Makalah
Belajar Dan Pembelajaran
PEMBELAJARAN
Dosen
Pengajar : Dr.H.
Jarkawi, M.M.Pd
Disusun Oleh
:
Ghifari ikramullah 15.21.0066
Agil aidillah ariandi 15.21.0062
FAKULTAS KEJURUAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY
BANJARBARU
2016
Disusun Oleh
:
Ghifari ikramullah 15.21.0066
Agil aidillah ariandi 15.21.0062
FAKULTAS KEJURUAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY
BANJARBARU
2016
Abstrak
Makalah yang berjudul “PEMBELAJARAN” ini dibuat
oleh Ghifari ikramullah
,(15.21.0066), Agil aidillah ariandi (15.21.0062) mahasiswa Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary
Menurut teori hemisphere atau belahan
otak atau juga sering disebut teori otak kanan otak kiri, otak terbagi kedalam
dua belahan yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Teori belahan otak
kanan adalah belahan otak yang berfungsi dalam hal berkreativitas. Belahan otak
kiri berperan dalam kegiatan motorik (motor sequence) yaitu berhubungan dengan
logika, analisa, bahasa, rangkaian dan matematika. Belahan otak kiri berespons
pada pendapat. Belahan otak kanan berhubungan dengan proses dan penyimpanan
informasi tentang gambar, imajinasi, warna, ritme, dan ruang; Dalam kerjanya
otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Belahan otak
kiri berhubungan dengan bilangan/angka, kata-kata, logika, urutan atau daftar,
dan detail atau rincian-rincian. belahan otak kiri berrsifat logis, sekuensial,
linier, dan rasional. Pembelajaran berbasis kemampuan otak merupakan
pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah
untuk belajar. Dengan pendekatan yaitu sebuah pendekatan yang multidisipliner.
Pembelajaran berbasis kemampuan otak dengan pembelajar bukan kontennya.
Pelajarannya didasarkan pada menciptakan kondisi optimal untuk terjadinya
pembelajaran yang alami. Pembelajaran yang kompleks merupakan sebuah proses
yang merefleksikan dengan lebih baik cara otak manusia dirancang secara alami
untuk belajar.
Adapun teori dari BBL Triune Theory
merupakan sebuah temuan penting yang harus direspons secara positif oleh dunia
pendidikan, terutama dalam kaitannya untuk mengembangkan sebuah strategi
pembelajaran yang berbasis otak dan memberdayakan seluruh potensi diri siswa.
Kecenderungan umum yang hadir di ruang kelas sekolah kita adalah terjadinya
pembelajaran tradisional yang relatif hanya memfungsikan otak kecil semata, di
mana proses pembelajaran yang terjadi bersifat teacher centered dengan
menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran dengan aktivitas utamanya untuk
menghafal materi pelajaran, mengerjakan tugas dari guru, menerima hukuman jika
melakukan kesalahan, dan kurang mendapatkan penghargaan terhadap hasil
kerjanya. Situasi pembelajaran seperti ini jika terus dipertahankan akan
membawa dampak yang buruk bagi siswa, di mana kondisi ini akan memunculkan
sikap kegagalan dan mempertahankan diri. Siswa akan merasa apa yang mereka
kerjakan bukan merupakan apa yang mereka inginkan. Jika terjadi sesuatu di luar
keinginan siswa, maka dia akan berusaha untuk berbohong atau menutupi apa yang
mereka rasakan dan alami dalam kegiatan pembelajaran. Kondisi ini jelas
merupakan sebuah hal yang kontraproduktif terhadap terciptanya kegiatan
pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Brain Based Learning (BBL) menawarkan
sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya
pemberdayaan potensi otak siswa. Tiga strategi utama yang dapat dikembangkan
dalam implementasi brain based learning : 1. Pertama, menciptakan lingkungan
belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap kegiatan
pembelajaran, sering-seringlah guru memberikan soalsoal materi pelajaran yang
memfasilitasi kemampuan berpikir siswa dari mulai tahap pengetahuan (knowledge)
sampai tahap evaluasi menurut tahapan berpikir berdasarkan Taxonomy Bloom.
Soal-soal pelajaran dikemas seatraktif dan semenarik mungkin—misal, melalui
teka-teki, simulasi games, dsb—agar siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan
kemampuan berpikirnya dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa. 2. Kedua,
menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Hindarilah situasi
pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang
terlibat di dalamnya. Lakukan pembelajaran di luar
kelas pada saat-saat tertentu, iringi kegiatan pembelajaran dengan musik yang didesain
secara tepat sesuai kebutuhan di kelas, lakukan kegiatan pembelajaran dengan
diskusi kelompok yang diselingi dengan permainan-permainan menarik, dan
upaya-upaya lainnya yang mengeliminasi rasa tidak nyaman pada diri siswa.
Howard Gardner dalam Buku Quantum Learning karya De Porter, Bobbi, & Mike
Hernacki menyatakan bahwa seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan
apabila dia menyukai apa yang dia pelajari dan dia akan merasa senang terlibat
di dalamnya. 3. Ketiga, menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan
bermakna bagi siswa (active learning). Siswa sebagai pembelajar dirangsang
melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan mereka melalui
proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri. Bangun situasi pembelajaran
yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa beraktivitas secara optimal,
misal mata siswa digunakan untuk membaca dan mengamati, tangan siswa bergerak
untuk menulis, kaki siswa bergerak untuk mengikuti permainan dalam
pembelajaran, mulut siswa aktif bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas
produktif anggota badan lainnya. Merujuk pada konsep konstruktivisme
pendidikan, keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh seberapa mampu mereka
membangun pengetahuan dan pemahaman tentang suatu materi pelajaran berdasarkan
pengalaman belajar yang mereka alami sendiri. Pembelajaran merupakan proses
sederhana yang harus mereka lakukan dan alami sendiri untuk membangun
pengetahuan dan kebermaknaan belajar yang kelak
BAB I
Pendahuluan
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan kliping ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat.
Makalah mata kuliah ini telah saya susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki kliping ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran dan manfaatnya untuk Mahasiswa (i) ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dalam
melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Proses pendidikan digunakan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi
untuk memantau perkembangan pendidikan. Evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Salah satu
bentuk evaluasi pendidikan adalah dengan diadakannya ujian nasional baik di
jenjang Pendidikan . Ujian nasional memang tidak dapat dijadikan satu-satunya
tolak ukur kualitas pendidikan disekolah tersebut akan tetapi ujian nasional
merupakan indikator pertama dan paling terlihat di masyarakat untuk mengukur
kualitas pendidikan.
Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu
institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis,
dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu.
Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung
jawab profesional seorang guru, misalnya melalui
penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang
didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro,
melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan
bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu
yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral
dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik
secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut.
Faktor-faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan
teknologi, situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai
materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang
ia jelaskan. Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir
kreatif. Dosen juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang
memungkinkan ia mengetahui perkembangan terakhir dibidangnya (state of the art)
dan kemungkinan perkembangn yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang
(frontier of knowledge). Sementara itu materi pembelajaran dipandang oleh siswa
terlalu teoritis, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal (Anggara,
2007:100).
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya sejarah, sering
dianggap sebagai pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini dianggap
tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat
kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian. Kenyataan ini tidak
dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang. Pembelajaran sejarah
yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah dirasakan kering dan membosankan.
Menurut cara pandang Pedagogy Kritis, pembelajaran sejarah seperti ini dianggap
lebih banyak memenuhi hasrat dominant group seperti rezim yang berkuasa,
kelompok elit, pengembang kurikulum dan lain-lain, sehingga mengabaikan peran
siswa sebagai pelaku sejarah zamannnya (Anggara, 2007:101).
Tidak dipungkiri bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia umumnya. Agakya pernyataan tersebut tidaklah berlebihan.
Namun sampai saat ini masih terus dipertanyakan keberhasilannya, mengingat
fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia khususnya generasi muda
makin hari makin diragukan eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada
sesuatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan sejarah (Alfian,
2007:1).
Pelajaran sejarah adalah
pelajaran yang mempelajari tentang ilmu yang digunakan untuk mempelajari
peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan
akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir
secara historis.
SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat adalah salah satu
satuan pendidikan yang mengadakan pelajaran sejarah dan sebagai tuntutan
kurikulum kepada siswa untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu secara
khususnya pelajaran sejarah. Hasil observasi peneliti pada SMP Negeri 1
Mempawah Hulu Kalimantan Barat khususnya Kelas VII(tujuh) menunjukan bahwa
dalam proses pembelajaran Sejarah dikelas siswa tidak begitu semangat,
dikarenakan guru sejarah menyampaikan materi dengan menggunakan metode seadanya
dan tidak mencoba menggunakan metode yang kreatif dalam pembelajaran sejarah
pada siswa. Akibatnya siswa mengalami bosan dan enggan mengikuti pembelajaran
dengan baik.
Penggunaan metode ceramah bukanlah sebagai penggunaan metode yang
salah, akan tetapi penggunaan metode yang kreatif akan jauh lebih membangkitkan
semangat belajar siswa. Penggunaan metode ceramah yang sering digunakan guru
sejarah SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat ini sudah menunjukkan bahwa
menggunakan metode ceramah pada pelajaran sejarah membuat siswa menjadi bosan,
mengantuk, dan tidak mau mendengarkan dengan baik. hasil belajar siswa menjadi
turun dengan sendirinya karena membuat siswa bosan dalam pembelajaran
menjadikan pemahaman siswa berkurang dan akan berdampak negatif pada hasil
belajar siswa.
Berdasarkan masalah yang peneliti jelaskan diatas peneliti akan
mencoba untuk memperbaiki pembelajaran yang membuat hasil belajar siswa
menurun. Peneliti akan mencoba menggunakan metode pembelajaran Global (Genze
Method) dimana metode ini akan meingkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
sejarah yang diyakini akan membuat siswa aktif dalam pembelajaran sehingga
tidak akan bosan, ngantuk dan sebagainya yang membuat hasil belajar siswa
menurun menjadi naik. Metode tersebut akan peniliti gunakan dalam sebuah
penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Sejarah
Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Global (Genze Method) Pada Siswa Kelas
VII SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat.
B. Permasalahan
Sesuai dengan uraian pada latar belakang masalah di atas, rumusan
masalah penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah:
1. Bagaimana penerapan metode Global
(Genze Method) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sejarah pada
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat ?
2. Apakah dengan penerapan metode Global
(Genze Method) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sejarah pada
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan
kelas (PTK) ini adalah:
1. Mengetahui penerapan metode Global
(Genze Method) dalam meningkatkan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
sejarah pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat.
2. Mengetahui peningkatkan aktivitas dan
hasil belajar sejarah pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mempawah Hulu
Kalimantan Barat ?
D. Hipotesis
Sesuai dengan uraian pada rumusan masalah di atas, hipotesis tindakan
PTK ini adalah:
1. Dengan penerapan metode Global (Genze
Method) mampu dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sejarah pada siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat.
2. Bahwa dengan penerapan metode Global (Genze
Method) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sejarah pada siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
b. Dapat membuat siswa untuk aktif dalam
pembelajaran sehingga siswa tidak akan bosan dalam mengikuti pembelajaran
sejarah.
c. Sebagai refreshing dalam pembelajaran
sejarah.
2. Bagi Guru
a. Dapat memotivasi guru untuk lebih
kreatif dan inovatif lagi sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam menggunakan suatu model dan metode pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Diharapkan dengan adanya metode
belajar yang kreatif dari guru akan mampu menumbuhkan semangat belajar siswa.
b. Diharapkan dengan guru yang kreatif
dapat menjadikan sekolah yang memiliki siswa yang kreatif dan cerdas serta
berprestasi.
4. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan bahwa siswa akan lebih senang dan
akan mengerti dalam memahami dan mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
metode-metode yang kreatif.
F. Batasan Malasah
Penelitian ini memiliki batasan-batasan:
1. Penelitian menitik beratkan pada penerapan
metode Global (Genze Method) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
sejarah pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat.
2. Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat.
3. Subjek penelitian adalah peserta didik
kelas VII SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat dengan jumlah (...),
jumlah laki-laki (...) dan jumlah perempuan (...).
4. Peningkatan hasil belajar diukur dari nilai post-test yang
dilakukan pada akhir setiap siklus.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari pemaknaan yang kurang sesuai terhadap
istilah-istilah dalam penelitian ini, maka perlu didefinisikan beberapa istilah
sebagai berikut:
1. Metode Global (Genze Method): merupakan kata kunci atau kependekan
inti konsep-konsep. Dengan
menciptakan pembelajaran yang kreatif akan mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar:
merupakan kunci dari setiap masalah pada pembelajaran sejarah pada siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Mempawah Hulu Kalimantan Barat.
3. Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mempawah
Hulu Kalimantan Barat: melihat kondisi siswa yang selalu bosan, mengantuk, dan
enggan mendengarkan dengan baik, siswa adalah objek utama dalam penelitian ini.
A. Latar
Belakang
Masalah
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar
yang relatif baru di bandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas
sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik
adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara
efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur
pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
“Teaching as organising students
activity” berikut pernyataan Ramsden (dalam Arqam: 2010). Pernyataan ini
adalah satu di antara 3 konsep teori mengajar dan praktik mengajar yang
diyakini, bahwa mengajar pada dasarnya mengorganisasikan kegiatan peserta didik
dalam melakukan serangkaian aktifitas yang melahirkan pengalaman belajar.
Mengajar dipandang sebagai proses supervisi dengan sejumlah teknik tertentu
sehingga peserta didik dapat belajar dengan optimal seperti yang diharapkan.
Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan
manusia bagaikan hubungan antara jiwa dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi
menggerakan raga manusia, maka kehidupan manusiapun digerakan oleh pendidikan
ke arah pencapaian tujuan akhir.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian
belajar menurut aliran sibernetik?
2. Bagaimanakah
pendapat para tokoh tentang aliran sibernetik?
3. Bagaimana aplikasi
aliran sibernetik dalam suatu pembelajaran?
4. Apakah kelebihan dan
kelemahan aliran sibernetik?
5. Bagaimana
perbandingan antara aliran sibernetik, behavioristik, kognitif, dan humanistik?
6. Apa saja model
pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik?
C. Tujuan
1. Mengetahui
pengertian belajar menurut aliran sibernetik.
2. Mengetahui pendapat
para tokoh mengenai aliran sibernetik.
3. Mengetahui aplikasi
aliran sibernetik dalam pembelajaran.
4. Mengetahui kelebihan
dan kelemahan aliran sibernetik.
5. Mengetahui
perbandingan antara aliran sibernetik, behavioristik, kognitif, dan humanistik.
6. Mengetahui
model-model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar Menurut
Aliran Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar
yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas
sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.
Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang
penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem
informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa (Budiningsih, 2008: 81).
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak
ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok
untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam
proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain
melalui proses belajar yang berbeda.
Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori
belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan
belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa,
terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses
pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam
belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Model proses pengolahan
informasi memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau
mendapatkan informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian
menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan.
Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi
(pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari
ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori
dan model pemrosesan informasi oleh Snowman (1986); Baine (1986); dan Tennyson
(1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada asumsi:
1. Bahwa antara
stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi dimana
pada masing-masing tahapan dibutuhkan waktu tertentu.
2. Stimulus yang
diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun
isinya.
3. Salah satu dari
tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas (Budiningsih, 2005: 82)
dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori
tentang komponen struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses
kontrol) antara lain:
a. Sensory Receptor
(SR)
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama
kali informasi diterima dari luar. Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk
asli, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan
informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
b. Working Memory (WM)
Working Memory(WM) diasumsikan mampu menangkap
informasi yang diberikan perhatian (attention) oleh individu. Pemberian
perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi. Karakter WM adalah bahwa:
1) Ia memiliki
kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi didalamnya hanya mampu
bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa pengulangan.
2) Informasi dapat
disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
c. Long Term Memory
(LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua
pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak
terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah
terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh
kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Ini
berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses
penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh
Howard (1983) bahwa informasi disimpan didalam LTM dalam dalam bentuk
prototipe, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki
yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan baru.
Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan
informasi merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan
yang dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan
(Budiningsih, 2005: 84).
Menurut Ausubel (dalam Budiningsih, 2005:84) sejalan
dengan teori pemrosesan informasi, perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi
struktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein juga mengatakan
bahwa pengetahuan ditata didalam struktur kognitif secara hirarkis. Ini
berarti, pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh
individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci.
B. Teori Belajar Menurut
Beberapa Tokoh Aliran Sibernetik
1. Teori Belajar
Menurut Landa
Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu
proses berfikir algoritmik dan proses berfikir heuristik.
a. Proses berfikir
algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier,
konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu.
b. Proses berfikir heuristik,
yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa target tujuan sekaligus
(Budiningsih, 2005: 87).
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi
pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak di pecahkan diketahui
ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan
yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih
tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa
untuk berimajenasi dan berfikir.
Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu rumus
matematika, mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus
tersebut disajikan secara algoritmik. Alasannya, karena suatu rumus matematika
biasanya mengikuti aturan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke
satu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu konsep yang lebih luas
dan banyak mengandung intrepetasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi,
akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah yang
“menyebar” atau berfikir heuristik, dengan harapan pemahaman mereka terhadap
konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik, atau linier.
2. Teori Belajar
Menurut Pask dan Scott
Pask dan scott juga termasuk penganut teori
sibernetik. Menurut mereka ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir
serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh. Pendekatan
serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik.
Namun apa yang dikatakan sebagai cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama
dengan cara berfikir heuristik. Bedanya, cara berfikir menyeluruh adalah
berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah
sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati
lebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke
bagian-bagian yang lebih detail. Sedangkan cara berfikir heuristik yang
dikemukakan oleh Landa adalah cara berfikir devergen mengarah kebeberapa aspek
sekaligus (Budiningsih, 2005: 88).
Siswa tipe wholist atau menyeluruh
biasanya dalam mempelajari sesuatu cenderung dilakukan dari tahap yang paling
umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau detail. Sedangkan siswa tipe serialist dalam
mempelajari sesuatu cenderung menggunakan cara berfikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali
dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga
menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan
informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan
pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk
menerapkan teori ini. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah
infomasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan pandangan tersebut maka
diasumsikan bahwa manusia merupakan mahluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan
mengorganisasikan informasi.
Asumsi diatas direfleksikan dalam model belajar dan
pembelajaran yang menggambarkan proses mental dalam belajar yang terstuktur
membentuk suatu sistem kegiatan mental. Dari model ini dikembangkan
prinsip-prinsip belajar seperti:
a. Proses mental dalam
belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna.
b. Proses mental tersebut
mampu menyandi informasi secara bermakna.
c. Proses mental
bermuara pada pengorganisasian pengaktulisasian informasi.
C. Aplikasi Teori Belajar
Sibernetik dalam Pembelajaran
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam
lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal
yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang
terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas
yang terbatas, oleh karena itu untuk mengurangi muatan memori kerja, perlu
memperhatikan kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian
atau urutan pembelajaran. Belajar bukan sesuatu yang bersifat alamiah, namun
terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan kondisi
eksternal. Sehubungan hal tersebut, maka pengelolaan pembelajaran dalam teori
belajar sibernetik, menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang
memperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal.
Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi
proses belajar melalui proses pengolahan informasi, dan yang sangat penting
untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam mengelola pembelajaran antara lain:
1. Kemampuan awal
peserta didik
Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik
telah memiliki pengetahuan, atau keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum
mengikuti pembelajaran. Dengan adanya kemampuan prasyarat ini peserta didik
diharapkan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kemampuan awal
peserta didik dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-cara lain
yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
2. Motivasi
Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertentu. Dalam proses belajar,
motivasi intrinsik lebih menguntungkan karena dapat bertahan lebih lama.
Kebutuhan untuk berprestasi yang bersifat intrinsik cenderung relatif stabil,
mereka ini berorientasi pada tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan.
Pendidik yang dapat mengetahui kebutuhan peserta didik untuk berprestasi dapat
memanipulasi motivasi dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai untuk peserta
didik.
3. Perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima
dan memilih stimulus yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian
banyak stimulus yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik
mengarahkan diri ketugas yang diberikan, melihat masalah-masalah yang akan
diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang akan diselesaikan,
dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor internal yang mencakup: minat,
kelelahan, dan karakteristik pribadi. Sedangkan faktor eksternal mencakup:
intensitas stimulus, stimulus yang baru, keragaman stimulus, warna, gerak dan
penyajian stimulus secara berkala dan berulang-ulang.
4. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks
yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh
dari lingkungannya. Persepsi sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang.
Untuk membentuk persepsi yang akurat mengenai stimulus yang diterima serta
mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan perlu adanya latihan-latihan dalam
bentuk berbagai situasi. Persepsi seseorang menjadi lebih mantap dengan
meningkatnya pengalaman.
5. Ingatan
Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima,
menyimpan, dan mengeluarkan kembali yang telah diterima seseorang. Ingatan
sangat selektif, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu ingatan sensorik, ingatan
jangka pendek, dan ingatan jangka panjang yang relatif permanen. Penyimpanan
informasi dalam jangka panjang dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu melalui
kejadian-kejadian khusus (episodic), gambaran (image), atau yang berbentuk
verbal bersifat abstrak. Daya ingat sangat menentukan hasil belajar yang
diperoleh peserta didik.
6. Lupa
Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah
disimpan dalam ingatan jangka panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang
telah diperoleh karena memang tidak ada informasi yang menarik perhatian,
kurang adanya pengulangan atau tidak ada pengelompokan informasi yang
diperoleh, mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi yang telah
disimpan, ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan tidak pernah
dipakai, materi tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai, adanya gangguan
dalam bentuk informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali.
7. Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat
kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila
seseorang belajar, setelah beberapa waktu apa yang dipelajarinya akan banyak
dilupakan, dan apa yang diingatnya akan berkurang jumlahnya. Ada tiga faktor
yang mempengaruhi retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada permulaan
(original learning), belajar melebihi penguasaan (over learning), dan
pengulangan dengan interval waktu (spaced review).
8. Transfer
Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah
dipelajari, dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari materi yang baru.
Transfer belajar atau transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, atau respon-respon lain dari satu
situasi kesituasi lain.
Kondisi eksternal yang sangat berpangaruh terhadap
proses belajar dengan proses pengolahan informasi antara lain:
1. Kondisi belajar
Kondisi belajar dapat menyebabkan adanya modifikasi
tingkah laku yang dapat dilihat sebagai akibat dari adanya proses belajar. Cara
yang ditempuh pendidik untuk mengelola pembelajaran sangat bervariasi
tergantung pada kondisi belajar yang diharapkan. Gagne (dalam Budiningsih,
2008: 89) mengklasifikasikan ada lima macam hasil belajar, yakni: (a)
keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi,
konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui materi yang
disajikan dalam pembelajaran di kelas. (b) strategi kognitif, kemampuan untuk
memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal
masing-masing individu dalam memperhatikan belajar, mengingat, dan berfikir.
(c) informasi verbal, kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata
dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (d) keterampilan
motorik, kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan
yang berhubungan dengan otot. (e) sikap, suatu kemampuan internal yang
mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan, serta
faktor intelektual.
2. Tujuan belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem
pembelajaran yang sangat penting, sebab komponen-komponen lain dalam
pembelajaran harus bertolak dari tujuan belajar yang hendak dicapai dalam
proses belajarnya. Tujuan belajar yang dinyatakan secara spesifik dapat
mengarahkan proses belajar, dapat mengukur tingkat ketercapaian tujuan belajar,
dan dapat meningkatkan motivasi belajar.
3. Pemberian umpan
balik
Pemberian umpan balik merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi peserta didik, karena memberikan informasi tentang
keberhasilan, kegagalan, dan tingkat kompetensinya.
Berdasarkan deskripsi proses pengolahan informasi
yang terjadi merupakan interaksi faktor internal dan eksternal dari peserta
didik, maka aplikasi pengelolaan kegiatan pembelajaran berbasis teori
sibernetik yang baik untuk dilakukan bagi pendidik agar dapat memperlancar
proses belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Menarik perhatian.
2. Memberitahukan
tujuan pembelajaran kepada siswa.
3. Merangsang ingatan
pada prasyarat belajar.
4. Menyajikan bahan
perangsang.
5. Memberikan bimbingan
belajar.
6. Mendorong unjuk
kerja.
7. Memberikan balikan
informatif.
8. Menilai unjuk kerja.
9. Meningkatkan retensi
dan alih belajar (Budiningsih, 2008: 90).
Menurut Suciati dan Irawan (dalam Budiningsih, 2008:
92) aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran baik
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menentukan materi
pembelajaran.
3. Mengkaji sistem
informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
4. Menentukan
pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.
5. Menyusun materi
pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6. Menyajikan materi
dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi
pelajaran.
D. Kelebihan dan Kelemahan
Teori Belajar Sibernetik
Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada
teori pemrosesan informasi adalah:
1. Cara berfikir yang
berorientasi pada proses lebih menonjol.
2. Penyajian
pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3. Kapabilitas belajar
dapat disajikan lebih lengkap.
4. Adanya keterarahan
seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5. Adanya transfer
belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6. Kontrol belajar
memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
7. Balikan informatif
memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah
dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Sedangkan kelemahan dari teori ssibernetik adalah
terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang
memperhatikan bagaimana proses belajar.
E. Model Pembelajaran yang
Sesuai dengan Aliran Sibernetik
Menurut teori sibernetik dikatakan proses belajar
sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.
Hal ini diasumsikan bahwa tidak ada satu proses
belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua
siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sisitem informasi.
Maka dari itu pemilihan model sebagai sarana
pengolahan informasi harus melihat karakteristik siswa yang dihadapi.
Contoh : Materi segiempat (SMP kelas VIII) diajarkan
menggunakan model Jigsaw jika karakter peserta didik bisa bekerja secara
mandiri, namun lebih baik menggunakan STAD jika siswanya belum bisa bekerja
secara mandiri.
Model pembelajaran yang sesuai dengan aliran
sibernetik, antara lain:
1. Model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning)
Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberikan
stimulus berupa kuis atau pertanyaan-pertanyaan sebagai tes kemampuan prasyarat
siswa, sehingga siswa aktif berfikir. Dan belajar menurut sibernetik adalah
pengolahan informasi oleh siswa. Pengolahan informasi ini terjadi karena adanya
stimulus dari guru yang berupa informasi.
2. Model pembelajaran
open ended
Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda
(dalam Suherman, 2003: 124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif
dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan
kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang harus
digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berfikir dengan
bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan
ide-ide matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berfikir tingkat
tinggi siswa.
Ini sejalan dengan hakekat manajemen pembelajaran
berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa
mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur
kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui
proses pengolahan informasi.
F. Perbandingan Aliran
Sibernetik, Behavioristik, Kognitif, dan Humanistik
Tabel berikut menyajikan
secara singkat hubungan antara teori belajar dan
penerapannya dalam praktik pembelajaran.
Teori Belajar
|
Karakteristik teori
|
Langkah penerapan dalam pembelajaran
|
||
Teori Belajar
Behaviorisme
/ tingkah laku (1950-1960)
|
·Belajar
adalah perubahan
tingkah laku.
Seseorang dianggap telah·
belajar sesuatu bila ia mampu
menunjukkan perubahan
tingkah laku.
Pada teori
ini, yang terpenting adalah masukan/input yan·g
berupa stimulus dan
keluaran/output yang berupa
respons.
Sedangkan apa yang terjadi
diantara stimulus dan respons
itu dianggap tak penting
diperhatikan sebab tidak bisa
diamati.
Yang bisa diamati hanyalah
stimulus dan respons
|
Menentukan
tujuan-tujuan instruksional·
Menganalisis
lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasikan· "entry
behavior" mahasiswa (pengetahuan awal mahasiswa)
Menentukan
materi pelajaran (pokok bahasan, topik dan sebagainya)·
Memecah materi
pelajaran menjadi bagian·
kecil-kecil (sub pokok bahasan, sub topik,
dan sebagainya)
Menyajikan
materi pelajaran·
Memberikan
stimulus yang mungkin berupa :·
o pertanyaan (lisan atau
tertulis)
o tes
o latihan
o tugas-tugas.
Mengamati dan
mengkaji respon yang·
diberikan.
Memberikan
penguatan/reinforcement·
(mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif)
Memberikan
stimulus baru·
Mengamati dan
mengkaji respon yang·
diberikan (mengevaluasi hasil belajar)
Memberikan
penguatan·
dan seterusnya.
|
||
Teori belajar
kognitivisme
|
·Belajar
adalah
perubahan persepsi dan
pemahaman.
Perubahan
persepsi dan·
pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan
tingkah laku yang bisa
diamati.
Setiap orang telah
mempunyai pengalaman
dan pengetahuan di
dalam dirinya
|
|||
Tokohnya :
a) Teori
perkembangan
Piaget
|
Hanya dengan mengaktifkan mahasiswa, maka proses
asimilasi /akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
|
Menentukan
tujuan-tujuan·
Memilih materi
pelajaran·
Menentukan
topik-topik instruksional yang mungkin dipelajari secara aktif oleh mahasiswa
(dengan bimbingan minimum dari dosen)·
Menentukan dan
merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik-topik yang akan dipelajari
mahasiswa. (Kegiatan belajar ini biasanya berbentuk eksperimentasi, problem
solving, roleplay, dan sebaianya).·
Mempersiapakan
berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreatifitas mahasiswa untuk berdiskusi
atau bertanya).·
Mengevaluasi
proses dan hasil belajar.·
|
||
(b) Teori
Kognitif Bruner
|
Teori ini sangat membebaskan mahasiswa untuk
belajar sendiri.
Karena itu teori Bruner sangat
cenderung discovery
|
Menentukan
tujuan-tujuan instruksional·
Memilih materi
pelajaran·
Menentukan
topik-topik yang bisa dipelajari oleh mahasiswa·
Mencari contoh-contoph,
tugas. Ilustrasi dsbnya yang dapat digunakan mahasiswa untuk belajar·
Mengatur
topik-topik pelajaran sedemikia rupa sehingga urutan
topik itu bergerak dari yang paling konkrit ke yang
abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks.·
Mengevaluasi
proses dan hasil belajar.·
|
||
c) Teori
Bermakna
Ausubel
|
Dalam aplikasinya menuntut mahasiswa belajar
secara deduktif
(dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek
struktur kognitif mahasiswa.
|
Menentukan
tujuan-tujuan instruksional·
Mengukur
kesiapan mahasiswa (minat, kemampuan, stuktur kognitif), baik melalui tes
awal, interview, review, pertanyaan dan lain lain.·
Memilih materi
pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci·
Mengidentifikasinkan
prinsip-prinsip yang harus dikuasai mahasiswa dari materi tersebut·
Menyajikan
suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari·
Membuat dan
menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat
rangkuman terhadap materi yang baru saja diberikan, dilengkapi dengan uraian
singkat yang menunjukkan relevansi (kerterkaitan) materi yang sudah diberikan
dengan materi baru yang akan diberikan·
Mengajar
mahasiswa medmahami konsep- konsep dan prionsip-prinsip yang sudah
ditentukan, dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara
konsep-konsep yang ada·
Mengevaluasi
proses dan hasil belajar.·
|
||
Teori Belajar
Humanistik
Belajar adalah untuk
memanusiakan manusia
.
|
·Proses
belajar dianggap berhasil jika si belajar telah memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri.
Si belajar dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya.·
|
Menentukan tujuan-tujuan
pembelajaran·
Menentukan materi
pelajaran·
Mengidentifikasikan
topik-topik yang memungkinkan mahasiswa mempelajarai secara aktif
("mengalamai")·
Mendesain wahana
(lingkungan, media, fasilitas, dsb) yang akan digunakan mahasiswa untuk
belajar·
Membimbing mahasiswa
memahami hakikat makna dari pengalaman belajar mereka·
Membimbing mahasiswa
membuat konseptualisasi pengalaman tersebut·
Membimbing mahasiswa
sampai mereka mampu mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang baru·
Mengevaluasi proses
dan hasil belajar mahasiswa·
|
||
Teori Belajar
Sibernetik
|
Menurut teori ini yang
terpenting adalah "·sistem informasi" dari apa yang
akan dipelajari siswa.
Sedangkan bagaimana proses
belajar yang akan berlangsung , akan sangat ditentukan oleh sistem informasi
ini.·
Teori ini berasumsi, bahwa
tidak ada satu pun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab
cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi·
|
Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran·
Menentukan
materi pelajaran·
Mengkaji
sistem informasi yang terkandung dalam materi tersebut·
Menentukan
pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi, apakah algoritmik
(menuntut mahasiswa untuk berpikur secara sistematis, tahap demi tahap,
linier, lurus menuju suatu target tertentu) ataukah heuristik
(menuntut mahasiswa berpikir secara divergen, menyebar ke beberapa target
sekaligus)·
Menyusun
materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya·
Menyajikan
materi dan membimbing mahasiswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan
materi pelajaran.·
Mengevaluasi
proses dan hasil belajar mahasiswa·
|
PENUTUP
A. Simpulan
1. Menurut teori
sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.
2. Asumsi lain dari
teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk
segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.
3. teori tentang
komponen struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol)
antara lain:
a. Sensory Receptor
(SR)
b. Working Memory (WM)
c. Long Term Memory
(LTM)
4. Teori Belajar
Menurut Landa
Ada dua macam proses berfikir yaitu proses berfikir algoritmik
dan proses berfikir heuristik.
5. Teori Belajar
Menurut Pask dan Scott
Ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir
serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh.
6. Kelebihan strategi
pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah cara berfikir
yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
7. Kelemahan dari teori
ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari,
dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
B. Saran
Situasi stimulus yang hendak direspon oleh siswa
harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan atau
keterdekatan. Situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang atau
dipraktekkan agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi belajar
atau pengulangan.
Pengertian kecerdasan majemuk (multiple intelegency)
Kecerdasan majemuk
Pengertian kecerdasan majemuk adalah pendekatan
perkembangan dalam belajar yang ditandai anak tumbuh dan berkembang sebagai
suatu keseluruhan, tidak hanya satu dimensi saja yang berkembang dalam suatu
waktutertentu atau sebaliknya tidak semua dimensi memiliki kecepatan
perkembangan yang sama.
Aspek-aspek kecerdasan majemuk menurut Garnier ada 8
,yaitu:
1. Kecerdasan
verbal linguistic (verbal linguistic intelligent)
Anak –anak yang memiliki kemampuan menggunakan
kata-kata dan bahasa dalam berbagai bentuk.
2. Kecerdasan
logika matematika (logical mathematical intelligent)
Anak yang memiliki kemampuan dalam ketajaman melihat
pola dan melakukan pendekatan terhadap situasi secara logis
3. Kecerdasan
visual spasial (visual special intelligent)
Anak yang memiliki kemampuan memvisualisasikan
berbagai hal dan memiliki kelebihan dalam hal berfikir melalui gambar.
4. Kecerdasan
Gerak Tubuh (bodily kinesthetic intelligent)
Anak yang memiliki kemampuan koordinasi yang
tinggi dalam gerak tubuh dan senang menyentuh segala sesuatu.
5. Kecerdasan
musical berirama (musical rithmic intelligent)
Anak yang peka terhadap bunyi-bunyi non verbal dalam
lingkungan seperti: irama tinggi rendah suara, dan pola nada.
6. Kecerdasan
antar diri-intrapersonal (interpersonal intelligent)
Memiliki kepekaan dan mengerti akan oranglain.
7. Kecerdasan
dalam diri interpersonal (intrapersonal intelligent)
Memiliki kepekaan akan memiliki perasaan yang paling
mendalam dalam diri sendiri, memiliki kelebihan dan kekurangan di sendiri.
8. Kecerdasan
alam natural (naturalistic intelligent)
Anak akan menjadi seorang pengamatlingkungan yang
baik, menyadari yang terjadi akan perubahan dalam lingkungan, senang melakukan
percobaan ,mengelompokkan benda dan menyayangi binatang.
Contoh kecerdasan logika matematika :
Kegiatan
:
Permainan penambahan dengan berbagai macam benda.
Tujuan
: Mengembangkan kemampuan logika matematika
Metode
: Demonstrasi
Bahan/alat
kancing baju, biji-bijian atau
bola kecil,
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan semua peralatan
yang dibutuhkan
|
|
2. Anak anak berjalan membentuk lingkaran dan masing-masing
anak membawa bila dengan jumlah yang berbeda
|
|
3. Satu anak berjalan mengelilingi lingkaran sambil
mendekati salah satu temanya dan menggabungkan bola yang dia pegang dengan
bola temannya . kemudian kedua anak menyebutkan jumlah bola yang digabungkan
|
|
|
|||||
CONTOH Sains
JUDUL :
BAUI DAN SEBUTKAN
Tujuan
:
Mengenali sesuatu dengan aroma nya: mencocokan aroma dengan gambar dan benda
Bahan : 5 buah wadah kecil yang masing-masing dengan
tutup , misalnya bekas wadah obat gosok atau bekas wadah plastic vitamin.
Berbagai benda/bahan berikut untuk dikenali aromanya:
1. Jahe
2. Bawang
merah
3. Daun
kemangi
4. jambu
5. Jeruk
Cara :Simpan obyek yang akan dicium aromanya secukupnya saja
ke dalam wadah yang telah tersedia lalu ditutup rapat.
Langkah-langkah :
Anak di tutup matanya menggunakan sapu tangan , membuka
tabung dan mencium aroma benda yag disimpan didalam wadah lalu menutup kembali
wadah.
Yakin dengan aroma yang diciumnya anak disuruh mencari
gambar yang sesuai dengan aroma tadi dan diletakkan di atas wadah yang sesuai .
dan seterusnya . seluruh benda /bahan yang ada dikenali
dengan cara seperti ini.
Diskusi :
Coba pilih wadah yang berisi buah ?
Bau apa yang kamu suka dan yang tidak kamu sukai
Permasalahan Quantum Learning
A. LATAR BELAKANG
Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi
dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat,
serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum
learning ini berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan
Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology. Prinsipnya
adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan
setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negatif.
Tokoh utama di balik Quantum Learning adalah Bobbi
DePorter. Dia perintis, pencetus dan pengembang utama Quantum Learning. Sejak
tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan Quantum Learning di
SuperCamp. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg
Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon dan Sarah Singer Nouric, DePorter secara
terprogram dan terencana mengujicoba gagasan-gagasan Quantum Learning kepada
para remaja di SuperCamp salama tahuan awal 1980-an. DePorter menjelaskan
bahwa metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 2.500
siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di SupeCamp. Prinsip-prinsip dan
metode-metode Quantum Learning ini dibentuk di SuperCamp.
Pada tahap awal perkembangannya, Quantum Learning
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier
para remaja dirumah tetapi lama kelamaan orang menginginkan DePorter untuk
mengadakan program-program Quantum Learning bagi orang tua siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum,
tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
B. TUJUAN
Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif
Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan
Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang
dibutuhkan oleh otak
Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan
karir
Untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran
C. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
KEUNGGULAN:
Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif,
bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis,
bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
Pembelajaran kuantum lebih konstruktivis(tis), bukan
positivistis-empiris, behavioristis.
Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada
interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada
pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan
dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang
dibuat-buat.
Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan
dan kebermutuan proses pembelajaran.
Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan
konteks dan isi pembelajaran.
Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada
pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan (dalam) hidup, dan prestasi
fisikal atau material.
Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan
sebagai bagian penting proses pembelajaran.
Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan
kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas
tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
7 kunci keunggulan quantum learning :
Integritas: Bersikaplah jujur, tulus dan menyeluruh.
Selaraskan dengan nilai-nilai yang ada pada diri kita.
Kegagalan awal kesuksesan: Pahamilah bahwa kegagalan
hanyalah memberikan informasi yang anda butuhkan untuk sukses.
Bicaralah dengan niatan baik: Berbicaralah dengan
pengertian positif dan bertanggungjawablah untuk berkomunikasi yang jujur dan
lurus.
Komitmen: Penuhilah janji dan kewajiban, laksanakan
visi dan lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Tanggungjawab: Bertanggungjawablah atas tindakan
anda.
Sikap fleksibel: Bersikap terbuka terhadap perubahan
baru yang dapat membantu kita memperoleh hasil yang kita inginkan.
Keseimbangan: Jaga keselarasan pikiran, tubuh dan
jiwa. Sisihkan waktu untuk membangun dan memelihara ketiganya.
KELEMAHAN :
Membutuhkan pengalaman yang nyata
Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi
dalam belajar
Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa
D. PRINSIP QUANTUM LEARNING
1. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi:
Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan
Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar).
2. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip
bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.
Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut
ini.
Ketahuilah bahwa segalanya berbicara: Dalam
pembelajaran kuantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai
dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang
dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim
pesan tentang pembelajaran.
Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan: Semua yang
terjadi dalam proses pengubahan energy menjadi cahaya mempunyai tujuan.
Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan:
Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami
informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari.
Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam
pembelajaran: Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.
Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak
pula dirayakan: Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan
keberhasilannya.
3. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip
bahwa pembelajaran lurus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.Dengan kata
lain pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena
itu, keunggulan ini bahkan telah dipandangan sebagai jantung fondasi
pembelajaran kuantum.Ada 8 prinsip keunggulan, yang juga disebut 8
kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran kuantum.
Delapan kunci keunggulan itu sebagai berikut:
Teraplah Hidup dalam Integritas: Dalam pembelajaran,
bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan
perilaku kita menyatu.
Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan: Dalam
pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan
dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih
lanjut sehingga kita dapat berhasil.
Berbicaralah dengan Niat Baik: Dalam pembelajan,
perlu dikembangkan ketrampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung
jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung.
Tegaskanlah Komitmen: Dalam pembelajaran, baik
pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap
pada rel yang telah ditetapkan.
Jadilah Pemilik: Dalam pembelajaran harus ada
tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang
bermakna dan bermutu.
Tetaplah Lentur: Dalm pembelajaran, pertahanan
kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Pembelajar lebih-lebih , harus pandai-pandai membaca lingkungan dan
suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana
diperlukan.
Pertahankanlah Keseimbangan: Dalam pembelajaran,
pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran
agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
E. MANFAAT QUANTUM LEARNING
Manfaat yang diperoleh dari quantum learning adalah
:
Sikap positif
Motivasi
Ketrampilan belajar seumur hidup
Kepercayaan diri
Sukses
F. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING
1. Peta konsep
Peta konsep sebagai teknik belajar efektif. Peta
konsep disini lebih menunjukkan pada keuangan ide-ide pikiran sebagai catatan
dalam grafis sebagai salah satu teknik belajar efektif. Peta konsep berupa ide
pemikiran yang di tuangkan dalam bentuk gambaran atau grafik.
Menurut Nacy Murgilulier yang dikutip Rose dan
Nicholl sebelum belajar kita memvisualisasikan gambar dengan pikiran kita
dan mengkaitkannya dengan konsep-konsep.
Langkah-langkah tehnik penggunaan peta menurut Rose
dan Nicholl :
a. Mulai degan topik di tengah halaman: Tulislah
gagasan uatama di tengah-tengah halaman kerertas dan lingkupilah dengan
segitiga atau bentuk-bentuk lain ,sehingga kita terdorong untuk
mendefinisikan gagasan inti subjek yang dipelajari sebagai titik awal yang
efektif.
b, Buat cabang-cabangnya: Tambahkan cabang keluar
untuk setiap poin atas gagasan utama antrara lima atau tuju cabang jangan
terlalu banyak.
c. Gunakan kata-kata kunci: Kata kunci adalah kata
yang menyampaikan isi sebuah gagasan dan memudahkan memicu ingatan
kita. MIsal:
Tambahkan symbol-simbol dan ilustrasi mendapatkan
ingatan yang lebih baik
Gunakan huruf kapital
Tulis gagasan penting dengan huruf yang lebih besar
Hidupkanlah peta pikiran anda dengan hal-hal yang
menarik
Garis bawahi kata-kata itu \gunakan huruf
miring atau tebal
Siaplah kreatif dan berani
4. Lakukan sendiri dan jangan takut salah atau jelek
, gunakan sebanyak mungkin ganbar yang memang membantu pemahaman anda sendiri
Gunakan bentuk-bentuki acak untuk gagasan sendiri
Buatlah peta konsep secara horizontal,agar dapat
ruang bagi gagasan anda
Cara membelajarkan peta konsep dan secara klasikal:
Cara pembelajaran degan konsep ini perlu di
sajikan dengan metode tugas kerja kelompok . Adapun contoh langkah
–langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Guru melakukan
apresiasi dengan pertanyaan pada materi model-model pembelajaran
2) Gunakan pertanyaan
tentang dimensi-dimensi atau cakupan materi dari model-model pembelajaran
3) Sambil bertanya
guru mencoba mentranfer jawaban siswa dalam bentuk peta konsep
4) Perbaiki peta
konsep yang belum terstuktur
5) Setelah gambar peta
jadi da papan tulis , guru meminta siswa untuk membuat peta konsep secara
berkelompok berdasarkan sub-sub materi yang ada
6) Guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok,ke mudian siwa kerja kelompok untuk menbuat peta
konsep . untuk itu di berikan batas waktu misalnya
10-15 menit.Jika siswa sudah terbiasa mambuat peta konsep siswa
sudah dapat ditugaskan ecara individu atau kompok kecil per dua orang
7) Selama siswa
menyusun peta konsep guru keliling untuk memberikan penjelasan kjika ada
kelompok yang bertanya
8) Guru meminta siswa untuk
membuat matrik konsep pengelompoan dan atributnya
9) Setelah selesai
wakil-wakil kelompok disuruh maju untuk mempresentasikan .Sementara kelompok
lain diberikan kesempatan untuk menanggapi dan masukan
10) Jika diperlukan guru memberikan penjelasan
kepada materi yang belum dapat dipahami siswa
11) Berikan masikan terhadap hasil pekerjakan
siswa
12) Lakuklan postest tentang konsep yang
diluasai
13) Berikan siswa untuk memberikan masukan
terhadap cara pembelajaran guru sebagai evaluasi untuk pembelajaran pada
pertemuan
selanjutnya
2.
Teknik Memori
a. Teknik memori adalah teknik memasukkan informasi
ke dalam otak sesuai dengan cara kerja otak (brain-based technique). Dalam
teknik ini perlu meningkatkan efektifitas dan efisiensi otak dalam menyerap dan
menyimpan informasi. Daya ingat kita dapat ditingkatkan dan menurut Gunawan
(2004) otak suka dengan hal yang bersifat:
Ekstem berlebihan/tidak masuk akal
Penuh warna
Multi sensor
Lucu
Melibatkan emosi
Melibatkan irama atau musik
Tindakan aktif
Gambar tiga domensi dan hidup/aktif
Menggunakan asosiasi
Imajinasi
Humor
Simbol
Nomor dan urutan
b. Teknik memori memiliki hambatan yaitu orang tua
atau guru menganggap konyol jika kita berfikir tidak masuk akal. Namun cara ini
sangat efektif karena otak kita menyimpan gambar dan makna.
1). Melatih Imajinasi
Sekarang coba anda melakukan satu hal. Sambil
menutup mata, coba bayangkan dalam pikiran anda hal-hal berikut ini:
a) Bayangkan sebuah
baju kaos tanpa kerah, herwarna merah, mempunyai satu saku di bagian tengah.
b) Sekarang bayangkan
baju kaos ini membesar sampai 5 kali dari ukuran semula.
c) Bayangkan baju kaos
ini mempunyai kepala, kaki dan tangan.
d) Bayangkan baju kaos
ini mengajak anda berbicara, berkenalan dengan anda.
e) Bayangkan anda
mendengar baju kaos itu berkata, “Hi… Bu guru apa kabar hari ini? Senang
berkenalan dengan anda. Siapa nama anda?” apa anda hari ini senang mengikuti
PLPG? Seriuskah anda? Mengapa anda ngantuk seperti muridmu? Apa anda ndak malu
dengan pengajarnya kalau ngantuk? Kalau ngantuk makan dulu saja.
Jika kita dapat melatih imajinasi berarti otak kanan
kita aktif dengan baik. Untuk mencapai hasil maksimal kita perlu memberdayakan
dan menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan kanan.
2) Teknik Rantai Kata
Teknik ini menggunakan cara menyambung atau merantai
kata menjadi cerita yang mudah kita hafalkan. Syarat yang harus dilakukan dalam
membuat ceita pendek ada pada 14 poin yang tersebut sebelumnya dan ada pula
syarat tambahan yaitu:
a) Buatlah cerita yang
berisi aksi atau tindakan
b) Hindari perubahan
bentuk karena akan mengacaukan urutan kata yang dihafal dan kurang menarik bagi
otak.
c) Jangan menambah
objek lain.
d) Buat cerita yang
sependek mungkin karena akan semakin baik dan efektif.
e) Bayangkan gambar
dari objek cerita
Teknik ini adalah melatih merangkai membuat
kalimat/cerita dari kata-kata yang sudah ada.
Contoh :
a) Semesta
b) Variabel
c) Konstanta
d) Fungsi
e) Persamaan
3. Teknik Plesetan Kata
Teknik plesetan kata yaitu menggantikan kata sulit
yang ingin kita hafal dengan kata lain yang bunyinya mirip atau lucu.
4. Sistem Pasak Lokasi
Sistem pasak lokasi yaitu teknik mengakses dan
mengaktifkan memori semantik dan episodik. Saat kita berusaha menghafal, kita
mengaktifkan memori semantik. Informasi yang kita dapat kemudian dicantolkan
pada lokasi yang berarti mengaktifkan memori episodik. Dalam memilih lokasi
sefarusnya lokasinya sudah kita kenal agar kiya tidak salah mengingat apa yang
masuk dalam memasukkan memori. Jumlah lokasi tergantung pada kata yang ingin
dihafal. Untuk menentukan kekuatan informasi pada memori tergantung pada dua
hal yaitu:
a) Seberapa baik kita
menentukan alur lokasi (harus urut)
b) Seberapa baik
visualisasi yang dilakukan
Misalnya anda diminta untuk menghapal cerita
nama hewan yang dilindungi di Indonesia seperti di bawah ini
a) Bangau Hitam
b) Biawak Pohon
c) Burung Udang
d) Harimau Sumatra
e) Monyet Hitam
f) Kakak Tua Raja
g) Orang Hutan Kalimatan
h) Jalak putih
Karena ada delapan data, maka kita membutuhkan
delapan lokasi Kita ambil rumah anda sebagai contoh. Sekarang kita tentukan
lokasinya.
a) Jalan di depan
rumah anda
b) Pintu pagar rumah
anda
c) Halaman depan rumah
d) Pintu masuk utama
e) Ruang tamu
f) Tembok di ruang
tamu
g) Ruang keluarga
h) Lemari es (yang ada
di ruang makan)
Untuk itu anda harus melakukan atau membayangkan hal
berikut ini sewaktu anda pulang ke rumah. Dalam proses anda masuk ke rumah,
anda melihat hal berikut ini :
a) Bayangkan ada
seekor bangau hitam yang berdiri di jalan di depan rumah anda.
b) Pada pintu pagar
rumah anda ada seekor biawak yang menggigit sebatang pohon (biawak pohon).
c) Dihalaman didepan
rumah anda hinggap seekor burung yang membawa udang diparuhnya (burung udang)
d) Saat mau mau masuk
ke rumah, pintu dijaga oleh seekor harimau Sumatra yang sedang mengaum
5. Teknik Akrostik (Jembatan Keledai)
Teknik akrostik adalah teknik menghafal dengan
mengambil huruf depan dari materi yang ingin diingat dan kemudian digabungkan
hingga menjadi singkatan atau kata/kalimat lucu.
Contoh:
Mejikuhibiniu (Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru,
Nila, Ungu),
Hari libur naik kuda, rabu kamis free (singkatan
dari unsur kimia golongan IA: H, Li, Natrium, K, Cs, Fr)
Cewek sinting genit senang plembungan (singkatan
dari unsur kimia golongan IV A: C, Si, Gn, Sn, Pb)
G. KERANGKA RANCANGAN BELAJAR QUANTUM LEARNING
Tumbuhkan: Tumbuhkan minat, motivasi, empati, simpati
dan harga diri dengan memuaskan “Apakah Manfaat BagiKU” (AMBAK), dan manfaatkan
kehidupan siswa.
Alami: Hadirkan pengalaman umum yang dapat di
mengerti dan dipahami semua pelajar.
Namai: Sediakan kata kunci, konsep,model, rumus,
strategi sebuah masukan.
Demonstrasikan: Sediakan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu dan ingat setiap siswa memiliki cara yang berbeda
dalam menyelesaikan pekerjaan.
Ulangi: Tunjukkan siswa cara-cara mengulang materi
dan menegaskan “Aku tahu dan memang tahu ini”. Sekaligus berikan kesimpulan.
Rayakan: Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi,
dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan.
H. PENUTUP
Quantum learning merupakan orkestra dari berbagai
interaksi yang ada di dalam dan disekitar aktivitas belajar.
Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi
kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah
siswa menjadi cahaya yang akan bemanfaat bagi dirinya dan orang sekitarnya.
Orkestra merupakan kolaborasi berbagai interaksi
belajar yang terdiri dari konteks maupun kontens.
Konteksnya meliputi :
Suasana pembelajaran
Landasan/kerangka kerja
Lingkungan pembelajaran
Perancangan pembelajaran yang dinamis
Sedangkan kontensnya meliputi :
Cara penyampaian materi
Pemberdayaan fasilitas
Ketrampilan hidup
I. CONTOH SKENARIO MODEL
QUANTUM LEARNING.
Kegiatan pendahuluan :
Guru melakukan apersepsi dengan pertanyaan pada
materi model-model pembelajaran
Memberi pertanyaan kepada siswa tentang cakupan materi
dari model-model pembelajaran
Kegiatan inti :
Mentraasfer jawaban siswa dalam bentuk peta konsep
Memperbaiki peta konsep yang belum terstruktur
menjadi terstuktur
Setelah peta konsep jadi, membeti tugas kepada siswa
untuk membuat peta konsep secara berkelompok berdasarkan sub-sub materi
Menjadi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian
siswa kerja kelompok untuk membuat peta konsep
Guru keliling untuk memberi penjelasan jika ada
kelompok yang bertanya selama siswa menyusun peta konsep
Wakil-wakil kelompok maju untuk mempresentasikan
hasil kerjanya. Sementara itu kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi
tanggapan dan masukan
Menjelaskan tentang materi yang belum dipahami siswa
KESIMPULAN
. Kesimpulan 1.
Kesimpulan Umum Proses pembelajaran memang tahapan yang sangat menentukan dalam
suatu implementasi kurikulum.
Keberhasilan proses pembelajaran sangat
memengaruhi tingkat keberhasilan kurikulum, dan dapat dijadikan indikator
keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus
selalu mendapatkan perhatian khusus jika ingin pendidikan menghasilkan outcome
yang berkualitas. Proses pembelajaran dengan menggunakan Model PAKE MD atau
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, dan Demokratis, yang digunakan
Guru Kelas XI SMK3 BANJARBARU, menghasilkan banyak temuan lapangan yang sangat
bermanfaat.
Penelitian yang
dilakukan menangkap inovasi yang dihasilkan oleh guru ketika proses
pembelajaran berlangsung, sehingga dapat memberikan masukan atau alternatif
dalam proses pembelajaran. Selain itu, kendala dan kekurangan yang didapatkan
ketika proses pembelajaran dengan menggunakan Model PAKE MD ini bisa menjadi
evaluasi bersama, baik untuk pelaksana maupun perencana. Kesimpulan yang
didapatkan dari penelitian ini adalah proses pembelajaran dengan Model PAKE MD
yang dilakukan guru memang belum terlalu sesuai dengan konsep dan rencana
pelaksanaan. Proses pembelajaran yang 106 berpedoman pada PAKE MD dirasakan
belum dapat dicapai dengan sempurna.
Pada tahapan pembelajaran, yang meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan menutup pembelajaran,
aktivitas-aktivitas yang seharusnya ada dan berpengaruh pada PAKE MD seringkali
tidak dilaksanakan oleh guru. Selain itu, keadaan siswa yang belum siap dalam
pembelajaran, dengan didapatkannya kejadian siswa memainkan handphone, keluar
masuk kelas tanpa seizin guru, makan di kelas, mengobrol, belum mengganti
pakaian yang seharusnya, tidur-tiduran, disaat proses pembelajaran berlangsung.
Sepertinya menuntut kemampuan observasi dan
kemampuan menarik perhatian siswa yang lebih dari guru. Sehingga ketika proses
pembelajaran dimulai, siswa sudah siap, baik fisik, mental, maupun sosialnya.
Dan PAKE MD pun dapat dicapai dengan kualitas yang bermutu. Walaupun PAKE MD
belum tercapai dengan sempurna, tetapi banyak usaha yang sangat inovatif dari
guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Inovasi-inovasi terus
dilakukan dalam pembelajaran agar budaya PAKE MD dalam KTSP yang telah disusun
dapat dicapai dan menghasilkan outcome yang berkualitas. 2.
Kesimpulan Khusus Berdasarkan kesimpulan secara
umum yang telah dijelaskan sebelumnya, pada bagian ini akan dijelaskan
kesimpulan yang dapat dihasilkan berdasarkan tiap-tiap rumusan masalah. Secara
garis besar, pelaksanaan pembelajaran memang belum mencapai hasil yang maksimal
dari apa yang diharapkan. Terdapat beberapa kekurangan dari tahapan-tahapan
pembelajaran. 107 a. Tahap Pendahuluan Pembelajaran Pada tahapan ini, banyak
guru yang melewatkan aktivitas-aktivitas yang memengaruhi kesiapan siswa untuk
belajar. Sebagian besar guru melewatkan aktivitas pada pendahuluan pembelajaran
hanya dengan mengecek kehadiran siswa dan melakukan apersepsi. Setelah itu,
guru langsung masuk pada kegaitan itni pembelajaran, yakni pada proses
pembentukan kompetensi.
Contohnya guru langsung memulai pembelajaran
dengan bertanya tugas yang harus diperiksa atau memulai materi pelajaran yang
baru tanpa menarik perhatian terlebih dahulu. Walaupun terdengar sederhana,
tetapi aktivitas memberikan motivasi, menyampaikan manfaat pembelajaran, atau
menarik perhatian siswa sangat berpengaruh pada keadaan psikis siswa. Dengan
aktivitas-aktivitas tersebut, siswa akan merasakan dirinya ada dan dihargai
oleh masyarakat. Siswa akan berfikir bahwa pelajaran yang mereka pelajari
sangat bermanfaat, baik untuk saat ini ataupun masa depannya. Tentunya ini akan
meningkatkan hasrat dan minat belajar siswa secara positif dalam jangka waktu
yang lama.
b. Kegiatan Inti Pembelajaran Berdasarkan
indikator abilitas, hampir seluruh guru melaksanakan kegiatan inti pembelajaran
dengan sangat baik. Metode yang digunakan sudah sesuai dengan sifat materi yang
direncanakan. Metode konvensional, seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi
masih mendominasi pelaksanaan pembelajaran. Ketiga metode ini memang cocok
untuk memberikan 108 pengarahan, penyampaian materi yang bersifat teori, dan
memberikan petunjuk ketika melakukan kegiatan. Indikator dan kompetensi dasar
yang sudah disusun oleh guru dalam RPP juga menjadi dasar segala aktivitas
didalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru. Indikator-indikator
tersebut sudah dapat dicapai dengan alokasi waktu yang disediakan, walaupun
beberapa materi pelajaran ternyata masih membutuhkan alokasi waktu yang lebih
dari rencana. Penguatan pembelajaran pun sudah banyak dibeirkan oleh guru dalam
proses pembelajaran. Guru mengucapkan kata baik, tepat, betul, memberikan
senyuman, ataupun memanggil nama siswa ketika bertanya, sudah menjadi penguatan
untuk siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. c. Kegiatan Menutup
Pembelajaran Dari hasil penelitian, kegiatan menutup pembelajaran sudah
dilaksanakan guru dengan baik, terutama pada bagian memberikan pengulangan dan
intisari materi pelajaran kepada siswa. Pengulangan materi dilaksanakan guru
dengan cara mengajak siswa untuk menyebutkan apa saja materi yang dipelajari,
setelah itu barulah tanya jawab dilakukan kembali. Akan tetapi, pada aktivitas
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, sangat
sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan. Siswa lebih banyak menjawab
pertanyaan dari guru ketimbang membuat pertanyaan baru kepada guru. Seharusnya
konsep PAKEMD mengharapkan siswa untuk dapat memperoduksi pertanyaan lebih
banyak daripada guru. Guru seharusnya dapat membuat siswa aktif bertanya,
terutama disaat akhir pembelajaran, 109 sehingga materi yang telah dipelajari
dapat diingat siswa dalam jangka waktu yang lama. B. Saran Berdasarkan
kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diejlaskan sebelumnya, penulis
mencoba menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Sekolah Pelaksanaan
pembelajaran tentunya sangat dipengaruhi oleh komponenkomponen didalam sekolah.
Ketersediaan sarana dan prasarana sangat mendukung bagi keterlangsungan proses
pembelajaran yang berkualitas. Pada aspek ini, sekolah dituntut untuk
berinvestasi dalam pembelajaran, lewat pengadaan mediamedia pendukung
pembelajaran. Karena dengan pengadaan media-media, maka sekolah sudah menjadi
lembaga akademis yang professional terhadap tugasnya. 2. Guru Guru dikatakan
sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum, keterampilan guru dalam mengajar
tentunya sangat berpengaruh pada hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil
penelitian, seyogyanya guru lebih meningkatkan kemampuan komunikasi, baik
personal ataupun antarpersonal, karena mengajar dan belajar merupakan proses
komunikasi dan interaksi. Penguasaan guru pada aspek kreativitas pemanfaatan
media pembelajaran akan lebih baik ditingkatkan, karena dengan penggunaan media
pembelajaran, tidak hanya siswa yang terbantu, tetapi guru juga akan terbantu
dalam mengajar. Kemampuan observasi kelas dan 110 mengenali siswa harus lebih
diperhatikan, karena dengan kemampuan tersebut, guru akan mampu mengetahui
kondisi siswa. 3. Peneliti Selanjutnya Dalam penelitian ini, fokus penelitian
adalah tentang pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu hal yang dinamis, sama
seperti kurikulum. Sehingga akan terus ada perbaikan dalam proses dan
pelaksanaannya. Masih banyak hal dan kemenarikan dalam tema pembelajaran,
segala inovasi masih ditunggu untuk menyempurnakan proses pembelajaran, baik
didalam kelas maupun didalam kelas. Peneliti yang tertarik pada seputar
permasalahan pembelajaran, sebaiknya lebih menekankan pada
permasalahan-permasalahan atau faktor-faktor kecil yang berpengaruh besar pada
pembelajaran.
Lampiran Bukti Observasi
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Arqam, Mhd Lailan. 2010. Pengembangan
Multimedia Pembelajaran pada Mata Pelajaran Kemuhammadiyahan bagi Siswa Kelas I
Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/164693008201010201.pdf ,
diakses pada 14 oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar