ABSTRAK
EVALUASI
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
DESVINA
MANDASARI MANURUNG
MAHASISWA
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FKIP UNISKA
MANDAMARIA@GMAIL995.COM
Evaluasi
merupakan bagian integral dari suatu proses pembelajaran idealnya,efektivitas
pelaksanaan proses pembelajaran diukur dari dua aspek, yaitu : bukti-bukti
empiris mengenai hasil belajar siswa yang dihasilkan oleh sistem pembelajaran
dan bukti-bukti yang menunjukkan berapa banyak kontribusi (sumbangan) media
terhadap keberhasilan dan keefektivan proses pembelajaran itu. Evaluasi tentang
kedua aspek tersebut masih terasa sulit untuk dikerjakan karena sering kali
media tidak bekerja sebagai bagian integral dari keseluruhan proses
pembelajaran. Evaluasi dalam
proses pembelajaran adalah
alat untuk mengetahui
hasil belajar peserta didik. Hasil evaluasi dapat
dijadikan perbaikan dalam
proses pembelajaran sehingga pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik. Soal
evaluasi perlu dikaji untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut sudah memenuhi kriteria soal yang baik atau tidak, adapun kriteria
soal yaitu kesesuaian soal
dengan kompetensi dasar,
penyebaran soal yang proporsional, valid,
memiliki daya beda
yang baik, memiliki
tingkat kesukaran yang
baik, dan efektifnya tingkat
distraktorsoal. Berdasarkan
hasil observasi awal
di SMA PGRI 1 BANJARBARU diketahui bahwa soal ulangan setiap akhir proses pembelajaran selalu dilakukan analisis. Bahkan
ada juga guru yang sistem
cepat dalam melaksanakan evaluasi di
akhir pelajaran, karena meskipun waktu yang di berikan
masih lama tetapi setidaknya dapat di selesaikan sebelum hari tersebut, menurut mereka lebih
baik menjelaskan semua
materi pelajaran sampai
tuntas untuk satu
kali pertemuan,
dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran peserta didik diberi tugas atau
soal-soal yang
berhubungan dengan materi tersebut. Penelitian
ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan
evaluasi setiap akhir proses
pembelajaran dilakukan oleh
guru. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif
dengan populasi guru kelas I di SMA PGRI 1 BANJARBARU. Data yang dijadikan
dokumen berupa bank
soal ulangan setiap akhir
proses pembelajaran.
Data ini bersumber dari guru SMA PGRI 1 BANJARBARU. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah
metode dokumentasi. Instrumen
dalam penelitian ini
berupa pedoman dokumentasi
untuk menilai dan menganalisis soal
yang telah
dikerjakan
berdasarkan jawaban siswa.
Metode analisis data
yang digunakan adalah
analisis kuantitatif yaitu
untuk mengetahui kesesuaian
soal dengan kompetensi
dasar pada kurikulum yang berlaku. Sedangkan
analisis kualitatif digunakan
untuk menganalisis penyebaran
soal, analisis validitas
butir soal, analisis
daya beda soal,
analisis tingkat kesukaran,
dan analisis
efektifitas disktraktor. Berdasarkan analisis
kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan, ditemukan
bahwa soal secara umum telah sesuai dengan kompetensi
dasar yang berlaku, namun masih ada soal yang tidak
terdapat dalam kompetensi
dasar. Penyebaran soal
pada soal masih
belum proporsional
antara jenjang ingatan, pemahaman dan aplikasi. Validitas butir soal termasuk
soal
yang valid. Daya beda soal termasuk dalam kriteria kurang baik. Tingkat kesukaran untuk kelas I termasuk dalam
kriteria mudah,. Efektitivitas distraktor soal termasuk dalam kriteria tidak efektif.
Berdasarkan penelitian ini,
dapat diketahui bahwa
soal-soal ulangan akhir
pembelajaran yang dipakai
di SMA
PGRI 1 BANJARBARU termasuk dalam
kriteria yang
bagus kualitasnya.
Oleh karena itu peneliti memberikan
saran agar guru melakukan evaluasi setiap akhir proses pembelajaran, baik
dimulai dari penyusunan
soal maupun analisis
terhadap butir soal sebelum
dan sesudah evaluasi. Mengacu pada penelitian ini, soal yang telah memenuhi
kriteria dijadikan sebagai bank soal dan soal yang belum
cukup memenuhi kriteria sebagai
soal yang baik
agar dilakukan perbaikan sehingga mendapatkan soal yang berkualitas.
Kata kunci: evaluasi, proses pembelajaran, hasil
pembelajaran
BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dalam mengevaluasi pengajaran seorang
guru harus mengetahui cara, teknik atau metode-metode dalam mengevaluasi
pengajaran agar evaluasi yang kita lakukan bisa mencapai segala aspek
pengajaran. Dalam pendidikan di Indonesia sekarang ini masih banyak kekurangan
yang kita temui, kadang kekurang itu bukan hadir dari keputusan awal semata.
Akan tetapi juga muncul di sebabkan salahnya kita dalam mengevaluasi suatu
pengajaran di indonesisa, jikalau semua guru mengetahui cara atau teknik
mengevaluasi suatu hasil pembelajaran maka dengan sedianya keputusan pun dengan
mudah kita ambil dan sesuai dengan apa yang kita harapkan nantinya.
Dalam dunia pendidikan manapun dan
tingkat apapun, evaluasi adalah salah satu komponen paling penting, karena
dengan adanya evaluasi kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan pengajaran
suatu lembaga, sehingga lembaga tersebut akan memperbaiki semua kekurangan yang
telah dilakukan dalam pembelajaran sebelumnya, dan nantinya pembelajaran akan
lebih baik.
Sebelum kita melanjutkan lebih jauh,
kita terlebih dahulu memahami dan mengetahui definisi dari evaluasi, ada
beberapa pengertian dari evaluasi, salah satunya adalah proses pengumpulan data
untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran dan aspek-aspeknya sudah tercapai atau
belum, sehingga keputusan relevan dapat di ambil.
Alat-alat
evaluasi hanya tersedia dua porsi yaitu, teknik tes dan non-tes. Untuk
mengetahui lebih lanjut maka saya akan melampirkan atau akan membahasnya pada
bab selanjutnya, sehingga kita dapat memahami pokok pembahasanya dengan lebih
terperinci.
B. PERMASALAHAN
1.
Bagaimanakah cara evaluasi guru diakhir pembelajaran ?
2. Apakah ada tindak lanjut yang dilakukan guru apabila
ada yang belum mencapai tujuan pembelajaran ?
3. Apakah metode pembelajaran yang tepat untuk menghadapi
anak didik tersebut ?
4.
Bagaimana strategi yang digunakan dalam pembelajaran ?
5. Bagaimana cara memunculkan masalah baru diakhir
pembelajaran agar rasa ingin tahu dan sikap kritis siswa meningkat ?
6. Apa yang guru ketahui tentang evaluasi belajar dan
pembelajaran ?
BAB
2
METODE
Ada
beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan guru sebagai sarana
untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar siswa. Penggunaan berbagai
teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang
tersedia, sifat tugas yang dilakukan siswa dan banyaknya/jumlah materi
pelajaran yang sudah disampaikan.
Teknik
penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk
mendapatkan informasi mengenai keadaan belajar dan prestasi peserta didik.
Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan oleh guru
antara lain:
1.
Teknik Tes
Istilah
“tes” berasal dari bahasa Perancis, yaitu “testum”, berarti piring yang
digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu,
tanah, dan sebagainya. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan
dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan,
atau bakat yang dimiliki oleh sesesorang atau kelompok.
Dilihat dari bentuknya, maka penilaian jenis tes ini
dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:
a.
Tes Tertulis
Tes
tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan
memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
1.)
Tes Bentuk Uraian
Bentuk
uraian dapat digunakan untuk mengatur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit
diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta
didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan
kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan
yang lainnya.
Dilihat
dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat
dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
a.) Uraian Terbatas (Restricted
Respons Items)
Dalam
menjawab soal bentuk uraian ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal
tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu
beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam
sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan
dikendaki dalam soalnya. Contoh:
Jelaskan
bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer!
Sebutkan
lima komponen dalam sistem komputer!
b.) Uraian Bebas (Extended
Respons Items)
Dalam
bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika
sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya.
Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang
berbeda-beda. Namun, guru tetap mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi
jawaban peserta didik nanti. Contoh:
Bagaimana
perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan secara singkat!
Bagaimana
peranan komputer dalam pendidikan!
Dalam
menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya guru mengikuti petunjuk praktis
berikut ini.
(1) Setiap pertanyaan
hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan mudah dipahami.
(2) Jangan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa soal dari sejumlah soal
yang diberikan, sebab cara demikian tidak memungkinkan untuk memperoleh skor
yang dapat dibandingkan.
(3) Instrumen soalnya dapat
berupa: menjelaskan, menelaah, mendeskripsikan, membandingkan, mengemukakan
kritik, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.
Terdapat
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada soal bentuk uraian,. Adapun
kelebihan bentuk soal uraian antara lain:
Proses
penyusunan soal relatif mudah.
Memberikan
kebebasan luas kepada peserta didik untuk menyatakan tanggapannya.
Dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran.
Mengurangi faktor menebak dalam menjawab.
Sedangkan
kelemahan bentuk soal uraian antara lain:
Proses
pengoreksian membutuhkan waktu yang relatif lama.
Ada kecenderungan dari guru bersikap subjektif.
Guru
sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan
tulisannya.
2.)
Tes Bentuk Objektif
Tes
objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes objektif
terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
a.) Benar-Salah (True-False,
or Yes-No)
Bentuk
tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan
jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah
adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta
dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan unyuk mengukur
kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
Ada
beberapa teknik/petunjuk praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:
(1) Jumlah item yang benar
dan salah hendaknya sama.
(2) Berilah petunjuk cara
mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat sederhana.
(3) Hendaknya jumlah item
cukup banyak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
b.) Pilihan Ganda (Multiple
Choice)
Soal
tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan jawaban (option) terdiri
atas jawaban yang benar atau paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban
dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails).
Beberapa
petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu:
Harus
mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
Jangan
memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah dipelajari
peserta didik.
Pernyataan
dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.
Harus
diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
Bila
perlu beri jawaban pengecohnya.
Kebaikan
soal bentuk pilihan-ganda, antara lain: (1) cara penilaian dapat dilakukan
dengan mudah, cepat, dan objektif, (2) dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas, (3) mampu mengungkap
tingkat kognitif rendah sampai tinggi, dan (4) dapat digunakan berulang kali.
Sedangkan kelemahannya antara lain: (1) proses penyusunan soal benar-benar
membutuhkan waktu yang lama, (2) memberi peluang siswa untuk menebak jawaban,
dan (3) kurang mampu meningkatkan daya nalar siswa.
c.) Menjodohkan (Matching)
Soal
tes bntuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang
keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom sebelah kiri
menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan
jawaban. Bentuk soal seperti ini sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam mengidentifikasi hubungan antara dua hal.
Untuk
penyusunan soal bentuk ini perlu memperhatikan teknik berikut:
(1) Sesuaiakan dengan
kompetensi dasar dan indikator.
(2) Kumpulan soal diletakkan
di sebelah kiri, dan jawaban di sebelah kanan.
(3) Gunakan kalimat singkat
dan terarah pada pokok persoalan.
d.)
Melengkapi (Completion)
Soal
bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang tidak
lengkap. Contoh:
Tempat
sampah daur ulang dalam komputer disebut . . .
Program
dan data dapat disimpan dalam . . . atau . . .
Beberapa
petunjuk teknis dalam penyusunan soal bentuk melengkapi (completion),
antara lain:
(1) Hendaknya tidak
mengambil pernyataan langsung dari buku (textbook).
(2) Titik-titik kosong
sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan di akhir kalimat.
(3) Jangan menyediakan
titik-titik kosong terlalu banyak.
(4) Jika perlu, dapat diberi
gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.
b.
Tes Lisan
Tes
lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan
dan kelemahan. Kelebihannya antara sebagai berikut.
-> Dapat menilai
kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta
kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
-> Bagi peserta
didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami
kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab
peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
-> Hasil tes dapat
langsung diketahui peserta didik.
Sedangkan
kelemahan dari tes lisan adalah sebagai berikut.
1.)
Subjektivitas guru sering mencemari hasil tes
2.)
Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
c.
Tes Perbuatan
Tes
perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau
tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja.
Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan,
melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.
Untuk
menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang
bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan angka-angka
yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat
disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya
menggunakan format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan
secara kelompok digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk
keperluan pengamatan kelompok.
2.
Teknik Non-Tes
Teknik non-tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa
pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih
menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik non-tes, yakni: pengamatan
(observation), wawancara (interview), kuesioner/angket (quetionaire).
a.
Observasi
Observasi
adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada
waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Alat yang
digunakan untuk melakukan observasi disebut pedoman observasi.
b.
Wawancara
Wawancara
merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui
percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ada
beberapa teknik atau cara yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara,
yaitu:
1.)
Pewawancara harus mempunyai background tentang apa yang akan ditanyakan.
2.)
Dalam mewawancarai jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bersahabat, bebas,
ramah, terbuka, dan dapat menyesuaikan diri.
3.)
Hilangkan prasangka-prasangka yang tidak baik.
4.)
Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dan dengan bahasa yang sederhana.
5.)
Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
6.)
Batasi waktu wawancara.
c.
Angket (Quetioner)
Angket adalah
sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar
pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang
latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap metode
pembelajaran, media, dan lain- lain. Angket umumnya dipergunakan pada ranah
afektif.
d.
Daftar Cek (Check List)
Daftar
cek adalah deretan pertanyaan singkat dimana responden yang dievaluasi tinggal
membubukan tanda centang (√) pada aspek yang diamati sesuai dengan hasil
penilaiannya.
3.
Asesmen Berbasis Kelas
Asesmen
atau penilaian berbasis kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum
berbasis kompetensi. Asesmen berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar
siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Proses
ini mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang dikemukakan
melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dicapai disertai
dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan. Asesmen berbasis kelas
terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a.
Asesmen portofolio (portfolio) - (pembahasan tersendiri)
b.
Asesmen kinerja (performance) - (pembahasan tersendiri)
c.
Penilaian melalui tes tertulis - (sudah dijelaskan sebelumnya)
d.
Penilaian afektif siswa
Secara
umum, ada dua hal yang perlu dinilai dalam kaitannya dengan ranah afektif,
yakni (1) kompetensi afektif, dan (2) sikap dan minat siswa terhadap mata
pelajaran dan pembelajaran. Kompetensi afektif yang dicapai dalam pembelajaran
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam:
memberikan
respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya;
menerima
nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika;
menilai
(valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak
indah terhadap objek studi; dan
menerapkan
atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam kehidupan
sehari-hari.
Sikap
siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap keterlibatan siswa
secara aktif dalam belajar. Sikap positif terhadap sesuatu menyebabkan perasaan
mampu. Minat berkaitan dengan kecenderungan hati terhadap sesuatu yang akan
mendorong tindakan positif untuk menekuni dan meningkatkan intensitas kegiatan
pada objek tertentu.
4.
Asesmen Kinerja
Asesmen
Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan
melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses dan
produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses
keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Asesmen
ini digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja, proses,
kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika
melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya
penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan
sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah
alat dirancang.
Asesmen
kinerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan,
pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi, kemampuan siswa
menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik, dan sebagainya.
Dalam
melakukan asesmen kinerja dapat 2 metode yang dapat digunakan, yaitu:
a.
Asesmen kinerja yang berorientasi pada masa lalu (past oriented appraisal
methods). Yaitu penilaian kinerja atas kinerja seseorang dari pekerjaan
yang telah dilakukannya.
b.
Asesmen kinerja yang berorientasi ke masa depan (future oriented appraisal
methods). Yaitu penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi
seseorang untuk melakukan kinerja di masa yang akan datang.
Penilaian
hasil kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala. Skala merupakan alat untuk
mengukur sikap, nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun dalam bentuk
pertanyaan untuk menilai responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai
dengan kreteria yang telah ditentukan.
5.
Asesmen Portofolio
Portofolio
berasal dari bahasa Inggris “portfolio” yang berarti dokumen aau
surat-surat. Penilaian portofolio (portofolio assesment) merupakan
salah satu bentuk “performance
assesment”. Portofolio (portfolio)
adalah kumpulan hasil tugas/tes atau hasil karya siswa yang dikaitkan dengan
standar atau kriteria yang telah ditentukan. Dengan kata lain, model penilaian
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan
merefleksi suatu pekerjaan/tugas atau karya melalui pengumpulan (collection)
hasil karya siswa yang sistematis dalam satu periode.
Prinsip
dalam penilaian portofolio (portfolio assesment) adalah dokumen atau
data hasil pekerjaan siswa, baik berupa pekerjaan rumah, tugas atau tes
tertulis seluruhnya digunakan untuk membuat inferensi kemampuan dan
perkembangan kemampuan siswa. Informasi ini juga digunakan untuk menyusun
strategi dalam meningkatkan kualitas proses pembela
BAB
3
KAJIAN
PUSTAKA
2.1.1.
Evaluasi Pembelajaran
Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat
21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan,
dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap
jalur,
jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan.
Dalam pelaksanaan pendidikan,
evaluasi bertujuan,
untuk
mengetahui : (1)
kemajuan belajar siswa
setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu, (2) efektivitas metode
pembelajaran, (3)
kedudukan siswa
dalam kelompoknya, dan
(4) untuk memperoleh
masukan atau
umpan balik bagi guru dan siswa dalam
rangka perbaikan.
Evaluasi
memiliki makna yang
berbeda dengan penilaian,
pengukuran maupun tes.
Stufflebeam dan Shinkfield (1985:159)
dalam (widoyo 2012 : 3) menyatakan bahwa :
Evaluation is the process of
delineating, obtaining, and providing descriptive
and judgmental information about the
worth and merit of some object’s goals,
design, implementation, and impact in
order to guide decision making, serve
needs
for accountability, and
promote understanding of
the involved
phenomena.
Evaluasi
merupakan suatu proses
menyediakan informasi yang
dapat dijadikan
sebagai
pertimbangan untuk menentukan
harga dan jasa
(the wort and
merit ) dari
tujuan yang dicapai, desain,
implementasi dan dampak untuk membantu keputusan,
membantu pertanggungjawaban dan
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Selanjutnya Anderson
& Ball (Ghani,
2009:163) mengemukakan bahwa
evaluasi
adalah proses yang menentukan sampai
sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Menurut Cronbach (Ghani, 2009:163)
evaluasi adalah menyediakan informasi
untuk
pembuatan keputusan.
Sehubungan dengan pembelajaran,
evaluasi yang dimaksud
adalah suatu proses pengumpulan data
untuk menentukan manfaat, nilai, kekuatan, dan
kelemahan pembelajaran
yang ditujukan untuk
merevisi pembelajaran guna
meningkatkan daya
tarik dan efektifitasnya. Dalam
proses pembelajaran dikenal
adanya evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan selama
berlangsungnya suatu
program pembelajaran yang
bertujuan untuk perbaikan
dan
peningkatan program,
sedangkan evaluasi sumatif
dilaksanakan pada akhir
pelaksanaan suatu
program pembelajaran yang
bertujuan untuk pengambilan
keputusan akhir (biasanya
dilakukan setelah berakhirnya pembelajaran suatu materi
tertentu).
Hasil yang diperoleh siswa
dikatakan tuntas jika telah melampaui batas KKM yang
telah ditentukan ( 65,0), jika belum
mencapai KKM guru mengadakan remidial atau
pembelajaran ulang
pada materi yang
belum tuntas, lalu
diujikan kembali, sejalan
dengan peraturan pemerintah yang menyatakan hasil ulangan harian diinformasikan
kepada
siswa sebelum diadakan
ulangan harian berikutnya.
Siswa yang belum
mencapai KKM harus mengikuti
pembelajaran remedial, (Diknas, 2007 : 1)
Evaluasi merupakan suatu program untuk
memberikan pendapat dan penentuan arti
suatu pengalaman. Maksud pengalaman
adalah pengalaman yang diperoleh da lam
pembelajaran, (Schwartz dalam hamalik,
2008 : 157), menyatakan bahwa evaluasi
merupakan suatu
upaya untuk memeriksa
pencapaian kemajuan siswa
dalam
pembelajaran, sependapat
dengan (Yulaelawati, 2001
: 134 ),
menyatakan bahwa
penilaian atau
evaluasi merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh,
menganalisa, dan
menafsirkan data tentang
proses dan hasil
belajar siswa yang
dilakukan secara
sistematik dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi
yang
bermanfaat dalam pengambilan
keputusan. Sejalan dengan
pemikiran (Dick
and
Carey, 1996 :
368) menerangkan Evaluation
on investigatiuon conducted
to
obtain
specific answer to
specific time and
spec ific place. Artinya
evaluasi
merupakan suatu
process merancang, memperoleh
dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif -alternatif keputusan.
(Prawiradilaga 2007
: 132), membedakan
antara evaluasi belajar
dengan evaluasi
pembelajaran. Evaluasi
belajar menitik beratkan
penilaian pada penguasaan
kemampuan seseorang
atas tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan
sebelumnya, sedangkan
evaluasi pemb elajaran lebih
menitik beratkan untuk
menentukan mutu
sistem pembelajaran berdasarkan
seluruh komponen
didalamnya. Suchman
dalam (Arikunto 2009 : 1)
menjelaskan bahwa evaluasi
adalah
proses untuk menentukan
hasil yang telah
di capai dalam
beberapa kali
kegiatan
yang telah direncanakan
untuk mencapai suatu
tujuan. Jadi evaluasi
merupakan suatu
kegiatan untuk membandingkan
antara hasil yang
telah di capai
dengan rencana yang telah ditentukan.
Evaluasi program pembelajaran model
Contex, Input, Process dan Procuct
(CIPP),
ada
tiga istilah yang
sering digunakan dalam
evaluasi, yaitu tes,
pengukuran, dan
penilaian (test,
measurement, andassessment). Tes merupakan salah
satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik
suatu
objek.
Obyek ini bisa
berupa kemampuan peserta
didik, sikap, minat,
maupun
motivasi. Respons
peserta tes terhadap
sejumlah pertanyaan menggambarkan
kemampuan dalam
bidang tertentu. Tes
merupakan bagian tersempit
dari evaluasi.
(Daryanto,2010 : 6) mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Dengan demikian, esensi dari pengukuran
adalah kuantifikasi atau penetapan angka
tentang karakteristik atau keadaan
individu menurut aturan-aturan tertentu.
Keadaan
individu
ini bisa berupa
kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor. Pengukuran
memiliki
konsep yang lebih
luas dari pada
tes. Guru dapat
mengukur karakteristik
suatu objek tanpa menggunakan tes,
misalnya dengan pengamatan,
ratingscale atau
cara lain untuk memperoleh informasi
dalam bentuk kuantitatif
Evaluasi
memiliki makna yang
berbeda dengan penilaian,
pengukuran maupun tes.
(Stufflebeam 2003:4)
mengemukakan bahwa, evaluasi
merupakan suatu proses
menyediakan informasi
yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan untuk
menentukan harga
dan jasa (the
worth and merit)
dari tujuan yang
dicapai, desain,
implementasi, dan
dampak untuk membantu
membuat keputusan, membantu
pertanggung jawaban
dan meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena. Menurut
rumusan tersebut, inti dari evaluasi
adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan.
National
Study Committee on
Evaluation dalam (Stark
dan Thomas 1994:12)
menyatakan bahwa,
evaluasi merupakan suatu
proses atau kegiatan
pemilihan,
pengumpulan, analisis dan penyajian informasi
yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan
serta penyusunan program
selanjutnya. Hal ini
dipertegas
oleh
(Griffin dan Nix
1991: 3) menyatakan,
pengukuran, penilaian, dan
evaluasi
bersifat
hierarkis. Evaluasi didahului
dengan penilaian (assessment),
sedangkan
penilaian didahului
dengan pengukuran. Pengukuran
diartikan sebagai kegiatan
membandingkan hasil pengamatan dengan
kriteria, penilaian (assessment) merupakan
kegiatan
menafsirkan dan mendeskripsikan hasil
pengukuran, sedangkan evaluasi
merupakan penetapan
nilai atau implikasi
perilaku. Berarti harus
ada kejelasan apa
yang akan dievaluasi yang secara
implisit menekankan adanya tujuan evaluasi, serta
adanya
perencanaan bagaimana melaksanakan
evaluasi. Selanjutnya, dilakukan
pengumpulan data,
menganalisis dan membuat
interpretasi terhadap data
yang
terkumpul serta
membuat laporan. Selain
itu, evaluator juga
harus melakukan
pengaturan terhadap
evaluasi dan mengevaluasi
apa yang telah
dilakukan dalam
melaksanakan evaluasi secara
keseluruhan.
Ada
empat hal yang
ditekankan pada rumusan
tersebut, yaitu: 1)
menunjuk pada
penggunaan metode
penelitian, 2) menekankan
pada hasil suatu program,
3)
penggunaan kriteria
untuk menilai, dan 4) kontribusi
terhadap pengambilan
keputusan dan perbaikan program di masa
mendatang. Berdasarkan pendapat di atas
disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan proses
yang sistematis dan
berkelanjutan
untuk
mengumpulkan,
mendeskripsikan,
menginterpretasikan dan menyajikan
informasi untuk
dapat digunakan sebagai
dasar membuat keputusan,
menyusun
kebijakan maupun menyusun program
selanjutnya.
Tujuan
evaluasi adalah untuk
memperoleh informasi yang
akurat dan obyektif
tentang suatu program. Informasi
tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program,
dampak/hasil yang
dicapai, efisiensi serta
pemanfaatan hasil evaluasi
yang
difokuskan untuk
program itu sendiri,
yaitu untuk mengambil
keputusan apakah
dilanjutkan, diperbaiki
atau dihentikan. Selain
itu, juga dipergunakan
untuk
kepentingan penyusunan
program berikutnya maupun
penyusunan kebijakan yang
terkait
dengan program. Bidang
pendidikan ditinjau dari
sasarannya, evaluasi ada
yang
bersifat makro dan
ada yang mikro.
Evaluasi yang bersifat
makro sasarannya
adalah
program pendidikan, yaitu
program yang direncanakan
untuk memperbaiki
bidang
pendidikan. Evaluasi mikro
sering digunakan di
tingkat kelas, khususnya
untuk mengetahui pencapaian belajar
siswa. Pencapaian belajar ini bukan hanya yang
bersifat kognitif saja, tetapi juga
mencakup semua potensi yang ada pada siswa.
Jadi
sasaran
evaluasi mikro adalah
program pembelajaran di
kelas dan yang
menjadi
penanggungjawabnya adalah guru.
Banyak
model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam
mengevaluasi program
pembelajaran. Namun karena
penelitian ini hanya
mempofuskan pada
penerapan model CIPP.
Model CIPP adalah
salah satu model
evaluasi dalam program
pembelajaran. Konsep evaluasi model
CIPP (Context, Input,
Prosess,
and Product) pertama
kali dikemukakan oleh
Stufflebeam tahun 1965
sebagai
hasil usahanya mengevaluasi
ESEA (The Elementary
and Secondary
Education Act).
Konsep tersebut ditawarkan
Stufflebeam dengan pandangan
bahwa
tujuan
penting evaluasi adalah
bukan membuktikan tetapi
untuk memperbaiki
(Madaus dkk, 1993:118).
Evaluasi
model CIPP dapat
diterapkan dalam berbagai
bidang, seperti pendidikan,
manajemen, perusahaan
serta dalam berbagai
jenjang baik itu
proyek, program
maupun institusi. Dalam bidang
pendidikan (Stufflebeam, 2003: 8) menggolongkan
sistem
pendidikan atas empat
dimensi, yaitu context,
input, process, dan
product,
sehingga model evaluasi yang ditawarkan
diberi nama CIPP model yang merupakan
singkatan ke
empat dimensi tersebut.
(Sudjana dan Ibrahim
2004:246)
menerjemahkan masing-masing dimensi
tersebut dengan makna:
1.
Context, situasi atau
latar belakang yang
mempengaruhi jenis-jenis tujuan
dan
strategi
pendidikan yang akan
dikembangkan dalam sistem
yang bersangkutan,
situasi ini merupakan faktor eksternal,
seperti misalnya masalah pendidikan yang
dirasakan, keadaan ekonomi negara, dan
pandangan hidup masyarakat,
2.
Input, sarana/modal/bahan dan
rencana strategi yang
ditetapkan untuk mencapai
tujuan
pendidikan, komponen input
meliputi siswa, guru,
desain, saran, dan
fasilitas,
3.
Process, pelaksanaan strategi
dan penggunaan sarana/modal/bahan di
dalam
kegiatan
nyata di lapangan,
komponen proses meliputi
kegiatan pembelajaran,
pembimbingan, dan pelatihan,
4.
Product, hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir pengembangan
sistem
pendidikan yang
bersangkutan, komponen produk
meliputi pengetahuan,
kemampuan, dan sikap (siswa dan
lulusan).
Dari
penjelasan tentang model
CIPP di atas
(Stufflebeam, 2003:59-62) kemudian
memperluas makna evaluasi product
menjadi impactevaluation (evaluasi pengaruh),
effectiveness evaluation
(evaluasi efektivitas), sustainability evaluation
(evaluasi
keberlanjutan), dan transportability
evaluation (evaluasi transformasi). Dari beberapa
pendapat maka evaluasi dalam
pembelajaran adalah salah satu kegiatan utama yang
harus
dilakukan oleh seorang
guru dalam kegiatan
pembelajaran. Guru akan
mengetahui perkembangan
hasil belajar, intelegensi,
bakat khusus, minat,
hubungan
sosial, sikap dan
kepribadian siswa. Evaluasi
dalam pembelajaran
dilaksanakan dalam rangka untuk menilai
pemahaman siswa terhadap materi yang
telah disampaikan. (Fathurrohman, 2007 : 75), menyatakan kegiatan
yang dapat
dilakukan antara lain: 1) guru dapat
mengajukan pertanyaan lisan maupun tertulis
dari
materi yang telah
disampaikan sebelumnya, 2)
memberikan tugas kepada
siswa
yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.
BAB
4
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Istilah
teknik sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari, “teknik-teknik”
dapat kita artikan dengan “alat-alat” jika kita kaji lebih dalam, maka arti
dari istilah teknik disini adalah cara-cara atau metode-metode. Jadi dalam hal
ini kita dapat menyimpulkan bahwasanya “teknik evalusi pengajaran” adalah
alat-alat dan cara-cara yang digunakan dalam proses pengumpulan data tentang
hasil pembelajaran.
Dalam
evaluasi terdapat dua teknik, teknik tes dan teknik non-tes. Istilah tes di
ambil dari kata testum dalam bahasa prancis kuno yang mengandung arti piring
untuk penyulingan logam-logam mulia seperti emas, perak, perunggu. Akan tetapi
ada juga yang mengartikan bahwa testum adalah sebuah piring yang terbuat dari
tanah.
tes
memiliki banyak istilah yang memerlukan penjelasannya, yaitu istilah test,
testing, tester dan testee, yang mana setiap istilah mempunyai pengertian yang
berbeda. Test adalah alat untuk mengukur dan menilai suatu objek. Testing
adalah waktu berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester adalah orang yang
melakukan pengukuran dan penilaian, dan testee adalang objek pengukuran dan
penilaian atau orang yang diukur dan dinilai.
Dari
pengertian dan penjelasan tes di atas maka kita dapat pahami bahwa tes adalah
alat yang digunakan dalam penilaian dan penseleksian serta pengukuran terhadap
objek yang telah ditentukan. Jika kita mengkaji dalam segi pendidikan maka tes
merupakan alat yang digunakan dalam rangka menilai dan mengukur sejauh mana
pendidikan dan seberapa besar kesuksesan yang telah dicapai selama proses
pembelajaran berlangsung, sehingga dengan demikian kita dapat menentukan
kebijakan yang harus dilakukan kedepannya.
B. Fungsi Tes
Dalam garis
besar, ada dua macam fungsi yand dimiliki oleh tes, yaitu:
1. Tes sebagai
alat pengukur atau penilai terhadap peserta didik. Dalam hal ini tes berfungsi
mengukur dan menilai besarnya perkembangan yang terjadi pada siswa didik
setelah berlangsungnya proses pembelajaran.
2. Tes sebagai
alat mengukur dan menilai keberhasilan program pembelajaran atau kurikulum,
oleh karana adanya tes, maka kita dapat mengetahui seberapa jauh ketercapaian
program pembelajaran yang telah ditentukan.
3.
Tes sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran, sehingga dengan
mudah kita mengetahui pencapaian kompetensi.
C. Prosedur Melaksanakan Evaluasi
Dalam
melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan
terstruktur. Dalam evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur
yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur yang dilakukan tidak
bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh
hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi
dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi
pendidikan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
(mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi,
teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana,
penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb).
2. Pengumpulan
data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).
3. Verifikasi
data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).
4. Pengolahan
data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak
di olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non
parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS ).
5.
penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji
hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa?
Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara
berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab
akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir
alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.
D. Teknik-Teknik Evaluasi Pengajaran
Dalam
evaluasi secara garis besar, mempunyai dua macam teknik evaluasi, yaitu: teknik
tes dan teknik non tes.
1. Teknik Tes
Sebagai alat
pengukur dan penilai, tes ada beberapa macam model menurut pemakain dan waktu
atau kapan digunakannya tes tersebut Model-model tes tersebut, yaitu: a. Tes
Seleksi, b. Tes Awal, c. Tes Akhir, d. Tes Diagnostik, e. Tes Formatif, f. Tes
Sumatif.
a. Tes Seleksi
Tes seleksi ini
tak jarang lagi kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Tes ini juga bisa
kita sebut, tes penyaringan bagi calon siswa tahun ajaran baru yang ingin
memasuki suatu lembaga sekolah. Materi tes yang digunakan dalam tes ini
hanyalah materi prasyarat untuk mengikuti atau melanjutkan ke pendidikan
selanjutnya. Misalnya seorang siswa akan melanjutkan studinya di perguruan
tinggi IAIN di prodi bahasa arab, maka siswa tersebut akan di beri ujian atau
tes seleksi yang soalnya mengenai bahasa arab. Apabila nilai yang didapatkannya
memenuhi syarat dan nilainya tinggi maka siswa tersebut dapat melanjutkan
studinya di IAIN. Tes ini bisa juga kita laksanakan secara lisan, secara tulis
dan secara perbuatan.
b. Tes Awal
Tes ini juga
sering kita dengar dengan istilah pre-test. Tes ini digunakan pada saat akan
berlangsungnya penyempaian materi yang akan di ajarkan oleh guru kepada siswa
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan yang akan di
ajarkan telah dapat di kuasai oleh siswa didik. Tes ini mengandung makna,
yaitu: tes yang dilaksankan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran terjadi.
Materi tes yang di berikan harus berkenaan dengan materi yang akan diajarkan
dan soalnya mudah-mudah akan tetapi memenuhi pokok pembahasan yang seharusnya
materi tersebut telah dikuasai oleh siswa. Contoh soal tentang huruf jarr yang
di tanyakan pada mahasiswa bahasa arab semester lima. Dengan catatan apa bila
semua soal tes awal dapat dijawab atau dikuasai dengan baik dan benar, maka
materi tes yang ditanyakan tidak akan diajarkan lagi, dan apabila materi tes
yang ditanya belum cukup dipahami siswa, maka guru hanya mengajarkan materi
yang belum dipahami. Tes ini dapat dilaksanakan dan dilakukan dengan tes lisan
dan tulisan.
c. Tes Akhir
Tes ini lebih
banyak diketahui dengan post-test. tes ini dilaksanakan pada akhir proses
pembelajaran suatu materi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa tentang materi dan pokok penting materi yang dipelajari. Materi tes ini
barkaitan dengan materi yang telah diajarkan kepada siswa sebelumnya, terutama
materi tentang sub-sub penting pelajaran. Naskah tes akhir sama dengan tes awal
supaya guru kita dapat mengetahui mana lebih baik hasil kedua tes tentang
pemahaman siswa. Apabila siswa lebih memahami suatu materi setelah proses
pembelajaran maka, program pengajaran dinilai berhasil.
d. Tes
Diagnostik
Tes ini adalah
tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dengan
mengetahui kelemahan siswa tersebut, maka kita bisa memperlakukan siswa
tersebut dengan tepat. Materi tes yang ditanya dalam tes diagnostik biasanya
mengenai hal-hal tertentu yang juga merupakan pengalaman sulit bagi siswa. Tes
ini dapat dilaksanakan dengan cara lisan, tulisan, atau dengan mengkaloborasi
kedua cara tes. dalam catatan, tes ini hanya untuk memeriksa, jika hasil
pemeriksaan tersebut membuktikan kelemahan daya serap siswa maka terhadap suatu
pembelajaran. Maka siswa tersebut akan dilakukan pembimbingan secara khusus
kepadanya.
e. Tes Formatif
Tes ini
merupakan tes hasil belajar yang tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa
menguasai pelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran dlam jangka wakt yang
telah ditentukan, tes ini dilaksanakan biasanya di tengah-tengah perjalanan
program pembelajaran. Tes ini juga disebut dengan “ujian harian”. Materi tes
ini adalah materi yang telah di sampaikan kepada siswa sebelumnya. Soalnya bisa
dalam tingkat mudah maupun sulit. Dalam tes ini, jika siswa telah menguasai
materi yang telah diajarkan dengan baik, maka guru akan menyampaikan materi
selanjutnya. Dan apabila materi belum dapat dikuasai secara menyeluruh, maka
guru harus mengajarkan bagian materi yang belum dipahami.
f. Tes Sumatif
Tes ini tidak
asing bagi siswa, karena tes ini adalah tes akhir dari program pembelajaran.
Tes ini juga bisa disebut EBTA, tes akhir semestes, UAN. Tes ini dilaksanaka
pada akhir program pembelajaran. Seperti setiap akhir semester, akhir tahun.
Materinya yang di tes adalah materi yang telah diajar kan selama satu semester.
Dengan demikian materi ini lebih banyak dari materi te yang ada pada tes
formatif. Tes ini biasanya dilakukan dengan cara tulisan, dan biasanya siswa
memperoleh soal yang sama satu sama lain. Tes ini memiliki tingkat tes yang
sukar atau lebih berat dari tes formatif. Dengan ada tes ini maka kita bisa menentukan
peringkat atau rangking siswa selama program pembelajaran, dan juga tes ini
menentukan kelayakan seorang siswa untuk mengikuti program pembelajaran
selanjutnya.
2.
Teknik Non-Tes
Non tes adalah
alat mengevaluasi yang biasanya di gunakan untuk menilai aspek tingkah laku
termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa non-tes sebagai alat
evaluasi, diantaranya: a. skala bertingkat, b. kuesioner, c. daftar cocok, d.
wawancara, e. pengamatan, f. riwayat hidup.
a. Skala
Bertingkat
Skala bertingkat
menggambarkan suatu nilai yang berwujud angka terhadap suatu hasil penentuan.
Kita dapat menilai hampir segala aspek dengan skala. Dengan maksud agar
pencatatannya objektif, maka penilaian terhadap penampilan atau pengambaran
kepribadian seseorang disiapkan dalam bentuk skala.
b. Kuesioner
Kuesioner juga
dapat di artikan angket yang digunakan sebagai alat bantu dalam rangka
pengukuran dan penilaian hasil belajar. Dengan adanya angket yang harus diisi
oleh siswa maka guru akan mengetahui keadaan, pengalaman, pengetahuan dan
tingkah. Angket atau soal kuesioner dapat di berikan secara langsung dan
dijawab atau diisi langsung oleh objeknya, ini dikatakan kuesioner langsung.
Dan jika angket atau soal kuesioner dikirim dan diisi oleh orang lain ( sanak
saudaranya), namun soalnya dituju untuk objek, ini disebut kuesioner tidak
langsung. Dengan cara tes ini lebih menghemat waktu dan tenaga.
c. Daftar Cocok
Daftar cocok
adalah deretan pertanyaan yang singkat serta mudah dipahami oleh penjawabnya
dengan cara menconteng saja,Contoh:
Berikanlah tanda
conteng pada kolom yang sesui dengan pendapatnya.
Pendapat
pernyataan
penting biasa Tidak penting
1. Rajin belajar
2. Suka membaca
3. Sering bolos
4. Cepat
memahami
d. Wawancara
Wawancara juga
disebut dengan interview, secara umum adalah proses pengumpulan keterangan yang
dilakukang dengan tanya jawab lisan sepihak, bertatap muka langsung, dengan
arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara dapat dibedakan dengan dua
jenis: 1. wawancara terpimpin,yang materi pertanyaannya telah terstruktur
dengan tujuannya 2. wawacara bebas, yang materi yang ditanyakan bebas tidak
terstruktur akan tetapi mempunyai tujuan. Objeknya bisa pada siswa langsung
atau orang tuanya.
e. Pengamatan
Pengamatan atau
observasi adalah sebuah cara menghimpun data yang dilakukan oleh guru kepada
peserta didiknya dengan cara pengamatan yang teliti dan mencatat hasil
pengamatan secara sistematis. Observasi atau pengamatan dapat dibedakan menjadi
3 bentuk: 1. Pengamatan partisipan adalah pengamatan yang pengamatnya langsung
memasuki dan mengikuti kegiatan yang sedang diamati. Seperti pengamatan tentang
pertanian, maka pengamat harus bergabung menjadi petani. 2. Pengamatan
sistematik adalah observasi dimana faktor yang diamati sudah didaftar secara
sistematis, dan sudah diatur menurut kata gorinya. Pengamatan ini dilakukan di
luar dari kelompok yang ingin diamati. 3. Pengamatan eksperimental akan terjadi
jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat
mengendalikan unsure-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga
situasi dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
f. Riwayat hidup
Riwayat hidup
juga bisa kita katakan curiculum vitae (CV). Atau gambaran hidup peserta didik,
dalam segala aspek. Dengan mengkaji atau menganalisis dukumen atau riwayat
hidupnya maka seorang guru akan dapat menarik kesimpulan tentang tingkah laku
atau kepribadian dan sikap dari peserta didik. Soal-soal yang biasa digunakan
seperti. Nama siswa, status dalam keluarga, agama yang dianut, prestasinya dll.
E.
Ciri-Ciri Tes yang Baik
Tes akan
dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Validitas
Maksud dari
validitas adalah apa bila tes tersebut sesuai dengan materi pembelajaran. Kata
lainnya adalah nilai tes tersebut tepat atau mempunyai nilai ketepatan
jawabanya. Contoh: untuk mengukur pertisipasi siswa terhadap proses
pembelajaran dapat dilahat melaluai kehadiran, terpusatnya perhatian siswa pada
pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru
dalam arti yang relevan pada permasalahan.
2. Realibilitas
Maksud dari
reabilitas tes adalah apa bila tes tersebut dapat dipercaya jika memberikan
hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Dengan kata lain, jika
diberikan kepada siswa tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka siswa akan
tetap berada dalam urutan atau tingkatan yang sama dalam kelompoknya.
3. Objektivitas
Maksud dari
objektivitas tes adalah tidak adanya unsur pribadi antara guru dengan peserta
didik baik dalam aspek membuat soal maupun dalam skoringnya.
4. Praktis dan
Ekonomis
Istilah ini telah sering kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tes yang dimaksud dengan praktis dan
ekonomis adalah sebuah tes tidak boros waktu ataupun biaya, sehingga mudah
diikuti oleh semua murid.
BAB
5
KESIMPULAN
Dari
pemaparan materi yang kami sajikan di atas, dapat kami di ambil sebuah
kesimpulan bahwa dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik diperlukan
metode atau teknik atau cara yang di dalamnya mencangkup instrumen penilaian.
Teknik penilaian hasil belajar tersebut dapat kami sajikan dalam peta konsep
sebagai berikut.
1.
Teknik Tes
a.
Tes Tertulis
1.) Tes Bentuk Uraian
2.) Tes Objektif
a.) Benar-Salah (True
False, or Yes-No)
b.) Pilihan Ganda (Multiple
Choice)
c.) Menjodohkan (Matching)
d.) Melengkapi (Completion)
b. Tes
Lisan
c.
Tes Perbuatan
2.
Teknik Non-Tes
a.
Observasi
b.
Wawancara
c.
Angket (Quetioner)
d. Daftar
Cek (Check List)
3.
Asesmen Berbasis Kelas
4.
Asesmen Kinerja
5.
Asesmen Portofolio
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan Prosedur.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
3. Suharsimi
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT bumi Aksara, 2009.
4. Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi
KBK, Jakarta: PT kencana Prenada Media Group, 2008.
5. Sudjana, Nana. 2000. Penilaian Hasil
Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya
6.
Bambang Budi Wiyono, 2003. Evaluasi Pembelajaran. Malang: Elang Emas.
7.
Drs.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung
: CV. Yrama Widya
8. Dr. Dimyati, Drs. Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
PT Rineka Cipta
PT Rineka Cipta
9. Drs. Harjanto. 2005. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT
Rineka Cipta
10. Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2008)
FOTO
KEGIATAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar