Selasa, 01 November 2016

Eka Septyanti 15210082 Norhidayah 15210097

TEORI FUNGSIONALISTIK DOMINAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar Dan Pembelajaran
Dosen Pembimbing: DR.H. JARKAWI
Eka Septyanti                    : 15210082
Norhidayah                       : 15210097
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNISKA Muhammad Arysad Al - Banjary
      Jl. Adhiyaksa No. 2 Kayu Tangi Banjarmasin 70123
                            Nhdyhnorhidayah@gmail.com

Abstrak:
Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme.Fungsionalisme adalah salah satu proposal utama yang telah ditawarkan sebagai solusi untuk masalah pikiran / tubuh.Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatism sebagai sebuah filsafat.Paradigma teori fungsionalistik dominan mencerminkan pengaruh dari Darwinisme, karena teori ini menekankan pada hubungan antara belajar dengan penyesuaian diri dengan lingkungan.Teori fungsionalistik dominan memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi merupakan adaptasi organisme biologis. Dan teori ini juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi.
Pendekatan sosiologi pada pendidikan memiliki perspektif yang beragam, sejalan dengan keragaman yang terjadi dalam perspektif kajian sosiologi pada umumnya. Sosiologi pendidikan dapat membantu penerapan fungsionalistik dominan dalam memahami peren- canaan, proses implementasi dan implikasi penerapan progam maupun kebijakan  tertentu.  Dalam  pembagian  perspektif dipaparkan penjelasan mengenai fungsionalistik dominan dan kaitannya pad sosiologi atau mental (cara berpikir) seseorang. fungsionalistik memberi sumbangan yang berarti bagi mereka yang tertarik dalam upaya melakukan kajian kritis terhadap apa yang terjadi pada siswa disekolah. Jika kita bisa memahami apa yang ada di lingkungan sekitar, maka besar peluang kita untuk dapat mengendalikan perubahan yang ada di masyarakat.

Katakunci:
Definisi Fungsionalistik, Teori Fungsionalistik, Metode Fungsionalitik, Kekurang dan Kelebihan Teori Fungsionalistik.




Bab I
Pendahuluan
A.    LATAR BELAKANG
Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalammempelajari psikologi.Pendekatan fungsionalisme berlawanan denganpendahulunya, yaitu strukturalisme.Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatismsebagai sebuah filsafat.
Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analytis,
Fungsionalisme adalah salah satu proposal utama yang telah ditawarkan sebagai solusi untuk masalah pikiran / tubuh. Solusi untuk masalah pikiran / tubuh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa sifat utama dari mental? Pada tingkat yang paling umum, apa yang membuat kondisi mental? Atau lebih khusus, apa pengalaman memiliki kesamaan untuk mempengaruhi kondisi mental tertentu atau kondisi mental yang sedang mereka pikiran? Artinya, apa yang membuat pikiran menjadi sebuah pikiran? Apa yang membuat kita merasa sakit? Cartesian Dualisme mengatakan sifat utama dari jiwa adalah untuk ditemukan dalam substansi mental yang khusus.Cara berprilaku mengidentifikasi mental dengan kecenderungan perilaku; fisikalisme dalam versi yang paling berpengaruh mengidentifikasi keadaan mental dengan keadaan otak.
Fungsionalisme mengatakan bahwa keadaan mental yang didasari oleh hubungan kausal mereka satu sama lain dan untuk input sensorik dan output perilaku. Fungsionalisme adalah salah satu perkembangan teori utama Twentieth dalam hal ini kitamengetahui bahwa Teori sosiologi memberikan perspektif yang berbeda dengan untuk melihat dunia sosial kita. Sebuah perspektif hanyalah sebuah cara memandang dunia. Sebuah teori adalah seperangkat proposisi yang saling terkait atau prinsip-prinsip yang dirancang untuk menjawab pertanyaan atau menjelaskan fenomena tertentu; teori sosiologi membantu kita untuk menjelaskan dan memprediksi dunia sosial di mana kita hidup. Perspektif menawarkan berbagai penjelasan tentang dunia sosial dan perilaku manusia, dalam hal ini kita mempelajari persfektif fungsionalistiktik

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa hakikat teori fungsionalistik dominan?
2.    Apa kelebihan dan kekurangan teori fungsionalistik dominan?
3.    Bagaimana implementasi teori fungsionalistik dominan dalam pembelajaran?
4.    Bagaimana pandangan para tokoh mengenai teori fungsionalistik dominan?


C.           Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk:
1.    Mengetahui hakikat teori fungsionalistik dominan.
2.    Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori fungsionalistik dominan.
3.    Memahami implementasi teori fungsionalistik dominan dalam pembelajaran.
4.    Memahami pandangan para tokoh mengenai teori fungsionalistik dominan.




















Bab II
Metode
Metode – metode dalam Fungsionalisme
Aliran ini mempelajari fungsi dan tingkah laku atau proses mental, bukan hanya mempelajari struktural.
Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah laku dan instropeksi .

1. Metode observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Metode Fisiologis
Menguraikan tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal.Jadi, mempelajari perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.
b. Metode Variasi Kondisi
Tidak  semua  tingkah  laku  manusia  dapat  dijelaskan  dengan  anatomi  dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.

2. Metode Instrospeksi
Stimulus berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa menunjukkan fungsinya.Metode ini terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.

Kelebihan teori Fungsionalistik
Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan, baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
Mampu membentuk suatu perilaku yang dinginkan mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative.
Dapat mengganti stimulus yang satu dengan yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang dinginkan muncul.
Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membentuk praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas dan daya tahan.
Teori fungsionalistik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, dengan berbagai rangsangan berupa penghargaan-penghargaan.


Kekurangan Teori Fungsionalistik
Sebuah konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan pelajaran  dalam bentuk yang sudah siap.
1.      Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
2.      Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.
3.      Cendrung untuk mengarahkan siswa untuk berfikir linier, tidak kreatif, tidak produktif, dan mendudukan siswa sebagai individu yang pasif.
4.      Pembelaaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mikanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang didapat dan diukur.
5.      Penerapan metode yang salah akan mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan.
Dalam hal ini, kami akan menggunakan metode observasi melalui salah satu guru di Sekolah Menengah Atas Negri terdekat mengenai cara pengajaran melalui metode fungsionalistik dominan dengan media questioner.
Adapun soal yang sudah kami buat diantaranya:
1.      Durkhein pernah menuliskan pendapatnya beberapa abad yang lalu tentang perlunya pendidikan untuk menciptakan persamaan diantara murid – murid dan penetapan metode sosialisasi sebagai salah satu kewajiban pengajar. Apakah pendapat ini masih dapat digunakan pada system pendidikan saat ini? Jelaskan pendapat anda!
2.      Fungsionalistik percaya bahwa pendidikan formal mempunyai kemampuan untuk menyetarakan level gender, hiraki social dan etnik, karena melalui pendidikan semua warga Negara dianggap sama dan memiliki kesempatanyang sama menerima pendidikan baik secara formal ataupun informal. Apakah anda setuju apabila pendapat diatas dikatakan berhasil dalam system pendidikan kita saat ini? Kenapa?
3.      Menurut anda, haruskah pendidikan menjadi salah satu tindakan pemberian informasi dan fakta, atau haruskah pendidikan berfungsi sebagai alat untuk memengaruhi cara berpikir siswa?
4.      Beberapa siswa terkadang sangat pasif saat dikelas padahal ia sangat tertarik pada topic yang sedang dibahas. Dalam kasus ini apa yang akan anda lakukan untuk membuat siswa pendiam menjadi lebih aktif?
5.      Di beberapa Negara menggunakan essai sebagai media untuk menyalurkan pendapat, essai bahkan diperlukan untuk syarat kelulusan dan berkas penting sebagai pendukung nilai dalam ujian masuk universitas. Apakah menurut anda penggunaan essai perlu digunakan di Indonesia?
6.      Apakah sekolah negri sudah berhasil dalam program penyetaraan sosial dinegara kita, karna disekolah swasta  system hiraki masih sering terlihat? Jelaskan alasan anda?



BAB III
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Edwar Lee Thorndike Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum dalam belajar, yaitu law of effect, law of exercise, dan law of readiness. Sedangkan menurut Skinner dalam pembelajaran ada teori Respondent Response dan Operante Response serta adanya peneguhan positif dan peneguhan negatifdalam proses belajar mengajar.
Menurut Hull dalam proses belajar ada dua teori yaitu adanya incentive motivation (motivasi incentiv) dan drive stimulus reduction (pengurangan stimulus pendorong). Penggunaan praktis teori belajar Hull untuk kegiatan di dalam kelas adalah: pertama, ruang kelas harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terjadinya proses belajar. Kedua, pelajaran harus dimulai dari yang sederhana atau mudah menuju yang lebih kompleks.Ketiga, kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar.
Aplikatif dari teori ini dalam pembelajaran ada kelemahan dan kelibihan teori ini dalam proses pembelajaran pada saat ini masih banyak menggunakan teori belajar fungsionalistik walaupun seiring berkembangnya tehnologi dan ilmu pengetahuan, sehinggu dibutuhkan kepekaan guru untuk dapat melihat kondisi dan situasi belajar dikelas dalam menggunakan teori yang tepat.
Thorndike memberi alternatife sendiri untuk mengkonseptualisasikan belajar dan prilaku member pendekatan yang jauh berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Tidak ada pembahasan eksperimental yang sistematis terhadap proses belajar. Dengan hukum efeknya, Thorndike adalah orang pertama yang mengamati dalam kondisi yang terkontrol, bahwa konsekuensinya dari perilaku akan menghasilkan efek terhadap kekuatan perilaku
Teori fungsionalistik dominan, dalam belajar terdapat masukan yang berupa stimulus dan keluaran yang berupa respons. Paradigma teori ini mencerminkan pengaruh Darwinisme karena menekankan pada hubungan antara belajar dengan penyesuaian diri dengan lingkungan belajar
عَنْاَبِيْهُرَيْرَةَقَالَقَالَرَجُلٌُيَارَسُوْلَاللهِمَنْأَحَقُّالنَّاسِبِحُسْنِالصُّحْبَةِ؟قَالَأُمُّكَثُمَّأُمُّكَثُمَّأُمُّكَثُمَّأَبُوْكَثُمَّأَدْنَاكَأَدْنَاكَ (أخرجهمسلمفيكتابالبروالصلةوالاداب
Artinya: Dari Abi Hurairah, ia berkata: ada seorang laki-laki datang pada Rasulullah SAW kemudian ia bertanya: ”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku hormati?”. Beliau menjawab Ibumu, ia berkata kemudian siapa?” Beliau menjawab kemudian ibumu, ia berkata kemudian siapa? Beliau menjawab kemudian ibumu, ia berkata kemudian siapa? Beliau menjawab kemudian Bapakmu dan saudara-saudara dekatmu.(HR. Muslim bin al-Hijaj Abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisaburi)[8]

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْعَالِمُ يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ عَابِدٍ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami)


Bab IV
PEMBAHASAN.

A.    TEORI FUSNGSIONALISTIK DOMINAN.
A.           Hakikat Teori Fungsionalistik Dominan
Paradigma teori fungsionalistik dominan mencerminkan pengaruh dari Darwinisme, karena teori ini menekankan pada hubungan antara belajar dengan penyesuaian diri dengan lingkungan.Teori fungsionalistik dominan memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi merupakan adaptasi organisme biologis. Dan teori ini juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi.
Teori fungsionalistik dominan menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan.Teori ini juga menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan yang bermaknsa.
Orang yang berada di daerah pesisir secara struktur (sebuah pemikiran jangka pendek) menciptakan sebuah pola pikir untuk melakukan pekerjaan sebagai nelayan.Namun aliran fungsionalistik tidak sejalan dengan pola pikir tersebut.Aliran ini juga tidak meninggalkan faktor-faktor seperti kondisi tubuh, cuaca, kepunyaan dan hasil, dan kemampuan, sedemikian rupa sehingga orang pesisir memiliki pola berpikir yang menghasilkan pemahaman untuk tidak harus menjadi nelayan.Secara mudah bisa menjadi nelayan hanya jika dalam situasi dan kondisi yang tepat.Orang yang memiliki pandangan seperti ini, sangat paham kapan harus menjadi nelayan, dan kapan harus menjadi peternak, dll.
Menurut teori fungsionalistik dominan, yang terpenting dalam belajar adalah masukan yang berupa stimulus dan keluaran yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa. Sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.
Definisi Fungsionalisme
Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Maksudnya, Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah.
Fungsionalisme  adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran  dalam  menjembatani  antara  kebutuhan  manusia  dan  lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku.Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis.Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsi- fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan.
Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk penyesuaian diri psikis dan sosial.

B.  Ciri – ciri Fungsionalisme
Aliran fungsionalisme memiliki beberapa ciri khas, yaitu :
*      Menekankan pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen-elemen metal.
*      Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
*      Sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
*      Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respons adalah suatu kesatuan.
*      Psikologi  sangat  berkaitan  dengan  biologi  dan  merupakan  cabang  yang berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu pemahaman tentang fungsi mental.
*      Menerima  berbagai  metode  dalam  mempelajari  aktivitas  mental  manusia, meskipun   sebagian   besar   riset   dilakukan   di   Univ.   Chicago   (   pusat perkembangn   fungsionalisme)   menggunakn   metode   eksperimen,   pada dasarnya aliran fungsionalisme tidk berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunnakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi.
C.  Metode – metode dalam Fungsionalisme
Aliran ini mempelajari fungsi dan tingkah laku atau proses mental, bukan hanya mempelajari struktural.
Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah laku dan instropeksi .

1. Metode observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Metode Fisiologis
Menguraikan tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal.Jadi, mempelajari perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.
b. Metode Variasi Kondisi
Tidak  semua  tingkah  laku  manusia  dapat  dijelaskan  dengan  anatomi  dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.







2. Metode Instrospeksi

Stimulus berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa menunjukkan fungsinya.Metode ini terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.

D.  Aliran dalam Fungsionalisme
Fungsionalisme  mempunyai  2  (dua)  aliran,  namun  pendiri fungsionalisme  itu  sendiri adalah :
William James (1842-1910)
James termasuk pendukung aliran evolusionalisme dan bersamaan John Dewey mendirikan aliran fungsionalisme.James tergolong orang yang berpikiran bebas.Yaitu bebas mengeluarkan dan mengembangkan ide atau kritik yang orisinil.Salah satu ciri jalan pikirannya adalah berusaha sedekat mungkin dengan kenyataan.

Teori emosi.

• Menjelaskan tentang hubungan antara perubahan fisiologis dengan emosi
• Emosi identik dengan perubahan-perubahan peredaran darah
• Emosi adalah hasil dari persepsi seseorang tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh terhadap rangsang dari luar
• Membantah pernyataan bahwa emosilah yang menyebabkan perubahan pada tubuh.

1. Aliran Fungsionalisme Chicago
Terdapat banyak tokoh Fungsionalisme di Universitas Chicago sehingga dapat dikatakan menjadi aliran tersendiri yang disebut Fungsionalisme Chicago.

a. John Dewey (1859-1952)
•Pada  tahun  1886  menulis  buku  yang  berjudul  “Psychology”  dan  dalam bukunya ini beliau mengenalkan cara orang Amerika belajar ppsikologi yaitu melalui cara pragmatisme
•Sarjana-sarjana di Amerika kurang tertarik dengan pertanyaan “Apakah jiwa itu?” tetapi lebih tertarik pada pertanyaan “Apakah kegunaan jiwa?”
•John Dewey juga menganjurkan metode yang Ia sebut dengan Learning by doing (belajar sambil melakukan)
•Dewey  berpendapat  bahwa  segala  pemikiran  dan  perbuatan  harus  selalu mempunyai  tujuan,  oleh  karena  alasan  itulah  ia  menentang  teori elementarisme.

b. James Rowland Angell
James memiliki tiga pandangan terhadap fungsionalisme, yaitu:
•Fungsionalisme   adalah   psikologi   tentang   “mental   operation”   (aktivitas bekerjanya jiwa) sebagai lawan dari psikologi tentang elemen-elemen mental,
•Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan dasar-dasar kesadaran. Ini juga disebut sebagai teori emergensi dari kesadaran,
• Fungsionalisme  adalah  psiko-phisik,  yaiitu  psikologi  tentang  keseluruhan organisme yang terdiri dari badan dan jiwa.




2. Aliran Fungsionalisme Columbia
Selain  di  Chhicago,  Fungsionalisme  juga  mempunyai  banyak  tokoh  di Teachers College Columbia yang disebut aliran Columbia. Ciri aliran ini adalah kebebasannya meneliti tingkah laku yang dianggap sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan psikologi tak perlu ersifat deskriptif karena yang penting adalah korelasi tingkah laku dengan tingkah laku lain.

a. James MC Keen Cattel (1866-1944)
Keen Cattel mengusung teori mengenai kebebasan dalam mempelajari tingkah laku.Ia mempunyai dua pandangan mengenai aliran fungsionalisme, yaitu:
• Fungsionalisme  tidak  perlu  menganut  paham  dualisme  karena  manusia dianggap sebagai keseluruhan yang merupakan suatu kesatuan,
• Fungsionalisme tidak perlu deskriptif dalam mempelajari tingkah laku, karena yang  penting  adalah  fungsi  tingkah  laku.  Sehingga  yang  harus  dipelajari adalah hubungan (korelasi) antara satu tingkah laku dengan tingkah laku lainnya.
• Dapat dikatakan bahwa semua cabang-cabang psikologi modern merupakan perkembangan dari fungsionalisme. Dalam percobaanya Cattel menemukan “kapasitas  individual”  kemudian  ia  menciptakan  alat-alat  untuk  mengukur kapasitas, kemampuan individual yang sekaran kita kenal sebagai psikotes /mental test.

b. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee pernah bekerja di “Teachers College of Columbia” dibawah kepemimpinan  James  Mc.  Keen  Cattel.  Thorndike  lebih  menekankan penelitiannya pada cara dan dasar belajar. Dasar pembelajaran yaitu asosiasi dan cara coba-salah (trial and error). Ia merumuskan beberapa prinsip:
• The Law of Effect yaitu hukum yang menyatakan intensitas hubungan antara stimulus-respons akan meningkat jika mengalami keadaan yang menyenangkan, sebaliknya akan melemah jika keadaan tak menyenangkan.jika terjadi suatu keadaan akan terjadi asosiasi dengan keadaan yang sebelumnya yaitu hubungan stimulus-respon atau respons- respons.
• The Law of Exercise atau The Law of use and disuse adalah hukum bahwa stimulus-respons dapat timbul atau didorong dengan latihan berulang- ulang. Jika tak dilatih hubungan tersebut akan melemah dan kemudian menghilang.

E. Sumbangsih bagi Dunia Psikologi

• Mengembangkan  ruang  lingkup  psikologi  dari  segi  kelompok  subyek (anak, binatang) maupun bidang kajian (psikologi abnormal, psychological testing,      psikologi   terapan).   Hal   ini   dimungkinkan   karena   aliran fungsionalisme lebih terbuka kepada perbedaan individual dan bidang aplikasi daripada strukturalisme.Salah satu pelopor psychological testing adalah James McKeen Cattell, mantan murid Wundt.Selanjutnya bidang psychological testing ini menjadi salah satu bidang kajian penting dan paling populer dalam psikologi.
• Memperkenalkan  pentingnya  perilaku  nyata  sebagai  representasi  dari aktivitas mental. Pandangan ini mempersiapkan jalan bagi berkembangnya aliran baru, perilakuyang  berpegang  pada  perilaku nyata sebagai satu-satunya obyek psikologi
• Memperkenalkan   konsep   penyesuaian   diri   sebagai   obyek   psikologi.
Konsep adaptasi dan adjustmen ini menjadi konsep yang sangat penting dan sentral bagi beberapa bidang studi psikologi selanjutnya, seperti kesehatan mental dan psikologi abnormal.
Filsuf yang mempelajari  tentang sifat dan kesadaran pikiran  tertarik untuk meneliti sifat mental manusial: Apakah sifat adalah hasil pikiran dari kondisi mental seseorang? Apa itu kondisi mental? Mereka mengusulkan teori yang berbeda dengan tujuan memahami kondisi mental seseorang dalam hal ini para fisufusmengusulkan untuk  memilih teori fungsionalistik untuk menjelaskan korelasi yang ada pada keadaan fisik dan mental seseorang.
Fungsionalistik berpendapat bahwa keadaan fisik dan keadaan mental tidak harus selalu sesuai karna tidak adanya korelasi antara mental dan keadaan otak.
Salah satu karakterisasi fungsionalistik yang mungkin cukup jelas untuk diterima adalah: setiap jenis kondisi mental adalah keadaan yang terdiri dari disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu dan memiliki mental tertentu, diberikan masukan sensorik tertentu dan keadaan mental tertentu.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis.Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan. Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan.
Disini dijelaskan cara untuk melihat bagaimana proses pembentukan kondisi mental pada masyarakat yang  dapat dilihat melalui perspektif fungsionalistik.
Perspektif fungsionalistik sebagian besar didasarkan pada karya-karya Herbert Spencer, Emile Durkheim, Talcott Parsons, dan Robert Merton. Menurut fungsionalistiktik, masyarakat adalah suatu system bagian yang saling berhubungan yang bekerja sama secara harmonis untuk mempertahankan keadaan keseimbangan dan keseimbangan sosial untuk keseluruhan. Misalnya, masing-masing lembaga sosial memberikan kontribusi fungsi penting bagi masyarakat: Keluarga menyediakan konteks untuk mereproduksi, pengasuhan, dan bersosialisasi
Perspektif fungsionalistik menekankan keterkaitan masyarakat dengan berfokus pada bagaimana setiap bagian mempengaruhi dan dipengaruhi oleh bagian lain. Contoh proses mempengaruhi dan dipengaruhi dapat dilihat pada pendidikan yang menawarkan cara untuk memeberikan keterampilan dan pengetahuan budaya pada anak masyarakat produktif atau anak usia sekolah, akan tetapi peran orang tua juga dibutuhkan, adanya peningkatan pada single parent dan dual-earner keluarga telah memberikan kontribusi terhadap jumlah anak-anak yang gagal di sekolah karena orang tua menjadi kurang tersedia untuk mengawasi pekerjaan rumah anak-anak mereka.
Dapat dikatakan bahwa teori pendidikan menekankan pada fungsi peran yang didasarkan  pada  konsensus  dalam  suatu  masyarakat.  Peran itu  sendiri berarti suatu sistem yang terlembagakan dan saling berkaitan. Kaitannya dengan pendidikan, Talcot Parson, mempunyai pandangan terhadap fungsi sekolah diantaranya:
1. Sekolah sebagai sarana sosialisasi. Sekolah mengubah orientasi kekhusu- san ke universalitas salah satunya yaitu mainset selain mewarisi budaya yang ada juga membuka wawasan baru terhadap dunia luar.Selain itu juga mengubah alokasi seleksi (sesuatu yang diperoleh bukan dengan usaha seperti hubungan darah, kerabat dekat dan seterusnya) ke peran dewasa yang diberikan penghargaan berdasarkan prestasi yang sesungguhnya.
2. Sekolah sebagai seleksi dan alokasi, sekolah memberikan motivasi-motivasi prestasi agar anak siap dalam dunia pekerjaan dan dapat dialokasikan bagi mereka yang unggul.
3. Sekolah  memberikan  kesamaan  kesempatan.  Suatu  sekolah  yang  baik pastinya  memberikan  kesamaan  hak  dan  kewajiban  tanpa  memandang siapa dan bagaimana asal usul peserta didiknya
Teori fungsional sampai sekarang masih mempengaruhi dunia pendidikan meskipun disana sini mendapat kritik.Teori ini, masih dinggap up date – tentu saja terdapat modifikasi dari para penganutnya, sosiolog – untuk menjadi pisau analisis dalam mengkaji pendidikan dalam perspektif sosiologi.Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran fungsionalistik dominan.Teori ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Model hubungan stimulus responnya mendudukkan individu yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku akan semakin kuat apabila diberikan reinforcement dan akan menghilang apabila dikenai hukuman.
Aplikasi teori fungsionalistik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori fungsionalistik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, dan tidak berubah.Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar merupakan pemerolehan pengetahuan, sedangkan mengajar merupakan pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge) dari orang yang mengajar ke orang yang belajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Menurut Budiningsih (2005:28): “Tujuan pembelajaran menurut teori fungsionalistik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas mimetic, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks atau buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks atau buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar”.
Menurut Suprijono (2009:21), “Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.Maksudnya bila pelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.Teori fungsionalistik dominan menekankan evaluasi pada kemampuan pelajar secara individual”.
Menurut Thobroni dan Mustofa (2011:88), Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan teori ini adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya sebagai berikut:
1.    Mementingkan pengaruh lingkungan.
2.    Mementingkan peranan reaksi.
3.    Mengutakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui stimulus dan respons.
4.    Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
5.    Mementingkan pembiaasaan melalui latihan dan pengulangan.
6.    Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang dinginkan.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan yang berupa stimulus dan keluaran yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa. Sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.



Ada beberapa tokoh dalam aliran teori belajar fungsionalistik,antara lain:

a.   Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut Edwar Lee Thorndike lahir di Williamsburg pada tahun 1874. Thorndike mengatakan belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons, dimana perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non konkret (tidak bias diamati).
Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum dalam belajar, yaitu law of effect, law of exercise, dan law of readiness. Law of effect adalah tercapainya keadaan yang memuaskan akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon. Maksudnya, bila respons terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang memuaskan. Bila hubungan S-R tidak diikat oleh sesuatu yang memuaskan maka respons itu akan melemah atau bahkan tidak akan ada respons sama sekali. Secara umum law of effect yaitu sesuatu yang menimbulkan efek yang mengenakkan akan cenderung diulangi atau sebaliknya.
Law of exercise yaitu respons terhadap stimulus dapat diperkuat seringnya respons digunakan.Hal ini menghasilkan implikasi bahwa praktik, khususnya pengulangan dalam pengajaran adalah penting dilakukan.Sedangkan law of readiness yaitu dalam memberikan respon subjek harus siap dan disiapkan.Hukum ini menyangkut kematangan dalam pengajaran, baik kematangan fisik maupun mental dan intelek. Stimulus tidak akan direspons, atau responsnya akan lemah, bila pelajar kurang atau belum siap.
Menurut Edwar Lee Thorndike sebelum guru masuk dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu.Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau. Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.
Ada kelemahan dalam teori belajar menurut Thorndike yaitu, pertama, memandang belajar hanya merupakan asosiasi stimulus dan respons.Dengan demikian yang dipentingkan dalam belajar adalah memperkuat asosiasi dengan latihan-latihan atau ulangan yang terus-menerus.Kedua, proses belajar yang dipandang mekanistik antara stimulus dan respons.

b.   Teori Belajar Menurut Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) lahir di Susquehanna, Pennsylvania.Dia meraih gelar master pada 1930 dan Ph.D pada 1931 dari Harvard University.Gelar B.A. diperoleh dari Hamilton College, New York, dimana dia mengambil jurusan Sastra Inggris.Tahun 1936 dan 1945, Skinner mengajar Psikologi di University of Minnesota dan menghasilkan salah satu bukunya yang berjudul, The Behavior of Organisme.
Skinner menganggap reinforcement merupakan factor penting dalam belajar.Peneguhan diartikan sebagai suatu konsekuensi perilaku yang meperkuat perilaku tertentu.ada dua macam peneguhan yaitu positif dan negative.Penguhan positif adalah rangsangan yang semakin memperkuat atau mendorong suatu tindak balas.Sedangkan peneguhan negative adalah peneguhan yang mendorong individu untuk menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan.Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement).Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon.Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.

Skinner juga berpendapat tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons. Skinner membuat perincian dengan membedakan respons menjadi dua bagian:

Respondent Response

Respons ini ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya keluar air liur setelah melihat makanan tertentu.Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respon yang ditimbulkannya.Jenis respons ini sangat terbatas pada manusia saja.

Operante Response

Respons ini adalah respon yang timbul dan berkembang yang dikuti oleh perangsang-perangsang tertentu.Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimulus karena perangsang itu memperkuat respons yang telah dilakukan oleh oraganisme.

Skinner melakukan eksperimen melalui tikus dalam sangkar, teori ini terkenal dengan Skinner Box. Dimana tikus dalam kondisi lapar di dalam sangkar  mencium benda-benda yang ada disekitarnya, maka tikus berlari ke sana kemari, aksi ini disebut “emitted behavior”(tingkah laku yang terpancar). Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emitted behavior dapat menekan pengungkit sehingga tekanan pengungkit mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforcement bagi penekanan pengungkit.Penekanan pengungkit inilah disebut tingkah laku operant.

c.    Teori Belajar Menurut Clark Leonard Hull
Clark Leonard Hull mengikuti jejak Thorndike dalam uasahanya mengembangkan teori belajar. Prinsip-prinsip yang digunakannyamirip apa yang dikemukakan oleh para behavioris,  yaitu dasar stimulu, respons dan adanya penguatan (reinforcement). Clark Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi harus ada di dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respons dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan.Dalam hal ini, efisiensi belajar pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar oleh respons-respons yang dibuat oleh individu tersebut.

 Menurut Hull dalam proses belajar ada dua teori yaitu adanya incentive motivation (motivasi incentiv) dan drive stimulus reduction (pengurangan stimulus pendorong). Penggunaan praktis teori belajar Hull untuk kegiatan di dalam kelas adalah: pertama, ruang kelas harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terjadinya proses belajar. Kedua, pelajaran harus dimulai dari yang sederhana atau mudah menuju yang lebih kompleks.Ketiga, kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar. Latihan didistribusikan dengan hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi[9].
Teori fungsionalistik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, dengan berbagai rangsangan berupa penghargaan-penghargaan.
Dalam hal ini selain pendidikan, teknologi juga beperan penting sebagai hasil dari perubahan teknologi, perguruan tinggi yang menawarkan program yang lebih teknis, dan banyak orang dewasa yang kembali ke sekolah untuk belajar keterampilan baru yang diperlukan di tempat kerja.meningkatnya
jumlah perempuan dalam angkatan kerja telah memberikan kontribusi terhadap perumusan kebijakan terhadap pelecehan seksual dan diskriminasi pekerjaan.
Fungsionalistik menggunakan istilah fungsionalistik dan disfungsionalistik untuk menggambarkan efek dari elemen sosial di masyarakat. Elemen masyarakat yang fungsionalistik jika mereka berkontribusi pada stabilitas sosial dan
disfungsionalistik jika mereka mengganggu stabilitas sosial. Beberapa aspek masyarakat dapat menjadi fungsionalistik dan disfungsionalistik.Misalnya, kejahatan disfungsionalistik dalam hal itu dikaitkan dengan kekerasan fisik, kerugian harta benda, dan ketakutan.Namun menurut Durkheim dan fungsionalis lainnya, kejahatan juga dapat menyebabkan kesadaran obligasi moral yang meningkatkan kohesi sosial.
Sosiolog telah mengidentifikasi dua jenis fungsi fungsionalistik: manifes dan laten (Merton 1968).
Fungsi manifes adalah konsekuensi yang dimaksudkan dan umumnya diakui.fungsi laten adalah konsekuensi yang tidak diinginkan dan sering tersembunyi. Misalnya dalam manifest adalah fungsi pendidikan. Pendidikan disini berfungsi  untuk mengirimkan pengetahuan dan keterampilan untuk pemuda masyarakat. Tapi sekolah dasar negeri juga berfungsi sebagai babysitter untuk orang tua yang bekerja, dan perguruan tinggi menawarkan tempat untuk orang dewasa muda untuk bertemu calon pasangan. Bayi-duduk dan kawin-pilihan fungsi tidak fungsi dimaksudkan atau yang biasa dikenal pendidikan; maka mereka adalah fungsi laten.

Kelebihan teori Fungsionalistik
·         Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
·         Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan, baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
·         Mampu membentuk suatu perilaku yang dinginkan mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative.
·         Dapat mengganti stimulus yang satu dengan yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang dinginkan muncul.
·         Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membentuk praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas dan daya tahan.
·         Teori fungsionalistik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, dengan berbagai rangsangan berupa penghargaan-penghargaan.



Kekurangan Teori Fungsionalistik
·         Sebuah konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan pelajaran  dalam bentuk yang sudah siap.
·         Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
·         Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.
·         Cendrung untuk mengarahkan siswa untuk berfikir linier, tidak kreatif, tidak produktif, dan mendudukan siswa sebagai individu yang pasif.
·         Pembelaaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mikanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang didapat dan diukur.
·         Penerapan metode yang salah akan mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan.
·         Pandangan teori ini juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
·         Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya.
·          Pandangan fungsionalistik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
                Dalam teori fungsionalistik yang di jelaskan di atas.Kami menggunakan penjelasan dari metode dan definisi teori fungsionalistik, sebagai acuan dalam membuat soal yang kami gunakan untuk mewawancarai narasumber dalam kegiatan observasi yang kami lakukan pada tanggal 21Oktober 2016 bertempat di SMPN 5 Banjarbaru.
Kuisioner untuk memenuhi tugas observasi fungsionalistik dominan.
Nama Sekolah             : SMPN 5 Banjarbaru
Nama Narasumber                  : Kinten Pujiastuti S.Pd
Pewawancara              : Norhidayah 15.21.0097
Soal:
1.Durkhein pernah menuliskan pendapatnya beberapa abad yang lalu tentang perlunya pendidikan untuk menciptakan persamaan diantara murid – murid dan penetapan metode sosialisasi sebagai salah satu kewajiban pengajar. Apakah pendapat ini masih dapat digunakan pada system pendidikan saat ini? Jelaskan pendapat anda!
2.Fungsionalistik percaya bahwa pendidikan formal mempunyai kemampuan untuk menyetarakan level gender, hiraki social dan etnik, karena melalui pendidikan semua warga Negara dianggap sama dan memiliki kesempatanyang sama menerima pendidikan baik secara formal ataupun informal. Apakah anda setuju apabila pendapat diatas dikatakan berhasil dalam system pendidikan kita saat ini?Kenapa?
3.Beberapa siswa terkadang sangat pasif saat dikelas padahal ia sangat tertarik pada topic yang sedang dibahas. Dalam kasus ini apa yang akan anda lakukan untuk membuat siswa pendiam menjadi lebih aktif?
4.Di beberapa Negara menggunakan essai sebagai media untuk menyalurkan pendapat, essai bahkan diperlukan untuk syarat kelulusan dan berkas penting sebagai pendukung nilai dalam ujian masuk universitas. Apakah menurut anda penggunaan essai perlu digunakan di Indonesia?
5.Apakah sekolah negeri sudah berhasil dalam program penyetaraan sosial dinegara kita, karna disekolah swasta  system hiraki masih sering terlihat? Jelaskan alasan anda?
6. Bagaimana menurut anda tentang seorang guru yang langsung memberikan tugas kepada siswa tanpa menjelaskan terlebih dahulu?

Jawaban:
1.      Saya sependapat, dan metode ini masih dapat digunakan karena dengan cara sosialisasi kita bisa mengajarkan anak itu bagaimana berinteraksi sehingga dia bisa menerima pengenal. Peengenalan sangat diperlukan untuk anak yang sulit bersosialisasi, dengan begitu kita dapat mengetahaui apa yang menjadi kendala anak dalam bersosialisasi dalam hal ini kita dapat mengunakan metode assesment. Dengan bantuan ilmu fungsionalistik kita juga dapat memahami sifat atau karakter yang ada pada setiap anak.

2.      Dalam menyiasati adanya perbedaan gender dan hiraki sosial yang muncul di masyarakat, kami pihak sekolah menggunakan seragam, sepatu wajib berwarna hitam dan dilarangnya penggunaan ponsel berkamera. Tujuan kami menerapakan aturan di atas tidak lain untuk menyamarkan perbedaan yang timbul.

3.      Menurut saya sekolah setingkat SMP untuk daerah Banjarbaru sendiri sudah cukup berhasil dalam memudarkan sistem hiraki, disini guru berperan penting dalam memberikan pengertian bahwa harta kekayaan itu hanyalah milik orang tua dan mereka semua adalah murid yang sama saat berada disekolah. Contohnya seperti yang sudah saya sebutkan, kami melarang penggunaan HP berkamera agar anak dengan tingkat ekonomi tinggi tidak memiliki perbedaan dengan anak yang tingkat ekonominya rendah.

4.      Untuk anak yang nervous atau grogi biasanya kami pancing dengan pertanyaan pada setiap pertemuan atau kelas untuk melatih kepercayaan diri,  kami juga memberi reward seperti gesture jempol untuk menumbuhkan rasa semangat dan berani pada anak.

5.      Menurut saya essai perlu untuk melatih kreatifitas dan untuk acuan pengukuran tingkat kritis pada anak, karna apabila kita hanya menggunakan pilihan ganda murid dapat memilih jawaban dengan sistem yang dia buat sendiri saat tida bisa menjawab salah satu pertanyaan. Contohnya menghitung kancing baju.

6.      Hukuman itu perlu tetap masih dalam koridor mendidik, contohnya apabila salah satu siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah guru sebaiknya memberikan sangsi seperti menambah tugas hapalan.

7.      Menurut saya proses pembelajaran menjadi sangat membosankan apabila guru hanya masuk tanpa memberikan materi. Sistem mengajar seperti ini tidak mendukung teori fungsionalistik, karna murid akan kebingungan dalam memahami pelajaran.

Dengan ini kami lampirkan foto – foto dan surat izin observasi yang sudah di setujui oleh Kepala Sekolah SMPN 5 Banjarbaru yang kami dapatkan saat wawancara



Bab V
Kesimpulan


Fungsionalisme adalah aliran psikologi yang memandang bahwa manusia harus dipandangsecaramenyeluruh.Apayangdilakukanmanusiasebagaiaksiadalah halyang kompleksyangmerupakanmanifestasidarijiwadanmempunyaimaksudtertentubukan hanya  disebabkan  oleh  sesuatu  hal.  Fungsionalism memandang  bahwa  pikiran,  proses mental, persepsi indrawi, dan emosiadalah adaptasi organisme biologis.
Beberapa  ciri  fungsionalisme  diantaranya  adalah  menekankan  fungsi  dibanding elemenmental,memandangpentingkemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan lingkungannya, serta menerima berbagai metode dalam  mempelajari aktivitas mental manusia.
Terdapatduametodeyangdigunakandalam fungsionalisme,yaitu:Metodeobservasi tingkahlakuterbagimenjadiMetodeFisiologis danMetodeVariasiKondisi,sertaMetode Instrospeksi.
Pendiri fungsionalismeadalah William  James dan John Dewey. Aliran Fungsionalisme terdiri atas aliran fungsionalisme Chicago ( John Dewey, James Rowland Angel ) dan fingsionalisme California ( James Cattel dan Thorndike ).
Aliranfungsionalismedapatmemberipengaruhpositifdalam duniapsikologi,yaitu mengembangkan ruang lingkup psikologi dari segi kelompok subyek (anak,  binatang) maupunbidangkajian(psikologiabnormal,psychological testing,psikologi terapan), memperkenalkanpentingnyaperilakunyatasebagairepresentasidari aktivitas mental dan memperkenalkan konsep penyesuaiandiri sebagai obyek psikologi.
Fungsionalisme juga berfungsi sebagai alat penyetara dalam masyarakat, dimana dalam dunia pendidikan pengajar dan sekolah dituntut untuk menerapkan system yang dapat menyamarkan system hiraki yang ada di masyarakat.

Fungsionalisme juga menuai kritikan dari banayak pihak, yaitu Ditentang oleh Aliran strukturalisme,kurangadanyafokusyangjelasdanterarahdalam aliranfungsionalisme; Bersifatteleological,sesuatuditentukanolehtujuannya;terlalu eklektik,mencampurkan berbagai ide dan konsep dari beragam  sumber sehingga terkesan kompromistis dan kehilanganbentukaslinya.

DAFTAR PUSTAKA
Aliran Fungsionalisme(http://psikologi.or.id)
Functionalism: Basic Principles (York College of Pennsylvania, edu:Pdf online)
Functionalism (New York University, edu:Pdf Online)
Kurtz, Lester R. 1995. Gods in the Global Village; The World’s Relgions in Sociological Perspective.New Delhi: Pine Forge Press.
Moomey, Knox, and Schacht, 2007. Understanding Social Problem,  edition; The Three Main Sociological Perspectives, (Unifversity of Hawaii, edu:Pdf, Online).

Saifuddin, Achmad Fedani. 2005. Antropologi Kontemporer; Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar