ABSTRAK
TEORI KOGNITIF DOMINAN
TEORI JEAN PIAGET DAN EDWARD C. TOLMAN
Oleh
Aulia
Andre Evi 15.21.0021
Lulu Dwi
Meiliani 15.21.0017
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
Piaget memperkenalkan sejumlah ide dan konsep-konsep untuk
mendeskripsikan dan menjelaskanperubahan dalam pemikiran logis yang diamatinya
pada anak-anak dan orangdewasa. Perkembangan kognitif dimulai dari
prosesberpikir secara konkrit sampaidengan yang lebih tinggi yaitu konsep
abstrak dan logis. Piaget meyakini bahwaanak-anak secara alami memiliki
ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencariinformasi yang dapat
membantu mereka memahami dunia tersebut.Piaget banyak melakukan penelitian
tentang tingkat perkembangan kemampuankognitif manusia, Piaget mengemukakan
dalam teorinya bahwa kemampuan kognitifmanusia terdiri atas empat tahapan
dimulai dari lahir hingga dewasa. Tahap dan urutanberlaku untuk semua usia
tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap tertentutidak sama untuk
setiap orang.
Teori belajar kognitif
berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Penganut aliran
kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori
belajar yang sering disebut sebagai model perseptual.Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori belajar Tolman
dapat dikatakan sebagai campuran antara Teori Gestalt dan Behaviorisme.Tolman
memandang dengan menjadikan elemen-elemen kecil, sesungguhnya behavioris telah
membuang artinya secara utuh.Akan tetapi dia juga yakin bahwa hal seperti itu
mungkin juga untuk dijadikan sebagai objek ketika belajar tentang molar
behavior secara sistematis.Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Tolman seorang
behavioris secara metodologi dan teoris kognitif dalam hal metafisik. Dengan
kata lain, ia belajar behavior untuk menentukan proses kognitif.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini,
Berbagai macam teori pembelajaran diperlukan, terutama dalam melaksanakan
proses pembelajaran, salah satunya teori kognitif. Teori ini memberikan banyak
konsep dalam psikologi perkembangan dan berpengaruh pula pada perkembangan
kecerdasan. Teori membahas bagaimana seseorang tidak sekedar melibatkan
hubungan stimulus dengan respon, tetapi juga memperhatikan pemahaman presepsi
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar, mengartikan
interaksinya dengan tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru
dalam mempresentasikan informasi secara langsung.
Bagi para
penganut teori belajar kognitif, teori ini mengedepankan upaya memberikan
pemahaman kepada siswa dalam mendapat informasi melalui proses internal bahwa
perilaku yang tidak dapat diamati pun dapat dipelajari secara ilmiah yang
mencakup ingatan, potensi, pengolahan, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya.Sebagian besar dari mereka ini terutama tertarik pada teori yang
disebut teori pemprosesan informasi.
Teori ini
menerapkan modifikasi antara situasi baru dengan struktur kognitif yang
dimiliki oleh seseorang karena proses belajar akan berkesan dengan baik jika
materi pelajaran atau informasi beradaptasi dengan struktur kognitif yang
dimiliki seseorang. Para ahli psikologi kognitif mengemukakan suatu kerangka
teoretis yang dikenal dengan pemprosesan informasi. Dalam model ini peristiwa
mental diuraikan sebagai transformasi informasi dari input (stimulus) ke output
(respons) dalam teoriini pengertian pembelajaran adalah usaha membantu siswa
atau anak didik mencapai struktur kognitif melalui pemahaman,sedangkan
pengertian belajar adalah perubahan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat
selama dia beraktifitas, tokoh aliran ini adalah Jean Peaget dan Edwar Chare
Tolman.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian belajar menurut
pandangan teori kognitif itu?
2. Siapa tokoh-tokoh teori belajar
kgnitif itu, dan apa pemikirannya?
3. Bagaimana aplikasi teori kognitif
dalam kegiatan pembelajaran?
4. Langkah-langkah pembelajaran menurut
tokoh kognitif?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui pengertian belajar
menurut pandangan teori kognitif.
3. Untuk mengetahui hasil-hasil penelitian para tokoh
dalam pandangan teori kognitif.
4. Mengklasifikasi perbedaan pendapat
teori belajar kognitif menurut para ahli.
D. METODE PENELITIAN
Metode
Penelitian Kualitatif (Wawancara)
Dalam sebuah
penelitian metode kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat
variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.Pada
penelitian kualitatif dilakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.Penelitian ini lebih menekankan makna dan terikat nilai.Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk
memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Wawancara
merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara.
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Belajar dan Pembelajaran
Dikalangan psikologi terdapat keragaman dalam cara
menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Namun, baik secara eksplisit maupun implisit pada
akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa definisi manapun konsep
belajar itu selalu menunjukan kepada suatu
proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu (Hilgard,, 1948:4). Pembelajaran biasanya didefinisikan
sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman
(Driscoll, 2000).
Seperti yang telah di sebutkan didalam hadist bahwa
ilmu pengetahuan sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Baik
untuk diri sendiri maupun orang lain. Selama hidup didunia, kita sebagai
makhluk yang berada di tingkat teratas dalam rantai makanan karena memiliki
akal tidak luput dari belajar.Baik itu secara sadar atau tidak sadar.Sebagai
makhluk yang berakal, hendaknya kita mampu menggunakan ilmu pengetahuan agar
bermanfaat. Seperti hadist Rasulullah SAW yang artinya :
“mencari ilmu adalah diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan
wanita dari mulai lahir sampai ke liang lahat.”
Dan
Artinya
:”Carilah ilmu walupun ke negri cina.”
Fungsi dari belajar itu pun telah disebutkan dalam
sebuah hadist yang artinya :
“Didiklah
anak-anak kalian, karena sesungguhnya mereka itu dijadikan untuk menghadapi
masa yang berlainan dengan masa kalian ini.”
Artinya
:”Pelajarilah ilmu karena sesungguhnya belajar semata-mata bagi Allah itu
merupakan kebaikan, dan mempelajari ilmu merupakan tasbih, dan membahasnya
merupakan jihad, dan mencarinya merupakan ibadah, dan mengajarkannya merupakan
sedekah sedangkan menggunakannya bagi orang yang membutuhkannya merupakan
Qurbah(pedekatan diri kepada Allah).
1. Perubahan
perilaku
Belajar
menyangkut perubahan dalam suatu organisme.Hal ini berarti bahwa belajar
membutuhkan waktu. Untuk mengukur belajar,
kita membandingkan cara organisme itu berperilaku pada waktu 1 dengan
cara organisme itu berperilaku pada waktu 2 dalam suasana serupa. Bila perilaku
dalam suasana serupa itu berbeda untuk waktu itu,, kita dapat berkesimpulan
bahwa telah terjadi belajar. Selanjutnya, yang terjadi ialah perubahan perilaku
dalam proses belajar.
2. Belajar
dan Pengalaman
Komponen
terakhir dalam definisi belajar ialah “sebagai suatu hasil pengalaman”.Istilah
pengalaman membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap
mewakili belajar.Batasan ini penting dan sulit untuk didefinisikan.Biasanya
batasan ini dilakukan dengan memperthatikan penyebab-penyebab perubahan dalam
perilaku yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman. Perubahan perilaku
yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan
mekanis tidak dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman
sehingga tidak dapat dianggap bahwa belajar telah terjadi.
B.
Definisi
Teori Kognitif
1. Defininisi
Teori
Banyak
penelitian telah dilakukan orang tentang belajar dan para ahli membuat hasil
hasil penelitian mereka menjadi sistematis, lalu lahirlah teori tentang
belajar.Kata teori memiliki arti yang berbeda tergantung pada bidang
pengetahuan dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan
antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta, dan
hanya bersifat sementara dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif.
Snelbecker (1974) berpendapat bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting,
melainkan juga vital bagi psikologi dan pendidikan agar dapat maju atau
berkembang, serta memecahkan masalah yang ditemukan dalam bidang itu.
2. Definisi
Teori Kognitif
Pada
awalnya paradigma kognitif menjadi terkenal melalui buku perception and communication karya Donald Broadbent pada tahun
1958, kendati perkembangannya berbeda seperti teori bahasa Chomsky (1956).
Teori kognitif adalah teori yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang
dapat diukur dan diamati. Pekembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh
manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.Pengetahuan datang dari
tindakan.
C.
Teori
Kognitif Menurut Para Ahli
1.
Teori
Kognitif Menurut Jean Piaget (1896-1980)
a. Biografi
Jean Piaget
Jean
Piaget lahir pada tanggal 1989 di Neuhatel, Swiss, Ayahnya adalah
seorangprofesor dengan spesialis ahli sejarah abad pertengahan, ibunya adalah
seorang yangdinamis, inteligen dan takwa. Waktu mudanya Piaget sangat tertarik
pada alam, ia sukamengamati burung-burung, ikan dan binatang-binatang di alam
bebas. Itulah sebabnyaia sangat tertarik pada pelajaran biologi di sekolah.
Pada waktu umur 10 tahun ia sudahmenerbitkan karangannya yang pertama tentang
burung pipit albino dalam majalahilmu pengetahuan alam. Piaget juga mulai
belajar tentang moluska dan menerbitkanseri karangannya tentang moluska, karena
karangan yang bagus, pada umur 15 tahun iaditawari suatu kedudukan sebagai
kurator moluska di museum ilmu pengetahuan alamdi Geneva. Ia menolak tawaran
tersebut ia harus menyelesaikan sekolah menengah lebih dahulu. ( Paul Suparno,
2006:11).
Perkembangan pemikiran Piaget banyak dipengaruhi oleh Samuel
Cornut sebagai bapak pelindungnya, seorang ahli dari Swiss.Cornut mengamati
bahwa Piaget selama masa remaja sudah terlalu memusatkan pikirannya pada
biologi, menurutnya ini dapatmembuat pikiran Piaget menjadi sempit.Oleh karena
itu Cornut ingin mempengaruhiPiaget dengan memperkenalkan filsafat. Ini semua
membuat Piaget mulai tertarikpada bidang epistimologi, suatu cabang filsafat
mempelajari soal pengetahuan, apa itu pengetahuan dan bagaimana itu pengetahuan
diperoleh. Piaget berkonsentrasipada dua bidang itu: biologi dan filsafat
pengetahuan. Biologi lebih berkaitan dengankehidupan sedangkan filsafat lebih
pada pengetahuan.Biologi menggunakan metodeilmiah, sedangkan filsafat
menggunakan metode spekulatif.Pada tahun 1916 Piagetmenyelesaikan pendidikan
sarjana dalam bidang biologi di universitas Neuchatel.Duatahun kemudian, pada
umur 21 tahun Piaget menyelesaikan disertasi tentang moluskadan memperoleh
doktor filsafat. (Paul Suparno, 2006:12).
Piaget adalah seorang ahli psikologi perkembangan,
tetapi psikologi hanya berupa bagian kecil dari pekerjaannya.Ia sebenarnya
seorang ahli epistemologi. Ia mempelajari bagaimana pengetahuan dan kompetensi
diperoleh sebagai konsekuensi pertumbuhan dan interaksi dengan lingkungan fisik
dan sosial. Piaget mempelajari cara berpikir pada anak sebab ia yakin bahwa
dengan cara ini ia akan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
epistimologi, seperti “Bagaimana kita memperoleh pengetahuan” dan “Bagaimana
kita tahu bahwa apa yang bisa di ketahui”. Hal-hal ini menyangkut hubungan
antara logika dan psikologi sebagai masalah yang ingin di pecahkan pada setiap
umur.
Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada
struktur kognitif.Ia meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari
tahun 1927-1980. Berbeda dengan ahli psikologi sebelumnya ia menyatakan bahwa,
cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa
karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut
penelitiannya bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu serta
perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan.Piaget
mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan
konsep dunia di sekitar mereka.
b. Hasil
pekerjaan Piaget
Originalitas
Piaget mencakup hal-hal berikut :
v Ia
berpendapat bahwa pertanyaan-pertanyaan epistimologi harus dijawab secara
ilmiah dari pada secara spekulasi filosofi.
v Ia
yakin bahwa metode ilmiah yang paling baik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
ini adalah dengan mempelajari perkembangan dalam pengetahuan anak.
v Ia
merumuskan konstruktivisme sebagai suatu hipotesis.
v Ia
menemukan metode-metode yang luar biasa (ingenious) tentang pengumpulan data.
Semua ini merupakan contoh yang kreatif dalam sains.
c. Perkembangan
intelektual
Dalam
perkembangan intelektual, ada 3 aspek yang diteliti oleh Piaget, yaitu:
v Struktur
Piaget berpendapat bahwa ada hubungan
fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental serta perkembangan logis
anak-anak.Tindakan (action) menuju
pada perkembangan operasi dan operasi selanjutnya menuju pada perkembangan
struktur.Operasi merupakan tindakan-tindakan yang terinternalisasi.Misalnya,
bila seorang anak mengumpulkan semua kelereng kuning dan merah, tidakannya
merupakan tindakan baik mental maupun fisik. Secara fisik ia memindahkan
kelereng tersebut tetapi tindakannya itu dibimbing oleh hubungan “sama” dan
“berbeda” yang diciptakannya dalam pikiran.
v Isi
Aspek kedua yang menjadi perhatian
Piaget adalah aspek isi.Hal yang dimaksud dengan isi ialah pola perilaku anak
yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai
masalah atau situasi yang dihadapinya. Antara tahun 1920 dan 1930 perhatian
Piaget dalam penelitiannya tertuju pada isi pikiran anak, misalnya perubahan
pada kemampuan penalaran semenjak kecil hingga dewasa, konsepsi anak tentang
alam sekitarnya yaitu pohon-pohon, matahari, bulan dan konsepsi tentang
beberapa peristiwa alam, seperti bergeraknya awan dan sungai. Sesudah tahun
1930, perhatian penelitian Piaget lebih dalam. Dari deskripsi pikiran-pikiran
anak ia beralih pada analisis proses dasar yang melandasi yang menentukan isi
tersebut (Ginsburg, 1979).
v Fungsi
Fungsi ialah suatu cara yang digunakan
organism untuk membuat kemajuan-kemajuan intelektual. Menurut Piaget,
perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi
memberrikan pada organism kemampuan untuk mensistematikan atau mengorganisasi
proses fisik atau psikologis menjadi sistem yang teratur dan berhubungan atau
terstruktur. Dalam lingkungan fisik misalnya, ikan dalam air, yaitu insang,
sistem sirkulasi, mekanisme suhu. Semua truktur ini bekera sama secara efisien
untuk mempertahankan ikan itu dilingkunannya. Koordinasi secara fisik ini
merupakan hasil kecendrungan organisasi.
Fungsi kedua yang yang melandasi
perkembangan intelektual ialah adaptasi.Semua organism lahir dengan
kecendrungan untuk menyesuaikan diri atau beradapatasi dengan lingkungan
mereka. Cara adaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme
yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur
atau kemampuan yang sudah ada untuk menghadapi masalah yang dihadapi dalam
lingkungannya. Dalam proses akomodasi, seseorang memerlukan modifikasi struktur
mental yang ada dalam mengadakan respons terhadap tantangan lingkungannya.
Contoh berikut menunjukan hubungan antara asimilasi dan akomodasi. Anak yang
mengetahui bahwa cara membuka laci dengan menarik harus mengembangkan
gerakan-gerakan tangan baru untuk membuka laci dengan cara memutar tombol, ia
harus berakomodasi terhadap lingkungannya.
d. Tingkat
Perkembangan Intelektual
Usia yang tertulis di
belakang setiap tingkat hanya merupakan suatu perkiraan. Semua anak melalui
setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang berbeda. Jadi, mungkin saja
seorang anak yang berumur 6 tahun berada pada tingkat operasional konkret,
sedangkan ada seorang anak yang berumur 8 tahun masih pada tingkat
pra-operasional dalam cara berpikir. Namun, urutan perkembangan intelektual
sama untuk semua anak. Struktur untuk tingkat sebelumnya terintegrasi dan
termasuk sebagai bagian dari tingkat-tingkat berikutnya.
1. Tingkat Sensori-Motor
2. Tingkat Pra-operasional
3. Tingkat Operasional Konkret
4. Tingkat Operasional Formula
e.
Faktor-faktor yang Menunjang
Perkembangan Intelektual
Suatu
pertanyaan yang diajukan mengenai tingkat perkembangan intelektual Piaget
ialah: "Apakah yang menyebabkan seseorang pindah dari tingkat yang satu ke
tingkat yang lain?" Berdasarkan hasil studinya yang bertahun-tahun Piaget
mengemukakan bahwa ada 5 faktor yang mempengaruhi transisi ini :
1. Kedewasaan
2. Pengalaman Fisik
3. Pengalaman Logika-Matematika
4. Transmisi Sosial
5. Pengaturan Sendiri
f.
Pengetahuan Fisik,
Logika-Matematika, dan Sosial
Dalam teori
Piaget, ada 3 bentuk pengetahuan, yaity pengetahuan fisik (physical
knowledge), pengetahuan logika-matematika (logico-mathematical), dan
pengetahuan sosial (social knowledge) yang dapat dibedakan menurut
sumber-sumber utamanya, serta cara penstrukturannya. Namun perlu diperhatikan
bahwa trikotomi ini hanya merupakan suatu perbedaan teoritis.
1.
Pengetahuan Fisik dan Pengetahuan Logika-Matematika
Pengetahuan
fisik merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada "di luar"
dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal.Pengetahuan logika-matematika
terdiri atas hubungan-hubungan yang diciptakan subjek dan diperkenalkan pada
objek-objek.
2.
Pengetahuan Sosial
Pengetahuan
sosial seperti fakta bahwa hari minggu anak-anak tidak bersekolah, didasarkan
pada perjanjian sosial, suatu perjanjian atau kebiasaan yang dibuat oleh
manusia.
2.
Teori Kognitif Menurut Edward Chace Tolman
a. Biografi
Edward Chace Tolman (1886-1959)
Teori
Belajar Edward C. Tolman – Tolman lahir di Newton, Massachusetts, dan meraih
gelar B.S. di Massachusetts Institute of Technology di bidang elektrokimia pada
1911. Gelar M.A. (1912) dan Ph.D (1915) di Hardvard University untuk bidang
psikologi disinilah ia belajar tentang behavioris. Pada akhir dari tahun
pertama dia tinggal di Harvard, Tolman sempat pergi ke Jerman dan menghabiskan
beberapa waktu dengan para ahli Gestalt yaitu terjadi pada tahun
(1913).Selanjutnya, dia mengajar di Northwestern University dari 1915 sampai
1918. Selain itu ia menghabiskan sebagian besar kehidupan profesinya untuk
mengajar di Universitas California di Berkeley. Karya utamanya, Purposive
Behaviour in Animals and Man, terbit pada tahun1932.
Teori
belajar Tolman dapat dikatakan sebagai campuran antara Teori Gestalt dan
Behaviorisme. Sepuluh tahun kemudian, setelah lulus dari Harvard Tolman pergi
ke Jerman dan bekerja dengan Koffka. Keberadaan teori Gestalt terhadap proses
berteorinya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sikapnya yang senang
terhadap teori Gestalt tidaklah menghalangi perhatiannya terhadap
behaviorisme.Ketidaksepakatannya dengan behaviorisme adalah pada soal unit
perilaku yang mesti diteliti.Pemikirannya bertentangan dengan para behavioris
seperti Pavlov, Guthrie, Hull, Watson, dan Skinner yang menyatakan bahwa unit
perilaku bisa dipelajari sebagai unsur-unsur yang terpisah.
Tolman
memandang dengan menjadikan elemen-elemen kecil, sesungguhnya behavioris telah
membuang artinya secara utuh.Akan tetapi dia juga yakin bahwa hal seperti itu
mungkin juga untuk dijadikan sebagai objek ketika belajar tentang molar
behavior secara sistematis.Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Tolman seorang
behavioris secara metodologi dan teoris kognitif dalam hal metafisik. Dengan
kata lain, ia belajar behavior untuk menentukan proses kognitif.
b. Behaviorisme
purposive dan Tingkah laku Molar
Teori
Belajar Edward C. Tolman – Tolman mengatakan bahwa tingkah laku manusia secara
keseluruhan disebut tingkah laku molar. Tingkah laku molar ini terdiri dari
tingkahl aku-tingkah laku yang lebih kecil yang disebut molekular.
Karakteristik utama molar behavior (perilaku molar) adalah perilaku itu
purposive (memiliki tujuan); yakni ia selalu diarahkan untuk tujuan tertentu.
Dalam hal ini, teori Tolman disebut sebagai purposive behaviorism (behaviorisme
purposif) sebab ia berusaha menjelaskan perilaku yang diarahkan untuk
mendapatkan tujuan atau dengan kata lain mengkaji perilaku dalam kaitannya
dengan tujuan yang hendak dicapai melalui perilaku itu. Sorotan bahwa Tolman
dianggap sebagai setengah behavioris atau setengah kognitif itu adalah karena
sebutan dari orang lain dan itu bukan sebutan dari Tolman sendiri. Selain itu
juga teori behaviorisme purposive Tolman ini merupakan teori kognitif akan
tetapi kadang juga dianggap sebagai teori behavioristik, hal itu dikarenakan
Tolman dalam percobaannya menggunakan metode pengembangan behavioristik tapi
dia meneliti atau menempatkan penelitiannya pada posisi kognitif.
Tolman
menggunakan isitilah kognisi secara objektif tanpa harus melakukan sebagai
suatu yang dapat diukur secara langsung.Untuk itu dia menyebut kognisi sebagai
suatu perantara. Dengan cara demikian, maka kita dapat membuat konsep kognisi
menjadi suatu yang patu untuk diharagai. Kognisi adalah abstraksi yang
dihasilkan oleh rumusan teoritis. Walaupun tidak menutup kemungkinan jika para
fisiologi akan menemukan aktivitas tetentu di dalam otak yang terkait dengan
kognisi. Jadi, pengalaman menghadapi stimuli tertentu akan menghasilkan
terbentuknya kognisi tertentu. Keberhasilan akan menghasilkan tuntutan akan
objek tertentu.
Implementasinya
dalam pembelajaran adalah kita hendaknya membentuk kognisi yang berbeda
hendaknya bagaimana keadaan lingkungan, dalam artian hal apa yang sesuai dan
tidak sesuai, jalur mana yang baik untuk ditempuh. Jadi, tidak hanya “jika saya
melakukan ini, maka saya akan mendapatkan?"Kognisi dari berbagai
pengalaman yang berbeda bisa kita padukan sehingga individu dapat merespon
secara adaptif terhadap situasi baru yaitu dengan perilaku fleksibel dan
orisinal. Sehingga, dalam hal ini pula dapat kita terapkan bagaimana pentingnya
proses untuk mencapai sesuatu yang tanpa kita sadari akan menghasilkan atau
kita peroleh suatu yang baru yang bermanfaat bagi hal lainnya.
c. Konsep
Teori Utama Teori Belajar Edward C. Tolman
Berikut ini adalah
asumsi-asumsi umum yang dikemukakan Tolman dalam proses belajar
1. Apa arti belajar?
Menurut Tolman, belajar
adalah mengenal tentang situasi. Organisme belajar tentang sesuatu yang ada di
sekitarnya, jika ia berbalik ke kiri, ia akan menemukan sesuatu. Jika ia
berbalik ke kanan, ia temukan juga sesuatu yang lain. Hal ini terjadi secara
berangsur-angsur, sehingga ia dapat membuat kesimpulan sendiri. Dengan
demikian, menurut Tolman, belajar itu akan sia-sia jika hanya dihafal. Sehingga
dapat dikatakan bahwa belajar adalah merupakan pengorganisasian perbuatan
(tingkah laku) untuk meraih maksud.
2. Confirmation Versus
Reinforcement
Konsep penguatan
(reinforcement) adalah tidak penting bagi Tolman sebagai variabel
pembelajaran.Akan tetapi, Tolman mengatakan sebagai konfirmasi, di mana
behavioris menyebutnya Reinforcement.Selama perkembangan sebuah peta kognitif,
harapan atau dugaan-dugaan dimanfaatkan oleh sebuah organisme.Dugaan adalah
sebuah firasat tentang sesuatu dan fungsinya.Di mana awal sebuah dugaan
bersifat sementara yang disebut hipotesis, yang berasal baik dari pengalaman
maupun bukan. Hipotesis yang telah dikonfirmasikan akan dipakai. Sedangkan
hipotesis yang salah akan dibuang. Yang harus diperhatikan adalah proses
penerimaan maupun penolakan hipotesis merupakan sebuah proses kognitif bukan
termasuk tindakan behavior.
3. Vicarious Trial and
Error
Kegiatan seperti ini
(berhenti dan memandang sekelilingnya) yang disebut Tolman sebagaiVicarious
Trial and Error, sehingga organisme itu bisa membuat kesimpulan sendiri dari
berbagai kegiatan yang telah dilakukannya.
Jadi belajar itu
terjadi dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan sehingga memperoleh
pengalaman dan belajar terjadi dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan sampai
akhirnya memperoleh titik optimal ataupun kesempurnaan dari kegiatan-kegiatan yang
sebelumnya telah dilakukan.
4. Learning Versus
Performance
Pada akhir teorinya,
Hull menyatakan bahwa banyaknya jumlah percobaan (trial) yang diperbuat
merupakan satu-satunya variabel belajar.Sedangkan variabel-variabel lainnya,
yang ada dalam sistemnya merupakan variabel capaian (performance).Sehingga
performance dapat dimaksudkan sebagai perwujudan belajar ke dalam perilaku.Hal
seperti ini penting bagi Hull, tapi juga penting bagi Tolman.
Menurut Tolman, kita
mengetahui banyak hal tentang lingkungan di sekitar kita, akan tetapi, kita
hanya akan melaksanakan informasi atau pengetahuan itu ketika kita harus
melakukannya.
5. Latent Learning
Latent learning adalah
belajar yang tidak diwujudkan dalam performance. Dengan kata lain, latent
learning merupakan kemungkinan belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat
panjang sebelum hal tersebut dinyatakan dalam perilaku. Konsep tentang latent
learning sangat penting bagi Tolman, dan dia merasa sukses dalam
mendemonstrasikan eksistensinya.Eksperimen terkenal yang dilakukan oleh Tolman
dan Honzik (1930) melibatkan tiga kelompok tikus, yang mencoba belajar untuk
memecahkan suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang siur).
6. Reinfocement
Expectancy
Menurut Tolman, ketika
kita belajar, kita menganalisa "situasi". Menurut Tolman, ia
memprediksikan, jika reinforcer dirubah, perilaku akan terganggu, karena
reinforcement expectancy merupakan bagian dari apa yang diharapkan.
d. Pendapat
Tolman Tentang Pendidikan
Dalam
banyak hal, Tolman dan Gestaltis sepakat mengenai praktik pendidikanyang
menekankan pentingnya pemikiran dan pemahaman. Menurut Tolman, murid perlu
melakukan hipotesis dalam situasi problem. Tolam mendukung diskusi
kelompok-kelompok kecil dalam kelas.Yang penting buat murid adalah punya
kesempatan, secara individual atau sebagai anggota kelompok untuk menguji
ide-idenya secara memadai. Terakhir, Tolman mengatakan bahwa penguatan
ekstrinsik adalah tak perlu untuk memicu proses belajar. Karena belajar
bersifat konstan.
PEMBAHASAN
A.
Teori Belajar Kognitif
Belajar
menurut teori kognitif, suatu aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan
penerimaan informasi, re-organisasi
perceptual dan proses internal.Teori belajar kognitif sudah banyak
digunakan pada kegiatan pembelajaran, yaitu dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, mengembangkan strategi, dan tujuan pembelajaran. Kebebasan,
keaktifan, kemandirian dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Menurut
C. Asri Budiningsih (belajar dan pembelajaran :48-49) teori belajar mengikuti
prinsip-prinsip berikut :
1. Siswa
bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap tertentu.
2. Anak
usiaplaygroup dan awal sekola dasar
akan belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda nyata.
3. Keaktifan
siswa dalam proses belajar amat penting. Karena hanya dengan keaktifan siswa
maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi
dengan baik.
4. Agar
dapat menarik minat dan meningkatkan prestasi belajar perlu mengaitkan
pengalaman masa lalu, informasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki.
5. Pemahaman
akan meningkat jika materi pembelajaran disusun dengan menggunakan pola logika
tertentu dari sederhana menuju komplek.
6. Perbedaan
pada diri siswa perlu diperhatikan, karena factor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut contohnya motivasi, persepsi,
kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dsb.
Teori
belajar kognitif dianggap teori yang paling baik untuk mengembangkan potensi
belajar anak, hal ini disebabkan teori ini menekankan keaktifan anak. Teori ini
mengubah pandangan anak yang dulu hanya berpandangan subyektif terhadap apa
yang diamatinya akan berubah menjadi pandangan objektif melalui pertukaran
ide-ide dengan orang lain, karena anak diberikan kebebasan dalam berpikir
terutama melalui tahapan-tahapan tertentu.
Telah
dikemukakan terdahulu bahwa para penganut teori belajar kognitif berpendapat
jika perilaku yang tidak dapat diamatipun dapat dipelajari secara
ilmiah.Sebagian besar dari mereka tertarik pada sebuah teori yang di sebut teori pemprosesan informasi.Dalam bab
ini berikutnya akan dibahas teori pemprosesan informasi.
B. Teori
Pemprosesan Informasi
Para
ahli psikologi kognitif mengemukakan suatu kerangka teoretis yang dikenal
dengan model pemprosesan informasi. Dalam model ini peristiwa-peristiwa mental
diuraikan sebagai transformasi dari input (stimulus) ke output (respons).
1. Model
pemprosesan informasi
Dalam model ini, informasi dalam
bentuk energi fisik tertentu diterima oleh reseptor yang peka terhadap energi
dalam bentuk-bentuk tertentu.Reseptor-reseptor ini mengirimkan tanda-tanda
dalam bentuk implus-implus elektrokimia ke otak. Jadi transformasi pertama yang
dialami informasi ialah dari berbagai bentuk energi ke satu bntuk yang sama.
Implus-implus
saraf dari reseptor masuk ke suatu registor pengindraan yang terdapat dalam
sistem saraf pusat informasi tersebut disimpan selama waktu yang sangat
singkat; menurut Sperling (1960),
hanya selama seperempat detik.Dari seluruh informasi yang masuk ini, seabagian
kecil yang disimpan untuk selanjutnya diteruskan ke memori jangka pendek, sedangkan selebihnya hilang dari sistem.
Proses reduksi ini disebut presepsi
selektif.
Memori jangka pendek secara kasar
dapat disamakan dengan kesadaran. Artinya, apa yang kita sadari pada suatu
waktu, dikatakan terdapat pada memori jangka pendek kita. Memori ini disebut
jangka pendek karena informasi ini keluar dari memori jangka pendek dalam
kira-kira 20 detik dan kapasitasnya pun
terbatas kecuali kalau informasi itu diulang-ulang. Contohnya ketika kita
hendak menelpon seseorang, informasi yang berupa nomor telpon itu akan masuk ke
dalam memori jangka pendek. Karena bila kita tidak mengulang-ulangi nomor
telpon tersebut waktu kita berjalan dari
buku telepon ke pesawat telpon mungkin sekali kita lupa akan nomor itu. Memori
jangka pendek kerap kali di disebut bottleneck
sistem pemprosesan informasi manusia. Semakin lama semakin banyak istilah memori kerja untuk memori jangka pendek. Informasi dalam
memori kerja dapat dikode, kemudian disimpan dalam memori jangka panjang. Pengodean (coding) merupakan suatu proses transformasi, dimana informasi baru
diintegrasikan dengan informasi lama dengan berbagai cara. Memori jangka
panjang menyimpan informasi uang akan digunakan di kedumian hari, berlawanan
dengan memori kerja.
2. Contoh
Pemprosesan Informasi
Sebagai
suatu contoh pemprosesan informasi kita lihat apa yang terjadi dalam pelajaran
sains. Saat seorang guru bertnaya pada seorang siswa, “Bagaimana rumus massa
jenis?” dan si siswa akan menjawab,
“Tidak tahu, pak.” Pada waktu yang sama adi mempunyai harapan bahwa ia kan
belajar rumus massa jenis, yang menyebabkan dia memberikan perhatian pada
pelajaran yang akan di berikan. Guru itu kemudian berkata, “Rumus massa jenis
ialah massa/olume.” Telinga siswa menerima pesan ini bersama dengan suara-suara
yang lain misalnya percakapan teman-temannya dan suara kendaraan di jalan.
Suara yang didengar siswa diubah menjadi implus-implus elektronika dan dikirim
ke register pengindraan. Pola bahwa rumus massa jenis ialah massa/volume
terpilih dalam memori kerja kemudian di kode ke memori jangka panjang, terapi
pola-pola suara yang lain tidak masuk.
Dalam
perjalanan berikutnya guru akan bertanya pada siswa, “Bagaimana rumus massa
jenis ?” pertannyaan ini diterima dan dipilih masuk ke dalam memori kerja.
Disini pertanyaan itu menyediakan isyarat-isyarat untuk memanggil jawaban dari
memori jangka panjang.Kopi jawaban yang digunakan oleh generator respons untuk
mengatur alat-alat suara yang meghasilkan suara, “Rumus massa jenis ialah
massa/volume.” Pada waktu ini harapan siswa awa ia akan mempelajari rumus massa
jenis terpenuhi.
Menurut
Jean Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari 3 tahapan, yakni asimilasi,
akomodasi, equilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi adalah proses pengintegrasian
informasi baru ke struktir kognitif yang sudah ada. Akomodasi adalah proses
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan equilibrasi
adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai
contoh, seorang siswa yang sudah mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika
gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses
pengontegrasian antara prinsip perkalian (sebagai informasi yang baru), inilah
yang dimaksud dengan proses asimilasi. Tanpa proses ini perkembangan kognitif
seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tak teratur.
Teori
belajar kognitif ini sangat erat hubungan dan berasal dari teori kognitif dan
teori psikologi.Tujuan dari teori psikologi adalah untuk membentuk hubungan
yang teruji, yang teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan
mereka secara spesifik sesuai situasi psikologisnya. Teori kognitif
dikembangkan terutama untuk membantu guru memahami orang lain, terutama
muridnya. Ternyata hal ini dapat membantu si guru untuk memahami dirinya
sendiri dengan lebih baik. Dalam teori kognitif belajar diartikan proses
interaksional di mana seseorang memperoleh insight baru atau struktur kognitif
dan merubah hal-hal yang lama.
Teori
belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar
secara ilmliah yang dapat diterapkan ke situasi kelas dengan menghasilkan
prosedur-prosedur di kelas untuk mendapatkan hasil yang paling produktif.Teori
belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas
dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungan
psikologisnya merupakan faktor-faktor yang saling tergantung satu dan
lainnya.Teori ini dikembangkan berdasarkan tujuan yang melatar belakangi
prilaku, cita-cita, cara-cara seseorang dan bagaimana seseorang memahami diri
dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai tujuan orang tersebut.Setiap
pengertian yang diperoleh berdasarkan pengertian yang diperoleh dari memahami
diri sendiri dan lingkungannya yang disebut insight.
Pendekatan kognitif menekankan pada
proses mental. Informasi yang diterima, dip roses melalui pemilihan,
perbandingan dan peyatuan dengan informasi lain yang ada dalam ingatan.
Penyatuan informasi ini kemudian akan diubah dan disusun kembali. Otak kita
akan memproses secara aktif informasi yang diterima dan menukar informasi
kepada bentuk atau kategori baru.
1. Implikasi
Teori Kognitif Dalam Pembelajaran
a. Memberi
kesempatan kepada pelajar untuk mengemukakan idea.
b. Memberi
kesempatan kepada pelajar untuk berfikir tentang pengalaman.
c. Memberi
kesempatan kepada pelajar untuk mencoba perkara baru.
d. Memberi
pengalaman yang berhubungan dengan tujuan pelajar.
e. Mendorong
pelajar untuk memikirkan perubahan untuk mencapai matlamat mereka.
f. Menciptakan
lingkungan yang kondusif.
2. Kelebihan
Dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
a. Kelebihan
teori belajar kognitif
v Dapat
meningkatkan kemampuan pelajar untuk menyelesaikan masalah (problem solving)
v Dapat
meningkatkan motivasi
b. Kekurangan
Teori belajar kognitif
v Tidak
dapat diukur melalui seorang pelajar sahaja, maksudnya kemampuan pelajar harus
diperhatikan secara menyeluruh.
KESIMPULAN
Teori kognitif adalah teori belajar
yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Pada
teorikognitif, belajar diartikan sebagai perubahan pemahaman dan persepsi yang
tidak selalu berbentuk tingkah lakumanusia yang nampak. Teori kognitif juga
lebih menekakan model belajar yang perseptual (Teori Belajar danPembelajaran:
C. Asri Budiningsih).
Aplikasi teori kognitif dalam
kegiatan pembelajaran membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar
dengan memperhatikan seorang siswa berada pada tahap apa atau memperhatikan
perkembangan struktur kognitif siswa. Teori kognitif juga dapat diterapkan
dengan baik jika meteri belajar atau pengetahuan baru dapat beradaptasi dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiningsih, C.A. 2008. Belajar
dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta
H, Djali. 2007. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
B.R. Hergenhahn & Matthew H.
Olson, Theories of Learning (Teori Belajar), alih bahasa:
Tri Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta:
Prenada Media Group, 2010, hal. 313
Paul Suparno, Perkembangan
Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius, Cet I, 2006,
hal.11
Ratna Wilis Dahar, Theories
Belajar dan Pembelajaran, Cet. V, Jakarta: Erlangga, 2011,
hal. 34
Azhari, Ilyas. 1996. Psikologi Pendidikan. Semarang: Toha
Putra
Stenberg Robert J. 2008. Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mulyati. 2005.Psikologi Belajar. Surakarta: Andi
F. Hill, Winfred. 1990. Theoris Of Learning; Teori-teori
Pembelajaran, alih bahasa: M. Khozim. Bandung: Nusa Media
E, Slavin Robert. 2006. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek, Cet. I, alih bahasa: Marianto Samosir.
Jakarta: PT Indeks
LAMPIRAN
Dari hasil penelitian yang telah
kami lakukan di SDS “Plus” Al-Manshur, teori belajar kognitif memang telah
banyak di terapkan oleh para pengajar di sana. Di mana proses pembelajaran di
tinjau dari tingkah laku dan pengalaman anak selama belajar. Sehingga proses
belajar mampu mengimbangi hasil dalam pembelajaran tersebut. Dalam hal ini kami
memberikan 5 pertanyaan pada seorang pengajar untuk membuktikan penerapan teori
kognitif tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya :
1.
Menurut
anda selaku seorang pengajar, penerapan teori dan praktek apakah sangat di
perlukan ?
Jawab :
“berbicara tentang teori berhubung kami menggunakan kurikulum 2013 pada masa
ini, kalau teori dan praktek itu sudah di ada dalam kurikulum tersebut. Jadi
setidaknya kami pasti mengikuti aturan itu.Namun bila dilihat dari kepentingan,
tentu saja sangat penting.Kalau teori saja itu tidak cukup, apalagi sekarang
anak-anak kita ajarkan ke arah yang kongkrit.Apalagi untuk anak-anak mereka
akan menerjemahkan secara abstrak seandainya teori tersebut tidak diimbangi
dengan praktek.”
2.
Bagaimanakah
cara anda dalam mengatasi perbedaan intelektual pada anak ?
Jawab :
“Tingkat intelektual pada anak itu memang berbeda-beda, namun cara untuk
meminimalisir hal tersebut bisa diatasi dengan pembentukan kelompok. Didalam
kelompok, anak akan kita arahkan untuk saling bekerja sama. Kalau saya sering
bilang itu ‘tutur sebaya’ ya.Maksudnya adalah mereka bisa melengkapi kekurangan
masing-masing anggota kelompoknya dimana kita membentuk kelompok dengan jenis
anak yang memiliki tingkat intelektual yang berbeda-beda.”
3.
Apakah anda
termasuk pengajar yang lebih mementingkan hasil dari pada proses ?
Jawab : “kalau
saya ini selaku guru kelas 6 SD menurut saya antara proses dan hasil itu harus
seimbang. Kalau berbicara tentang ilmu alam atau kegiatan sehari-hari tentu
saja proses yang kita perhatikan. Apalagi kini dalam kurikulum 2013 lebih
merujuk kearah proses, berbeda dengan kurikulum terdahulu yang lebih kearah
hasil. Namun sekarang pembelajaran ini lebih kepada content atau isi dari
pembelajaran tersebut, karena itu proses memang lebih penting. Namun menurut
saya bagi anak kelas 6 SD atau anak di tingkat akhir apapun kalimatnya tentu
saja semua yang dilihat itu berupa angka. Dimana hasil akhir dari pembelajaran
itu akan menjadi perhitungan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
lagi. Namun di bawah dari itu saya pikir proses adalah hal yang penting sebagai
pembangun karakter pada anak.”
4.
Bagaimana
cara anda dalam menggali potensi diri pada anak ?
Jawab :
“Menggali potensi diri pada anak menurut saya pribadi itu dari kenakalan anak.
Jika didalam kelas seorang anak biasa bernyanyi atau memukul meja dengan nada
yang sesuai menurut dirinya, maka bisa kita simpulkan anak itu akan berpotensi
sebagai seorang pemusik. Atau jika didalam kelas anak itu aktif berbicara dan
hyperactive, ada kemungkinan anak itu akan menjadi seorang komunikator yang
baik dan memiliki kemampuan public speaking yang bagus. Bagi saya kecerdasan
anak itu tidak berupa tingkatan, namun terbagi pada beberapa macam atau jenis
sesuai bidangnya.”
5.
Bagaimana
cara anda dalam mengajar agar anak didik
dapat ikut berperan secara aktif saat belajar ?
Jawab :
“Jelas mereka harus diberi tanggung jawab. Ini adalah peran guru ya, bila ingin
membuat kelompok jangan pernah lebih dari lima orang. Dalam satu kelompok yang
berisi 5 sampai 4 orang itu sudah cukup efektif. Setelah itu pembagian tugas
harus jelas, karena dengan pembagian tugas yang jelas anak akan belajar untuk
memenuhi tanggung jawabnya. Dimana mereka akan berperan aktif untuk
menyelesaikan tugas masing-masing. Secara berkesinambungan akan melatih mental
anak dalam memahami pembagian tugas sendiri tanpa harus diarahkan lagi. Dan
melatih kerja sama team pada anak. Kemudian berikanlah penghargaan pada
kelompok yang berhasil menyelesaikan tugas nya dengan baik, agar tercipta
sebuah motivasi untuk anak dan terciptalah sebuah kompetisi yang kondusif.
Contohnya kita bentuk sebuah kelompok tari yang dipilih dari sekumpulan
anak-anak yang berpotensi, kemudian mintalah mereka untuk membuat sebuah tarian
yang akan ditampilkan dihadapan teman-teman mereka. Buatlah sekratif mungkin
dan tampilkan di depan teman sekelas yang lain agar mereka dapat memberikan
saran dan kritikan pada tarian yang telah ditampilkan. Dalam hal ini anak akan
berperan aktif dalam belajar. Dan mengajarkan tentang pentingnya tanggung
jawab.”
Dari hasil
penelitian yang telah kami lakukan bahwa pengalaman yang telah dialami oleh
anak akan di saring oleh otak dan secara sadar maupun tidak telah terjadi
sebuah proses belajar. Sebagai seorang pengajar peran kita selain mengajar juga
mengarahkan dan mencontohkan dimana karakter anak akan terbentuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar