TEORI FUNGSIONALISTIK DOMINAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Belajar Dan Pembelajaran
Dosen Pembimbing: DR.H. JARKAWI
Eka Septyanti :
15210082
Norhidayah :
15210097
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNISKA Muhammad Arysad Al - Banjary
Jl. Adhiyaksa No. 2 Kayu Tangi
Banjarmasin 70123
Abstrak:
Aliran
fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada
masanya, pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu
strukturalisme.Fungsionalisme adalah salah satu proposal utama yang telah
ditawarkan sebagai solusi untuk masalah pikiran / tubuh.Aliran fungsionalisme
juga keluar dari pragmatism sebagai sebuah filsafat.Paradigma teori
fungsionalistik dominan mencerminkan pengaruh dari Darwinisme, karena teori ini
menekankan pada hubungan antara belajar dengan penyesuaian diri dengan
lingkungan.Teori fungsionalistik dominan memandang bahwa pikiran, proses
mental, persepsi indrawi, dan emosi merupakan adaptasi organisme biologis. Dan
teori ini juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan
mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa
(fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi.
Pendekatan
sosiologi pada pendidikan memiliki perspektif yang beragam, sejalan dengan
keragaman yang terjadi dalam perspektif kajian sosiologi pada umumnya.
Sosiologi pendidikan dapat membantu penerapan fungsionalistik dominan dalam
memahami peren- canaan, proses implementasi dan implikasi penerapan progam
maupun kebijakan tertentu. Dalam
pembagian perspektif dipaparkan
penjelasan mengenai fungsionalistik dominan dan kaitannya pad sosiologi atau
mental (cara berpikir) seseorang. fungsionalistik memberi sumbangan yang
berarti bagi mereka yang tertarik dalam upaya melakukan kajian kritis terhadap
apa yang terjadi pada siswa disekolah. Jika kita bisa memahami apa yang ada di
lingkungan sekitar, maka besar peluang kita untuk dapat mengendalikan perubahan
yang ada di masyarakat.
Katakunci:
Definisi Fungsionalistik, Teori
Fungsionalistik, Metode
Fungsionalitik, Kekurang dan Kelebihan Teori Fungsionalistik.
Bab
I
Pendahuluan
A.
LATAR
BELAKANG
Aliran fungsionalisme
merupakan aliran psikologi yang
pernah sangat dominan pada masanya,
dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalammempelajari psikologi.Pendekatan fungsionalisme berlawanan denganpendahulunya, yaitu
strukturalisme.Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatismsebagai
sebuah filsafat.
Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa,
maupun psikologi analytis,
Fungsionalisme adalah salah satu proposal utama yang
telah ditawarkan sebagai solusi untuk masalah pikiran / tubuh. Solusi untuk
masalah pikiran / tubuh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa sifat
utama dari mental? Pada tingkat yang paling umum, apa yang membuat kondisi
mental? Atau lebih khusus, apa pengalaman memiliki kesamaan untuk mempengaruhi
kondisi mental tertentu atau kondisi mental yang sedang mereka pikiran?
Artinya, apa yang membuat pikiran menjadi sebuah pikiran? Apa yang membuat kita
merasa sakit? Cartesian Dualisme mengatakan sifat utama dari jiwa adalah untuk ditemukan
dalam substansi mental yang khusus.Cara berprilaku mengidentifikasi mental
dengan kecenderungan perilaku; fisikalisme dalam versi yang paling berpengaruh
mengidentifikasi keadaan mental dengan keadaan otak.
Fungsionalisme mengatakan bahwa keadaan mental yang
didasari oleh hubungan kausal mereka satu sama lain dan untuk input sensorik
dan output perilaku. Fungsionalisme adalah salah satu perkembangan teori utama
Twentieth dalam hal ini kitamengetahui bahwa Teori sosiologi memberikan
perspektif yang berbeda dengan untuk melihat dunia sosial kita. Sebuah
perspektif hanyalah sebuah cara memandang dunia. Sebuah teori adalah
seperangkat proposisi yang saling terkait atau prinsip-prinsip yang dirancang
untuk menjawab pertanyaan atau menjelaskan fenomena tertentu; teori sosiologi
membantu kita untuk menjelaskan dan memprediksi dunia sosial di mana kita
hidup. Perspektif menawarkan berbagai penjelasan tentang dunia sosial dan
perilaku manusia, dalam hal ini kita mempelajari persfektif fungsionalistiktik
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa
hakikat teori fungsionalistik dominan?
2. Apa
kelebihan dan kekurangan teori fungsionalistik dominan?
3.
Bagaimana implementasi teori fungsionalistik dominan dalam pembelajaran?
4.
Bagaimana pandangan para tokoh mengenai teori fungsionalistik dominan?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk:
1.
Mengetahui hakikat teori fungsionalistik dominan.
2. Mengetahui
kelebihan dan kekurangan teori fungsionalistik dominan.
3. Memahami
implementasi teori fungsionalistik dominan dalam pembelajaran.
4. Memahami
pandangan para tokoh mengenai teori fungsionalistik dominan.
Bab
II
Metode
Metode – metode
dalam Fungsionalisme
Aliran ini
mempelajari fungsi dan tingkah laku atau proses mental, bukan hanya mempelajari
struktural.
Metode yang
dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah
laku dan instropeksi .
1. Metode
observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Metode
Fisiologis
Menguraikan
tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal.Jadi, mempelajari
perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.
b. Metode
Variasi Kondisi
Tidak semua
tingkah laku manusia
dapat dijelaskan dengan
anatomi dan fisiologi, karena
manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang
merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
2. Metode
Instrospeksi
Stimulus berasal
dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa
menunjukkan fungsinya.Metode ini terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di
sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.
Kelebihan teori
Fungsionalistik
Membiasakan guru
untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
Guru tidak
banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika
menemukan kesulitan, baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
Mampu membentuk
suatu perilaku yang dinginkan mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang
kurang sesuai mendapat penghargaan negative.
Dapat mengganti
stimulus yang satu dengan yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang
dinginkan muncul.
Teori ini cocok
untuk memperoleh kemampuan yang membentuk praktik dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas dan daya tahan.
Teori
fungsionalistik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, dengan berbagai rangsangan berupa
penghargaan-penghargaan.
Kekurangan Teori Fungsionalistik
Sebuah konsekuensi bagi guru untuk
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap.
1.
Tidak setiap mata
pelajaran bisa menggunakan metode ini.
2.
Murid dipandang
pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang
diberikan oleh guru.
3.
Cendrung untuk
mengarahkan siswa untuk berfikir linier, tidak kreatif, tidak produktif, dan
mendudukan siswa sebagai individu yang pasif.
4.
Pembelaaran siswa
yang berpusat pada guru bersifat mikanistik dan hanya berorientasi pada hasil
yang didapat dan diukur.
5.
Penerapan metode
yang salah akan mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak
menyenangkan.
Dalam hal ini, kami
akan menggunakan metode observasi melalui salah satu guru di Sekolah Menengah
Atas Negri terdekat mengenai cara pengajaran melalui metode fungsionalistik
dominan dengan media questioner.
Adapun soal yang sudah
kami buat diantaranya:
1. Durkhein
pernah menuliskan pendapatnya beberapa abad yang lalu tentang perlunya
pendidikan untuk menciptakan persamaan diantara murid – murid dan penetapan
metode sosialisasi sebagai salah satu kewajiban pengajar. Apakah pendapat ini
masih dapat digunakan pada system pendidikan saat ini? Jelaskan pendapat anda!
2. Fungsionalistik
percaya bahwa pendidikan formal mempunyai kemampuan untuk menyetarakan level
gender, hiraki social dan etnik, karena melalui pendidikan semua warga Negara
dianggap sama dan memiliki kesempatanyang sama menerima pendidikan baik secara
formal ataupun informal. Apakah anda setuju apabila pendapat diatas dikatakan
berhasil dalam system pendidikan kita saat ini? Kenapa?
3. Menurut
anda, haruskah pendidikan menjadi salah satu tindakan pemberian informasi dan
fakta, atau haruskah pendidikan berfungsi sebagai alat untuk memengaruhi cara
berpikir siswa?
4. Beberapa
siswa terkadang sangat pasif saat dikelas padahal ia sangat tertarik pada topic
yang sedang dibahas. Dalam kasus ini apa yang akan anda lakukan untuk membuat
siswa pendiam menjadi lebih aktif?
5. Di
beberapa Negara menggunakan essai sebagai media untuk menyalurkan pendapat,
essai bahkan diperlukan untuk syarat kelulusan dan berkas penting sebagai
pendukung nilai dalam ujian masuk universitas. Apakah menurut anda penggunaan
essai perlu digunakan di Indonesia?
6. Apakah
sekolah negri sudah berhasil dalam program penyetaraan sosial dinegara kita,
karna disekolah swasta system hiraki
masih sering terlihat? Jelaskan alasan anda?
BAB
III
KAJIAN
PUSTAKA
Menurut
Edwar Lee Thorndike Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga
buah hukum dalam belajar, yaitu law of effect, law of exercise, dan law of
readiness. Sedangkan menurut Skinner dalam pembelajaran ada teori Respondent
Response dan Operante Response serta adanya peneguhan positif dan peneguhan
negatifdalam proses belajar mengajar.
Menurut
Hull dalam proses belajar ada dua teori yaitu adanya incentive motivation
(motivasi incentiv) dan drive stimulus reduction (pengurangan stimulus
pendorong). Penggunaan praktis teori belajar Hull untuk kegiatan di dalam kelas
adalah: pertama, ruang kelas harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan
terjadinya proses belajar. Kedua, pelajaran harus dimulai dari yang sederhana
atau mudah menuju yang lebih kompleks.Ketiga, kecemasan harus ditimbulkan untuk
mendorong kemauan belajar.
Aplikatif
dari teori ini dalam pembelajaran ada kelemahan dan kelibihan teori ini dalam
proses pembelajaran pada saat ini masih banyak menggunakan teori belajar
fungsionalistik walaupun seiring berkembangnya tehnologi dan ilmu pengetahuan,
sehinggu dibutuhkan kepekaan guru untuk dapat melihat kondisi dan situasi
belajar dikelas dalam menggunakan teori yang tepat.
Thorndike memberi alternatife
sendiri untuk mengkonseptualisasikan belajar dan prilaku member pendekatan yang
jauh berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Tidak ada pembahasan eksperimental
yang sistematis terhadap proses belajar. Dengan hukum efeknya, Thorndike adalah
orang pertama yang mengamati dalam kondisi yang terkontrol, bahwa
konsekuensinya dari perilaku akan menghasilkan efek terhadap kekuatan perilaku
Teori fungsionalistik
dominan, dalam belajar terdapat masukan yang berupa stimulus dan keluaran yang
berupa respons. Paradigma teori ini mencerminkan pengaruh Darwinisme karena
menekankan pada hubungan antara belajar dengan penyesuaian diri dengan
lingkungan belajar
عَنْاَبِيْهُرَيْرَةَقَالَقَالَرَجُلٌُيَارَسُوْلَاللهِمَنْأَحَقُّالنَّاسِبِحُسْنِالصُّحْبَةِ؟قَالَأُمُّكَثُمَّأُمُّكَثُمَّأُمُّكَثُمَّأَبُوْكَثُمَّأَدْنَاكَأَدْنَاكَ (أخرجهمسلمفيكتابالبروالصلةوالاداب
Artinya: Dari Abi Hurairah, ia
berkata: ada seorang laki-laki datang pada Rasulullah SAW kemudian ia bertanya:
”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku hormati?”. Beliau
menjawab Ibumu, ia berkata kemudian siapa?” Beliau menjawab kemudian ibumu, ia
berkata kemudian siapa? Beliau menjawab kemudian ibumu, ia berkata kemudian
siapa? Beliau menjawab kemudian Bapakmu dan saudara-saudara dekatmu.(HR. Muslim bin al-Hijaj Abu
al-Husain al-Qusyairi al-Naisaburi)[8]
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْعَالِمُ
يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ عَابِدٍ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut
(bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli
ibadah. (H.R Ad-Dailami)
Bab
IV
PEMBAHASAN.
A.
TEORI FUSNGSIONALISTIK DOMINAN.
A.
Hakikat Teori Fungsionalistik Dominan
Paradigma teori
fungsionalistik dominan mencerminkan pengaruh dari Darwinisme, karena teori ini
menekankan pada hubungan antara belajar dengan penyesuaian diri dengan
lingkungan.Teori fungsionalistik dominan memandang bahwa pikiran, proses
mental, persepsi indrawi, dan emosi merupakan adaptasi organisme biologis. Dan
teori ini juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan
mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa
(fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi.
Teori
fungsionalistik dominan menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan hanya
fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental
dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan.Teori ini juga
menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan
untuk melangsungkan kehidupan yang bermaknsa.
Orang yang
berada di daerah pesisir secara struktur (sebuah pemikiran jangka pendek) menciptakan
sebuah pola pikir untuk melakukan pekerjaan sebagai nelayan.Namun aliran
fungsionalistik tidak sejalan dengan pola pikir tersebut.Aliran ini juga tidak
meninggalkan faktor-faktor seperti kondisi tubuh, cuaca, kepunyaan dan hasil,
dan kemampuan, sedemikian rupa sehingga orang pesisir memiliki pola berpikir
yang menghasilkan pemahaman untuk tidak harus menjadi nelayan.Secara mudah bisa
menjadi nelayan hanya jika dalam situasi dan kondisi yang tepat.Orang yang
memiliki pandangan seperti ini, sangat paham kapan harus menjadi nelayan, dan
kapan harus menjadi peternak, dll.
Menurut teori
fungsionalistik dominan, yang terpenting dalam belajar adalah masukan yang
berupa stimulus dan keluaran yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswa. Sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan
siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.
Definisi
Fungsionalisme
Fungsionalisme
adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan
menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam
menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Maksudnya,
Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa
bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara
terpisah.
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental,
mempelajari fungsi-fungsi kesadaran
dalam menjembatani antara
kebutuhan manusia dan
lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan
pikiran dan perilaku.Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan
lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Fungsionalisme
memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah
adaptasi organisme biologis.Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsi- fungsi
dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan
fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan.
Fungsionalisme
juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa
terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi)
suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi
dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan
kehidupan dan berfungsi untuk penyesuaian diri psikis dan sosial.
B. Ciri – ciri Fungsionalisme
Aliran
fungsionalisme memiliki beberapa ciri khas, yaitu :
Menekankan
pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen-elemen metal.
Fungsi-fungsi
psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis
Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya
dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
Sangat
memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi
berbagai bidang dan kelompok manusia.
Aktivitas
mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respons
adalah suatu kesatuan.
Psikologi sangat
berkaitan dengan biologi
dan merupakan cabang
yang berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi
fisiologis akan sangat membantu pemahaman tentang fungsi mental.
Menerima berbagai
metode dalam mempelajari
aktivitas mental manusia, meskipun sebagian
besar riset dilakukan
di Univ. Chicago
( pusat perkembangn fungsionalisme) menggunakn
metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidk
berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunnakan sangat tergantung dari
permasalahan yang dihadapi.
C. Metode – metode dalam Fungsionalisme
Aliran ini
mempelajari fungsi dan tingkah laku atau proses mental, bukan hanya mempelajari
struktural.
Metode yang
dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah
laku dan instropeksi .
1. Metode
observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Metode
Fisiologis
Menguraikan
tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal.Jadi, mempelajari
perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.
b. Metode
Variasi Kondisi
Tidak semua
tingkah laku manusia
dapat dijelaskan dengan
anatomi dan fisiologi, karena
manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang
merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
2. Metode
Instrospeksi
Stimulus berasal
dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa
menunjukkan fungsinya.Metode ini terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di
sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.
D. Aliran dalam Fungsionalisme
Fungsionalisme mempunyai
2 (dua) aliran,
namun pendiri fungsionalisme itu
sendiri adalah :
William James
(1842-1910)
James termasuk
pendukung aliran evolusionalisme dan bersamaan John Dewey mendirikan aliran
fungsionalisme.James tergolong orang yang berpikiran bebas.Yaitu bebas
mengeluarkan dan mengembangkan ide atau kritik yang orisinil.Salah satu ciri
jalan pikirannya adalah berusaha sedekat mungkin dengan kenyataan.
Teori emosi.
• Menjelaskan
tentang hubungan antara perubahan fisiologis dengan emosi
• Emosi identik
dengan perubahan-perubahan peredaran darah
• Emosi adalah
hasil dari persepsi seseorang tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuh terhadap rangsang dari luar
• Membantah
pernyataan bahwa emosilah yang menyebabkan perubahan pada tubuh.
1. Aliran
Fungsionalisme Chicago
Terdapat banyak
tokoh Fungsionalisme di Universitas Chicago sehingga dapat dikatakan menjadi
aliran tersendiri yang disebut Fungsionalisme Chicago.
a. John Dewey
(1859-1952)
•Pada tahun
1886 menulis buku
yang berjudul “Psychology”
dan dalam bukunya ini beliau
mengenalkan cara orang Amerika belajar ppsikologi yaitu melalui cara
pragmatisme
•Sarjana-sarjana
di Amerika kurang tertarik dengan pertanyaan “Apakah jiwa itu?” tetapi lebih
tertarik pada pertanyaan “Apakah kegunaan jiwa?”
•John Dewey juga
menganjurkan metode yang Ia sebut dengan Learning by doing (belajar sambil
melakukan)
•Dewey berpendapat
bahwa segala pemikiran
dan perbuatan harus
selalu mempunyai tujuan, oleh
karena alasan itulah
ia menentang teori elementarisme.
b. James Rowland
Angell
James memiliki
tiga pandangan terhadap fungsionalisme, yaitu:
•Fungsionalisme adalah
psikologi tentang “mental
operation” (aktivitas bekerjanya
jiwa) sebagai lawan dari psikologi tentang elemen-elemen mental,
•Fungsionalisme
adalah psikologi tentang kegunaan dasar-dasar kesadaran. Ini juga disebut
sebagai teori emergensi dari kesadaran,
•
Fungsionalisme adalah psiko-phisik,
yaiitu psikologi tentang
keseluruhan organisme yang terdiri dari badan dan jiwa.
2. Aliran
Fungsionalisme Columbia
Selain di
Chhicago, Fungsionalisme juga
mempunyai banyak tokoh
di Teachers College Columbia yang disebut aliran Columbia. Ciri aliran
ini adalah kebebasannya meneliti tingkah laku yang dianggap sebagai kesatuan
yang tak dapat dipisahkan dan psikologi tak perlu ersifat deskriptif karena
yang penting adalah korelasi tingkah laku dengan tingkah laku lain.
a. James MC Keen
Cattel (1866-1944)
Keen Cattel
mengusung teori mengenai kebebasan dalam mempelajari tingkah laku.Ia mempunyai
dua pandangan mengenai aliran fungsionalisme, yaitu:
•
Fungsionalisme tidak perlu
menganut paham dualisme
karena manusia dianggap sebagai
keseluruhan yang merupakan suatu kesatuan,
• Fungsionalisme
tidak perlu deskriptif dalam mempelajari tingkah laku, karena yang penting
adalah fungsi tingkah
laku. Sehingga yang
harus dipelajari adalah hubungan
(korelasi) antara satu tingkah laku dengan tingkah laku lainnya.
• Dapat
dikatakan bahwa semua cabang-cabang psikologi modern merupakan perkembangan
dari fungsionalisme. Dalam percobaanya Cattel menemukan “kapasitas individual”
kemudian ia menciptakan
alat-alat untuk mengukur kapasitas, kemampuan individual yang
sekaran kita kenal sebagai psikotes /mental test.
b. Edward Lee
Thorndike (1874-1949)
Edward Lee
pernah bekerja di “Teachers College of Columbia” dibawah kepemimpinan James
Mc. Keen Cattel.
Thorndike lebih menekankan penelitiannya pada cara dan dasar
belajar. Dasar pembelajaran yaitu asosiasi dan cara coba-salah (trial and
error). Ia merumuskan beberapa prinsip:
• The Law of
Effect yaitu hukum yang menyatakan intensitas hubungan antara stimulus-respons
akan meningkat jika mengalami keadaan yang menyenangkan, sebaliknya akan
melemah jika keadaan tak menyenangkan.jika terjadi suatu keadaan akan terjadi
asosiasi dengan keadaan yang sebelumnya yaitu hubungan stimulus-respon atau
respons- respons.
• The Law of
Exercise atau The Law of use and disuse adalah hukum bahwa stimulus-respons
dapat timbul atau didorong dengan latihan berulang- ulang. Jika tak dilatih
hubungan tersebut akan melemah dan kemudian menghilang.
E. Sumbangsih
bagi Dunia Psikologi
•
Mengembangkan ruang lingkup
psikologi dari segi
kelompok subyek (anak, binatang)
maupun bidang kajian (psikologi abnormal, psychological testing, psikologi
terapan). Hal ini
dimungkinkan karena aliran fungsionalisme lebih terbuka kepada
perbedaan individual dan bidang aplikasi daripada strukturalisme.Salah satu
pelopor psychological testing adalah James McKeen Cattell, mantan murid
Wundt.Selanjutnya bidang psychological testing ini menjadi salah satu bidang
kajian penting dan paling populer dalam psikologi.
•
Memperkenalkan pentingnya perilaku
nyata sebagai representasi
dari aktivitas mental. Pandangan ini mempersiapkan jalan bagi
berkembangnya aliran baru, perilakuyang
berpegang pada perilaku nyata sebagai satu-satunya obyek
psikologi
•
Memperkenalkan konsep penyesuaian
diri sebagai obyek
psikologi.
Konsep adaptasi
dan adjustmen ini menjadi konsep yang sangat penting dan sentral bagi beberapa
bidang studi psikologi selanjutnya, seperti kesehatan mental dan psikologi
abnormal.
Filsuf yang
mempelajari tentang sifat dan kesadaran
pikiran tertarik untuk meneliti sifat
mental manusial: Apakah sifat adalah hasil pikiran dari kondisi mental
seseorang? Apa itu kondisi mental? Mereka mengusulkan teori yang berbeda dengan
tujuan memahami kondisi mental seseorang dalam hal ini para fisufusmengusulkan
untuk memilih teori fungsionalistik
untuk menjelaskan korelasi yang ada pada keadaan fisik dan mental seseorang.
Fungsionalistik
berpendapat bahwa keadaan fisik dan keadaan mental tidak harus selalu sesuai
karna tidak adanya korelasi antara mental dan keadaan otak.
Salah satu
karakterisasi fungsionalistik yang mungkin cukup jelas untuk diterima adalah:
setiap jenis kondisi mental adalah keadaan yang terdiri dari disposisi untuk
bertindak dengan cara tertentu dan memiliki mental tertentu, diberikan masukan
sensorik tertentu dan keadaan mental tertentu.
Fungsionalisme
memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah
adaptasi organisme biologis.Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsi-fungsi
dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan
fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan.
Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa
dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa
(fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan
pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk
melangsungkan kehidupan.
Disini
dijelaskan cara untuk melihat bagaimana proses pembentukan kondisi mental pada
masyarakat yang dapat dilihat melalui
perspektif fungsionalistik.
Perspektif
fungsionalistik sebagian besar didasarkan pada karya-karya Herbert Spencer,
Emile Durkheim, Talcott Parsons, dan Robert Merton. Menurut fungsionalistiktik,
masyarakat adalah suatu system bagian yang saling berhubungan yang bekerja sama
secara harmonis untuk mempertahankan keadaan keseimbangan dan keseimbangan
sosial untuk keseluruhan. Misalnya, masing-masing lembaga sosial memberikan
kontribusi fungsi penting bagi masyarakat: Keluarga menyediakan konteks untuk
mereproduksi, pengasuhan, dan bersosialisasi
Perspektif
fungsionalistik menekankan keterkaitan masyarakat dengan berfokus pada
bagaimana setiap bagian mempengaruhi dan dipengaruhi oleh bagian lain. Contoh
proses mempengaruhi dan dipengaruhi dapat dilihat pada pendidikan yang
menawarkan cara untuk memeberikan keterampilan dan pengetahuan budaya pada anak
masyarakat produktif atau anak usia sekolah, akan tetapi peran orang tua juga
dibutuhkan, adanya peningkatan pada single parent dan dual-earner keluarga
telah memberikan kontribusi terhadap jumlah anak-anak yang gagal di sekolah
karena orang tua menjadi kurang tersedia untuk mengawasi pekerjaan rumah
anak-anak mereka.
Dapat
dikatakan bahwa teori pendidikan menekankan pada fungsi peran yang
didasarkan pada konsensus
dalam suatu masyarakat.
Peran itu sendiri berarti suatu
sistem yang terlembagakan dan saling berkaitan. Kaitannya dengan pendidikan,
Talcot Parson, mempunyai pandangan terhadap fungsi sekolah diantaranya:
1.
Sekolah sebagai sarana sosialisasi. Sekolah mengubah orientasi kekhusu- san ke
universalitas salah satunya yaitu mainset selain mewarisi budaya yang ada juga
membuka wawasan baru terhadap dunia luar.Selain itu juga mengubah alokasi
seleksi (sesuatu yang diperoleh bukan dengan usaha seperti hubungan darah,
kerabat dekat dan seterusnya) ke peran dewasa yang diberikan penghargaan
berdasarkan prestasi yang sesungguhnya.
2.
Sekolah sebagai seleksi dan alokasi, sekolah memberikan motivasi-motivasi
prestasi agar anak siap dalam dunia pekerjaan dan dapat dialokasikan bagi
mereka yang unggul.
3.
Sekolah memberikan kesamaan
kesempatan. Suatu sekolah
yang baik pastinya memberikan
kesamaan hak dan
kewajiban tanpa memandang siapa dan bagaimana asal usul
peserta didiknya
Teori
fungsional sampai sekarang masih mempengaruhi dunia pendidikan meskipun disana
sini mendapat kritik.Teori ini, masih dinggap up date – tentu saja terdapat
modifikasi dari para penganutnya, sosiolog – untuk menjadi pisau analisis dalam
mengkaji pendidikan dalam perspektif sosiologi.Aliran psikologi belajar yang
sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek
pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran fungsionalistik
dominan.Teori ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar.Model hubungan stimulus responnya mendudukkan individu yang
belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku akan semakin kuat
apabila diberikan reinforcement dan akan menghilang apabila dikenai hukuman.
Aplikasi
teori fungsionalistik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori fungsionalistik memandang bahwa pengetahuan adalah
obyektif, pasti, dan tidak berubah.Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,
sehingga belajar merupakan pemerolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
merupakan pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge) dari orang yang
mengajar ke orang yang belajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak
struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir
seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Menurut
Budiningsih (2005:28): “Tujuan pembelajaran menurut teori fungsionalistik
ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas
mimetic, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau
materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi
fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada
buku teks atau buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan
kembali isi buku teks atau buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar”.
Menurut
Suprijono (2009:21), “Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan
secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil
belajar menuntut jawaban yang benar.Maksudnya bila pelajar menjawab secara
benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah
menyelesaikan tugas belajarnya.Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang
terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran.Teori fungsionalistik dominan menekankan evaluasi pada
kemampuan pelajar secara individual”.
Menurut
Thobroni dan Mustofa (2011:88), Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan teori ini adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya sebagai berikut:
1. Mementingkan pengaruh lingkungan.
2. Mementingkan peranan reaksi.
3. Mengutakan mekanisme terbentuknya hasil
belajar melalui stimulus dan respons.
4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah
terbentuk sebelumnya.
5. Mementingkan pembiaasaan melalui latihan
dan pengulangan.
6. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya
perilaku yang dinginkan.
Menurut
teori ini yang terpenting adalah masukan yang berupa stimulus dan keluaran yang
berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa.
Sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru.
Ada
beberapa tokoh dalam aliran teori belajar fungsionalistik,antara lain:
a. Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike
(1874-1949)
Menurut Edwar
Lee Thorndike lahir di Williamsburg pada tahun 1874. Thorndike mengatakan
belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons, dimana perubahan
tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non
konkret (tidak bias diamati).
Berdasarkan
eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum dalam belajar, yaitu
law of effect, law of exercise, dan law of readiness. Law of effect adalah
tercapainya keadaan yang memuaskan akan memperkuat hubungan antara stimulus dan
respon. Maksudnya, bila respons terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang
memuaskan. Bila hubungan S-R tidak diikat oleh sesuatu yang memuaskan maka
respons itu akan melemah atau bahkan tidak akan ada respons sama sekali. Secara
umum law of effect yaitu sesuatu yang menimbulkan efek yang mengenakkan akan
cenderung diulangi atau sebaliknya.
Law
of exercise yaitu respons terhadap stimulus dapat diperkuat seringnya respons
digunakan.Hal ini menghasilkan implikasi bahwa praktik, khususnya pengulangan
dalam pengajaran adalah penting dilakukan.Sedangkan law of readiness yaitu
dalam memberikan respon subjek harus siap dan disiapkan.Hukum ini menyangkut
kematangan dalam pengajaran, baik kematangan fisik maupun mental dan intelek.
Stimulus tidak akan direspons, atau responsnya akan lemah, bila pelajar kurang
atau belum siap.
Menurut
Edwar Lee Thorndike sebelum guru masuk dalam kelas mulai mengajar, maka
anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu.Misalnya anak disuruh duduk yang
rapi, tenang dan sebagainya. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan
dengan ulangan yang ketat atau. Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah,
pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar
mengajar.
Ada
kelemahan dalam teori belajar menurut Thorndike yaitu, pertama, memandang
belajar hanya merupakan asosiasi stimulus dan respons.Dengan demikian yang
dipentingkan dalam belajar adalah memperkuat asosiasi dengan latihan-latihan
atau ulangan yang terus-menerus.Kedua, proses belajar yang dipandang mekanistik
antara stimulus dan respons.
b. Teori Belajar Menurut Burrhus Frederic
Skinner
Burrhus
Frederic Skinner (1904-1990) lahir di Susquehanna, Pennsylvania.Dia meraih
gelar master pada 1930 dan Ph.D pada 1931 dari Harvard University.Gelar B.A.
diperoleh dari Hamilton College, New York, dimana dia mengambil jurusan Sastra
Inggris.Tahun 1936 dan 1945, Skinner mengajar Psikologi di University of
Minnesota dan menghasilkan salah satu bukunya yang berjudul, The Behavior of
Organisme.
Skinner
menganggap reinforcement merupakan factor penting dalam belajar.Peneguhan
diartikan sebagai suatu konsekuensi perilaku yang meperkuat perilaku
tertentu.ada dua macam peneguhan yaitu positif dan negative.Penguhan positif
adalah rangsangan yang semakin memperkuat atau mendorong suatu tindak balas.Sedangkan
peneguhan negative adalah peneguhan yang mendorong individu untuk menghindari
suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan.
Skinner
lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif
tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus
diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang
sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar
respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu
dihukum karena melakukan kesalahan.Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan
kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak
mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah
ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki
kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan
negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement).Keduanya bertujuan
untuk memperkuat respon.Namun bedanya adalah penguat positif menambah,
sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.
Skinner
juga berpendapat tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons.
Skinner membuat perincian dengan membedakan respons menjadi dua bagian:
Respondent
Response
Respons
ini ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya keluar air liur
setelah melihat makanan tertentu.Pada umumnya perangsang-perangsang yang
demikian ini mendahului respon yang ditimbulkannya.Jenis respons ini sangat
terbatas pada manusia saja.
Operante
Response
Respons
ini adalah respon yang timbul dan berkembang yang dikuti oleh
perangsang-perangsang tertentu.Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing
stimulus karena perangsang itu memperkuat respons yang telah dilakukan oleh oraganisme.
Skinner
melakukan eksperimen melalui tikus dalam sangkar, teori ini terkenal dengan
Skinner Box. Dimana tikus dalam kondisi lapar di dalam sangkar mencium benda-benda yang ada disekitarnya,
maka tikus berlari ke sana kemari, aksi ini disebut “emitted behavior”(tingkah
laku yang terpancar). Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu
emitted behavior dapat menekan pengungkit sehingga tekanan pengungkit
mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya. Butir-butir
makanan yang muncul merupakan reinforcement bagi penekanan pengungkit.Penekanan
pengungkit inilah disebut tingkah laku operant.
c. Teori Belajar Menurut Clark Leonard Hull
Clark
Leonard Hull mengikuti jejak Thorndike dalam uasahanya mengembangkan teori
belajar. Prinsip-prinsip yang digunakannyamirip apa yang dikemukakan oleh para
behavioris, yaitu dasar stimulu, respons
dan adanya penguatan (reinforcement). Clark Hull mengemukakan teorinya, yaitu
bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong oleh motif, tujuan, maksud,
aspirasi harus ada di dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respons
dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan.Dalam hal ini, efisiensi
belajar pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan
timbulnya usaha belajar oleh respons-respons yang dibuat oleh individu
tersebut.
Menurut Hull dalam proses belajar ada dua
teori yaitu adanya incentive motivation (motivasi incentiv) dan drive stimulus
reduction (pengurangan stimulus pendorong). Penggunaan praktis teori belajar
Hull untuk kegiatan di dalam kelas adalah: pertama, ruang kelas harus diatur
sedemikian rupa sehingga memudahkan terjadinya proses belajar. Kedua, pelajaran
harus dimulai dari yang sederhana atau mudah menuju yang lebih kompleks.Ketiga,
kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar. Latihan
didistribusikan dengan hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi[9].
Teori
fungsionalistik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, dengan berbagai rangsangan berupa
penghargaan-penghargaan.
Dalam
hal ini selain pendidikan, teknologi juga beperan penting sebagai hasil dari
perubahan teknologi, perguruan tinggi yang menawarkan program yang lebih
teknis, dan banyak orang dewasa yang kembali ke sekolah untuk belajar
keterampilan baru yang diperlukan di tempat kerja.meningkatnya
jumlah
perempuan dalam angkatan kerja telah memberikan kontribusi terhadap perumusan
kebijakan terhadap pelecehan seksual dan diskriminasi pekerjaan.
Fungsionalistik
menggunakan istilah fungsionalistik dan disfungsionalistik untuk menggambarkan
efek dari elemen sosial di masyarakat. Elemen masyarakat yang fungsionalistik
jika mereka berkontribusi pada stabilitas sosial dan
disfungsionalistik
jika mereka mengganggu stabilitas sosial. Beberapa aspek masyarakat dapat
menjadi fungsionalistik dan disfungsionalistik.Misalnya, kejahatan
disfungsionalistik dalam hal itu dikaitkan dengan kekerasan fisik, kerugian
harta benda, dan ketakutan.Namun menurut Durkheim dan fungsionalis lainnya,
kejahatan juga dapat menyebabkan kesadaran obligasi moral yang meningkatkan
kohesi sosial.
Sosiolog
telah mengidentifikasi dua jenis fungsi fungsionalistik: manifes dan laten
(Merton 1968).
Fungsi
manifes adalah konsekuensi yang dimaksudkan dan umumnya diakui.fungsi laten
adalah konsekuensi yang tidak diinginkan dan sering tersembunyi. Misalnya dalam
manifest adalah fungsi pendidikan. Pendidikan disini berfungsi untuk mengirimkan pengetahuan dan keterampilan
untuk pemuda masyarakat. Tapi sekolah dasar negeri juga berfungsi sebagai
babysitter untuk orang tua yang bekerja, dan perguruan tinggi menawarkan tempat
untuk orang dewasa muda untuk bertemu calon pasangan. Bayi-duduk dan
kawin-pilihan fungsi tidak fungsi dimaksudkan atau yang biasa dikenal
pendidikan; maka mereka adalah fungsi laten.
Kelebihan teori Fungsionalistik
·
Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan
peka pada situasi dan kondisi belajar.
·
Guru tidak banyak memberikan ceramah
sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan, baru
ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
·
Mampu membentuk suatu perilaku yang
dinginkan mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negative.
·
Dapat mengganti stimulus yang satu
dengan yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang dinginkan muncul.
·
Teori ini cocok untuk memperoleh
kemampuan yang membentuk praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
kecepatan, spontanitas dan daya tahan.
·
Teori fungsionalistik juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, dengan berbagai rangsangan berupa penghargaan-penghargaan.
Kekurangan
Teori Fungsionalistik
·
Sebuah
konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
·
Tidak
setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
·
Murid
dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan oleh guru.
·
Cendrung
untuk mengarahkan siswa untuk berfikir linier, tidak kreatif, tidak produktif,
dan mendudukan siswa sebagai individu yang pasif.
·
Pembelaaran
siswa yang berpusat pada guru bersifat mikanistik dan hanya berorientasi pada
hasil yang didapat dan diukur.
·
Penerapan
metode yang salah akan mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan.
·
Pandangan
teori ini juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar,
walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
·
Pandangan
ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan
pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu
pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat
kesulitannya.
·
Pandangan fungsionalistik hanya mengakui
adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan
adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang
diamati tersebut.
Dalam
teori fungsionalistik yang di jelaskan di atas.Kami menggunakan penjelasan dari
metode dan definisi teori fungsionalistik, sebagai acuan dalam membuat soal
yang kami gunakan untuk mewawancarai narasumber dalam kegiatan observasi yang
kami lakukan pada tanggal 21Oktober 2016 bertempat di SMPN 5 Banjarbaru.
Kuisioner untuk memenuhi tugas observasi
fungsionalistik dominan.
Nama Sekolah : SMPN 5 Banjarbaru
Nama Narasumber : Kinten Pujiastuti S.Pd
Pewawancara : Norhidayah 15.21.0097
Soal:
1.Durkhein pernah menuliskan pendapatnya
beberapa abad yang lalu tentang perlunya pendidikan untuk menciptakan persamaan
diantara murid – murid dan penetapan metode sosialisasi sebagai salah satu
kewajiban pengajar. Apakah pendapat ini masih dapat digunakan pada system
pendidikan saat ini? Jelaskan pendapat anda!
2.Fungsionalistik percaya bahwa
pendidikan formal mempunyai kemampuan untuk menyetarakan level gender, hiraki
social dan etnik, karena melalui pendidikan semua warga Negara dianggap sama
dan memiliki kesempatanyang sama menerima pendidikan baik secara formal ataupun
informal. Apakah anda setuju apabila pendapat diatas dikatakan berhasil dalam
system pendidikan kita saat ini?Kenapa?
3.Beberapa siswa terkadang sangat pasif
saat dikelas padahal ia sangat tertarik pada topic yang sedang dibahas. Dalam
kasus ini apa yang akan anda lakukan untuk membuat siswa pendiam menjadi lebih
aktif?
4.Di beberapa Negara menggunakan essai
sebagai media untuk menyalurkan pendapat, essai bahkan diperlukan untuk syarat
kelulusan dan berkas penting sebagai pendukung nilai dalam ujian masuk
universitas. Apakah menurut anda penggunaan essai perlu digunakan di Indonesia?
5.Apakah sekolah negeri sudah berhasil
dalam program penyetaraan sosial dinegara kita, karna disekolah swasta system hiraki masih sering terlihat? Jelaskan
alasan anda?
6. Bagaimana menurut anda tentang
seorang guru yang langsung memberikan tugas kepada siswa tanpa menjelaskan
terlebih dahulu?
Jawaban:
1.
Saya sependapat, dan
metode ini masih dapat digunakan karena dengan cara sosialisasi kita bisa
mengajarkan anak itu bagaimana berinteraksi sehingga dia bisa menerima
pengenal. Peengenalan sangat diperlukan untuk anak yang sulit bersosialisasi,
dengan begitu kita dapat mengetahaui apa yang menjadi kendala anak dalam
bersosialisasi dalam hal ini kita dapat mengunakan metode assesment. Dengan
bantuan ilmu fungsionalistik kita juga dapat memahami sifat atau karakter yang
ada pada setiap anak.
2.
Dalam menyiasati adanya
perbedaan gender dan hiraki sosial yang muncul di masyarakat, kami pihak
sekolah menggunakan seragam, sepatu wajib berwarna hitam dan dilarangnya
penggunaan ponsel berkamera. Tujuan kami menerapakan aturan di atas tidak lain
untuk menyamarkan perbedaan yang timbul.
3.
Menurut saya sekolah
setingkat SMP untuk daerah Banjarbaru sendiri sudah cukup berhasil dalam
memudarkan sistem hiraki, disini guru berperan penting dalam memberikan
pengertian bahwa harta kekayaan itu hanyalah milik orang tua dan mereka semua
adalah murid yang sama saat berada disekolah. Contohnya seperti yang sudah saya
sebutkan, kami melarang penggunaan HP berkamera agar anak dengan tingkat
ekonomi tinggi tidak memiliki perbedaan dengan anak yang tingkat ekonominya
rendah.
4.
Untuk anak yang nervous
atau grogi biasanya kami pancing dengan pertanyaan pada setiap pertemuan atau
kelas untuk melatih kepercayaan diri,
kami juga memberi reward seperti gesture jempol untuk menumbuhkan rasa
semangat dan berani pada anak.
5.
Menurut saya essai
perlu untuk melatih kreatifitas dan untuk acuan pengukuran tingkat kritis pada
anak, karna apabila kita hanya menggunakan pilihan ganda murid dapat memilih
jawaban dengan sistem yang dia buat sendiri saat tida bisa menjawab salah satu
pertanyaan. Contohnya menghitung kancing baju.
6.
Hukuman itu perlu tetap
masih dalam koridor mendidik, contohnya apabila salah satu siswa tidak
mengerjakan pekerjaan rumah guru sebaiknya memberikan sangsi seperti menambah
tugas hapalan.
7.
Menurut saya proses
pembelajaran menjadi sangat membosankan apabila guru hanya masuk tanpa memberikan
materi. Sistem mengajar seperti ini tidak mendukung teori fungsionalistik,
karna murid akan kebingungan dalam memahami pelajaran.
Dengan ini kami lampirkan foto –
foto dan surat izin observasi yang sudah di setujui oleh Kepala Sekolah SMPN 5 Banjarbaru
yang kami dapatkan saat wawancara
Bab V
Kesimpulan
Fungsionalisme adalah
aliran psikologi yang memandang bahwa manusia harus dipandangsecaramenyeluruh.Apayangdilakukanmanusiasebagaiaksiadalah halyang kompleksyangmerupakanmanifestasidarijiwadanmempunyaimaksudtertentubukan
hanya disebabkan oleh sesuatu hal. Fungsionalisme memandang bahwa pikiran,
proses mental, persepsi indrawi, dan emosiadalah
adaptasi organisme biologis.
Beberapa ciri fungsionalisme diantaranya adalah menekankan fungsi dibanding elemenmental,memandangpentingkemampuan
individu untuk berubah sesuai tuntutan lingkungannya, serta menerima
berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia.
Terdapatduametodeyangdigunakandalam
fungsionalisme,yaitu:Metodeobservasi
tingkahlakuterbagimenjadiMetodeFisiologis
danMetodeVariasiKondisi,sertaMetode Instrospeksi.
Pendiri fungsionalismeadalah William
James dan John Dewey. Aliran
Fungsionalisme terdiri atas aliran
fungsionalisme Chicago ( John Dewey, James
Rowland Angel ) dan fingsionalisme
California ( James Cattel dan Thorndike ).
Aliranfungsionalismedapatmemberipengaruhpositifdalam duniapsikologi,yaitu mengembangkan ruang lingkup psikologi dari segi
kelompok subyek (anak, binatang) maupunbidangkajian(psikologiabnormal,psychological testing,psikologi
terapan), memperkenalkanpentingnyaperilakunyatasebagairepresentasidari aktivitas mental
dan memperkenalkan konsep
penyesuaiandiri sebagai obyek psikologi.
Fungsionalisme juga berfungsi sebagai alat penyetara dalam
masyarakat, dimana dalam dunia pendidikan pengajar dan sekolah dituntut untuk
menerapkan system yang dapat menyamarkan system hiraki yang ada di masyarakat.
Fungsionalisme
juga menuai kritikan dari
banayak pihak, yaitu Ditentang oleh
Aliran strukturalisme,kurangadanyafokusyangjelasdanterarahdalam
aliranfungsionalisme;
Bersifatteleological,sesuatuditentukanolehtujuannya;terlalu eklektik,mencampurkan berbagai ide dan konsep dari
beragam sumber sehingga terkesan kompromistis
dan kehilanganbentukaslinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Functionalism: Basic Principles (York College
of Pennsylvania, edu:Pdf online)
Functionalism
(New York University, edu:Pdf Online)
Kurtz, Lester R. 1995. Gods in the Global Village;
The World’s Relgions in Sociological Perspective.New Delhi: Pine Forge Press.
Moomey, Knox, and Schacht, 2007. Understanding
Social Problem,
edition; The Three Main Sociological
Perspectives, (Unifversity of Hawaii, edu:Pdf, Online).
Saifuddin, Achmad Fedani. 2005. Antropologi
Kontemporer; Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar