Selasa, 01 November 2016

Siti Maimunah 15.21.0077 Prima Melati Ningsih 15.21.0070

ABSTRAK
TEORI NEUROFISIOLOGIS DOMINAN (DONALD OLDING HEBB)
Oleh:
                                    Prima Melati Ningsih            15.21.0070
                                    Siti Maimunah                       15.21.0077
Prodi :
Pendidikan Bahasa Inggris
Email :
Donald Olding Hebb lahir pada 22 Juli 1904 di Chester, Nova Scotia. Kedua orang tuanya adalah dokter. Pada tahun 1925 Hebb meraih gelar B.A dari Dollhusie University dengan nilai minimal. Pada usia 23 tahun dia membaca karya Freud dan merasa bahwa ilmu psikologi masih perlu diperbaiki. Karena ketua jurusan psikologi di McGill University adalah kawan dari ibunya, dia diterima menjadi mahasiswa psikologi paruh waktu meski nilai kelulusannya payah.

Tujuan dari Teori Neurofisiologis Dominan “Donald Olding Hebb” adalah Hebb telah membuat tiga observasi yang dijelaskan lewat teorinya bahwa otak tidak berperan sebagai stasiun relay (penghubung). Intelegensi (kecerdasan) berasal dari pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara genetik. Pengalaman masa kanak-kanak lebih penting dalam memengaruhi kecerdasan ketimbang pengalaman masa dewasa. Menurut Hebb, ada dua jenis belajar, yaitu berkaitan dengan pembentukan kumpulan sel dan sekuensi fase secara gradual selama bayi dan kanak-kanak.

            Penelitian ini mengacu pada Teori Neurofisiologis Dominan (Donald Olding Hebb) yang kami aplikasikan pada penelitian kepada guru pembimbing di SMK KOMPUTER MANDIRI. Jenis penelitrian adalah kuantitatif yang kami teliti dengan metode deskriptif dan teknik wawancara dengan observasi langsung.
            Hasil penelitian kami adalah bahwa kecerdasan ada banyak macamnya seperti kecerdasan IQ, kecerdasan emosial EQ dan kecerdasan sosial. Fakta di lapangan menunjukan bahwa kecerdasan IQ hanya 20% dapat membangun kesuksesan dan 80% nya adalah kecerdasan sosial.
Kata Kunci: neurofisiologis, kumpulan sel
BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang

            Otak manusia adalah sebuah karunia dari ALLAH SWT yang tak ternilai harganya dan tidak ada satupun makhluk hidup yang dapat menciptakannya, semua makhluk hidup yang bernyawa memiliki otak namun tak semuanya berakal seperti manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna dimuka bumi ini. Manusia dan hewan sangatlah berbeda. yang membedakannya adalah akal. Daya untuk memahami sesuatu.

Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami berikan pada manusia. Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yg berilmu. QS Al-Ankabut : 43

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Perubahan hanya dapat dilihat dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Berdasarkan adanya perubahan perilaku yang ditimbulkan, sebenarnya siswa sudah melakukan proses belajar.

Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu pertama, keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subjek didik, karena dengan belajar manusia menjadi mengerti dan paham tentang hal-hal yang sebelumnya belum mereka ketahui. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena itu, pengajar harus mampu menggunakan berbagai cara agar peserta didik mampu memahami yang sudah diberikan oleh pengajar. Oleh sebab itu mengajar harus memilih pendekatan, strategi, metode, dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi anak yang akan diajar, supaya tujuan pengajaran tercapai dengan hasil yang baik. Apabila guru tidak menggunakan strategi dan model-model belajar yang sesuai, hasil belajar yang diharapkan tidak akan tercapai secara optimal.

Perlu diketahui bahwa pendekatan, strategi, metode, dan model-model pembelajaran yang ada saat ini tidak terlepas dari teori-teori belajar yang telah dikemukakan oleh para ilmuan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut dalam makalah ini akan dibahas mengenai teori belajar neurofisiologis dan model-model pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar neurofisiologis.

Neurofisiologi adalah bagian ilmu fisiologi, yang memelajari studi fungsi sistem saraf. Ilmu ini berkaitan erat dengan neurobiologipsikologineurologineurofisiologi klinik, elektrofisiologietologiaktivitas saraf tinggineuroanatomiilmu kognitif, dan ilmu otak lainnya.

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspons oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang memunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf memunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.

B.        Permasalahan

Teori Donald Olding Hebb
            Donald Olding Hebb lahir pada 22 Juli 1904 di Chester, Nova Scotia. Kedua orang tuanya adalah dokter. Pada tahun 1925 Hebb meraih gelar B.A., dari Dollhusie University dengan nilai minimal. Pada usia 23 tahun, dia membaca karya Freud dan merasa bahwa ilmu psikologi masih perlu diperbaiki. Karena ketua jurusan psikologi di McGill University adalah kawan dari ibunya, dia diterima menjadi mahasiswa psikologi paruh waktu meski nilai kelulusannya payah (Hergenhahn dan Olson, 2008: 395).

         Selama di McGill, Hebb dididik dalam tradisi Pavlovian, dan dia mendapat gelar M.A., pada 1932. Meski dididik dalam tradisi Pavlovian, dia melihat ada keterbatasan dalam teori Pavlovian dan meragukan arti pentingnya. Pada 1934 Hebb memutuskan meneruskan pendidikannya ke University of Chicago, tempat dia bekerja sama dengan Lashley dan mengikuti kuliah Kohler (Hergenhahn dan Olson, 2008: 395).

         Pada 1935, Lashley menjadi profesor di Harvard, dan dia mengundang Hebb untuk bekerja sama. Pada 1936, Hebb mendapat gelar Ph.D. dari Harvard dan menjadi pengajar dan asisten riset di Harvard selama setahun. Pada 1937, Hebb pindah ke Montreal Neurological Institute untuk bekerja sama bersama ahli bedah otak terkenal Wilder Penfield. Tugas Hebb mempelajari status psikologis dari pasien Penfield setelah pembedahan otak.

         Setelah meneliti pasien Penfield selama lima tahun (1937-1942), Hebb (1980) mengambil kesimpulan tentang intelegensi yang kelak menjadi bagian penting dari teorinya ”Pengalaman di masa kanak-kanak biasanya akan mengembangkan konsep, mode pemikiran, dan cara memahami sesuatu yang menjadi unsur penyusun intelegensi. Cedera pada otak bayi akan mengganggu proses itu, tetapi cedera yang sama pada usia dewasa tidak.” (Hergenhahn dan Olson, 2008: 396).

Hebb telah membuat tiga observasi yang dijelaskan lewat teorinya:
1.  Otak tidak berperan sebagai stasiun relay (penghubung).
2.  Intelegensi (kecerdasan) berasal dari pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara  genetik.
3. Pengalaman masa kanak-kanak lebih penting dalam memengaruhi kecerdasan ketimbang pengalaman masa dewasa.

Buku pertama Hebb adalah The Organization of Behavior (1949). Publikasi lainnya “Drives and The C.N.S. (Conceptual Nervous System), menunjukkan kesediaan Hebb (1972) untuk “memfisiologiskan” proses psikologis. Buku lainnya adalah “Textbook of Psychology” yang berisi banyak tentang teorinya.  Penjelasan Hebb yang lebih teknis ada dalam “A Study of Science” (1959).

Setelah pensiun dari McGill University pada 1974, Hebb kembali ke Chester, Nova Scotia, tempat kelahirannya. Dia tetap aktif secara fisik di dunia psikologi sampai dia meninggal pada 20 Agustus 1985, di sebuah rumah sakit (Beach, 1987: 187).


C.        Metode

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati.
Informan dalam penelitian ini adalah seorang guru dari SMK KOMPUTER MANDIRI. Teknik pengambilan informasi yang digunakan adalah wawancara terhadap informan yang berbentuk pertanyaan (terbuka).
Wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan (pandangan, kepercayaan, pengalaman dan pengetahuan) secara lisan dari seseorang/informan tentang teori Neurofisiologis Dominan “Donald Olding Hebb”.
D.        Kajian Pustaka

            Donald Olding Hebb lahir pada 22 Juli 1904 di Chester, Nova Scotia. Kedua orang tuanya adalah dokter. Pada tahun 1925 Hebb meraih gelar B.A dari Dollhusie University. dia membaca karya Freud dan merasa bahwa ilmu psikologi masih perlu diperbaiki, dia diterima menjadi mahasiswa psikologi paruh waktu di McGill University. Pada 1934 Hebb memutuskan meneruskan pendidikannya ke University of Chicago, tempat dia bekerja sama dengan Lashley dan mengikuti kuliah Kohler (Hergenhahn dan Olson, 2008: 395). 1935, Lashley menjadi profesor di Harvard, dan dia mengundang Hebb untuk bekerja sama. Hebb mendapat gelar Ph.D. dari Harvard dan menjadi pengajar dan asisten riset di Harvard selama setahun. Pada 1937, Hebb pindah ke Montreal Neurological Institute untuk bekerja sama bersama ahli bedah otak terkenal Wilder Penfield. Tugas Hebb mempelajari status psikologis dari pasien Penfield setelah pembedahan otak. Selama lima tahun meneliti pasien Penfield mengambil kesimpulan tentang intelegensi yang kelak menjadi bagian penting dari teorinya ”Pengalaman di masa kanak-kanak biasanya akan mengembangkan konsep, mode pemikiran, dan cara memahami sesuatu yang menjadi unsur penyusun intelegensi. Cedera pada otak bayi akan mengganggu proses itu, tetapi cedera yang sama pada usia dewasa tidak.” (Hergenhahn dan Olson, 2008: 396).

Hebb telah membuat tiga observasi yang dijelaskan lewat teorinya:
1.  Otak tidak berperan sebagai stasiun relay (penghubung).
2.  Intelegensi (kecerdasan) berasal dari pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara  genetik.
3. Pengalaman masa kanak-kanak lebih penting dalam memengaruhi kecerdasan ketimbang pengalaman masa dewasa.




           










BAB II
PEMBAHASAN


KONSEP TEORETIS UTAMA
a.        Lingkungan Terbatas

Beberapa eksperimen menunjukkan efek restricted environment (lingkungan terbatas) yang bisa melemahkan perkembangan belajar awal dan perkembangan sistem saraf. Ahli opthalmologi dari Jerman, Von Senden (1932), meneliti orang dewasa yang dilahirkan dengan menderita katarak bawaan yang tiba-tiba mampu melihat setelah katarak itu dioperasi. Ditemukan bahwa individu ini dapat dengan segera mendeteksi kehadiran suatu objek, tetapi mereka tidak bisa mengidentifikasi dengan menggunakan petunjuk visual saja. Misalnya, walaupun mungkin kita memperkirakan pasien dapat membedakan dengan mudah antara lingkaran dan segitiga dengan membandingkan bentuk sisi-sisinya, pasien Von Senden merasa sangat sulit untuk membedakanya. Selain itu, pasien kesulitan mempelajari petunjuk-petunjuk untuk membantu mereka membedakan dua bentuk itu. Temuan ini menunjukan bahwa beberapa persepsi tentang bentuk adalah bersifat bawaan, namun pengalaman visual dengan berbagai macam objek adalah perlu sebelum obyek-obyek itu dapat dibedakan satu sama lain. Pelan-pelan dengan latihan keras individu yang sebelumnya buta ini akhirnya bisa mengenali objek di lingkungan, dan persepsinya mendekati normal. Banyak studi lain yang mendukung kesimpulan bahwa dengan membatasi pengalaman sebelumnya, seseorang bisa mencampuri perkembangan intelektual dan perseptual

b.       Lingkungan Yang Kaya

            Apakah lingkungan kaya (lingkungan dengan berbagai macam pengalaman motor dan sensoris) akan memperkaya perkembangan? Jawabanya sepertinya Ya. Hebb melakukan eksperimen untuk meneliti efek jenis kondisi pengasuhan yang berbeda terhadap perkembangan intelektual. Hebb membandingkan tikus yang dibesarkan di sangkar laboratoriumnya dan tikus yang dipelihara oleh putrinya. Ditemukan bahwa tikus piaraan dalam memecahkan jalur teka teki juah lebih baik katimbang tikus yang dibesarkan di sangkar laboratorium. Menurut riset dari Rosenzweigh ditemukan bahwa efek dari lingskungan miskin bisa diperbaiki dengan menempatkan hewan dilingkungan yang kaya selama beberapa jam sehari. Jadi bahaya atau kerugian yang disebabkan oleh lingkungan yang terbatas dapat dihilangkan. Diversitas sensori yang disediakan oleh lingkungan kaya memungkinkan hewan membangun lebih banyak sirkuit atau jaringan neural (syaraf) yang lebih kompleks. Setelah berkembang, sirkuit neural ini akan dipakai dalam proses belajar yang baru. Pengalaman sensori yang sederhana dalam lingkungan yang baru akan membatasi sirkuit neural atau menunda perkembangan pada hewan yang dibesarkan dalam lingkungan ini akan kurang bagus dalam memecahkan problem. Implikasi dari riset ini untuk pendidikan dan pengasuhan anak adalah jelas; Semakin komplek lingkungan sensoris awal, semakin baik perkembangan keterampilan pemecahan masalahnya.

c.        Kumpulan Sel

            Menurut Hebb, setiap lingkungan yang kita alami akan menstimulasi pola neuron yang kompleks, yang dinamakan kumpulan sell. Misalnya, saat kita melihat pensil kita akan menggeser perhatian kita dari ujung atas sampai ke ujung bawah. Saat perhatian kita bergerak, neuron-neuron yang berbeda menjadi aktif. Saat semua neuron yang distimulasi oleh aspek-aspek yang berbeda dari pensil itu sudah distimulasi, hasilnya adalah persepsidan identifikasi pensil. Namun pada tatapan pertama kita pada pensil, aspek-aspek dari paket neural yang kompleks ini akan idenpenden (terpisah-pisah). Misalnya, ketika kita melihat pada satu titik di pensil, kumpulan sel yang berkorespondensi dengan kejadian itu akan aktif. Ia awalnya akan mempengaruhi kumpulan neuron yang berhubungan dengan ujung atas atau bawah pensil. Pada akhirnya, karena begitu dekatnya waktu antara pengaktifan neuron di kumpulan yang berhubungan dengan bagian itu dengan yang berkorespondensi dengan bagian lainya, berbagai bagian dari paket neurologis ini akan menjadi saling terhubung. Kumpulan sel adalah paket neurologis yang saling terkait yang dapat diaktifkan oleh stimulasi eksternal atau internal, atau kombinasi keduanya. Ketika satul kumpul sel aktif, kita mengaktifkan pemikiran tentang kejadian yang direpsentasikan oleh kumpulan tersebut. Menurut Hebb, kumpulan sel adalah basis neurofisiologis dari ide atau pemikiran.

d.       Sekuensi Fase

Sekuensi Fase adalah serangkaian aktivitas kumpulan sel yang terintegrasi secara temporer; ia sama dengan arus pemikiran (Hebb, 1959, h.629). Setelah berkembang urutan atau sekuensi fase, seperti kumpulan sel, dapat diaktifkan oleh stimuli internal, stimuli eksternal, atau kombinasi kedua stimuli itu. Ketika satu fase aktif, kita mengalami arus pemikiran, yakni serangkaian ide yang ditata secara logis. Menurut Hebb, ada dua jenis belajar. Yang pertama melibatkan pembentukan kumpulan sel secara pelan di masa awal kehidupan dan mungkin dapat dijelaskan dengan salah satu teori belajar S-R, seperti teori Guthrie. Jenis belajar ini adalah asosiasionisme secara langsung. Hebb berpendapat  bahwa variabel yang memengaruhi belajar anak-anak dan yang memengaruhi orang dewasa adalah variabel yang berbeda-beda.  Proses belajarnya anak akan menjadi kerangka dasar untuk proses belajar selanjutnya.

e.        Teori Kewaspadaan/ Kesiapan

Kita pernah berada dalam situasi yang terlalu berisik atau ramai sehingga kita tidak bisa berfikir dengan jernih. Hal ini menunjukan bahwa ketika satu level stimulasi sudah terlalu tinggi atau terlalu rendah, ia tidak akan kondusif untuk pelaksanaan fungsi kognitif secara optimal. Hebb membahas hubungan antara level stimualsi dengan pelaksanaan fungsi kognitif ini dalam konteks arousal theory (teori kewaspadaan). Menurut Hebb (1955), impuls neural yang dimunculkan oleh stimulasi dari satu reseptor indra memiliki dua fungsi. Yang pertama dinamakan cue function of a stimulus (fungsi petunjuk dari stimulus). Fungsi kedua adalah arrousal function of stimulus (fungsi kewaspadaan dari suatu stimulus).

Ketika level kewaspadaan terlalu rendah, seperti organisme sangat mengantuk, informasi sensoris yang ditransmisikan ke otak tidak dapat digunakan. Demikian pula, jika level kewaspadaan terlalu tinggi, akan terlalu banyak informasi dikirim ke korteks, dan akibatnya adalah kebingungan, respons yang berkonflik, dan perilaku yang tidak relevan. Jadi diperlukan level kewaspadaan yang tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah agar pelaksanaan fungsi kortikal menjadi optimal dan karenanya menghasilkan kinerja yang optimal.

f.         Teori Kewaspadaan dan Penguatan

Menurut Hebb, jika level kewaspadaan terlalu tinggi, ia akan beroprasi pada lingkungan dengan cara sedemikian rupa untuk mereduksi level itu. Misalnya, jika siswa berusaha belajar sambil menonton televisi, mereka mungkin harus memodifikasi lingkungan (yakni, mematikan televisi) atau mencari lingkungan yang lebih tenang untuk belajar. Disisi lain, jika lingkungan terlalu sepi dan tidak cukup input sensoris untuk mempertahankan level kewaspadaan yang optimal, siswa mungkin akan menaikan level kewaspadaan terlalu tinggi, menurunkan akan menguatkan, dan ketika level kewaspadaan terlalu rendah, menaikkanya akan menguatkan.

g.        Deprivasi Sensori

Sensory deprivation (deprivasi sensoris) menghasilkan efek lebih dari sekedar kejenuhan. Kebutuhan akan stimulasi normal dari lingkungan yang bervariasi adalah persoalan fundamental. Tanpa itu, fungsi mental dan personalitas akan memburuk. Subjek dalam isolasi mengeluh tidak bisa berpikir secara koheren, mereka semakin berkurang kemampuannya dalam memecahkan masalah dan mereka mengalami halusinasi.

Ketika kondisi deprivasi sensoris sangat parah, orang akan merasa dirinya tertekan dan hanya bisa menoleransi dalam waktu singkat. Hebb menyimpulkan dari riset ini bahwa pengalaman sensoris bukan hanya perlu untuk perkembangan neurofisiologis yang tepat, tetapi juga perlu untuk menjaga fungsi normal. Jika semua kebutuhan pokok terpenuhi, jika seseorang tidak merasakan stimulasi normal, dia akan mengalami disorientasi yang parah.

h.       Sifat Rasa Takut
Hebb meneliti sumber rasa takut pada simpanse, dia menghadapkan beberapa simpanse ke obyek penguji, misalnya topeng berbentuk kepala simpanse, boneka bayi manusia. Hebb mengamati simpanse tidak menunjukan rasa takut sampai mereka berusia sekitar 4 bulan. Setelah usia itu, mereka juga tidak merasa takut terhadap obyek yang sudah dikenali maupun asing bagi mereka. Baru setelah obyek yang dikenali tersebut disajikan dengan cara yang asing, maka tampak ekspresi rasa takut. Misalnya, simpanse tidak takut pada boneka tubuh manusia, tetapi ketika ditunjukan sebagian dari tubuh itu mereka menjadi takut.  Respons ketakutan muncul dalam bentuk utuh saat pertama kali obyek itu ditunjukan kepada simpanse. Penjelasan Hebb menggunakan kumpulan sel dan urutan fase. Jika sebuah obyek yang sama sekali asing ditunjukan kepada suatu organisme, tidak ada kumpulan sel yang telah terbentuk yang berhubungan dengan obyek itu. Dengan pengulangan, kumpulan itu pelan-pelan berkembang dan tidak ada rasa takut. Demikian pula, jika suatu obyek yang sudah dikenal ditunjukan, sirkuit neural yang berkembang dari dari pengalaman sebelumnya dengan obyek itu akan menjadi aktif dan tidak ada gangguan perilaku. Baru setelah obyek yang mengaktifkankumpulan sel yang sudah ada atau urutan fase yang sudah ada diikuti dengan kejadian stimulus yang biasanya mengiringi obyek itu, maka rasa takut pun muncul.

i.          Memori Jangka Panjang dan Pendek

Periset kini umumnya sepakat ada dua jenis memoris, yaitu short-term memory (memori jangka pendek) dan long-term memory (memori jangka panjang). Memori jangka pendek diterjemahkan ke dalam memori jangka panjang disebut sebagai consolidation theory (teori konsolidasi), dan Hebb adalah salah satu pendukung utama teori ini. Secara umum pengalaman indrawi akan membangkitkan aktivitas neural yang bertahan lebih lama ketimbang stimulasi yang menyebabkanya. Hebb menyebutnya sebagai aktivitas neural yang bergema. Meskipun ia mengakui beberapa proses belajar adalah “segera terbentuk dan permanen”, dia melihat aktivitas yang bergema ini sebagai basis untuk memori jangka pendek dan sebagai proses yang menyebabkan perubahan stuktur yang mendasari memori jangka pendek. Karena memori jangka panjang dianggap bergantung pada konsolidasi memori jangka pendek, maka segala sesuatu yang mengganggu memori jangka panjang juga akan mengganggu memori jangka pendek.

j.         Konsolidasi dan Otak

            Sejumlah struktur otak yang paling terkait, yang secara kolektif disebut sistem limbik, yang di mana sitem limbik ini penting bagi pengalaman berbagai emosi.  Brenda Milner, salah satu mahasiswa Hebb di McGill University, mempelajari seorang pasien, yang sedang menjalani pemulihan dari operasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan penyakit epilepsinya. Setelah operasi paien tersebut menunjukankasus yang parah. Yakni, dia tak begitu kesulitan mengingat kejadian terjadi sebelum operasi dijalankan, tetapi dia tampaknya sangat kesulitan mengonsolidasikan memori jangka panjangnya.  Pasien tersebut berkinerja baik dalam tes kecerdasan dan juga lumayan bagus dalam tes keterampilan gerak yang sudah dikuasainya sebelum terkena gangguan dan tidak ada perubahan kepribadian pada pasien tersebut. Pasien tersebut menunjukan kepada kita bahwa gema aktivitas, termasuk yang disebabkan oleh repitisi informasi, tidak cukup untuk menciptakan memori jangka panjang. Hippocampus dan struktur lainya diyakini ikut bertanggung jawab dalam terciptanya konsolidasi.


PENGARUH  HEBB TERHADAP RISET NEUROSAINTIFIK
a.        Pusat Penguatan di Otak

Di bab tentang Pavloc telah kita kemukakan bahwa penemuan reflek yang dikondisikan adalah secara tak sengaja. Serendipity, yakni menemukan sesuatu hal saat mencari hal yang lain, membawa kita pada penemuan fenomena penting dan terkadang ilmiah. Contoh lain dari penemuan tidak sengaja dalam ilmu pengetahuan adalah penemuan Reinforcement Centers In The Brain (Pusat Penguatan Di Otak ) oleh Old dan Milner.

Olds dan Milner dipuji karena menemukan pusat kesenangan di otak. Kita sengaja menggunakan istilah penguatan karena riset substansial menunjukkan bahwa fenomena yang ditemukan Olds dan Milner tak banyak hubungannya dengan kesenangan, dan lebih banyak berhubungan dengan properti aktivitas dan motivasi dari penguat. Misalnya penguatan dengan stimulasi otak langsung memiliki karakteristik yang tidak biasa dan beroperasi secara berbeda dengan penguat primer seperti makanan atau air, Karakteristik itu adalah:

1.      Tidak diperlukan deprivasi sebelum training. Berbeda dengan training dengan makanan atau air sebagai penguat, secara umum tidak perlu jadwal deprivasi saat stimulasi otak langsung dipakai sebagai penguat.
2.      Kepuasan (kekenyangan) tidak terjadi. Ketika kebutuhan akan air dan makanan dipakai sebagai penguat, hewan pada akhirnya kenyang atau puas; yakni, kebutuhan akan air dan makanan akan terpenuhi dan ia akan berhenti memberikan respon.
3.      Lebih diprioritaskan ketimbang dorongan lain. Pada hewan, akan terus menerus menekan tuas untuk mendapatkan stimulasi otak langsung meskipun, tidak mendapatkan makanan dan mereka delim makan pada jangka waktu yang cukup lama.
4.      Ada pelenyapan yang cepat. Pelenyapan terjadi dengan sangatcepat setelah penguatan stimulasi otak dihentikan.
5.      Kebanyakan jadwal penguatan tidak bekerja. Secara umum, hanya jadwal yang member penguatan yang sering sajalah yang dapat digunakan dengan stimulasi otak langsung.

Peran dopamain, riset yang belakangan tentang pusat penguatan difokuskan pada bagian kecil dari sistem limbik yang dinamakan nucleus accumbens. Secara umum, apabila satu elektroda penstimulasi menyebabkan sel – sel di nucleus accumbens melepaskan neurotrans mitter dopamine, stimulasi otak lewat elektroda itu akan diperkuat. Jika elektroda tidak menimbulkan dopamine, efek pengutan lewat elektroda tidak ada.

Berbeda dengan hipotesis bahwa dopamine mendasari sensasi kesenangan yang diasosiasikan dengan penguatan primer atau obat – obatan adiktif, ada banyak studi yang menunjukkan bahwa nucleus accumbens dopamine memperantarai efek aktivasional / motivasional dari penguat. Lebih jauh, fenomena motivasional ini dapat dipisahkan dari efek kesenangan / herdonis.

Beberapa periset menunjukkan bahwa aktivitas dopamine dalam nucleus accumbens memediasi antisipasi, pembentukan dan penginginan penguatan, bukan kesenangan yang diasosiasikan dengannya. Hipotesis ini tampaknya berpengaruh karena beberapa alasan. Pertama, ia membantu memnjelaskan beberapa karakteristik yang tidak lazim dalam stimulasi penguatan otak. Kedua, ia menimbulkan interpretasi baru terhadap masalah kecanduan obat dan perilaku yang diasosiasikan dengan kecanduan. Terakhir, ia menjelaskan mengapa, bahkan sesudah zat adiktif kehilangan kemampuanya untuk menghasilkan sensasi kesenangan yang kuat, mereka tetap menghasilkan kesenangan. Para riset ini menunjukkan bahwa sensitiasi jangka panjang dari nucleus accumben adalah yang memperantarai perilaku obsesif dalam kecanduan bahkan pengaruh obat ini sudah tidak ada.

b.       Riset Terhadap Belahan Otak

Corpus collosum adalah kumpulan serat yang menghubungkan dua bagian otak. Selama bertahun-tahun, fungsi corpus collosum tidak diketahui tetapi pada awal 1960-an ditemukan bahwa ia berperan penting mentranfer informasi dari satu belahan otak kebelahan lainya. Dalam serangkaian eksperimen, Rongger Sperry mencatat bahwa ada dua rute transfer-corpus callosum dan optic chiasm. Optic chiasm adalah titik dalam saraf optic di mana informasi yang berasal dari satu mata diproyeksikan ke sisi otak yang berkebalikan dengan mata itu.

Sperry  kemudian mencari mekanisme yang mentransfer informasi dari satu otak ke otak yang lainya. Langkah pertama yaitu, menutup optic chiasm, baik sebelum maupun sesudah training. Langkah selanjutnya adalah menutup optic chiasm dan corpus collosum sebelum training.

c.        Proses Belajar dan Pemrosesan Informasi Otak Kiri dan Otak Kanan

Meskipun ada sedikit perbedaan anatomi antara belahan otak kiri dan kanan, perbedaan fisik ini tidak sebesar perbedaan fungsi keduannya. Kontrol atas gerakan dan sensasi tubuh terbagi rata antara dua belahan otak, tetapi dengan cara bersilanga, yakni, otak kiri mengontrol tubuh bagian kanan, dan belahan kanan mengontrol tubuh bagian kiri. Mugkin orang akan cenderung menyimpulkan bahwa karena kedua belahan itu secara global sama, keduanya juga mempresepsi, belajar, dan memproses informasi dengan cara yang sama.

Pada 1836 Marc Darx melaporkan bahwa hilangnya kemampuan berbicara berasal dari kerusakan otak kiri, bukan otak kanan. Observasi Darx diabaikan, hingga setelah Paul Broca, seorang dokter terkenal, melakukan observasi yang sama pada 1861. Dalam kenyataanya, kita masih merujuk pada area bahasa dalam otak kiri seprti yang dikemukakan Broca. Temuan bahwa bagi mayoritas orang area kemampuan bicara berada diotak kiri tetapi tidak ada diotak kanan telah memberikan bukti ilmiah bahwa kedua otak itu berfungsi secara asimetris.

Ditemukan bahwa individu yang mengalami kerusakan otak kanan kemungkinan akan menunjukkan kesulitan dalam memperhatikan atau gangguan persepsi. Mereka mungkin akan bingung dengan daerah yang seudah dikenalinya dan sulit mengenali wajah keluarga dan objek yang dikenalinya. Individu yang mengalami gangguan diotak kanan lebih mungkin menunjukkan Neglect Syndrome (sindrom pengabaian) ketimbang mereka mengalami gangguan di otak kiri. Sindrom ini adalah kegagalan untuk melihat atau memperhatikan bidang visual disebelah kiri atau bahkan sisi kiri tubuh.

d.       Fungsi Belahan Otak di Otak Normal

Berdasarkan studi individu yang mengalami gangguan otak dan mereka yang otaknya pernahdioperasi karena alasan medis, tampak bahwa masing-masing belahan otak dapat memahami, belajar, mengingat, dan merasa secara terpisah atau secara independen. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui bagaimana dua belahan otak itu berfungsi pada individu dengan otak normal dan sehat adalah dengan dichotic listening.

Teknik dichotic listening adalah dengan mengirimkan informasi yang saling bersaing seperti sepasang suku kata atau angka, ketelinga kiri dan kanan secara bersamaan melalui headphone stereo. Beberapa pihak membantah dengan berargumen bahwa ketimbang mengambil kesimpulan dari riset dichotic listening bahwa belahan otak kiri dikhususkan untuk persepsi bicara secara umum, adalah lebih akurat jika disimpulakn bahwa belahan otak kiri dikhususkan untuk persepsi suara atau perhatian umum. Namun, fakta bahwa kebanyakan orang yang tidak kidal memahami melodi (Kimura, 1964) dan suara lingkungan, seperti anjing menggonggong atau mesin mobil secara lebih baik dengan menggunakan teling kirinya (belahan otak kanan) tidak mendukung bantahan argumen tersebut.

e.        Spekulasi

Riset terhadap perbedaan antara dua belahan otak itu menimbulkan spekulasi tentang peran dari asimetris cerebral dalam kehidupan sehari – hari. Bogen (1977) menunjukkan bahwa perbedaan cara memproses pemikiran ini merefleksikan dua jenis kecerdasan balahan otak. Di bawah ini adalah satu – satunya manifestasi dari bagaimana otak kiri dan otak kanan memproses informasi.

Otak Kiri
Otak Kanan
Intelek
Intuisi
Konvergen
Divergen
Realities
Implusif
Intelektual
Sensual ( perasaan )
Diskret
Kontinu
Terarah
Bebas
Rasional
Intuitif
Historis
Nir – waktu
Analitis
Holistis
Suksesif
Simultan
Objektif
Subjektif
Atomistis
Umum (gross)

Usaha untuk menemukan dikotomi seperti daftar di atas dan kemudian untuk menjelaskan eksistensinya dalam term cara belahan otak memproses informasi dinamakan dichotomania.

Jerre Levy, seorang peneliti fungsi otak kiri dan otak kanan, percaya bahwa walaupun adalah mungkin, dalam kondisi tertentu, untuk menunjukkan bahwa dua belahan itu berfungsi secara berbeda adalah mustahil untuk memisahkan fungsi – fungsi itu dalam otak yang normal dan sehat. Ganzzaniga dan LeDoux (1978) lebih ketat analisisnya. Setelah melakukan percobaan dengan pasien, mereka menyimpulkan bahwa miskonsepsi popular tentang dikotomi ini adalah akibat dari eksperimen yang didesain dengan buruk di mana hasilnya ditentukan oleh bias respon bukan oleh perbedaan belahan otak.


SEL RILL DAN KUMPULAN SEL RILL

Apresiasi terhadap spekulasi Hebb sebagian bergantung pada pemahaman tentang belajar antara dua neuron. Sebuah neuron terdiri dari satu tubuh sel; satu atau lebih proses yang lebih luas dinamakan axom yang dikhususkan untuk mengantarkan informasi elektrokimiawi menjauhi sel dan sebagai cabang dendrites, yang dikhususkan untuk menerima informasi elektrokimiawi dari axon sel lain.

Sel-sel otak berhubungan dengan ratusan atau mungkin ribuan sel lain. Aktivitasnya adalah hasil dari penyajian terus menerus informasi dari sel-sel sekitarnya. Kita bisa membayangkan pada level paling mendasar bahwa belajar membutuhkan perubahan dalam hubungan antara dua sel, dan ini adalah level dimana Hebb untuk menfokuskan diri pertama kalinya. Secara spesifik, belajar terdiri dari perubahan dalam respon sel penerima terhadap neurotransmiter yang dilepaskan oleh sel pengirim.

a.        Belajar Dalam Aplysia

Hambatan utama yang untuk memahami mekanisme belajar, rekrutmen, fraksional adalah banyaknya jumlah neuron yang terlibat dalam perilaku mamalia, bahkan yang paling sederhana sekalipun. Eric Kandel dan rekannya, memecahkan problem ini dengan meneliti moluska dilautan yang tidak punya cangkang atau disebut aplysia, yang punya sitem saraf yang sederhana namun menunjukkan perilaku yang sama dengan fenomena kumpulan sel.

Riset Kandel menunjukkan bahwa kejadian kritis yang memediasi habituasi adalah berkurangnya pelepasan neurotransmiter dari neuron sensorik yang berfungsi sebagai sinyal bagi neuron motor yang memicu gerak mengerut refleksi diorgan eksternal tersebut.

b.       Potensiasi Jangka Panjang

Karya Kandel menjawab sebagian pertanyaan tentang bagaimana pola komunikasi antar sel yang berubah. Mekanisme lainnya terungkap dalam fenomena yang dinamakan long term potentiation (Potensiasi Jangka Panjang (LTP)). Pada awalnya diasumsikan bahwa LTP tidak akan terjadi kecuali stimulus potensiasi frekuensinya tinggi, sekitar 100 denyut detik. Kemudian diasumsikan bahwa karena otak dianggap tak mungkin menghasilkan denyut dengan frekuensi setinggi itu, maka LTP hanyalah fenomena laboratorium, tak lebih dari itu.

c.        Depresi Jangka Panjang

Belajar membutuhkan rekrutmen kumpulan sel dan sekuensi fase yang dioerlukan untuk memunculkan perilaku motor atau kognitif, tetapi juga melibatkan eliminasi sekuensi fase yang tidak dibutuhkan atau yang menggangu kerja. LTP memberikan mekanisme yang dengannya neuron yang bukan bagian dari kumpulan atau sekuensi bisa distimulasi dan direkrut. Fenomena yang dinamakan long tern depression (Depresi Jangka Panjang (LTD) menyediakan mekanisme yang dengannya neuron yang pada mulanya merupakan bagian dari kumpulan sel yang dapat dihilang. Dalam LTD, ketika dua sel pengirim menstimulasi satu sel penerima, sel penerima ini menjadi tidak responsive terhadap aktivitas sel pengirim.

d.       Neuroplastisitas

Neuroplastisitas adalah istilah untuk mendeskripsikan kemampuan otak untuk mereorganisasi atau memodifikasi koneksi – koneksinya sebagai hasil dari pengalaman. Dan temuan dari beberapa laboratorium menunjukkan bahwa plastisitas otak dipertahankan selama usia dewasa.

Pengalaman dan Perkembangan Dendritas. Beberapa studi juga menunjukkan bagaimana belajar di lingkungan yang kaya ini diasosiasikan dengan bertambahnya berat otak, bertambahnya level neurotransmitter, dan perubahan fisik lainnya di dalam otak.

Belajar kembali setelah cidera otak. Cedera otak yang disebabkan oleh stroke akan menyebabkan matinya neuron, dan sel-sel ini tidak diregenerasi. Setelah terkena stroke, hilangnya control atas tangan atau terganggunya kemampuan bicara sering disebabkan oleh matinya sel-sel  yang berkaitan dengan pengontrolan gerak tangan atau bahasa. Meskipun cedera itu bersifat merusak, beberapa pasien menunjukkan pemulihan sebagian atau pemulihan sepenuhnya. Dalam term Hebbian, pemulihan ini melibatkan perkembangan perkumpulan sel baru dan sekuensi fase baru. Azari dan Seitz (2000) menggunakan alat pemindai (scan) positron emission tomography (PET) untuk menunjukkan bahwa pemulihan pasca srtoke adalah disebabkan oleh rekrutmen pola synaptic baru yang biasanya tidak ada dalam otak yang sehat. Cornelissen et al., (2003) menggunakan teknologi scanning lain yang disebut magnetoenchepalography (MEG) untuk pasien stroke yang juga terkena anomia (ketidak mampuan menyebut nama objek umum).

Banyak faktor yang mempengarui neuroplastisitas, dan banyak dari mekanisme ini mungkin beroperasi secara simultan. Beberapa diantaranya, misalnya faktor pertumbuhan saraf, dan faktor neurotrophis, ikut memperkaya plastisitas. Selain itu, hormone seks memainkan peran penting dalam menentukan morfologi (bentuk) neuron dan level hormon seks adalah mediator yang penting dari plasisitas. Plastisitas utama diungkapkan oleh Gage dan rekannya, yang menunjukkan bahwa neurogenesis, yakni kelahiran dan perkembangan neuron baru, terjadi di masa dewasa di sebagian otak banyak hewan dan juga manusia. Secara spesifik, bagian dari dentate gyrus di hippocampus dan bagian struktur otak depan berhubungan dengan bagian indera penciuman yang memproduksi sel-sel yang berbentuk batangan. Sel- sel ini bisa dibedakan menjadi neuron, glia, atau kapiler.

SEL ARTIFISIAL DAN KUMPULAN SEL ARTIFISIAL

Hebb mungkin tidak pernah menyangka bahwa idenya dipakai dalam dunia simulasi Komputer abstrak. Namun, pendekatan terbaru untuk memahami cara system neural menjalani proses belajar adalah dengan tidak melibatkan neuron actual sama sekali. Kini dipakai komputer untuk membuat model aktivitas sel otak. Model ini dipakai untuk mempelajari proses belajar, memori, lupa, dan aktivitas otak lainnya. Bidang ini belum memiliki nama yang disepakati umum, namun ia disebut sebagai koneksionisme baru, dan model yang dipakainya disebut neural network (jaringan neural). Tugas dasar dari simulasi computer ini pertama-tama adalah mendefinisikan seperangkat neuron computer dan interkoneksi dan hubungan potensialnya. Kemudian, sejumlah asumsi yang disederhanakan, yang didasarkan pada pengetahuan kita tentang neuron riil, dekenakan ke neuron artificial ini. Selain itu kaidah belajar logika sederhana akan mengatur perubahan yang terjadi dalam neuron computer dan interkoneksinya. Terakhir, sistem neural artificial ini “dilatih” dan kemudian diamati untuk mengamati bagaimana ia berubah. Contoh sederhana jaringan neural, yang dinamakan asosiator pola,mungkin berfungsi untuk menunjukkan ide, tetapi ingat bahwa fenomena yang lebih kompleks telah dibuatkan modelnya dalam jaringan neural.

PANDANGAN HEBB TENTANG PENDIDIKAN

Menurut Hebb, ada dua macam belajar. Yang pertama berkaitan dengan pembentukan kumpulan sel dan sekuensi fase secara gradual selama masa bayi dan kanak-kanak. Proses belajar ini representasi neurologis atas obyek dan lingkungan. Ketika perkembangan neural ini terjadi, anak dapat memikirkan suatu obyek atau kejadian, atau sederetan obyek dan kejadian, yang tidak hadir secara fisik di depanya. Selama proses belajar awal ini anak harus berada di lingkungan yang kaya, yang berisi berbagai macam pemandangan, suara, tekstur, bentuk, objek, dan sebagainya. Semakin kompleks suatu lingkungan, semakin banyak yang akan direpresentasikan dalam level neurologis. Semakin banyak yang direpresentasikan di level neural, semakin besar kemampuan anak untuk berfikir.

Jenis belajar kedua, menurut Hebb, lebih dapat dijelaskan dengan prinsip Gestalt ketimbang dengan prinsip asosiasionistik. Setelah kumpulan sel dan sekuensi fase berkembang pada masa kecil, proses belajar selanjutnya biasanya berupa penataan ulang. Dengan kata lain, setelah blok bangunan terbentuk, blok itu dapat diatur kembali menjadi berbagai macam bentuk. Proses belajar ditingkat selanjutnya, karenanya, adalah perseptual, cepat, dan berwawasan. Tugas guru adalah membantu mereka memahami apa yang sudah mereka pelajari dengan cara yang kreatif.

Hebb juga mengaatakan bahwa karakteristik fisik dari lingkungan belajar adalah sangat penting. Untuk tugas dan siswa tertentu ada level kewaspadaan atau kesiapan optimal yang membuat proses belajar jadi efisien. Karena level kesiapan ini terutama dikontrol oleh stimulasi eksternal, maka level stimulasi dalam lingkungan belajar akan menentukan seberapa besar proses belajar berlangsung. Jika terlalu banyak stimulasi (misalnya keributan dikelas), proses belajar akan sulit. Demikian pula, jika kurang stimulasi (kelas sepi seperti kuburan di malam hari) proses belajar juga sulit. Yang diperlukan adalah level stimulasi optimal untuk tugas dan siswa.

PENERAPAN TEORI HEBB PADA SISWA

1.  Aplikasi dalam kehidupan nyata, selama proses pembelajaran awal, sebuah lingkungan yang kaya akan stimulus akan menjadi sangat penting untuk seorang anak, termasuk bermacam-macam objek penglihatan, suara tekstur, bentuk, objek, dan yang lainnya. Semakin kompleks lingkungan, akan semakin banyak terwakili dalam tingkat neurologis. Semakin banyak terwakili dalam neurologis, semakin banyak anak tersebut berpikir. Hebb menyarankan agar anak-anak diberi lingkungan dengan bermacam-macam stimulus atau varietas.
Sebagai contoh, seorang siswa yang berlatih bulu tangkis dilingkungan yang kaya, dengan berbagai macam peralatan yang bagus seperti  raket, kok banyak dan bagus, kondisi lapangan berada di dalam GOR, sepatu olahraga, dll. Tetapi berbanding terbalik ketika seorang siswa berlatih bulu tangkis di lingkungan yang miskin seperti, lapangan diluar GOR, belum memakai sepatu olahraga, raket seadanya, kock hanya ada beberapa. Hal ini menunjukan bahwa lingkungan yang kaya akan stimulus menjadi sangat penting untuk seorang anak. Semakin kompleks lingkungan akan semakin terwakili dalam tingkat neurologisnya. 

2.         Sebagai guru dan kepala sekolah di Montreal dan di tahun kemudian di McGill University, dia menjadi guru yang sangat efektif dan pengaruh yang besar. Sebagai profesor di McGill, dia percaya bahwa motivasi bukan satu-satunya yang menyebabkan siswa belajar, tetapi menciptakan kondisi yang diperlukan bagi siswa di mana mereka untuk melakukan kajian dan penelitian. Hal ini dapat melatih mereka untuk menulis, membantu mereka dalam memilih masalah untuk belajar, dan bahkan membantu mereka tetap tidak bimbang, nasmun motivasi dan semangat untuk penelitian dan belajar harus datang dari siswa itu sendiri. Ia percaya bahwa siswa harus dievaluasi pada kemampuan mereka untuk berpikir dan membuat daripada kemampuan mereka untuk menghfal dan mengulang ide lama. Hebb menulis Perilaku Organisasi, Neuropsychological Teori, ia membantah buku yang menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk menjelaskan perilaku adalah dalam hal fungsi otak.


NEUROSAINS PEMBELAJARAN
Pembahasan dalam sub-topik ini mencakup penggunaan proses otak saat pembelajaraan sebagai sebuah kerangka acuan. Proses yang terjadi dalam di dalam otak saat pembelajaran merupakan hal yang kompleks.
Sistem Pengolahan Informasi
Sistem pengolahan informasi meliputi register sensorik, memori jangka pendek (Short Term Memory/STM) atau memori kerja (Working Memory/WM) dan memori jangka panjang (Long Term Memory). Register sensorik menerima input atau menyimpannya selama sepersekian detik setelah input tersebut dibuang ataupun disalurkan ke WM. Sebagian besar input indrawi dibuang karena tiap saat kita dibombardir oleh banyak sekali input indrawi.
Sebelumnya kita telah membicarakan bahwa seluruh input indrawi (kecuali untuk bau) langsung menuju ke Thalamus, di mana setidaknya beberapa dari input tersebut dikirimkan ke bagian Cerebral Cortex yang sesuia untuk di proses (misalnya; lobus-lobus otak yang memproses informasi-informasi indrawi yang tepat). Tetapi input ini tidak sebagai sebuah “persepsi” saraf dari input tersebut. Contohnya, ketika sebuah stimulus auditori diterima oleh thalamus, stimulus ini akan diubah menjadi padanan saraf dari persepsi stimulus tersebut. Persepsi ini juga berperan mencocokkan informasi-informasi dengan hal-hal yang telah tersimpan dalam memori. Proses ini dikenal dengan pengenalan pola (pattern recognition). Jadi jika stimulus visualnya adalah guru kelas, maka persepsi yang dikirimkan ke korteks akan cocok dengan representasi dari guru tersebut akan dikenali.
Sebagian dari hal yang membuat persepsi menjadi bermakna adalah kenyataan bahwa sistem aktivasi retikular otak menyaring informasi untuk menyingkirkan informasi-infomasi yang kurang penting dan fokus pada materi-materi yang penting (Wolfe, 2001). Proses ini adaptif  karena jika mencoba memerhatikan tiap-tiap input, kita tidak akan pernah bisa dapat berkonsentrasi terhadap apa pun. Ada beberapa faktor yang memengaruhi penyaringan ini. Kesan penting yang dikenali, misalnya seperti guru yang mengumumkan bahwa materi pelajaran tertentu penting untung diperhatikan (misalnya; materi yang akan diujikan), akan cenderung menarik perhatian siswa. Sesuatu yang baru juga menarik perhatian. Otak cenderung fokus pada input-input yang baru atau berbeda dengan yang diperkirakan. Faktor lainnya adalah intensitas. Stimulus-stimulus yang bunyinya lebih keras, lebih terang atau lebih mencolok akan mendapatkan lebih banyak perhatian. Gerakan juga membantu mengarahkan perhatian. Meskipun sistem-sistem perhatian ini sebagian besar bekerja secara tak sadar, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan gagasan-gagasan ini untuk membantu memfokuskan perhatian siswa dalam kelas, seperti misalnya menggunakan tampilan-tampilan visual yang terang dan baru.
Ringkasnya, input-input indrawi diproses di bagian-bagian memori indrawi pada otak, dan input-input yang dipertahankan cukup lama ditransfer ke WM. Tampaknya WM berada di banyak bagian otak, tetapi kebanyakan berlokasi di korteks prefontal dari lobus frontal (Wolfe, 2001). Informas-informasi akan hilang dari WM dalam beberapa detik kecuali dimunculkan lagi atau ditransfer ke LTM. Supaya informasi-informasi dapat disimpan, harus ada sinyal syaraf yang melakukannya; dalam hal ini, informasi-informasi tersebut dianggap penting dan perlu digunakan.
Bagian-bagian otak yang terutama terlibat alam pengolahan memori dan informasi adalah korteks dan lobus temporal medial (Wolfe, 2001). Tampaknya otak memproses dan menyimpan memori dalam struktur-struktur yang sama yang pada awalnya mengenali dan memproses informasi. Sementara itu, bagian-bagian otak tertentu yang berperan dalam LTM berbeda-beda tergantung dari tipe informasi.
Dengan informasi deklaratif, register-register sensorik dalam cerebral cortex (misalnya; visual, auditori) menerima input dan mentransfernya ke hippocampus dan lobus temporal medial terdekat. Input-input ditangkap dengan format yang kurang lebih sama seperti kemunculannya (misalnya; sebagai stimulus visual atau auditori). Hippocampus bukanlah lokasi penyimpanan yang terakhir. Hippocampus bertindak sebagai prosesor atau pembawa input. Input-input yang muncul lebih sering akan menciptakan koneksi-koneksi saraf yang lebih kuat. Dengan banyaknya aktivasi, memori-memori tersebut akan membentuk jaringan-jaringan saraf yang kemudian tertanam dengan kuat di dalam korteks frontal dan temporal. Karena itu LTM untuk dikonfirmasi deklaratif diperkirakan berlokasi di korteks frontal dan temporal.
Sebagian besar informasi prosedural menjadi otomatis di mana prosedur-prosedur dapat diselesaikan tanpa atau banyak melibatkan fikiran sadar (misalnya; mengetik, bersepeda). Pembelajaran prosedural awal melibatkan peran korteks prefrontal, lobus parietal, dan cerebellum yang memastikan bahwa secara sadar kita memerhatikan gerakan-gerakan atau langkah-langkah ini dirangkai dengan benar. Melalui latihan, daerah-daerah ini menunjukan lebih sedikit aktivitas, sementara struktur-struktur otak lainnya seperti korteks motorik mernjadi lebih aktif terlibat (Wolfe, 2001).
Neurosains kognitif  mendukung gagasan bahwa mendukung gagasan bahwa banyak hal dapat dipelajari melalui pegamatan (Bandura, 1986). Penelitian menunujukan bahwa sirkuit-sirkuit korteks yang memungkinkan dilakukannya suatu tindakan juga merespons ketika kita mengamati orang lain yang melakukan tindakan tersebut (van Gog, Marcus, Ayres, & Sweller, 2009).
Untuk prosedur-prosedur nonmotorik (misalnya; penguraian kata-kata, penjumlahan sederhana). Korteks visual-lah yang akan banyak terlibat. Sebetulnya repetisi atau perulangan dapat mengubah struktur saraf korteks visual. Perubahan-perubahan ini memungkinkan kita mengenali stimulus-stimulus visual (misalnya; kata, bilangan) dengan cepat tanpa harus secara sadar memproses makna-maknanya. Akibatnya, banyak di antara tugas-tugas kognitif ini menjadi rutinitas. Pengolahan informasi secara sadar (misalnya; informasi yang disertai ucapan, “perhatikan” oleh seorang guru), tidak dapat dihubungkan dengan apa pun dalam memori? Situasi seperti ini membutuhkan terciptanya sebuah jaringan memori baru; sebagaimana akan dibahas berikut ini.
Jaringan-Jaringan Memori
Melalui perulangan penghadiran stimulus-stimulus atau informasi-informasi, jaringan-jaringan saraf akan dapat diperkuat sehingga respons-respons saraf terjadi dengan cepat. Dari perspektif neourosains kognitif, aktivitas belajar melibatkan penbentukan dan penguatan koneksi-koneksi dan jaringan-jaringan saraf (koneksi-koneksi sinaptik). Definisi ini bisa dikatakan seupa dengan definisi pembelajaran dlam teori-teori pengolahan informasi saat ini (misalnya; ACT-R).
Teori Hebb. Proses yang berlangsung dalam pembentukan koneksi dan jaringan sinaptik telah dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah selama bertahun-tahun. Hebb (1949) merumuskan teori neurofisiologi pembelajaran yang menekankan peran dari dua struktur kortek: cell assembly (kumpuln sel) dan phase sequence (sekuens fase). Cell assembly merupakan struktur yng terdiri dari sel-sel dalam korteks dan pusat-pusat sub-korteks (Hilgard, 1956). Pada dasanya cell assembly adalah padanan saraf dari sebuah asosiasi sederhana dan bagian ini dibentuk melalui stimulasi-stimulasi yang sering diulang. Ketika stimulasi tertentu terjadi lagi, cell assembly teraktifkan. Hebb yakin bahwa ketika cell assembly teraktifkan, ia akan memfasilitasi respons-respons saraf dalam sistem-sistem lainnya sebagimana respons-respons motorik.
Bagimana cell assembly terbentuk? Hebb hanya dapat berspekulasi mengenai hal ini karena pada masanya, teknologi untuk meneliti proses-proses otak masih terbatas. Hebb merasa bahwa perulangan stimulasi-stimulasi menyebabkan tumbuhnya tombol-tombol sinaptik yang meningkatkan kontak antara akson-akson dan dendrit-dendrit (Hilgard, 1956). Dengan berulangnya stimulus, cell assembly akan diaktifkan secara otomatis dan akan memfasilitasi proses saraf.
Phase sequence adalah serangkaian cell assembly. Serangkaian cell assembly yang terstimulasi membentuk pola atau rangkaian yang memberikan semacam pengorganisasian pada proses. Contohnya, kita menghadapi banyak stimulus visual ketika kita sedang memperhatikan wajah seorang teman. Seseorang dapat membanyangkan serangkaian cell assembly yang masing-masing mencakup aspek tertetu dari wilayah yang diperhatikannya (misalnya; sudut mata kiri dari mata sebelah kiri, bagian bawah dari telinga kanan). Dengan melihat ke arah wajah tersebut berulang-ulang, rangkaian cell assembly ini secara bersamaan diaktifkan dan terkoneksi sehingga membentuk sebuah rangkaian fase yang terkoordinasi yang memberi perintah pada bagian-bagian tertentu (misalnya; supaya kita tidak mengubah posisi bagian posisi bagian bawah telinga kanan di atas sudut kiri dari mata sebelah kiri). Rangkaian fase memungkinkan koordinasi keseluruhan dari proses dipahami secara sadar sebagai hal yang bermakna.
Koneksi-Koneksi Saraf. Meskipun gagasan-gagasan Hebb telah berusia 60 tahun, luar biasanya, gagasan-gagasan tersebut masih sesuai dengan pandangan-pandangan kontemporer tentang bagaimana pembelajaran terjadi dan memori-memori terbentuk. Seperti yang akan kita lihat di bagian pembahasan berikutnya yang menyampaikan tentang perkembangan, kita terlahir dengan sejumlah besar koneksi (sinaptik) saraf. Dengan demikian, pengalaman-pengalaman kita memengaruhi sistem-sistem ini. Koneksi-koneksi diseleksi atau diabaikan, dipekuat atau disingkirkan. Di samping itu, koneski-koneksi dapat ditambahkan dan dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman baru (National Research  Council, 2000).
Maka, perlu diperhatikan bahwa proses pembentukan dan penguatan koneki-koneksi sinaptik (pembelajaran) mengubah struktur fisik dari otak dan organisasi fungsionalnya (National Research Council, 2000). Tugas-tugas yang khususterkait dengan pembelajaran menghasilkan perubahan-perubahan yang terlokalisir dalam daerah-daerah otak yang sesuai untuk tugas tersebut. Perubahan-perubahan ini memberikan pengorganisasian baru pada otak. Kita cenderung berfikir bahwa otak menentukan pembelajaran, tetapi pada kenyataannya da hubungan timbal balik dikarenakan sifat “neuroplastisitas” otak atau kapasitasnya untuk mengubah strukturnya dan fungsinya sebagai hasil dari pengalaman (Begley, 2007).
Meskipun penelitian otak terus mempelejari topik yang penting ini, informasi-informasi yang tersedia mengindikasikan bahwa memori tidak sepenuhnya terbentuk saat pembelajaraan awal terjadi. Lebih tepatnya, pembentukan memori merupakan sebuah proses yang berkelanjutan di mana koneksi-koneksi sarafnya distabilkan selama periode waktu tertentu (Wolfe, 2001). Proses stabilisasi dan penguatan koneksi-koneksi (sinaptik) saraf dikenal dengan konsolidasi. Hippocampus diduga memiliki peran penting dalam konsolidasi meskipun faktanya hippocampus bukan merupakan lokasi dari penyimpanan memori.
Ringkasnya, terlihat bahwa stimulus-stimulus atau informasi-informasi yang masuk mengaktifkan bagian otak yang sesuai dan kemudian dikodekan sebagai koneksi-koneksi sinaptik. Melalui perulangan koneksi-koneksi ini jumlahnya meningkat dan menjadi makin kuat, yang berarti bahwa koneksi-koneksi tersebut terjadi makin otomatis dan dapat saling berkomunikasi dengan lebih baik. Pembelajaran mengubah bagian-bagian tertentu otak yang terlibat dalam tugas-tugas tersebut (National Research Council, 2000). Pengalaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran seseorang, baik pengalaman dari lingkungan (misalnya; stimulus visual dan auditori) maupun aktivitas-aktivitas mental dalam pikirannya sendiri (misalnya; pikiran).
Karena otak memberikan semacam struktur terhadap informasi-informasi yang masuk, maka peran struktur ini menjadi penting dalam memfasilitasi memori. Jadi, dapat dikatakan bahwa konsolidasi sederhana dan memori tidak memadai untuk menjamin tercapainya pembelajaran jangka panjang.
MEMORI JANGKA PANJANG (LTM): GUDANG PENYIMPANAN
Bagian ini membahas tentang penyimpanan informasi dalam LTM. Meskipun pengetahuan kita tentang LTM terbatas karena  kita tidak mempunyai jendela untuk bisa melihat otak, penelitian telah menghadirkan gambaran yang cukup konsisten mengenai proses penyimpanan.
Karakterisasi LTM dalam bab ini meliputi sebuah struktur dengan pengetahuan yang dipresentasikan sebagai lokasi-lokasi atau simpul-simpul dalam jaringan-jaringan sementara jaringan-jaringan tersebut saling berhubungan (berasosiasi).
Proposisi-Proposisi
Sifat-sifat Proposisi. Sebuah proposisi adalah unit informasi terkecil yang dapat dinilai benar-salahnya. Proposisi merupakan unit dasar pengetahuan dan makna dalam LTM (Anderson, 1990; Kosslyn, 1984; Norman & Rumelhart, 1975). Uraian-uraian di bawah ini adalah contoh-contoh proposisi:
§  Deklarasi Kemerdekaan ditandatangani pada 1776.
§  2 + 2 = 4.
§  Bibi Frieda benci lobak.
§  Saya pintar dalam bidang studi matematika.
§  Tokoh-tokoh utama diperkenalkan di awal cerita.
Contoh-contoh proposisi ini ini dapat dikatakan benar atau salah. Akan  tetapi           perhatikan bahwa orang mungkin memiliki penilaian yang berbeda-beda. Carlos mungkin merasa bahwa ia kurang pandai dalam matematika, tetapi gurunya mungkin berpendapat bahwa sangat pintar dalam matematika
Sifat persisnya proposisi kurang dapat dipahami. Meskipun proposisi-proposisi tersebut dapat dianggap sebagai kalimat-kalimat, mereka lebih mungkin tampil sebagai makna-makna dari kalimat (Anderson, 1990). Penelitian mendukung pemikiran bahwa kita menyimpan informasi dalam memori sebagai proposisi-proposisi daripada sebagai kalimat-kalimat lengkap. Kintsh (1974), memberikan kalimat-kalimat pada para partisipan untuk mereka baca. Kalimat-kalimat tersebut panjangnya sama, tetapi jumlah proposisi yang dikandungnya berbeda-beda. Makin banyak proposisi yang terkandang dalam sebuah kalimat, makin lama partisipan memahaminya. Hal ini mengimplikasikan bahwa siswa dapat membuat kalimat, “Deklarasi Kemerdekaan ditandatangai pada 1776”  hal yang cenderung mereka simpan dalam memori adalah proposisi yang hanya memuat informasi-informasi yang penting (Deklarasi Kemerdekaan-ditandatangi 1776). Dengan perkecualian-perkecualian tertentu (misalnya; menghafal puisi) tampaknya orang biasanya menyimpan makna-makna, bukan kata per katanya secara persis.
Proposisi membentuk jaringan-jaringan yang dibangun dari tiap-tiap simpul tau lokasi. Masing-masing simpul dapat dianggap sebagai kata meskipun sifat persepsinya tidak diketahui, tetapi barangkali bentuknya abstrak. Contohnya, siswa yang mengikuti pelajaran sejarah cenderung memiliki sebuah jaringan “pelajaran sejarah” yang terdiri dari simpul-simpul seperti “buku”, “guru”, “lokasi”, “nama siswa yang duduk disebelah kirinya”, dan sebagainya.
Jaringan-jaringan Proposisi. Proposisi-proposisi dibentuk menurut serangkaian aturan. Para peneliti meiliki pendapat yang berbeda-beda tentang aturan-aturan yang mana yang termasuk dalam rangkaian aturan tersebut, tetapi pada umumnya mereka percaya bahwa aturan-aturan mengombinasikan simpul-simpul menjadi proposisi-proposisi dan kemudian proposisi-proposisi dikombinasikan menjadi struktur-struktur atau jaringan-jaringan yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu kelompok-kelompok proposisi yang saling berkaitan.
Teori ACT dari Anderson (Anderson, 1990, 1993, 1996, 2000; Anderson et al 2000; Anderson, Reder, & Lebiere, 1996) mengemukakan sebuah model jaringan ACT-R (Adaption Control of Thought-Rationa/Kontrol Pikiran Rasional Adaftif) LTM dengan sebuah struktur proposisi. ACT-R adalah sebuah model arsitektur kognitif yang berupaya menjelaskan bagaimana semua komponen pikiran bekerja sama untuk menghasilkan kognisi yang koheren (Anderson et al., 2004). Sebuah proposisi dibetuk dengan mengombinasikan dua simpul dengan sebuah hubungan subjek-predikat, atau asosiasi. Satu simpul menjadi subjek sedangkan simpul yang satunya menjadi predikat. Contohnya (Informasi yang tersirat berada dalam tanda kurung): “Fred (is) rich” (Fred itu kaya) dan “shopping (takes) time” (Belanja itu perlu waktu). Tipe asosiasi kedua adalah hubungan relasi-argumen, di mana relasi adalah kata kerja (secara makna) dan argumen adalah resipien/penerima dari relasi atau hal yang dipengaruhi oleh relasi tersebut. Conohnya adalah “eat cake” (makan kue) dan ”solve puzzle” (menyelesaikan puzzle). Argumen-argumen relasi dapat bertindak sebagai subjek atau predikat untuk membentuk proposisi kompleks. Contohnya adalah “Fred eats cake” (Fred makan kue) dan “solv(ing) puzzles (takes) time” (menyelesaikan puzzle perlu waktu).
Proposisi-proposisi saling berkaitan ketika proposisi-proposisi tersebut memiliki elemen yang sama. Elemen-elemen yang sama membantu kita memecahkan masalah, mngatasi tuntutan-tuntutan lingkungan, menarik analogi-analogi dan seterusnya. Tanpa elemen-elemen yang sama, tidak akan terjadi transfer; semua pengetahuan akan disimpan secara terpisah dan pengolahan informasinya akan lambat. Orang tidak akan menyadari bahwa pengetahuan yang relevan bagi satu bidang ilmu juga relevan bagi bidang ilmu lainnya.
Contoh Jaringan Proposisi
Bukti yang ada menunjukan bahwa proposisi-proposisi diorganisasikan dalam struktur-struktur hierarkis. Collins dan Quillian (1969) menunjukan bahwa orang menyimpan informasi pada level tertinggi dari generalitas. Contohnya, jaringan LTM untuk “hewan’akan disimpan pada level tertinggi seperti fakta-fakta “bergerak” dan “makan”. Di bawah kategori ini aka ada spesies-spesies dari binatang seperti “burung” dan “ikan”. Di bawah “burung” terdapat fakta-fakta seperti “mempunyai sayap”, “bisa terbang”, dan “mempunyai bulu” (meskipun ada perkecualian-pekecualian-ayam termasuk burung tetapi ia tidak bisa terbang). Fakta bahwa burung makan dan bergerak tidak disimpan dibawah level “burung” karena informasi tersebut disimpan di level yang lebih tinggi dari hewan. Collins dan Quillian menemukan bahwa waktu –waktu penarikan informasi menigkatkan jauhnya jarak antarkonsep disimpan dalam memori.
            Gagasan tentang organisasi hierarkis telah dimodifikasi oleh penelitian yang menunjukan bahwa informasi tidak selalu bersifat hierarkis. Maka, “anjing peranakan collie” leabih dekt dengan “mamalia” daripada dengan “hewan” dalam sebuah hierarki hewan, tetapi orang lebih cepat setuju bahwa seekor collie adalah hewan daripada bahwa collie adalah mamalia (Rips, Shoben, & Smith, 1973).
Selain itu, informasi yang telah dikenal barangkali disimpan bersama konsepnya pada level tertinggi dari generalitas (Anderson, 1990). Temuan ini tidak menyimpang dari dari gagasan utamanya bahwa proposisi-proposisi terorganisir dan saling berkaitan. Meskipun beberapa pengetahuan mungkin diorganisasikan secara hierarkis, banyak informasi yang barangkali diorganisasikan dengan cara yang kurang sistematis dalam jaringan-jaringan proposisi.
Gudang Penyimpanan Pengetahuan
Pengetahuan Deklaratif. Pengetahuan deklaratif (mengetahui bahwa sesuatu demikian adanya) meliputi fakta-fakta, keyakinan-keyakinan, pendapat-pendapat, generalisasi-generalisasi, teori-teori, hipotesis-hipotesis dan sikap-sikap mengenai diri sendiri, orang lain dan peristiwa-peristiwa di dunia (Gupta & Cohen, 2002; Paris et al., 1983). Pengetahuan ini diperoleh ketika proposisi baru tersimpan dalam LTM; bisanya dalam sebuah jaringan proposisi yang terkait (Anderson, 1990). Teori ACT menyatakan bahwa pengetahuan deklaratif dipresentasikan dalam potongan-potongan besar yang terdiri dari informasi-informasi dasar ditambah kategori-kategori yang berkaitan dengannya (Anderson, 1996; Anderson, Reder, & Labiere, 1996).
Proses penyimpanan bekerja sebagai sebagai berikut. Pertama, si siswa menerima informasi baru, misalnya ketika guru menyampaikan sebuah pertanyaan atau si siswa membuat sebuah kalimat. Kedua, informasi yang baru diterjemahkan ke dalam satu atau lebih proposisi dalam WM si pembelajaran. Sementara itu, proposisi-proposisi yang terkait dalam LTM diberi tanda. Proposisi-proposisi yang baru berhubungan dengan proposisi-proposisi yang terkait dalam WM melalui proses aktivasi yang menyebar (didiskusikan di bagian berikut). Pada tahapan ini si siswa mugkin memunculkan proposisi-proposisi tambahan. Terakhir, seluruh proposisi yang baru-yang diterima dan dihasilkan oleh pembelajar disimpan bersama-sama dalam LTM (Hayes-Roth & Thorndyke, 1979).




































BAB III
KESIMPULAN


A.    FAKTA PENELITIAN

Fakta penelitian dan masalah/permasalahan menunjukan bahwa kecerdasan ada banyak macamnya, seperti kecerdasan IQ, kecerdasan emosional EQ, dan kecerdasan sosial. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kecerdasan IQ hanya 20% dapat membangun kesuksesan dan 80% nya adalah kcerdasan sosial. Serta lingkungan sangat mendukung kecerdasan seseorang, lingkungan baik dan buruk pun dapat membuat sesorang berpikir dalam melakukan suatu hal yang berimbas baik atau buruk terhadap dirinya dan menyokong perkembangan di dalam lingkungan keluarga maupun sekolah. Sekolah sangatlah penting karena banyak hal yang terjadi karena sekolah adalah tempat belajar dan belajar adalah proses (kedisiplinan). Karena di sekolah selain dapat ilmu juga akan dapat kebiasaan.

Sifat dan kecerdasan saling berhubungan, namun sekarang anak lebih dipacu untuk menjadi pintar tanpa memperdulikan sifat dan akhlaknya. Dan di sekolah guru atau tenaga pendidik harus memiliki metode-metode khusus untuk memahami siswanya. Di SMK KOMPUTER MANDIRI siswanya cenderung menyukai teknologi dan kurang suka kegiatan di luar sekolah. Dan kami pun mencoba memahami siswa dengan membuat kegiatan di luar sekolah untuk dapat memahami sifat aslinya sehingga dapat diterapkan dalam kelas dan dapat mengembangkan kemampuan diri siswa.

Di zaman sekarang, siswa memiliki daya kemampuan mengingat yang kurang, hal ini dikarenakan sekarang proses pembelajaran kepada siswa hanya dapat memahami tanpa menghafal padahal keduanya sangat berpengaruh dalam hal ingatan manusia. Dan juga siswa pada zaman sekarang dapat banyak menyerap informasi dari luar tanpa tahu sumber kebenarannya dan kebanyakan informasi membuat siswa memiliki kemampuan mengingat yang kurang.


B.     KESIMPULAN

            Pada dasarnya otak terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kiri (left hemisphere) dan otak kanan (right hemisphere). Otak kiri cenderung memperhatikan hal-hal yang sifatnya non verbal. Kedua belahan otak tersebut akan bekerja secara bersama-sama, meskipun volumenya berbeda. Apabila otak kiri lebih dominan, maka otak kanan akan lambat bekerja, demikian pula sebaliknya. Penelitian Donald Olding Hebb yang melahirkan teori Neurofisiologis telah banyak memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam disiplin ilmu “Teori Pembelajaran”

1.      Teori Neurofisiologis Dominan “Donald Olding Hebb”. Hebb telah membuat 3 observasi yang dijelaskan lewat teorimya:
a.       Otak tidak berperan sebagai stasiun relay (penghubung),
b.      Intelegensi (kecerdasan) berasal dari pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara genetik,
c.       Pengalaman masa kanak-kanak lebih penting dalam mSempengaruhi kecerdasan ketimbang masa dewasa.

2.      Menurut Hebb, ada dua jenis belajar, yaitu:
a.       Berkaitan dengan pembentukan kumpulan sel,
b.      Sekuensi fase secara gradual selama bayi dan kanak-kanak.

3.      Ketika perkembangan Neural ini terjadi, anak dapat memikirkan suatu objek atau kejadian atau sederetan objek dan kejadian yang tidak hadir secara fisik di depannya. Selama proses belajar awal anak harus berada dalam lingkungan yang kaya, selama proses belajar awal mungkin terdapat proses asosiasi tertentu.

4.      Proses belajar selanjutnya biasanya berupa penataan ulang. Hebb mengatakan bahwa karakteristik fisik dan lingkungan belajar dalah sangat penting. Untuk tugas dan siswa tertentu ada level kewaspadaan atau kesiapan optimal yang membuat proses belajar menjadi efisien. Level stimulasi dalam lingkungan belajar akan menentukan seberapa proses belajar berlangsung.















DAFTAR PUSTAKA

1.      Beatty, J. 2001. The Human Brain: Essentials of Behavioral Neuroscience. Thousand Oak, CA: Sage Publicaion.

2.      Hergehahn B.R. & Olson M.H. 2008. Theoris of Learning. Edisi ketujuh. Jakarta: Kencana.Belajar, Edisi Ketujuh). Jakarta: Kencana.

3.      Hergenhahn, B. R & Matthew H. Olson. 2009. Theoris of Learning (Teori Belajar, Edisi Ketujuh. Jakarta: Kencana.

4.      Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran (Edisi Kedua). Jakarta: Rajagrafindo Persada.

5.      Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories An Educational Perspective, Sixth Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.








 PERTANYAAN

1.      Mengacu pada Teori Neurofisiologis Dominan “Donald Olding Hebb” dapat disimpulkan bahwa kecerdasan seseorang berasal dari pengalaman dan tidak ditentukan secara genetik. Menurut Anda mengapa bisa dikatakan kecerdasan seseorang itu berasal dari pengalaman?

2.      Menurut Anda apakah lingkungan dapat membangun kecerdasan seseorang? Mengapa?

3.      Lingkungan seperti apa yang dapat membangun kecerdasan seseorang?


4.      Seberapa pentingnya peran lingkungan sosial seperti di sekolah dalam membangun kecerdasan seseorang?

5.      Sifat dan kecerdasan. Apakah kedua hal tersebut saling berkaitan?


6.      Sebagai seorang guru atau tenaga pendidik apakah Anda memiliki metode-metode khusus agar para siswa yang Anda ajar dapat tertarik dan dapat memahami apa yang Anda sampaikan?

7.      Seringkali di dalam kelas ada beberapa siswa yang lupa dengan apa yang sudah Anda sampaikan, misalnya dalam pertemuan minggu lalu atau bahkan materi yang baru saja Anda sampaikan. Menurut Anda apakah itu wajar dan berhubungan dengan kecerdasan seseorang?












Tidak ada komentar:

Posting Komentar