kemampuan untuk mensistematikan atau mengorganisasi proses fisik atau psikologis menjadi sistem yang teratur dan berhubungan atau terstruktur. Dalam lingkungan fisik misalnya, ikan dalam air, yaitu insang, sistem sirkulasi, mekanisme suhu. Semua truktur ini bekera sama secara efisien untuk mempertahankan ikan itu dilingkunannya. Koordinasi secara fisik ini merupakan hasil kecendrungan organisasi.

Fungsi kedua yang yang melandasi perkembangan intelektual ialah adaptasi.Semua organism lahir dengan kecendrungan untuk menyesuaikan diri atau beradapatasi dengan lingkungan mereka. Cara adaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menghadapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Dalam proses akomodasi, seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respons terhadap tantangan lingkungannya. Contoh berikut menunjukan hubungan antara asimilasi dan akomodasi. Anak yang mengetahui bahwa cara membuka laci dengan menarik harus mengembangkan gerakan-gerakan tangan baru untuk membuka laci dengan cara memutar tombol, ia harus berakomodasi terhadap lingkungannya.

d.      Tingkat Perkembangan Intelektual
Usia yang tertulis di belakang setiap tingkat hanya merupakan suatu perkiraan. Semua anak melalui setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang berbeda. Jadi, mungkin saja seorang anak yang berumur 6 tahun berada pada tingkat operasional konkret, sedangkan ada seorang anak yang berumur 8 tahun masih pada tingkat pra-operasional dalam cara berpikir. Namun, urutan perkembangan intelektual sama untuk semua anak. Struktur untuk tingkat sebelumnya terintegrasi dan termasuk sebagai bagian dari tingkat-tingkat berikutnya.
1. Tingkat Sensori-Motor
2. Tingkat Pra-operasional
3. Tingkat Operasional Konkret
4. Tingkat Operasional Formula

e.       Faktor-faktor yang Menunjang Perkembangan Intelektual
Suatu pertanyaan yang diajukan mengenai tingkat perkembangan intelektual Piaget ialah: "Apakah yang menyebabkan seseorang pindah dari tingkat yang satu ke tingkat yang lain?" Berdasarkan hasil studinya yang bertahun-tahun Piaget mengemukakan bahwa ada 5 faktor yang mempengaruhi transisi ini :
1. Kedewasaan
2. Pengalaman Fisik
3. Pengalaman Logika-Matematika
4. Transmisi Sosial
5. Pengaturan Sendiri

f.       Pengetahuan Fisik, Logika-Matematika, dan Sosial
Dalam teori Piaget, ada 3 bentuk pengetahuan, yaity pengetahuan fisik (physical knowledge), pengetahuan logika-matematika (logico-mathematical), dan pengetahuan sosial (social knowledge) yang dapat dibedakan menurut sumber-sumber utamanya, serta cara penstrukturannya. Namun perlu diperhatikan bahwa trikotomi ini hanya merupakan suatu perbedaan teoritis.
1. Pengetahuan Fisik dan Pengetahuan Logika-Matematika
Pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada "di luar" dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal.Pengetahuan logika-matematika terdiri atas hubungan-hubungan yang diciptakan subjek dan diperkenalkan pada objek-objek.
2. Pengetahuan Sosial
Pengetahuan sosial seperti fakta bahwa hari minggu anak-anak tidak bersekolah, didasarkan pada perjanjian sosial, suatu perjanjian atau kebiasaan yang dibuat oleh manusia.
2.      Teori Kognitif Menurut Edward Chace Tolman

a.       Biografi Edward Chace Tolman (1886-1959)
Teori Belajar Edward C. Tolman – Tolman lahir di Newton, Massachusetts, dan meraih gelar B.S. di Massachusetts Institute of Technology di bidang elektrokimia pada 1911. Gelar M.A. (1912) dan Ph.D (1915) di Hardvard University untuk bidang psikologi disinilah ia belajar tentang behavioris. Pada akhir dari tahun pertama dia tinggal di Harvard, Tolman sempat pergi ke Jerman dan menghabiskan beberapa waktu dengan para ahli Gestalt yaitu terjadi pada tahun (1913).Selanjutnya, dia mengajar di Northwestern University dari 1915 sampai 1918. Selain itu ia menghabiskan sebagian besar kehidupan profesinya untuk mengajar di Universitas California di Berkeley. Karya utamanya, Purposive Behaviour in Animals and Man, terbit pada tahun1932.
Teori belajar Tolman dapat dikatakan sebagai campuran antara Teori Gestalt dan Behaviorisme. Sepuluh tahun kemudian, setelah lulus dari Harvard Tolman pergi ke Jerman dan bekerja dengan Koffka. Keberadaan teori Gestalt terhadap proses berteorinya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sikapnya yang senang terhadap teori Gestalt tidaklah menghalangi perhatiannya terhadap behaviorisme.Ketidaksepakatannya dengan behaviorisme adalah pada soal unit perilaku yang mesti diteliti.Pemikirannya bertentangan dengan para behavioris seperti Pavlov, Guthrie, Hull, Watson, dan Skinner yang menyatakan bahwa unit perilaku bisa dipelajari sebagai unsur-unsur yang terpisah.
Tolman memandang dengan menjadikan elemen-elemen kecil, sesungguhnya behavioris telah membuang artinya secara utuh.Akan tetapi dia juga yakin bahwa hal seperti itu mungkin juga untuk dijadikan sebagai objek ketika belajar tentang molar behavior secara sistematis.Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Tolman seorang behavioris secara metodologi dan teoris kognitif dalam hal metafisik. Dengan kata lain, ia belajar behavior untuk menentukan proses kognitif.

b.      Behaviorisme purposive dan Tingkah laku Molar
Teori Belajar Edward C. Tolman – Tolman mengatakan bahwa tingkah laku manusia secara keseluruhan disebut tingkah laku molar. Tingkah laku molar ini terdiri dari tingkahl aku-tingkah laku yang lebih kecil yang disebut molekular. Karakteristik utama molar behavior (perilaku molar) adalah perilaku itu purposive (memiliki tujuan); yakni ia selalu diarahkan untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini, teori Tolman disebut sebagai purposive behaviorism (behaviorisme purposif) sebab ia berusaha menjelaskan perilaku yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan atau dengan kata lain mengkaji perilaku dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai melalui perilaku itu. Sorotan bahwa Tolman dianggap sebagai setengah behavioris atau setengah kognitif itu adalah karena sebutan dari orang lain dan itu bukan sebutan dari Tolman sendiri. Selain itu juga teori behaviorisme purposive Tolman ini merupakan teori kognitif akan tetapi kadang juga dianggap sebagai teori behavioristik, hal itu dikarenakan Tolman dalam percobaannya menggunakan metode pengembangan behavioristik tapi dia meneliti atau menempatkan penelitiannya pada posisi kognitif.
Tolman menggunakan isitilah kognisi secara objektif tanpa harus melakukan sebagai suatu yang dapat diukur secara langsung.Untuk itu dia menyebut kognisi sebagai suatu perantara. Dengan cara demikian, maka kita dapat membuat konsep kognisi menjadi suatu yang patu untuk diharagai. Kognisi adalah abstraksi yang dihasilkan oleh rumusan teoritis. Walaupun tidak menutup kemungkinan jika para fisiologi akan menemukan aktivitas tetentu di dalam otak yang terkait dengan kognisi. Jadi, pengalaman menghadapi stimuli tertentu akan menghasilkan terbentuknya kognisi tertentu. Keberhasilan akan menghasilkan tuntutan akan objek tertentu.

Implementasinya dalam pembelajaran adalah kita hendaknya membentuk kognisi yang berbeda hendaknya bagaimana keadaan lingkungan, dalam artian hal apa yang sesuai dan tidak sesuai, jalur mana yang baik untuk ditempuh. Jadi, tidak hanya “jika saya melakukan ini, maka saya akan mendapatkan?"Kognisi dari berbagai pengalaman yang berbeda bisa kita padukan sehingga individu dapat merespon secara adaptif terhadap situasi baru yaitu dengan perilaku fleksibel dan orisinal. Sehingga, dalam hal ini pula dapat kita terapkan bagaimana pentingnya proses untuk mencapai sesuatu yang tanpa kita sadari akan menghasilkan atau kita peroleh suatu yang baru yang bermanfaat bagi hal lainnya.
c.       Konsep Teori Utama Teori Belajar Edward C. Tolman
Berikut ini adalah asumsi-asumsi umum yang dikemukakan Tolman dalam proses belajar
1. Apa arti belajar?
Menurut Tolman, belajar adalah mengenal tentang situasi. Organisme belajar tentang sesuatu yang ada di sekitarnya, jika ia berbalik ke kiri, ia akan menemukan sesuatu. Jika ia berbalik ke kanan, ia temukan juga sesuatu yang lain. Hal ini terjadi secara berangsur-angsur, sehingga ia dapat membuat kesimpulan sendiri. Dengan demikian, menurut Tolman, belajar itu akan sia-sia jika hanya dihafal. Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar adalah merupakan pengorganisasian perbuatan (tingkah laku) untuk meraih maksud.
2. Confirmation Versus Reinforcement
Konsep penguatan (reinforcement) adalah tidak penting bagi Tolman sebagai variabel pembelajaran.Akan tetapi, Tolman mengatakan sebagai konfirmasi, di mana behavioris menyebutnya Reinforcement.Selama perkembangan sebuah peta kognitif, harapan atau dugaan-dugaan dimanfaatkan oleh sebuah organisme.Dugaan adalah sebuah firasat tentang sesuatu dan fungsinya.Di mana awal sebuah dugaan bersifat sementara yang disebut hipotesis, yang berasal baik dari pengalaman maupun bukan. Hipotesis yang telah dikonfirmasikan akan dipakai. Sedangkan hipotesis yang salah akan dibuang. Yang harus diperhatikan adalah proses penerimaan maupun penolakan hipotesis merupakan sebuah proses kognitif bukan termasuk tindakan behavior.
3. Vicarious Trial and Error
Kegiatan seperti ini (berhenti dan memandang sekelilingnya) yang disebut Tolman sebagaiVicarious Trial and Error, sehingga organisme itu bisa membuat kesimpulan sendiri dari berbagai kegiatan yang telah dilakukannya.
Jadi belajar itu terjadi dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan sehingga memperoleh pengalaman dan belajar terjadi dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan sampai akhirnya memperoleh titik optimal ataupun kesempurnaan dari kegiatan-kegiatan yang sebelumnya telah dilakukan.
4. Learning Versus Performance
Pada akhir teorinya, Hull menyatakan bahwa banyaknya jumlah percobaan (trial) yang diperbuat merupakan satu-satunya variabel belajar.Sedangkan variabel-variabel lainnya, yang ada dalam sistemnya merupakan variabel capaian (performance).Sehingga performance dapat dimaksudkan sebagai perwujudan belajar ke dalam perilaku.Hal seperti ini penting bagi Hull, tapi juga penting bagi Tolman.
Menurut Tolman, kita mengetahui banyak hal tentang lingkungan di sekitar kita, akan tetapi, kita hanya akan melaksanakan informasi atau pengetahuan itu ketika kita harus melakukannya.
5. Latent Learning
Latent learning adalah belajar yang tidak diwujudkan dalam performance. Dengan kata lain, latent learning merupakan kemungkinan belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat panjang sebelum hal tersebut dinyatakan dalam perilaku. Konsep tentang latent learning sangat penting bagi Tolman, dan dia merasa sukses dalam mendemonstrasikan eksistensinya.Eksperimen terkenal yang dilakukan oleh Tolman dan Honzik (1930) melibatkan tiga kelompok tikus, yang mencoba belajar untuk memecahkan suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang siur).
6. Reinfocement Expectancy
Menurut Tolman, ketika kita belajar, kita menganalisa "situasi". Menurut Tolman, ia memprediksikan, jika reinforcer dirubah, perilaku akan terganggu, karena reinforcement expectancy merupakan bagian dari apa yang diharapkan.
d.      Pendapat Tolman Tentang Pendidikan
Dalam banyak hal, Tolman dan Gestaltis sepakat mengenai praktik pendidikanyang menekankan pentingnya pemikiran dan pemahaman. Menurut Tolman, murid perlu melakukan hipotesis dalam situasi problem. Tolam mendukung diskusi kelompok-kelompok kecil dalam kelas.Yang penting buat murid adalah punya kesempatan, secara individual atau sebagai anggota kelompok untuk menguji ide-idenya secara memadai. Terakhir, Tolman mengatakan bahwa penguatan ekstrinsik adalah tak perlu untuk memicu proses belajar. Karena belajar bersifat konstan.




PEMBAHASAN

A.    Teori Belajar Kognitif

Belajar menurut teori kognitif, suatu aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan penerimaan informasi, re-organisasi perceptual dan proses internal.Teori belajar kognitif sudah banyak digunakan pada kegiatan pembelajaran, yaitu dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi, dan tujuan pembelajaran. Kebebasan, keaktifan, kemandirian dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Menurut C. Asri Budiningsih (belajar dan pembelajaran :48-49) teori belajar mengikuti prinsip-prinsip berikut :
1.      Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap tertentu.
2.      Anak usiaplaygroup dan awal sekola dasar akan belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda nyata.
3.      Keaktifan siswa dalam proses belajar amat penting. Karena hanya dengan keaktifan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4.      Agar dapat menarik minat dan meningkatkan prestasi belajar perlu mengaitkan pengalaman masa lalu, informasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki.
5.      Pemahaman akan meningkat jika materi pembelajaran disusun dengan menggunakan pola logika tertentu dari sederhana menuju komplek.
6.      Perbedaan pada diri siswa perlu diperhatikan, karena factor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut contohnya motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dsb.

Teori belajar kognitif dianggap teori yang paling baik untuk mengembangkan potensi belajar anak, hal ini disebabkan teori ini menekankan keaktifan anak. Teori ini mengubah pandangan anak yang dulu hanya berpandangan subyektif terhadap apa yang diamatinya akan berubah menjadi pandangan objektif melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, karena anak diberikan kebebasan dalam berpikir terutama melalui tahapan-tahapan tertentu.

Telah dikemukakan terdahulu bahwa para penganut teori belajar kognitif berpendapat jika perilaku yang tidak dapat diamatipun dapat dipelajari secara ilmiah.Sebagian besar dari mereka tertarik pada sebuah teori yang di sebut teori pemprosesan informasi.Dalam bab ini berikutnya akan dibahas teori pemprosesan informasi.

B.     Teori Pemprosesan Informasi

Para ahli psikologi kognitif mengemukakan suatu kerangka teoretis yang dikenal dengan model pemprosesan informasi. Dalam model ini peristiwa-peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi dari input (stimulus) ke output (respons).
1.      Model pemprosesan informasi

Dalam model ini, informasi dalam bentuk energi fisik tertentu diterima oleh reseptor yang peka terhadap energi dalam bentuk-bentuk tertentu.Reseptor-reseptor ini mengirimkan tanda-tanda dalam bentuk implus-implus elektrokimia ke otak. Jadi transformasi pertama yang dialami informasi ialah dari berbagai bentuk energi ke satu bntuk yang sama.
            Implus-implus saraf dari reseptor masuk ke suatu registor pengindraan yang terdapat dalam sistem saraf pusat informasi tersebut disimpan selama waktu yang sangat singkat; menurut Sperling (1960), hanya selama seperempat detik.Dari seluruh informasi yang masuk ini, seabagian kecil yang disimpan untuk selanjutnya diteruskan ke memori jangka pendek, sedangkan selebihnya hilang dari sistem. Proses reduksi ini disebut presepsi selektif.
            Memori jangka pendek secara kasar dapat disamakan dengan kesadaran. Artinya, apa yang kita sadari pada suatu waktu, dikatakan terdapat pada memori jangka pendek kita. Memori ini disebut jangka pendek karena informasi ini keluar dari memori jangka pendek dalam kira-kira 20 detik  dan kapasitasnya pun terbatas kecuali kalau informasi itu diulang-ulang. Contohnya ketika kita hendak menelpon seseorang, informasi yang berupa nomor telpon itu akan masuk ke dalam memori jangka pendek. Karena bila kita tidak mengulang-ulangi nomor telpon tersebut waktu kita berjalan  dari buku telepon ke pesawat telpon mungkin sekali kita lupa akan nomor itu. Memori jangka pendek kerap kali di disebut bottleneck sistem pemprosesan informasi manusia. Semakin lama semakin banyak istilah memori kerja  untuk memori jangka pendek. Informasi dalam memori kerja dapat dikode, kemudian disimpan dalam memori jangka panjang. Pengodean (coding) merupakan suatu proses transformasi, dimana informasi baru diintegrasikan dengan informasi lama dengan berbagai cara. Memori jangka panjang menyimpan informasi uang akan digunakan di kedumian hari, berlawanan dengan memori kerja.
2.      Contoh Pemprosesan Informasi
Sebagai suatu contoh pemprosesan informasi kita lihat apa yang terjadi dalam pelajaran sains. Saat seorang guru bertnaya pada seorang siswa, “Bagaimana rumus massa jenis?” dan si siswa  akan menjawab, “Tidak tahu, pak.” Pada waktu yang sama adi mempunyai harapan bahwa ia kan belajar rumus massa jenis, yang menyebabkan dia memberikan perhatian pada pelajaran yang akan di berikan. Guru itu kemudian berkata, “Rumus massa jenis ialah massa/olume.” Telinga siswa menerima pesan ini bersama dengan suara-suara yang lain misalnya percakapan teman-temannya dan suara kendaraan di jalan. Suara yang didengar siswa diubah menjadi implus-implus elektronika dan dikirim ke register pengindraan. Pola bahwa rumus massa jenis ialah massa/volume terpilih dalam memori kerja kemudian di kode ke memori jangka panjang, terapi pola-pola suara yang lain tidak masuk.
Dalam perjalanan berikutnya guru akan bertanya pada siswa, “Bagaimana rumus massa jenis ?” pertannyaan ini diterima dan dipilih masuk ke dalam memori kerja. Disini pertanyaan itu menyediakan isyarat-isyarat untuk memanggil jawaban dari memori jangka panjang.Kopi jawaban yang digunakan oleh generator respons untuk mengatur alat-alat suara yang meghasilkan suara, “Rumus massa jenis ialah massa/volume.” Pada waktu ini harapan siswa awa ia akan mempelajari rumus massa jenis terpenuhi.

Menurut Jean Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari 3 tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, equilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke struktir kognitif yang sudah ada. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai contoh, seorang siswa yang sudah mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses pengontegrasian antara prinsip perkalian (sebagai informasi yang baru), inilah yang dimaksud dengan proses asimilasi. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tak teratur.


Teori belajar kognitif ini sangat erat hubungan dan berasal dari teori kognitif dan teori psikologi.Tujuan dari teori psikologi adalah untuk membentuk hubungan yang teruji, yang teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka secara spesifik sesuai situasi psikologisnya. Teori kognitif dikembangkan terutama untuk membantu guru memahami orang lain, terutama muridnya. Ternyata hal ini dapat membantu si guru untuk memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Dalam teori kognitif belajar diartikan proses interaksional di mana seseorang memperoleh insight baru atau struktur kognitif dan merubah hal-hal yang lama.
Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar secara ilmliah yang dapat diterapkan ke situasi kelas dengan menghasilkan prosedur-prosedur di kelas untuk mendapatkan hasil yang paling produktif.Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungan psikologisnya merupakan faktor-faktor yang saling tergantung satu dan lainnya.Teori ini dikembangkan berdasarkan tujuan yang melatar belakangi prilaku, cita-cita, cara-cara seseorang dan bagaimana seseorang memahami diri dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai tujuan orang tersebut.Setiap pengertian yang diperoleh berdasarkan pengertian yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan lingkungannya yang disebut insight.
            Pendekatan kognitif menekankan pada proses mental. Informasi yang diterima, dip roses melalui pemilihan, perbandingan dan peyatuan dengan informasi lain yang ada dalam ingatan. Penyatuan informasi ini kemudian akan diubah dan disusun kembali. Otak kita akan memproses secara aktif informasi yang diterima dan menukar informasi kepada bentuk atau kategori baru.

1.      Implikasi Teori Kognitif Dalam Pembelajaran

a.       Memberi kesempatan kepada pelajar untuk mengemukakan idea.
b.      Memberi kesempatan kepada pelajar untuk berfikir tentang pengalaman.
c.       Memberi kesempatan kepada pelajar untuk mencoba perkara baru.
d.      Memberi pengalaman yang berhubungan dengan tujuan pelajar.
e.       Mendorong pelajar untuk memikirkan perubahan untuk mencapai matlamat mereka.
f.       Menciptakan lingkungan yang kondusif.

2.      Kelebihan Dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

a.       Kelebihan teori belajar kognitif
v  Dapat meningkatkan kemampuan pelajar untuk menyelesaikan masalah (problem solving)
v  Dapat meningkatkan motivasi

b.      Kekurangan Teori belajar kognitif
v  Tidak dapat diukur melalui seorang pelajar sahaja, maksudnya kemampuan pelajar harus diperhatikan secara menyeluruh.



KESIMPULAN


Teori kognitif adalah teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Pada teorikognitif, belajar diartikan sebagai perubahan pemahaman dan persepsi yang tidak selalu berbentuk tingkah lakumanusia yang nampak. Teori kognitif juga lebih menekakan model belajar yang perseptual (Teori Belajar danPembelajaran: C. Asri Budiningsih).

Aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar dengan memperhatikan seorang siswa berada pada tahap apa atau memperhatikan perkembangan struktur kognitif siswa. Teori kognitif juga dapat diterapkan dengan baik jika meteri belajar atau pengetahuan baru dapat beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.



DAFTAR PUSTAKA


Budiningsih, C.A. 2008. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta

H, Djali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori Belajar), alih bahasa:
Tri Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 313

Paul Suparno, Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius, Cet I, 2006,
hal.11

Ratna Wilis Dahar, Theories Belajar dan Pembelajaran, Cet. V, Jakarta: Erlangga, 2011,
hal. 34

Azhari, Ilyas. 1996. Psikologi Pendidikan. Semarang: Toha Putra

Stenberg Robert J. 2008. Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mulyati. 2005.Psikologi Belajar. Surakarta: Andi

F.   Hill, Winfred. 1990. Theoris Of Learning; Teori-teori Pembelajaran, alih bahasa: M. Khozim. Bandung: Nusa Media

E, Slavin Robert. 2006. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek,  Cet. I, alih bahasa: Marianto Samosir. Jakarta: PT Indeks



LAMPIRAN

Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan di SDS “Plus” Al-Manshur, teori belajar kognitif memang telah banyak di terapkan oleh para pengajar di sana. Di mana proses pembelajaran di tinjau dari tingkah laku dan pengalaman anak selama belajar. Sehingga proses belajar mampu mengimbangi hasil dalam pembelajaran tersebut. Dalam hal ini kami memberikan 5 pertanyaan pada seorang pengajar untuk membuktikan penerapan teori kognitif tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya :


1.      Menurut anda selaku seorang pengajar, penerapan teori dan praktek apakah sangat di perlukan ?

Jawab : “berbicara tentang teori berhubung kami menggunakan kurikulum 2013 pada masa ini, kalau teori dan praktek itu sudah di ada dalam kurikulum tersebut. Jadi setidaknya kami pasti mengikuti aturan itu.Namun bila dilihat dari kepentingan, tentu saja sangat penting.Kalau teori saja itu tidak cukup, apalagi sekarang anak-anak kita ajarkan ke arah yang kongkrit.Apalagi untuk anak-anak mereka akan menerjemahkan secara abstrak seandainya teori tersebut tidak diimbangi dengan praktek.”

2.      Bagaimanakah cara anda dalam mengatasi perbedaan intelektual pada anak ?

Jawab : “Tingkat intelektual pada anak itu memang berbeda-beda, namun cara untuk meminimalisir hal tersebut bisa diatasi dengan pembentukan kelompok. Didalam kelompok, anak akan kita arahkan untuk saling bekerja sama. Kalau saya sering bilang itu ‘tutur sebaya’ ya.Maksudnya adalah mereka bisa melengkapi kekurangan masing-masing anggota kelompoknya dimana kita membentuk kelompok dengan jenis anak yang memiliki tingkat intelektual yang berbeda-beda.”

3.      Apakah anda termasuk pengajar yang lebih mementingkan hasil dari pada proses ?

Jawab : “kalau saya ini selaku guru kelas 6 SD menurut saya antara proses dan hasil itu harus seimbang. Kalau berbicara tentang ilmu alam atau kegiatan sehari-hari tentu saja proses yang kita perhatikan. Apalagi kini dalam kurikulum 2013 lebih merujuk kearah proses, berbeda dengan kurikulum terdahulu yang lebih kearah hasil. Namun sekarang pembelajaran ini lebih kepada content atau isi dari pembelajaran tersebut, karena itu proses memang lebih penting. Namun menurut saya bagi anak kelas 6 SD atau anak di tingkat akhir apapun kalimatnya tentu saja semua yang dilihat itu berupa angka. Dimana hasil akhir dari pembelajaran itu akan menjadi perhitungan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Namun di bawah dari itu saya pikir proses adalah hal yang penting sebagai pembangun karakter pada anak.”

4.      Bagaimana cara anda dalam menggali potensi diri pada anak ?

Jawab : “Menggali potensi diri pada anak menurut saya pribadi itu dari kenakalan anak. Jika didalam kelas seorang anak biasa bernyanyi atau memukul meja dengan nada yang sesuai menurut dirinya, maka bisa kita simpulkan anak itu akan berpotensi sebagai seorang pemusik. Atau jika didalam kelas anak itu aktif berbicara dan hyperactive, ada kemungkinan anak itu akan menjadi seorang komunikator yang baik dan memiliki kemampuan public speaking yang bagus. Bagi saya kecerdasan anak itu tidak berupa tingkatan, namun terbagi pada beberapa macam atau jenis sesuai bidangnya.”

5.      Bagaimana cara anda dalam mengajar agar anak didik  dapat ikut berperan secara aktif saat belajar ?

Jawab : “Jelas mereka harus diberi tanggung jawab. Ini adalah peran guru ya, bila ingin membuat kelompok jangan pernah lebih dari lima orang. Dalam satu kelompok yang berisi 5 sampai 4 orang itu sudah cukup efektif. Setelah itu pembagian tugas harus jelas, karena dengan pembagian tugas yang jelas anak akan belajar untuk memenuhi tanggung jawabnya. Dimana mereka akan berperan aktif untuk menyelesaikan tugas masing-masing. Secara berkesinambungan akan melatih mental anak dalam memahami pembagian tugas sendiri tanpa harus diarahkan lagi. Dan melatih kerja sama team pada anak. Kemudian berikanlah penghargaan pada kelompok yang berhasil menyelesaikan tugas nya dengan baik, agar tercipta sebuah motivasi untuk anak dan terciptalah sebuah kompetisi yang kondusif. Contohnya kita bentuk sebuah kelompok tari yang dipilih dari sekumpulan anak-anak yang berpotensi, kemudian mintalah mereka untuk membuat sebuah tarian yang akan ditampilkan dihadapan teman-teman mereka. Buatlah sekratif mungkin dan tampilkan di depan teman sekelas yang lain agar mereka dapat memberikan saran dan kritikan pada tarian yang telah ditampilkan. Dalam hal ini anak akan berperan aktif dalam belajar. Dan mengajarkan tentang pentingnya tanggung jawab.”

Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan bahwa pengalaman yang telah dialami oleh anak akan di saring oleh otak dan secara sadar maupun tidak telah terjadi sebuah proses belajar. Sebagai seorang pengajar peran kita selain mengajar juga mengarahkan dan mencontohkan dimana karakter anak akan terbentuk. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar