Abstrak
Pendekatan dan Strategi pembelajaran.
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliahBelajar dan
pembelajaran
Dosen Pembimbing: DR.H. JARKAWI
Nurul
Latifah (15.21.0008)
Pendidikan
Bahasa Inggris
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary
Jl. Adhiyaksa No. 2 Kayu Tangi
Banjarmasin 70123
Karena
setiap peserta didik memiliki perbedaan individual seperti perbedaan biologis,
perbedaan kecerdasan akademis atau intelektual dan perbedaan psikologis, maka
pendidik harus mengerti pendekatan dan strategi pembelajaran apa yang dapat
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar agar peserta didik dapat memahami
materi yang diajarkan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai
standar.
Pendekatan
pembelajaran didefinisikan sebagai latar pedagogis dan psikologis yang
dilandasi filosofi pendidikan tertentu yang dipilih agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai atau dapat didekati secara optimal .dalam pengertian pendekatan
pembelajaran disamping tergambar latar psikologis dan latar pedagogis , juga
pilihan metodik dan didaktik dari pilihan metode pembelajaran yang akan
digunakan dan diterapkan oleh guru bersama-sama siswa. Dan strategi pembelajaran adalah rangkaian
kagiatan terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan lingkungan belajar,
pengelolaan sumber belajar,dan penilaianuntuk mencapai tujuan pembelajaran
Metode
yang saya gunakan dalam penelitian “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran” yaitu
Metode Penelitian Kualitatif (Wawancara). Dan metode yang saya gunakan dalam
penulisan makalah ini adalah metode library research.
Bahwa
sebagai pendidik kita harus bisa memilih pendekatan atau strategi mana yang
dapat kita gunakan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat dengan mudah
memahami materi yang diajarkan. Karena setiap peserta didik memiliki perbedaan
individual, seperti perbedaan biologis, perbedaan akademis atau intelektual dan
perbedaan psikologis yang harus dipahami oleh guru.
Kata
kunci: Pendekatan Pembelajaran dan Strategi Pembelajaran, Pengertian
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan
dituntut untuk terus maju dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring
dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia
juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak
dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus
sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat merima
didikan dengan baik.
Dalam perspektif islam makna belajar bukan
hanya sekedar upaya perubahan perilaku. Konsep belajar dalam islam merupakan
konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.
Tujuan belajar dalam islam bukanlah mencari rezeki didunia ini semata, tetapi
untuk sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak yang sempurna.
Pendekatan
pembelajaran didefinisikan sebagai latar pedagogis dan psikologis yang
dilandasi filosofi pendidikan tertentu yang dipilih agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai atau dapat didekati secara optimal .dalam pengertian pendekatan
pembelajaran disamping tergambar latar psikologis dan latar pedagogis , juga
pilihan metodik dan didaktik dari pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan
dan diterapkan oleh guru bersama-sama siswa.
pendekatan
pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam
mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Dan
penjelasannya, bahwa pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam
memilih kegiatan pembelajaran , apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran
dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu , ataukah
dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainya dalam tingkat
kedalaman yang berbeda , atau bahkan merupakan materi yang dalam suatu kesatuan
multidisiplin ilmu.
B. Rumusan Masalah
- Apa
itu pendekatan pembelajaran?
- Apa
saja macam pendekatan pembelajaran?
- Apa
itu Strategi pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran.
- Untuk mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran.
- Untuk mengetahui strategi pembelajaran.
BAB II
Metode
Metode
penelitian
Metode
yang saya gunakan dalam penelitian “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran” yaitu
Metode Penelitian Kualitatif (Wawancara). Dalam sebuah penelitian metode
kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah
namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas. Pada penelitian kualitatif
dilakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian
ini lebih menekankan makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan
jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi , untuk
memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan
kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Wawancara
merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Wawancara adalah proses keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara Tanya jawab bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang
yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
Metode Penulisan
Adapun
metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode library
research. yang mana penulis menggunakan buku-buku dari perpustakaan sebagai
bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai dengan materi yang
di kupas dalam makalah ini.
BAB III
Kajian pustaka
A. Pendekatan pembelajaran
Sagala (2009: 68) , dinyatakannya bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam
mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Dan
penjelasannya, bahwa pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam
memilih kegiatan pembelajaran , apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran
dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu , ataukah
dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainya dalam tingkat
kedalaman yang berbeda , atau bahkan merupakan materi yang dalam suatu kesatuan
multidisiplin ilmu.
B. Berbagai pendekatan pembelajaran
1. Pendekatan konsep
Menurut sagala (2009: 71) pendekatan konsep dalam
pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran yang secara langsung menyajikan
konsep tanpa memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati bagai
mana konsep itu diperoleh tanpa melihat prosesnya. Konsep dimaknai sebagai buah
pemikiran seorang atau sekelompok orang yag dinyatakan dalam definisi sehingga
melahirkan produk pengetahuan berupa prinsip, istilah ilmiah, hokum dan teori.
Subiyanto (1990) menjelaskan bahwa konsep menghubungkan dua atau lebih fakta.
Mengutip
Flawell (1970) , sagala dalam publikasinya yang berjudul konsep dan makanapembelajaran ( 2005: 71) menyarankan bahwa
pemahaman terhadap konsep dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi 7 dimensi,
antara lain:
- Atribut
, setiap konsep memiliki atribut yang berbeda. atribut dapat berupa fisik
seperti warna, tinggi atau bentuk , atribut dapat juga bersifat
fungsional.
- Struktur
, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut – atribut itu ,
dikenal 3 macam struktur :
·
Konsep konjungtif: konsep yang memiliki
dua atu lebih sifat
·
Konsep disjungtif : konsep yang harus
memiliki satu dari dua jenis sifat
·
Konsep relasional : menyatakan hubungan
tertentu antara atribut konsep.
- Keabstrakan
konsep dapat dilihat dan konkret , atau konsep itu terdiri dari konsep-
kpnseplain yang abstrak.
- Keinklusifan
( inclusiveness) di tunjukan oleh jumlah contoh yang dapat terlihat dalam
konsep tersebut
- Generalitas
( generality ) bila di klasifikasikan konsep dapat berbeda pada posisi di
atas suatu konsep yang lain ( super ordinat ) atau di bawah posisi konsep
lain ( subordinat ) .
- Ketepatan
menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh dan bukan
contoh dari sebuah konsep.
- Kekuatan
( power) diukur dari sejauh mana tingkat kepentingan suatu konsep menurut
orang per orang, berapa banyak ahli yang setuju bahwa konsep itu penting.
2. Pendekatan keterampilan proses
Pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses
dilatarbelakangi oleh teori naturalisme-romantis dari J.J. Rousseau dan teori dan teori
kognitif-gestalt dari Marx Wertheimer. Naturalisme romantik menekankan pada
aktivitas siswa , sedangkan kognitif gestalt menekankan pemahaman dan
kesatupaduan yang menyeluruh.
3. Pendekatan Deduktif dan Pendekatan
Induktif
Pendekatan
deduktif terkait dengan pembelajarn konsep. Prosedur pembelajaran dengan
pendekatan deduktif , antara lain adalah sebagai berikut:
1) Memilih
dan menentukan konsep, prinsip, kaidah, aturan, hokum, yang akan disajikan
dalampembelajaran dengan pendekatan deduktif;
2) Melakukan
pembelajaran dengan bahan ajar aturan, hokum, prinsip yang bersifat umum
lengkap dengan definisi dan contohnya;
3) Menyajikan
berbagai contohyang bersifat khusus dengan tujuan agar siswa dapat menyusun
hubungan keterkaitan keadaan khusus tersebut dengan aturan , hokum atau prinsip
umum yang berlaku;
4) Disampaikan
bukti-bukti untuk menunjang atau menolak simpulan bahwa keadaan khusus tersebut
merupakan gambaran dari keadaan umum (Sagala , 2005: 76)
Langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan induktif antara lain meliputi :
1) Memilih
konsep, prinsip, aturan , hukum, kaidah, yang akan di sajikan;
2) Menyampaikan
contoh kasus konsep, prisip atau aturan itu yang memungkinkan siswa menyusun
hipotesis yang bersifat umum sesuai sifat yang terkandung dalam contoh
tersebut;
3) Menyampaikan
contoh tambahan sebagai bukti untuk menunjan atau menyangkal dugaan yang
disusun di atas;
4) Disusun
pertanyaan terkait sifat umum konsep dan telah terbukti oleh pembuktian
langkah-langkah terdahulu.demikian esensi pemikiran Makmun(2003) dalam Sagala
(2005: 77)
4. Pendekatan CBSA
CBSA
adalah singkatan dari Cara Belajar Siswa Aktif . Gerakan untuk meningkatkan
kadar CBSA di dalam proses pembelajaran muncul sebagai reaksi terhadap kecendrungan
umum peristiwa pembelajaran yang telalu banyak menyadarkandiri kepada metode
ceramah , sehingga proses pembelajaran sekedar merekam informasi belaka. MC Keachie mengemukakan adanya tujuh dimensi
implementasi pembelajaran siswa aktif yang meliputi:
a) Partisipasi
siswa dalam menentukan tujuan kegiatan pembelajaran;
b) Penekanankepada
aspek afektif dalam pembelajaran;
c) Partisipasi
siswa dalam melaksanakan kegiatanbelajar mengajar, terutama yang berbentuk
interaksi antar murid;
d) Penerimaan guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa
yang kurang relevan atu karena siswa berbuat kesalahan;
e) Keeratan
hubungan kelas sebagai kelompok;
f) Kesempatan
yang di berikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yangpenting dalam
kegiatan sekolah;
g) Jumlah
waktu yang digunakan menangani masalah siswa baik yang berhubungan ataupun yang
tidak berhubungan dengan materi pelajaran ( Wijaya, Djadjuri, dan Rusyan, 1990:
190)
5. Pendekatan inkuiri
Allan
Calhoun dalam publikasinya berjudul AnInquiry
Primer (2000) menyatakan bahawa inkuiri adalah penciptaan ruang kelas
sedemikian rupa sehingga para siswa terikat penuh dengan kegiatan-kegiatan
utama yangberujung terbuka , berpusat pada siswa dan melaksanakan
pengalamanlangsung.
Jadi,
jenis pendekatan ini seperti halnya pendekatan keterampilan proses, juga
mengambil esensi kebiasaan para ahli sains dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah. Terkadang juga disebut pendekatan berbasis penemuan ( discovery approach) sehingga keduanya
sering dipadukan menjadi pembelajaran inkuiri danpenemuan ( inquiry discovery lerning ) karena
langkah-langkah praktisnya sejumblah sumber menyebukan pendekatan ini sebagai
metode penemuan/ inkuiri (discovery /
inquiry) . pendekatan pembelajaran ini berkembang pesat sejak tahun 1960-an
tatkala munculnya pergerkan pembelajaran berbasis penemuan yang antara lain di
sponsori oleh Jerome S. Bruner (1961). Pendekatan pembelajaran ini disebut pula
sebagai sains berbasis inkuiri (Inquiry-based
Science) karena memang berkembang pesat dalam pembelajaran sains.Apalagi
setelah publikasi National Science
Educational Standart di Amerika Serikat pada tahun 1996 oleh National Research Council.
The National Education
Standarts (1996) menyatakan bahwa para siswa yang terlibat
dengan inkuiri sains akan menunjukan sejumlah perilaku sebagai berikut:
1) Menggambarkan
objek-objek dan peristiwa-peristiwa alam;
2) Mengajukan
pertanyaan;
3) Manyampaikan
penjelasan;
4) Menguji
penjelasan yang dibuatnya berlandaskan pengetahuan sains terkini;
5) Mengomunikasikan
gagasan satu sama lain;
6) Mengidentifikasi
setiap asumsi;
7) Menggunakan
pemikiran kritis dan logis;
8) Mempertimbangkan
kemungkinan adanya penjelasan alternative;
Calhoun
(2000) menyatakan bahwa pendekatan berbasis inkuiri ada empat macam, yaitu
inkuiri terstruktur (structured inquiry)
, inkuiri terpandu (guided inquiry) ,
inkuiri terbuka( open inquiry), dan
siklus pembelajaran ( learning cycle).
Menurut Calhoun perbedaan keempat macam pendekatan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Inkuiri
terstruktur: para guru menyediakan masalah-masalah yang dapat diselidiki
melalui pengalaman langsung (hands-on
experience) oleh para siswa ,demikian juga disediakan prosedurnya ,
bahan-bahanya , tetapi tidak memberikan informasi tentangliaran apa yang dapat
diperoleh para siswa. Para siswa mencoba menemukan hubungan antar variabel dan
membuat generalisasi terhadap data yang dikumpulkan.
2) Inkuiri
terpandu: Guru hanya menyediakan bahan-bahan dan masalah yang harus diselidiki.
Para siswa menggunakan prosedur atau langkah-langkahnya sendiri untuck menyelesaikan
masalah.
3) Inkuiri
terbuka : Pendekatan ini hamper mirip dengan inkuiri terpandu, hanya saja
disini para siswa juga diminta merumuskan sendiri masalah yang akan
diselidikinya . Kegiatan-kegiatan sains pada umumnya seringkali merupakan
contoh dari inkuiri terbuka.
4) Siklus
pembelajaran : Para siswa terikat dengan suatu aktivitas yang terkait dengan
pengenalan suatu konsep baru. Para guru kemudian menyampaikan apa nama resmi
dari konsep tersebut menurut khazanah ilmiah. Kemudian para siswa bertanggung jawab
untuk menerapkan konsep tersebut pada konteks yang berbeda.
Dalam
hubungan ini Joyce, Weil dan Calhoun dalam publikasi mereka berjudul Models of Teaching (2009: 169)
menyatakan bahwa sintaks ( langkah-langkah atau fase pembelajaran) dari model
pengajaran inkuiri ( mereka tidak menyebutkan sebagai pendekatan pembelajaran )
sebenarnya bermacam-macam (a number of
forms). Namun , dengan contoh pembelajaran biologi dengan model inkuiri ,
secara umum sintaksnya meliputi:
1) Fase
satu: Guru menyampaikanwilayah penyelidikan kepada siswa.
2) Fase
dua : Para siswa membuat struktur masalahnya.
3) Fase
tiga : Para siswa mengidentifikasi masalah yang harus diselidiki.
4) Fase
empat: Para siswa mengajukan spekulasi tentang cara-cara untuk menyelesaikan
kesulitan yang dihadapi.
6. Pendekatan STM ( Sains , Teknologi,
Masyarakat) atau Pendekatan Salingtemas ( Sains, Lingkungan, Teknologi, dan
Masyarakat).
Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah STS (Science,
Technology, and Society).Istilah sains teknologi masyarakat ini berawal dari
pendapat Jhon Michel Ziman dalm bukunya berjudul Teaching and Learning about Science and Society (1980).
Dalam
konteks sains dan masyarakat , peserta didik diharapkan dapat meningkatkan
kualitas hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat yang
bertanggung jawab. Sebagai seorang individu peserta didik diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan inovatif untuk mengahadapi
persaingan global, kreatif dan tekun dalam mencari dan menyiasati peluang untuk
berkehidupan yang layak dan bersih ( halal dan baik) , serta dapat menerima
dengan tabah dan tahan uji andai kata menghadapi kegagalan dan tantanganyang
serba kompleks setelah melakukan berbagai usaha. Sementara itu sebagai mahluk
sosial peserta didik harus dapat menjalin komunikasi yang baik antar individu
warga, dengan masyarakat melalui kooperasi, kolaborasi dan sinergi yang positif
, serta bersedia membantu orang lain berempatidengan ikhlas jika ada warga alin
yang memerlukan pertolongan karenakoyakan dan himpitan kemiskinan dan
kebencanaan. Hal ini sesuai dengan yang dilansir oleh Anna Poedjiadi (2005) ,
bahwa dalamStandart for Science Teacher
Preparation, yang diselenggarakan oleh National
Science Teacher Association, NSTA, dan bekerja sama dengan The Association for the Education of
Teachers in Science( 1998) , dinyatakan bahwa salah satu aspek yang harus
diperhatikan oleh guru sains adalah konteks sosial atauSocial Context.
Dari
pada itu Alkenhead (1992) dalam makalahnya yang berjudul What is Science Teaching? Menyatakan bahwa pada hakikatnya
pembelajaran STS adalah pembelajaran berbasis siswa .artinya dalam pendekatan
STS inisiswa adalah sosok sentral.
Dalam
hubungan ini mengutip Bybee (1985) selanjutnya Aikenhead menyatakan bahwa
pendidikan sains melalui STS baru dikatakan seimbang jika dapat diraih 3 tujuan
sekaligus yang meliputi:
1) Pemerolehan
penetahuan ( terkait konsep yang ada didalam,dan konsep tentang : sains dan
teknologi) yang diperlukan bagi siswa secara pribadi/ personal, terkait siswa
sebagai warga Negara dan prespektif budaya.
2) Pengengembangan
kecakapan belajar dalam pengumpulan informasi, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan. Halini terkait dengan proses-proses sains dan inkuiri
teknologi.
3) Pengembangan
nilai-nilai dan gagasan-gagasan terkait isu-isu lokal, politik masyarakat, dan
masalah global (hal ini berkenaan dengan interaksi antara sains, teknologi dan
masyarakat.
Dalam
hubungan ini, Poedjiadi (2005) menyusun model pembelajaran salingtemas (STM)
yang meliputi sejumlah langkah-langkah pembelajaran:
1) Pendahuluan,
Dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada di masyarakat yang dapat digali dari
siswa , tahap ini disebut tahap inisiasi atau mengawali, memulai , disebut pula
tahap invitasi. Mengundang siswa untuk memusatkan perhatian pada pembelajaran ,
disebut tahap apresepsi karena mencoba mengaitakan pembelajaran dengan konteks
kehidupan atau pembelajaran dengan konteks kehidupan atau pembelajaran
terdahulu yang relevan.
2) Proses
pembentukan konsep, dapatdilakukan melalui berbagai pendekatan atau metode,
misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan kontekstual, pendekatan
kecakapan hidup. Metode yang digunakan misalnya metode eksperimen, metode
projek dan sebagainya. Disini dapat dilakukan penguatan kognitif terhadap
konsep terdahulu sehingga terjadi pula pemantapan konsep.
3) Dilakukan
analisis isu atau penyelesaian masalah yang disebut aplikasi konsep dalam
kehidupan. Konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Tahap
pemantapan konsep, diawali dengan analisis terhadap ada atau tidaknya
miskonsepsi terhadap konsep sains yang sedang dikembangkan di sini dikembangkan
konsep-konsep kunci yang penting diketahui siswa. Miskonsepsi harus terdeteksi
oleh guru untuk diupayakan pelurusannya.
5) Tahap
penilaian terhadap pembelajaran , penilaian hendaknya dilakukan terhadap proses
maupun hasil akhir pembelajaran berupa konsep sains yang benar dan yang telah
menjadi milik siswa.
7. Pendekatan Ekspositiori ( Expositiory Approach)
Dalam pendekatan ini guru menyajikan bahan
pembelajaran dalam bentuk yangtelah dipersiapkan secara rapi , sistematik dan
lengkap , sehinggga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan
tertib (Makmun, 2000: 233).
8. Pendekatan kontekstual
teori
Vygotsky tentang pentingnya peranan budaya dalam membentuk struktur kognitif
anak didik, diantara model yang dapat dileksanakan dalam kontekstualisasi
materi pembelajaran antara lain:
- Model
akomodasi ,implementasi model ini menekankan kepada perlunya sikap yang
terbuka dan menghargai kebudayaan , adat-istiadat dan tradisi mayoritas
asal pemelajar. Dengan kata lain materi pembelajaran dikaitkan dengan
berbagai cara pandang dan pradigma serta persepsi budaya masyarakat
sekitar, sehingga penyelesaian masalah yang di tewarkan tetap berlandaskan
penjelasan ilmiah, namun tidak secara serta merta menolak atau menetang
pola piker dan budaya masyarakat di sekitar. Perubahan tidak dilaksanakan
secara frontal, tetapi tahap demi tahap, grandual.
- Model
adaptasi, dengan implementasi yang bercirikan asimilasi terhadap unsur
budaya yang ada, masalah pembelajaran diadaptasi sedemikian rupa sehingga
relevan dengan dituasi budaya masyarakat sekitar.
- Modelprossesio, model ini bersifat
frontal. Pada esensinya menaggapi kebudayaan, terutama yang dianggap
menghambat kemajuan belajar anak, dengan sudut pandang negatif. Model prossesio dapat terjadi dengan cara
mengabaikan, menolak, menentang, melakukan seleksi secara ketat,
reinterpretasi (penafsiran kembali) dan restrukturisasi (perombakan
kembali) sehingga seluruh elemen budaya penghambat dapat diubah total
sesuai dengan esensi kebenaran pengetahuan. Umumnya model inilah yang
sering diterapkan para guru di Indonesia.
- Model
dialektik , terjadi interaksi dinamis antar teks-teks sains dan konteks
budaya masyarakat setempat. Konsep ini didukung oleh presepsi bahwa
kebudayaan masyarakat selalu berubah , permasalahnya tinggal bagaiman mendinamisasi perubahan itu. Model ini
adalah model yang moderat dan tidak terlalu beresiko dibandingkan model prossesio. Guru dan siswa wajib
untuk senantiasa menganalisi, menginterpretasi dan menilai setiap perubahan.
C. Strategi Pembelajaran
Suyono
dan Hariyanto (2011) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai ”rangkaian
kagiatan terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan lingkungan belajar,
pengelolaan sumber belajar,dan penilainuntuk mencapai tujuan pembelajaran”.
Dengan
sudut pandang yang cenderung melakukan generalisasi, Marsh (2005) hanya
mengklasifikasikan strategi pembelajaran menjadi dua, yaitu strategi berpusat
kepada guru ( teacher-centered strategy) dan strategi berpusat kepada siswa (student-centered strategy). Klasifikasi
lain adalah strategi deduktif dan strategi induktif, yang pada hakikatnya sama
dengan pendekatan deduktif dan pendekatan induktif.
Senjaya
(2008) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajarn
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Sementara itu mengutip Dick and Carey, senjaya
menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
hasil belajar pada siswa. Kecuali itu Senjaya menyebutkan pula bahwa dalam
strategi pembelajaran tergantung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual terkait keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Hasil
riset Jeanne Chall yang diikuti oleh Project
Follow Through di Amerika Serikat, sudah ditekankan bahwa sebenarnya kita
tidak harus dipusingkan apakah strategi yang dipergunakan berbasis guru atau
berbasis siswa. Hal yang penting adalah bagaimana sebaiknya peran guru dalam
kedua strategi tersebut agar pembelajaran berlangsung efektif dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Dalam hubungan ini ada sejumlah perilaku/tindakan
yang bersifat harus dan sejumlah perilaku yang jangan dilakukan.
Relevan
denga apa yang diutarakan di atas, faculty focus, bulletin online
yangmemusatkan perhatianya kepada pengembangan profesionalismependidikan
tinggipada terbitanya tanggal 20 juli 2009 telah memuat pendapat Maryleen
Weimer yang menyarikan pendapat Paul Ramseden tentang strategi pembelajaran
yang efektif, antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Segera
ikuti minat yang telah bangkit dengan penjelasan;
2) Perhatikan
dan hargai para mahasiswa sebgai individu, juga hargai minat serta cara belajar
mereka;
3) Berikan
penilaian dan umpan baik yang sesuai ;
4) Tetapkan
tujuan pembelajaran secara jelas dan nyata , serta berikan tantang intelektual
yang mendorong timbulnya semangat pembelajaran;
5) Pengajaran
yang baik memerlukan control dari para mahasiswa terhadap pembelajaran serta
keterlibatan aktif mereka. Mereka harus tercelup berenang, melayang, dan
tenggelam dalam pembelajaran;
6) Belajarlah
dari para mahasiswa. Pembelajaran yang baik siapdan terbuka untuk berubah
karena secara konstan selalu mencari tahu apa dampak pengajaran kepada belajar,
dan memodifikasi pengajaran berdasarkan bukti-bukti efektivitas pengajaran
terhadap belajar.
Dalam
bidang pembelajaran sains pada pembelajaran kimia khususnya , adayang sikenal
dengan strategi pembelajaran PDEODE (predict-discuss-explain-observe-discuss-explain).
Strategi pembelajarn ini berbasis kepada siswa (student-centered), semula dikembangkan oleh Savander-Ranne dan
Kolari dalam pendidikan teknik (2003), kemudian dipublikasikan secara meluas
oleh Costu (2008) dalam publikasi hasil penelitianya yang dimuat dalam jurnal Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology education, 2008,4 (1), 3-9.
BAB IV
PEMBAHASAN
عَنْ
عَائِشَةََرَحِمَهاَاللهُ قَالَتْ كَانَ كَلاَمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَلاَماًَفَصْلاَيَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ (اخرجه ابوداود في كتاب
الادب
Artinya:
Dari Aisyah rahimahallah berkata: ”Sesungguhnya perkataan Rasulullah SAW adalah
perkataan yang jelas memahamkan setiap orang yang mendengarnya. (HR.
Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’as al-Sjastani al-Azdi)[4]
Hadist
tersebut untuk kita sebagai calon guru agar dalam pengucapan suatu perkataan
hendaklah dengan terang dan jelas, supaya orang yang mendengarkan (peserta
didik) dapat memahami maksud yang disampaikan. Dan apabila dengan ucapan
pertamanya belum menjelaskan kepada murid, ,maka guru itu wajib mengulanginya
agar murid tersebut bisa paham dalam pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran didefinisikan sebagai latar pedagogis dan psikologis yang
dilandasi filosofi pendidikan tertentu yang dipilih agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai atau dapat didekati secara optimal .dalam pengertian pendekatan
pembelajaran disamping tergambar latar psikologis dan latar pedagogis , juga
pilihan metodik dan didaktik dari pilihan metode pembelajaran yang akan
digunakan dan diterapkan oleh guru bersama-sama siswa.
Sagala
(2009: 68) , dinyatakannya bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang
akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk
suatu satuan instruksional tertentu. Dan penjelasannya, bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran ,
apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang
sudah tersusun dalam urutan tertentu , ataukah dengan menggunakan materi yang
terkait satu dengan lainya dalam tingkat kedalaman yang berbeda , atau bahkan
merupakan materi yang dalam suatu kesatuan multidisiplin ilmu.
Sekuen
pemikiran dari pendekatan menuju pada strategi , metode dan teknik pembelajaran
secara umum dapat disampaikan sebagai berikut:
- Menetapkan
spesifikasidan kualifikasi
perubahan perilaku dan kepribadian siswa sesuai tujuan pembellajaran
- Memilih
dan menentukan pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran , seperti yang di tetapkan dsalam standar
kompetensi yang lebih terperinci lagi menjadi sejumlah kompetensi dasar
yang harus dikuasai peserta didik dalam suatu pengalaman pembelajaran (
learning experience )
- Memilih
dan menetapkan metode dan sejumlah teknik pembelajaran (teaching metods)
yang paling efektif dan efisien sehinggga dapat di implementasikan oleh
guru dalam interaksi pembelajaran .
- Menetapkan
norma-norma , kriteria dan ukuran baku keberhasilan sebagai pegangan bagi
guru dalam melaksanakan penilaian dan evaluasi program pembelajaran.
B.
Berbagai
pendekatan pembelajaran
Berikut ini adalah
berbagai macam pendekatan pembelajaran:
1. Pendekatan Konsep
Menurut
sagala (2009: 71) pendekatan konsep dalam pembelajaran adalah pendekatan
pembelajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menghayati bagai mana konsep itu diperoleh tanpa melihat
prosesnya. Konsep dimaknai sebagai buah pemikiran seorang atau sekelompok orang
yag dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan berupa
prinsip, istilah ilmiah, hokum dan teori. Konsep dapat diperoleh dari fakta ,
peristiwa , pengalaman, melalui generalisasi dan abstraksi. Subiyanto ( 1990)
menjelaskan bahwa konsep menghubungkan dua atau lebih fakta.
Mengutip
Flawell (1970) , sagala dalam publikasinya yang berjudul konsep dan makanapembelajaran ( 2005: 71) menyarankan bahwa
pemahaman terhadap konsep dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi 7 dimensi,
antara lain:
a.
Atribut , setiap konsep memiliki atribut
yang berbeda. atribut dapat berupa fisik seperti warna, tinggi atau bentuk ,
atribut dapat juga bersifat fungsional.
b.
Struktur , menyangkut cara terkaitnya
atau tergabungnya atribut – atribut itu , dikenal 3 macam struktur :
·
Konsep konjungtif: konsep yang memiliki
dua atu lebih sifat
·
Konsep disjungtif : konsep yang harus
memiliki satu dari dua jenis sifat
·
Konsep relasional : menyatakan hubungan
tertentu antara atribut konsep.
- Keabstrakan
konsep dapat dilihat dan konkret , atau konsep itu terdiri dari konsep-
kpnseplain yang abstrak.
- Keinklusifan
( inclusiveness) di tunjukan oleh jumlah contoh yang dapat terlihat dalam
konsep tersebut
- Generalitas
( generality ) bila di klasifikasikan konsep dapat berbeda pada posisi di
atas suatu konsep yang lain ( super ordinat ) atau di bawah posisi konsep
lain ( subordinat ) .
- Ketepatan
menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh dan bukan
contoh dari sebuah konsep.
- Kekuatan
( power) diukur dari sejauh mana tingkat kepentingan suatu konsep menurut
orang per orang, berapa banyak ahli yang setuju bahwa konsep itu penting.
Pendekatan
pembelajaran konsep di landasi oleh pola perorganisasian banhan ajar , dapat
merupakan pembelajaranyang bersifat linier atau pembelajaran kumulatif . dalam
pembelajaran linier ini bahan ajar dibagi menjadi urutan linier dengan
kedalaman sama . model ini seringkali membuat peserta didik cepat bosan dan berakibat
pada sukarnya mengingat apalagi memahami fakta atau konsep yang di pelajari .
pembelajaran kumulatif bercirikan perorganisasian konsep menurut urutan
tertentu, tetapi jenjang kesulitanya berbeda, semakin lama semakin meningkat .
akan lebih baikbila pola kesulitan sepertispiral yang mengembang ,sehingga
sesuai dengan tingkat kedewasaan dan muturitas kemampuan berfikir siswa .
jumlah unit bahan ajar ( mungkin saat ini akan setara dengan satu kompetensi
dasar) tidak sebanyak pada pendekatan linier. Bahan ajar yang berupa konsepdan
fakta banyak berkurang dibndingkan pendekatan linier.
2. Pendekatan Keterampilan Proses
Asal
nama pendekatan ini adalah pendekatan proses sains ( science process approach)
, yakni merupakan proses atau langkah-langkah yang sering dilaksanakan oleh
para ilmuan dalam mengembangkan sains dan umum disebut metode ilmiah.
Pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses dilatarbelakangi oleh teori
naturalisme-romantis dari J.J. Rousseau
dan teori dan teori kognitif-gestalt dari Marx Wertheimer. Naturalisme romantik
menekankan pada aktivitas siswa , sedangkan kognitif gestalt menekankan
pemahaman dan kesatupaduan yang menyeluruh.
Dimulai
pada 1960-an , dengan tujuan untuk lebuh mengembangkan penguasaan proses sains
oleh para siswa , pendekatan ini lebih menekankan pada penguasaan keterampilan
untuk memperoleh proses sains yang antara lain meliputi keterampilan menerapkan
proses mental , termasuk keterampilan psikomotor yang dilandasi kegiatan mental
seseorang. Keterampilan dasar semacam itu antara lain adalah keterampilan
melakukan pengamatan (observasi),
menghitung, mengukur, menaksir, membuat klasifikasi, menyusun hipotesis,
melakukan eksperimen, menganalisis temuan hasil eksperimen , membuat generalisasi
, simpulan dan lain-lain.
Pendekatan
proses ini telah lama dilaksanakan di inggris dan disebut sebagai science a prosess approach, disingkatSAPA . Tujuan penerapan pendekatan ini
adalah agar peserta didik sejak dipendidikan dasar sudah bisa mencari dan
menemukan masalah kemudian melaksanakan langkah-langkah yang biasa dilakukan
oleh para ilmuan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dari sini siswa akan
memperoleh temuan berupa konsep-konsep baru, fakta-fakta baru, teori-teori
baru, generalisasi dan hukumkeilmuan yang baru. Walupun faktanya tidak pernah
ada teori atau hukum baru yang ditemukan para siswa dengan cara ini, semangat
dan kegairahan para ilmuan di dalam menemukan hukum keilmuan yang baru dapat
dirasakan dan ditiru untuk dikembangkan oleh para siswa nantinya.
Dalam
kaitan ini dikenal adanya dua jenis belajar , yakni belajar konsep dan belajar
keterampilan proses. Belajar konsep seperti yang diuraikan dalam pembelajaran
kognitif di depan, menekan perolehan dan pemahaman fakta, konsep, prinsip dan
prosedur, lebih banyak bergantung pada apa yang diajarkan guru, lebih bersifat
kognitif. Belajar keterampilan proses menekankan ihwal bagaimana bahan
pelajaran itu diajarkan dan di pelajari. Belajar keterampilan proses tidak
dapat dipertentangkan dengan belajar keterampilan konsep karena keduanya
merupakan garis kontinum, yang satu lebih menekankan penghayatan proses, dan
yang lain lebih menekankan perolehan dan pemahaman fakta dan prinsip. Belajar
keterampilan proses tidak mungkin terjadi jika tidak ada materi berupa fakta,
konsep atau prinsip yang dipelajari. Sebaliknya belajar konsep tidak mungkin
dipelajari tanpa adanya keterampilan proses pada diri peserta didik.
Keterampilan
proses secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni keterampilan dasar dan
keterampilan terintegrasi .
·
keterampilan dasar terdiri atas: (a)
observasi , (b) klasifikasi, (c) komunikasi, (d) pengukuran, (e) prediksi, (f)
penarikan simpulan.
·
Keterampilan terintegrasi terdiri atas:
(a) mengidentifikasi variable, (b) menyusuntabel data, (c) menyusun grafik, (d)
menggambarkan hubungan antara variabel, (e) memperoleh dan memproses data, (f)
menganalisi alternatif investigasi, (g) menyusun hipotesis, (h) merumuskan
variabel-variabel secara operasional (i) merancang investigasi (j) melakukan
eksperimen.
Persamaan
antara pendekatan keterampilan proses dengan pendektan CBSA yang akan
dibicarakan kemudian, antara lain:
a)
Menekankan pentingnya kebermaknaan
belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai;
b)
Menekankan pentingnya keterlibatan siswa
dalam proses belajar;
c)
Mendekatkan bahwa belajar adalah proses
dua arah yang menekankan hasil belajar secara tuntas;
Pendekatan
keterampilan proses memerlukan kecakapan guru agar proses belajar-mengajar
terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar
dengan baik dan sungguh-sungguh. Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana
yang wajar , tanpa tekanan , dalam merangsang siswa untuk belajar. Berkaitan
dengan itu ada sejumlah metode pembelajaran yang relevan, antara lain adalah
metode karyawisata , metode eksperimen , dan metode seminar.
3. Pendekatan Deduktif dan Pendekatan
Induktif
Pendekatan
deduktif adalah proses berfikir yang dimulai dari atribut yang bersifat umum
menuju atribut yang bersifat khusus. Ditengarai bahwa model berfikir seperti
ini telah dikembangkan oleh Aristoteles sekitar empat abat sebelum masehi.
Dengan silogisme , yang terdiri dari premis mayor, premis minor , dan simpulan
(konklusi)dilaksanakanlah proses berpikir deduktif. Premis mayor harus
mengandung predikat konklusi sedangkan premis minormengandung subjek konklusi.
Pendekatan
deduktif terkait dengan pembelajaran konsep. Prosedur pembelajaran dengan
pendekatan deduktif , antara lain adalah sebagai berikut:
1) Memilih
dan menentukan konsep, prinsip, kaidah, aturan, hokum, yang akan disajikan
dalampembelajaran dengan pendekatan deduktif;
2) Melakukan
pembelajaran dengan bahan ajar aturan, hokum, prinsip yang bersifat umum
lengkap dengan definisi dan contohnya;
3)
Menyajikan berbagai contohyang bersifat
khusus dengan tujuan agar siswa dapat menyusun hubungan keterkaitan keadaan
khusus tersebut dengan aturan , hokum atau prinsip umum yang berlaku;
4)
Disampaikan bukti-bukti untuk menunjang
atau menolak simpulan bahwa keadaan khusus tersebut merupakan gambaran dari
keadaan umum (Sagala , 2005: 76)
Proses
berfikir induktif berlawanan arah dengan proses berfikir deduktif .semula banyak
dikembangkan oleh para ahli kimia, ilmuan islam abad pertengahan yang banyak
bereksperimentasi dengan laboratorium kimianya , kemudian dikembangkan di
Inggris dengan para sponsornya antara lain francis bacon, roger bacon, dan
lain-lain. Berlawanan arah artinya proses berfikirnya dimulai dari hal yang
bersifat khusus menuju suatu generalisasi yang bersifat umum.
Langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan induktif antara lain meliputi :
1) Memilih
konsep, prinsip, aturan , hukum, kaidah, yang akan di sajikan;
2) Menyampaikan
contoh kasus konsep, prisip atau aturan itu yang memungkinkan siswa menyusun
hipotesis yang bersifat umum sesuai sifat yang terkandung dalam contoh
tersebut;
3)
Menyampaikan contoh tambahan sebagai
bukti untuk menunjan atau menyangkal dugaan yang disusun di atas;
4)
Disusun pertanyaan terkait sifat umum
konsep dan telah terbukti oleh pembuktian langkah-langkah terdahulu.demikian
esensi pemikiran Makmun(2003) dalam Sagala (2005: 77)
Pada
perkembangannya pendekatan induktif lebih berkembang daripada pendekatan
deduktif. Pendekatan pembelajaran induktif yang sering juga disebut pendekatan
pembelajaran ilmiah ini sering juga disebut metodologi pembelajaran induktif
atau metodologi pembelajaran ilmiah , karena secara umum memiliki
langkah-langkah pembelajaran tertentu yang harus diikuti. Langkah-langkah
pembelajarannya antara lain adalah:
1)
Mengajukan pertanyaan
2)
Melaksanakan observasi
3)
Merumuskan hipotesis
4)
Melakukan tes
5)
Analisis
6)
Membuat simpulan
Dalam
perkembanganya banyak metode pembelajaran yang merupakan bagian dari pendekatan
induktif, antara lain adalah pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran
penemuan, pembelajaran berbasis masalah , pembelajaran berbasis proyek,
pembelajaran berbasis kasus( case-based learning) , dan pengajaran hemat waktu.
4. Pendekatan CBSA
CBSA
adalah singkatan dari Cara Belajar Siswa Aktif . Berkembangnya pendekatan ini
seiring dengan pergeseran pradigma dari Instructor-centered
instruction (techer-centered teching) menuju student-centered instruction. CBSA adalah pembelajaran yang
berpusat pada diri peserta didik dan menerapknanprinsip-prinsip psikologi
manusiawi. CBSA secara harfiah diartikan sebagai suatu sistem pembelajaran yang
menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. CBSA ini sebenarnya bukan barang baru , karena sejak
tahun 1891 Stanley Hall telah mencanangkan bahwa peserta didik merupakan subjek
yang utama harus aktif dalampendidikan, dan anak bukanlah orang dewasa kecil.
Belajar
merupakan hasil dari proses interaksi antara individu dan lingkungan sekitanya
. Belajar-mengajar dapatdicapai melalui proses yang bersifat aktif. Dalam hal
ini David Ausubel menyatakan bahwa adadua dimensi agar pembelajaran dapat
berlangsung secara aktif,yaitu:
1)
Kebermaknaan bahan serta proses belajar
mengajar
2)
Modus kegiatan belajar mengajar
Belajar-mengajar
dapatdikatakan bermakna dan erkadar CBSA bila terdapat ciri-ciri belajar
sebagai berikut:
a)
Adanya keterlibatan siswa dalammenyusun
atau membuat perencanaan proses pembelajaran;
b)
Adanyaketerlibatan intelektual dan
emosional siswa, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis , berbuat maupun
pembentukan sikap;
c)
Adanya keikutseraan siswa secara kreatif
dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses pembelajaran;
d)
Guru bertindak sebagai fasilitator dan
koordinator kegitan belajar siswa;
e)
Menggunakan multi metode dan multimedia;
Gerakan
untuk meningkatkan kadar CBSA di dalam proses pembelajaran muncul sebagai
reaksi terhadap kecendrungan umum peristiwa pembelajaran yang telalu banyak
menyadarkandiri kepada metode ceramah , sehingga proses pembelajaran sekedar
merekam informasi belaka. MC Keachie mengemukakan
adanya tujuh dimensi implementasi pembelajaran siswa aktif yang meliputi:
a)
Partisipasi siswa dalam menentukan
tujuan kegiatan pembelajaran;
b)
Penekanankepada aspek afektif dalam
pembelajaran;
c)
Partisipasi siswa dalam melaksanakan
kegiatanbelajar mengajar, terutama yang berbentuk interaksi antar murid;
d)
Penerimaan guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa
yang kurang relevan atu karena siswa berbuat kesalahan;
e)
Keeratan hubungan kelas sebagai
kelompok;
f)
Kesempatan yang di berikan kepada siswa
untuk mengambil keputusan yangpenting dalam kegiatan sekolah;
g)
Jumlah waktu yang digunakan menangani
masalah siswa baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan
materi pelajaran ( Wijaya, Djadjuri, dan Rusyan, 1990: 190)
Indikator
pelaksanaan CBSA antara lain dapat dilihat dari peran guru , peran siswa
,suasana pembelajaran dan sumber-sumber pembelajaran .
Peranguru dalam
pembelajaran CBSA antra laindapat berupa:
1)
Menyajikan konsep esensial dari materi
ajar;
2)
Mengeajuakan masalah atau memberikan tugas-tugas
belajar pada siswa ;
3)
Memberikan keesempatan kepada siswa
untuk bertanya ;
4)
Mengusahakan berbagai sumber belajar
yang relevan;
5)
Mendorong motivasi belajar anak didik ;
6)
Menggunakan metode yang bervariasi dalam
pembelajaran ;
7)
Melaksanakan penilaian dan evaluasi
keberhasilan program belajar;
Peran siswa dalam CBSA
antara lain dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1)
Belajar secara individual maupun
kelompok untuk mempelajari dan menerapkan konsep prinsip dan hokum keilmuan;
2)
Membentuk kelompok untuk memecahkan
masalah ( problem solving);
3)
Berpartisiasi aktif dalam menyelasaikan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru;
4)
Berani bertanya , mengajukan pendapat
serta mengungkapkan kritik-kritik yang relevan;
5)
Tidak sekadar melaksanakan pemikiran
tingkat rendah( lower order thinking) namun juga melaksanakan pemikiran tingkat
tingggi ( higher order thinking) seperti mengenalisis,membuat sintesis,
melakukan evaluasi dan membuat prediksi;
6)
Menjalin hubungan sosial sebagai bentuk
interaksi pembelanjaan
7)
Berkesmpatan menggunakan berbagai sumber
belajar dan media belajar yang tersedia atau dibawanya sendiri dari rumah
sebagai hasil improvisasinya, karena telah diberitahu sebelumnya oleh guru
tentang jenis pembelajaraan apa yang akan dilaksanakan pada hari itu
8)
Berupaya menilai proses dan hasil
belajarnya sendiri,walau tidak secara formal
Suasana belajar dalam
CBSA diharapkan kondusif,mendukung pembelajaran karena:
1)
Setiap anak bebas melakukan interaksi
sosial dengan didik yang lain
2)
Terjalin hubungan sosial yang baik
antara guru dengan siswa,saling menghormati dan tahu peran dan posisi masing
masing;
3)
Suasana kelas nyaman dan
menyenangkan,penuh dengan pajangan karya siswa;
4)
Bilamana perlu ada aktivitas
pembelajaraan diluar kelas;
Sarana pembelajaran
diharapkan sebagai berikut;
1)
Tersedia cukup media pembelajaran untuk
berbagai aktivitas siswa;
2)
Pengaturan ruang bersifat fleksibel
sehingga siswa dapat dengan bebas membentuk kelompok atu kembali belajar secara
klasikal;
3)
Media yang tersedia selalu terawat dan
terkontrol dengan baik sehingga selalu siapdigunakan baik oleh guru maupun
siswa;
4)
Guru kelas bukan satu-satunya sumber
belajar bagi peserta didik , dapat juga guru kelas lain atau guru bidang lain ,
kepala sekolah , guru bimbingan konseling , karyawan atau bahkan narasumber
dari luar;
5)
Setiap peserta didik pada hakikatnya
menjadi sumber belajar bagi peserta didik lain;
Apa
yang kita sebut dengan PAKEM (istilah nasional) atau kadang disebut PAIKEM (pembelajaran
aktif , inovatif, kreatif, dan menyenangkan) saat ini adalah salah satu bentuk
CBSA karena penekanan pokonya adalah pada kata pembelajaran aktif. Beda pokonya
bila suasana CBSA masih kental dengan behaviorisme ,pembelajaran PAKEM sudah
dilandasi oleh konstruktivisme.
5. Pendekatan inkuiri
Inkuiri
berasal dari kata bahasa Inggris Inquiry, yang artinya pencariankebenaran,
pencarian informasi, atau pencarian pengetahuan, juga berarti penelitian atau
investigasi.inkuiri juga didefinisikan sebagai pencarian informasi dengan
mengajukan serngkaian pertanyaan.proses inkuiri dimulai dengan mengumpulkan
berbagai informasi dan mengumpulkan berbagai data dengan menggunakan panca
indra manusia , melalui: melihat, mendengarkan, menyentuh, merasakan dan
membaui sesuatu.
Allan
Calhoun dalam publikasinya berjudul AnInquiry
Primer (2000) menyatakan bahawa inkuiri adalah penciptaan ruang kelas
sedemikian rupa sehingga para siswa terikat penuh dengan kegiatan-kegiatan
utama yangberujung terbuka , berpusat pada siswa dan melaksanakan pengalamanlangsung.
Sementara itu situs Just Science Now!
Mengutip The National Science Education
Standart menyatakan bahawa dalam pendekatan inkuiri pada pembelajaran sains
para siswa melakukan manipulasi data (pengertian manipulasi disini adalah
mengelola data sehingga tujuan pembelajaran tercapai) , bekerja dengan data
sehingga terbentuk suatu bentuk atau format baru yang relevan, serta
mengintegrasikannya , maupun mencoba menggunakan cara-cara yang kreatif dan
belum pernah dikenal. Pada esensinya inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) mengacu pada berbagai macam cara yang digunakan
oleh para ahli sains (scientist)
untuk mengkaji alam semesta serta menyampaikan penjelasan berlandaskan
bukti-bukti yang diturunkan oleh temuan atau hasil karyanya.
Jadi,
jenis pendekatan ini seperti halnya pendekatan keterampilan proses, juga
mengambil esensi kebiasaan para ahli sains dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah. Terkadang juga disebut pendekatan berbasis penemuan (discovery approach) sehingga keduanya
sering dipadukan menjadi pembelajaran inkuiri danpenemuan (inquiry discovery lerning ) karena langkah-langkah praktisnya
sejumblah sumber menyebukan pendekatan ini sebagai metode penemuan/ inkuiri (discovery/inquiry). Pendekatan
pembelajaran ini berkembang pesat sejak tahun 1960-an tatkala munculnya
pergerkan pembelajaran berbasis penemuan yang antara lain di sponsori oleh
Jerome S. Bruner (1961). Pendekatan pembelajaran ini disebut pula sebagai sains
berbasis inkuiri (Inquiry-based Science)
karena memang berkembang pesat dalam pembelajaran sains. Apalagi setelah
publikasi National Science Educational
Standart di Amerika Serikat pada tahun 1996 oleh National Research Council.
The National Education
Standarts (1996) menyatakan bahwa para siswa yang terlibat
dengan inkuiri sains akan menunjukan sejumlah perilaku sebagai berikut:
1) Menggambarkan
objek-objek dan peristiwa-peristiwa alam;
2) Mengajukan
pertanyaan;
3) Manyampaikan
penjelasan;
4) Menguji
penjelasan yang dibuatnya berlandaskan pengetahuan sains terkini;
5) Mengomunikasikan
gagasan satu sama lain;
6) Mengidentifikasi
setiap asumsi;
7) Menggunakan
pemikiran kritis dan logis;
8) Mempertimbangkan
kemungkinan adanya penjelasan alternative;
Calhoun
(2000) menyatakan bahwa pendekatan berbasis inkuiri ada empat macam, yaitu
inkuiri terstruktur (structured inquiry)
, inkuiri terpandu (guided inquiry) ,
inkuiri terbuka( open inquiry), dan
siklus pembelajaran ( learning cycle).
Menurut Calhoun perbedaan keempat macam pendekatan tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
Inkuiri terstruktur: para guru menyediakan
masalah-masalah yang dapat diselidiki melalui pengalaman langsung (hands-on experience) oleh para siswa
,demikian juga disediakan prosedurnya , bahan-bahanya , tetapi tidak memberikan
informasi tentangliaran apa yang dapat diperoleh para siswa. Para siswa mencoba
menemukan hubungan antar variabel dan membuat generalisasi terhadap data yang
dikumpulkan.
2)
Inkuiri terpandu: Guru hanya menyediakan
bahan-bahan dan masalah yang harus diselidiki. Para siswa menggunakan prosedur
atau langkah-langkahnya sendiri untuck menyelesaikan masalah.
3)
Inkuiri terbuka : Pendekatan ini hamper
mirip dengan inkuiri terpandu, hanya saja disini para siswa juga diminta
merumuskan sendiri masalah yang akan diselidikinya . Kegiatan-kegiatan sains
pada umumnya seringkali merupakan contoh dari inkuiri terbuka.
4)
Siklus pembelajaran : Para siswa terikat
dengan suatu aktivitas yang terkait dengan pengenalan suatu konsep baru. Para
guru kemudian menyampaikan apa nama resmi dari konsep tersebut menurut khazanah
ilmiah. Kemudian para siswa bertanggung jawab untuk menerapkan konsep tersebut
pada konteks yang berbeda.
Manfaat
yang diperoleh dari implementasi prndekatan inkuiri antara lain adalah
pengertian dan pemahaman tentang bagaimanakah dunia ini diorganisasikan ,
bagaimana dunia ini berubah , bagaimana semua prespektif yang ada di dunia ini
membentuk saling hubung (interrelated)
, dan bagai mna kita dapat mengomunikasikanya sebagai prespektif itu.
Filosofi
dari pendekatanini berakar antara lain dari konsep Piaget, Vygotsky, Dewey,
Freire dan lain-lain. Jhon Dewy
berpendapat bahwa pembelajaran yang optimal serta perkembangan peserta didik
akan tumbuh pesat bilamana mereka sering dikonfrontasikan dengan masalah nyata
dan substantive yang menantang untuk dipecahkan. Freire dengan jelas menyatakan
bahwa pedagogi (pendidikan anak) harus dapat menunjukan relevansinya dengan
dunia anak terkini, dan memungkinkan mereka untuk melakukan analisis,
mengutarakan teori terkait sesuai dengan kemampuannya , dan secara cerdas
mengaitkanya dengan dunia nyata dan sekelilingnya.
Dalam
pendekatan pembelajaran ini guru menyajiakan pembelajaran tidak dalam bentuk
final. Inilah yang disebut pembelajaran terbuka (Open Learning). Dengan kata lain siswa diberi keleluasaan dan
kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri esensi pembelajaran atau jawaban
dari pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan menggunakan teknik pemecahan
masalah (Problem solving techniques).
Walaupun pendekatan pembelajaran ini dapat dilaksanakan berupa pengajaran
klasikal dengan tugas individual, namun berdasarkan pengalaman akan lebih
efektif jika para siswa terlebih dahulu dibagi-bagi dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4 orang perkelompok. Artinya pendekatan pembelajaran ini amat
dekat hubungannya dengan pembelajaran kooperatif.
Biasanya
langkah-langkah pokok pendekatan ini sesuai pendapat Jerome S. Bruner meliputi:
- Simulasi
(Simulation)
- Perumusan
masalah (Problem Statement)
- Pengumpulan
data (Data Collection)
- Analisis
data (Data Processing and Analysis)
- Verifikasi
(verification)
- Generalisasi
(Generalization)
Dari
uraian tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa karakteristik pendekatan inkuiri (inquiry-learning) ini antara lain adalah:
- Guru
tidak bertugas mengomunikasikan pengetahuan , namunjustru membantu siswa
untuk belajar sendiri;
- Pembelajaran
terbuka (Open Learning)
- Topic
atau masalah yang akan dipelajari serta metode yang digunakan untuk
menjawab masalah itu ditentukan oleh siswa , dan bukan oleh guru;
- Landasan
pendekatan ini adalah gagasan konstruktivis. Pengetahuan dibangun setahap
demi setahap. Pembelajaran akan lebih baikjika dilaksanakan dalam
kelompok.
Dalam
hubungan ini Joyce, Weil dan Calhoun dalam publikasi mereka berjudul Models of Teaching (2009: 169)
menyatakan bahwa sintaks ( langkah-langkah atau fase pembelajaran) dari model
pengajaran inkuiri ( mereka tidak menyebutkan sebagai pendekatan pembelajaran )
sebenarnya bermacam-macam (a number of
forms). Namun , dengan contoh pembelajaran biologi dengan model inkuiri ,
secara umum sintaksnya meliputi:
1)
Fase satu: Guru menyampaikanwilayah
penyelidikan kepada siswa.
2)
Fase dua : Para siswa membuat struktur masalahnya.
3)
Fase tiga : Para siswa mengidentifikasi
masalah yang harus diselidiki.
4)
Fase empat: Para siswa mengajukan
spekulasi tentang cara-cara untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi.
Landasan
pemikirandari pendekatan pembelajaran ini adalah bahwa hasil belajar dengan
cara ini akan lebih mudah dihafal dan diingat, serta mudah dipahami oleh siswa,
karena mereka berbuat sendiri. Selanjutnya akan lebih mudah ditransfer dan di
transformasikan untuk menghadapi berbagai masalah lain yang dihadapinya kemudian.
Hal ini akan menjadi semacamkepemilikan pengetahuan dankecakapan siswa ( Intellectual potency).
Contoh pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran sains adalah sebagai berikut:
- Para
siswa bekerja dalam kelompok mencoba membangu sebuah jembatan, missal
dengan bahan sedotan dan stapler dan isinya, yang mampu menahan sejumlah
kelereng dengan berat tertentu. Dengan melakukan hal ini siswa akan
menemukan cara membangun jembatan yang kokoh.
- Siswa
belajar tentang kelembaman (inersia) dan gerak dengan mempelajari apa
dampak yang bergelombang , ada yang kasa ada yang halus dan sebaganya.
- Para
siswa mengembangkan metode untuk menemukan tablet antasid ( obat maag)
manayang paling baik untuk menetralkan asam.
Beda
pokok pendekatan inkuiri dengan berbagai pendekatan tradisional yang sering
digunakan guru terutama karena pendekatan tradisional sering hanya berfokus
kepada penguasaan konten kurikulum atau penguasaan bahan ajar , dan kurang
memperhatikan pengembangan kecakapan dan pembimbingan terhadap sikap inkuiri.
Dengan kata lain pendekatan tradisional lebih menekankan kepadaapa yang harus
diketahui oleh para siswa (what is known),
yang merupakan ciri khas praktik strategi berpusat kepada guru (teacher-centered strategy) yang
konvensional,yang menganggap siswa sebagai gelas kosong yang siap menampung
berbagai informasi dari guru.
Disamping
kelebihanpendekatan inkuiri , patut dicatat bahwa kelemahan pokok pendekatan
ini adalah memerlukan waktu yang banyak ( time
consuming) .Kecuali itu memang banyak debat yang mengiringi peluncuran
konsep ini. Di antara kritik yang timbul dan patut untukdipertimbangan antara
lain adalah:
- Tidak
dapat diterapkan untuk mengajari siswa tentang berbagai teori dan gagasan
yang kompleks, misalnya pembelajaran tentang evolusi, karena memang
dikembangkan oleh para ilmuanselama berpuluh-puluh tahun.
- Gagal
dalam membelajarkan siswa tentang fakta-fakta dan pengetahuan khusus
,misalnya terkait dengan masalah sosial, masalah agama, masalah
kewarganegaraan , masalah bahasa dan lain-lain.
- Banyak
guru yang mengeluh tidak cocok menggunakan pendekatan ini ,terutama guru
IPS, guru sejarah, guru bahasa, bahkan guru-guru sains yang jumllah tatap
mukanya kecil.
Metode
pembelajaran yang seringkali digunakan dalam pendekatan inkuiri antara lain
metode dikusi, demonstrasi, metode eksperimen , atau dalam pembelajaran sains
digunakan praktikum di laboratorium , investigasi atu karya wisata. Sementara
itu sejumlah sumber menyebutkan adany pendekatan heuristik. Kata heuristik
berasal dari kata eureka ( seperti yang di teriakkan oleh Archimedes saat
menemukan hukum Archimedes denganberendam di bak mandinya ) atau Heuriskein ( latin) , yang artinya aku
menemukan. Menurut Amstrong yang mengembangkan pendekatan ini peserta didik lah
yang harus menemukan ilmu pengetahuannya sendiri. Jadi esensi pendekatan
heuristik sama dengan pendekatan inkuiri.
6. Pendekatan STM ( Sains , Teknologi,
Masyarakat) atau Pendekatan Salingtemas ( Sains, Lingkungan, Teknologi, dan
Masyarakat).
Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah STS (Science,
Technology, and Society). Istilah sains teknologi masyarakat ini berawal
dari pendapat Jhon Michel Ziman dalm bukunya berjudul Teaching and Learning about Science and Society (1980). Mulanya
memang tidak dikaitkan dengan lingkungan , tetapisetelah gencarnya dampak
negatif implementasi teknologi dan eksploitasi alam besar-besaran oleh manusia
terhadap lingkungan , yang muncul berupa berbagai macam pencemaran lingkungan (environmental pollution) terutama
padaera 1970-an, maka pendekatan pembelajaran ini kemudian menyisipkan kata
lingkungan (environment) di antara
sainsdan teknologi. Pada dasarnya pendekatan salingtemas ini, baik di dalam
pembelajaran sains maupun pembelajaran bidang studi sosial, dilaksanakan oleh
guru melalui topik yang dibahas dengan cara menghubungkan antara sains ,
teknologi, terkait dengan kegunaannya di dalam masyarakat dan juga dampak
positif maupun negatifnya terhadap lingkungan.
Sejumlah
istilah digunakan oleh para pendidik dan praktisi pendidikan, istilah Science Technology Society yang
diterjemahkan menjadi sains teknologi masyarakat disingkat sebagai STM ,
SATEMAS, atau ITM ada yang menyebut Science
Environment Technology (SET) serta
Science Environment Technology Society (SETS) yang disingkat dengan
salingtemas namun pada hakikatnya esensinya sama saja. Dengan semakin
intensifnya pencemaran lingkungan, baik di udara, air maupun tanah , maka yang
pertama kali terkena dampaknya adalah biota , baik berupa vegetasimaupun fauna.
Pencemaran
lingkungan sebagai akibat perkembangan industri yang tidak terkontrol, semakin
intensifnya perkembangan berbagai moda transformasi terutama yang berupa
kendaraan bermotor, peledakan penduduk dunia yang semakin mempersempit lahan
untuk penghujauan dan semakin menyempitnya kawasan hutan tropis , pertama kali
yang terkena dampak langsungnya adalah organisme nonhuman ( bukan manusia).
Sebab itu keaneka ragaman mahluk hidup makin berkurang, bahkan telahjutaan
spesies organisme yang lenyap (perish)
selamanya dari muka bumi, sementara jutaan yang lain dalam kondisi level
berbahaya (Endangered species) dan
siap untuk lenyap selamanya. Perubahan iklim global telah menyebabkan puncak es
di pegunungan salju papua , gunung Kilimanjaro di Afrika semakin menipis,
sementara wilayah hunian beruang kutub dan habitat singa laut di kutub utara
juga semakin menyempit.
Menimbang
ini semua tidak dapat kita mengabaikan kata lingkungan dan cukup menggantikanya
dengan kata masyarakat dengan konotasi masyarakat manusia karena beberapa hal:
1)
Dampak kepada masyarakat manusia umumnya
tidak langsung, namunberjangka panjang karena dalam sejumlah kasus manusia
mampu membuat teknologi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2)
Berbeda dengan organisme nonhuman yang
tidak pernah menyebabkan dan membangkitkan pencemaran lingkungan, manusia
seringkali mendapatkan dampak negatif dari perubahan lingkungan karena ulahnya
sendiri.
3)
Organisme nonhuman hanya mampu
beradaptasi karena telah dibekalidengan naluri (instink) terhadap pencemaran yang bersifat alami seperti letusan
gunung api , gempa bumi , tsunamidan lain sebagainya , namun secara alami
mereka tidak dibekali naluri untukmenagkal pencemaran lingkungan yang
ditimbulkan oleh kegiatan manusia.
Dalam
pembelajaran sains , tujuan pendekatan ini adalah agar siswa mau dan mampu
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sains karena memahami dan
mencintainya, di samping secara tidak langsung tentu saja memperluas khazanah
pengetahuan anak didik , baik terhadap konsep , prinsip dan proses sains dan
dampak penggunaan teknologi terhadap linkungan. Dengan mengaitkan pembelajaran
sains dengan teknologi, dampak teknologi terhadap lingkungan serta kegunaan dan
kebutuhan masyarakat, maka konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta
didik diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupannya, dapat digunakan
dalammasyarakat.
Dalam
pembelajaran ilmu sosial ,guru dengan cara ini dapat menyiapkan peserta didik
untuk menjadi warga Negara yang baik , mencintai bumi tempatnya berpijak
danpunya motivasi kuat untuk melestarikan fungsinya, tanggap terhadap
perkembangan teknologi dan berinisiatif untuk mengendalikan dampak negatifnya ,
karena mampu menilai secara kritis dampak positif dan negatif kemajuan
teknologi , sehingga dapat mengambil keputusan untuk kesejahteraan secara
bijak. Dengan cara ini diharapkan siswa termotivasi danterbiasa untuk memilih
dan menerapkan teknologi yang tidak saja menguntungkan dari segi ekonomi ,
tetapi juga mempertimbangkan aspek estetika ,etika dan konservasi alam.
Dalam
konteks sains dan masyarakat , peserta didik diharapkan dapat meningkatkan
kualitas hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat yang
bertanggung jawab. Sebagai seorang individu peserta didik diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan inovatif untuk mengahadapi
persaingan global, kreatif dan tekun dalam mencari dan menyiasati peluang untuk
berkehidupan yang layak dan bersih ( halal dan baik) , serta dapat menerima
dengan tabah dan tahan uji andai kata menghadapi kegagalan dan tantanganyang
serba kompleks setelah melakukan berbagai usaha. Sementara itu sebagai mahluk
sosial peserta didik harus dapat menjalin komunikasi yang baik antar individu
warga, dengan masyarakat melalui kooperasi, kolaborasi dan sinergi yang positif
, serta bersedia membantu orang lain berempatidengan ikhlas jika ada warga alin
yang memerlukan pertolongan karenakoyakan dan himpitan kemiskinan dan
kebencanaan. Hal ini sesuai dengan yang dilansir oleh Anna Poedjiadi (2005) ,
bahwa dalamStandart for Science Teacher
Preparation, yang diselenggarakan oleh National
Science Teacher Association, NSTA, dan bekerja sama dengan The Association for the Education of
Teachers in Science(1998) , dinyatakan bahwa salah satu aspek yang harus
diperhatikan oleh guru sains adalah konteks sosial atauSocial Context.
Pendekatan
STM atau pendekatan salingtemas bertujuan agar terjadi literasi (melek) sains
dan teknologi di masyarakat ( scientific
and technological literacy), dengan kemanfaatan bagi peserta didik antara
lain mampu:
1)
Menggunakan konsep-konsep sains,
keterampilan proses dan nilai ilmiah apabila mengambil keputusan yang
betanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari;
2)
Mengetahui bagaimana masyarakat
mempengaruhi sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat;
3)
Menyadari keterbatasan dan kegunaan
sains dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, termasuk dalam
hal ini pengetahuan tentang dampak negatif
4)
Memahami sebagian besar konsep-konsep
sains , hipotesis dan teori sains dan mampu menggunakannya;
5)
Menghargai sains dan teknologi sebagai
stimulus intelektual;
6)
Mengetahui bahwa pengetahun ilmiah
bergantung kepada proses inkuiri dan teori ilmiah;
7)
Mampu membedakan antara fakta- fakta
ilmoah dan opini pribadi;
8)
Mampu bersikap ilmiah dan menggunakan
metode ilmiah dalam memecahkan masalah;
Pengembangan
program STM atau STS di Amerika Serikat dimotori oleh Univesity of Lowa dengan tokohnya Robert Yager. Pembelajaran
STMmeliputi enam ranah ( domain) yang antara lain meliputi.
1)
Ranah konsep, meliputi konsep-konsep ,
fakta, prinsip, hukum, teori yang digunakan para ilmuan;
2)
Ranah proses, meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan cara memperoleh ilmu atau produk sains, missal melakukan
observasi dan investigasi;
3)
Ranah kreativitas, meliputii kombinasi
objek atau ide dengan cara baru ,cara menyelesaikan masalah , cara mendesain
alat percoban dan sebagainya ;
4)
Ranah sikap, meliputi sikap positif
terhadap ilmu dan ilmuan (Scientific
Attitude);
5)
Ranah aplikasi, meliputi kemampuan
menunjukan contoh konsep ilmiah dalam kehidupan;
6)
Ranah keterkaitan, cenderung untuk ikut
berpartisipasi berupa tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungan
sekitarnya yang memerlukan keterlibatanya.
Dari
pada itu Alkenhead (1992) dalam makalahnya yang berjudul What is Science Teaching? Menyatakan bahwa pada hakikatnya
pembelajaran STS adalah pembelajaran berbasis siswa .artinya dalam pendekatan
STS inisiswa adalah sosok sentral.
Sebagai
sosok sentral pada pendekatanSTS (STM) ini para siswa diharapkan memahami
benar-benar hikmah dari pengalaman sehari-harinya. Dalamkaitan itu mereka harus
paham mengenai lingkungan sosialnya, lingkungan yang terkonstruksi secara
artifisial di sekelilingnya (Artificially constructed environment , terkadang
disebut lingkungan buatan atau lingkungan binaan),serta lingkungan alamiahnya.
Kajian terhadap lingkungan alami kita sebut sebagai sains , kajian terhadap
lingkungan yang terkonstruksi secara artifisial (lingkungan buatan manusia)kita
sebut teknologi, sedangkan lingkungan sosial adalah masyarakat. Jadi
pembelajaran sains melalui pendekatan STS adalah pembelajaran terkait fenomena
alam yang berpengaruh terhadap lingkungan teknologis dan lingkungan sosial dari
para siswa.
Dalam
hubungan ini mengutip Bybee (1985) selanjutnya Aikenhead menyatakan bahwa
pendidikan sains melalui STS baru dikatakan seimbang jika dapat diraih 3 tujuan
sekaligus yang meliputi:
1)
Pemerolehan penetahuan (terkait konsep
yang ada didalam,dan konsep tentang : sains dan teknologi) yang diperlukan bagi
siswa secara pribadi/ personal, terkait siswa sebagai warga Negara dan
prespektif budaya.
2)
Pengengembangan kecakapan belajar dalam
pengumpulan informasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Halini
terkait dengan proses-proses sains dan inkuiri teknologi.
3)
Pengembangan nilai-nilai dan
gagasan-gagasan terkait isu-isu lokal, politik masyarakat, dan masalah global
(hal ini berkenaan dengan interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat.
Dalam
hubungan ini Aikenhead juga memaparkan sekuen atau urutan pembelajaran melalui
pendekatan STS.
Pengajaran
STS dimulai dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Suatu pertanyaan kunci
atau suatu masalah diajukan oleh guru misalnya berupa pertanyaan: “Apakah kita
perlu menaruh perhatian dengan dibangunya PLTN di kepulauan Riau? Bagaimana
mencari bukti bahwa berkendara dalam keadaan mabuk akan berpengaruh terhadap
keputusan hokum dan pengadilan? Untuk tujuan apa saja kita menggunakan berbagai
macam sumber cahaya ?dan sebagainya”.
Untuk
memahami pertanyaan atau masalah sosial biasanya ada sejumlah teknologi yang
harus diamati. Teknologi dikembangkan terutama terkait dengan pengembangan
pengetahuan maupun perancangan proses-proses teknologi sebagai tanggapan
terhadap kebutuhan manusia atau masalah-masalah sosial, sehingga dapat dipahami
bahwa isu-isu sosial selalu berkaitan dengan teknologi.
Dalam
hubungan ini, Poedjiadi (2005) menyusun model pembelajaran salingtemas (STM)
yang meliputi sejumlah langkah-langkah pembelajaran:
1)
Pendahuluan, Dikemukakan isu-isu atau
masalah yang ada di masyarakat yang dapat digali dari siswa , tahap ini disebut
tahap inisiasi atau mengawali, memulai , disebut pula tahap invitasi.
Mengundang siswa untuk memusatkan perhatian pada pembelajaran , disebut tahap
apresepsi karena mencoba mengaitakan pembelajaran dengan konteks kehidupan atau
pembelajaran dengan konteks kehidupan atau pembelajaran terdahulu yang relevan.
2)
Proses pembentukan konsep,
dapatdilakukan melalui berbagai pendekatan atau metode, misalnya pendekatan
keterampilan proses, pendekatan kontekstual, pendekatan kecakapan hidup. Metode
yang digunakan misalnya metode eksperimen, metode projek dan sebagainya. Disini
dapat dilakukan penguatan kognitif terhadap konsep terdahulu sehingga terjadi
pula pemantapan konsep.
3)
Dilakukan analisis isu atau penyelesaian
masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan. Konsep-konsep yang telah
dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4)
Tahap pemantapan konsep, diawali dengan
analisis terhadap ada atau tidaknya miskonsepsi terhadap konsep sains yang
sedang dikembangkan di sini dikembangkan konsep-konsep kunci yang penting
diketahui siswa. Miskonsepsi harus terdeteksi oleh guru untuk diupayakan
pelurusannya.
5) Tahap
penilaian terhadap pembelajaran , penilaian hendaknya dilakukan terhadap proses
maupun hasil akhir pembelajaran berupa konsep sains yang benar dan yang telah
menjadi milik siswa.
7. Pendekatan Ekspositiori ( Expositiory Approach)
Dalam
pendekatan ini guru menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk yangtelah
dipersiapkan secara rapi , sistematik dan lengkap , sehinggga siswa tinggal
menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib ( Makmun, 2000: 233). Dalam
pendekatan ini kentara sekali penerapan strategi Teacher-centered-nya.
Secara garis besar
prosedurnya adalah sebagai berikut :
- Persiapan
(Preparation) guru menyiapkan
bahan selengkapnya .
- Pertautan
dengan bahan pelajaran terdahulu ( apresepsi, apperception), guru memberikan uraian singkat untuk
mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang telah dipelajari dahulu (
prior learning) , atau mengajukan sejumlah pertanyaan terarah yag harus
dijawab secara singkat oleh siswa.
- Presentasi
materi ajar baru. Dapat dilaksanakan dengan pemberian ceramah oleh guru
atau menyuruh siswa membaca bahan bacaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya oleh guru.
- Resitasi
guru mengajukan pertanyaan atu siswa diminta menyatakan kembali dengan
kalimat sendiri (paraphrase) esensi bahan yang telah dipelajari.
Pendekatan
ini dikembangkan oleh David Ausubel, yang berpendapat bahwa pada kelas-kelas
yang lebih tinggi, siswa tidak selalu harus mengalami dan menemukan sendiri
konsep-konsep sains. Dengancara ini siswa diharapkan akan memperoleh informasi
sebanyak-banyaknya dalam waktu yang lebih singkat, sehingga efisiensi
pembelajaran terjadi. Namun memang ada satu prasyarat , sebelumnya guru sudah
harus menyiapkan advance organizer ( pemandu awal, semacam kerangka
konsep-konsep dasar , atau pola-pola pengertian dasar, terkait dengan materi
baru yang akan dipelajari).
8. Pendekatan kontekstual
Pendekatan
kontekstual (contextual teaching and
learning, CTL)merupakan konsep belajar yang bertujuan membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan sisw bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Munculnya
CTL pada hakikatnya merupakan respons ketidakpuasan terhadap praktik
pembelajaran yang sangat menekankan kepada pengetahuan abstrak atau konseptual
semata-mata. Pembelajara konsep seperti itu memang cocok untuk menyiapkan siswa
sebagai akdemisi, namun kurang mampu menyiapkan siswa menjadi seorang
profesional yang siap berkiprah di dunia kerja. Dengan kata lain pembelajaran
yang terlampau abstrak telah alpa terhadap aspek terapan dari suatu konsep
pengetahuan. Dari pada itu , pendekatan CTL tidaklah mengabaikan aspek abstrak
tersebut, karena itu tidak mungkin, dalam kaitan ini kemudian ditempuh cara
dengan prinsip air menetes (Water Down).
Maknanya , hal-hal yang dikontekstualkan dengan pemberian contoh-contoh
penerapan ilmu di dalam kehidupan nyata.
CTL
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelaaran yang dipelajarinya denagn mengaitkan
materi tersebut konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu
permasalahan ke permasalahan lainya.
Transfer
dan trasformasi belajar terjadi karena siswa mengalami sendiri , bukan dari
pembinaan orang lain. Keterampilan dan pengetahuan siswa diperluas dari konteks
yang terbatas (sedikit demi sedikit) dan terkonstruksi dalam pemikiran siswa.
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana dia menggunakan
pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar itu.
Lingkungan
belajar harus di desain sedemikian rupa, berpusat kepada siswa , agar terjadi
pembelajaran yang efektif. Paradigma harus diubah dari guru aktif berbuat di
dalam kelas siswa menonton, menjadi siswa aktif bekerja dan berkarya , guru
memfasilitasi dan mengarahkan. Umpan balik yang berasal dari proses penilaian
autentik amat penting bagi siswa. Kelas harus menumbuhkan komunitas
pembelajaran (learning community)
yang dibangun dari pembentukan kelompok-kelompok kecil yang saling bekerja
sama.
Dalam
kelas kontekstual , tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru
lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yangbekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas ( siswa). Sesuatu yang baru itu datang dari
penemuan sendiri dan bukan dari apa kata guru. Guru harus mampu memberdayakan
siswa. Untuk memberdayakan siswa maka guru hendaknya menerapkan strategi khusus
terkait hubunganya dengan siswa. Strategi tersebut dapat disingkat FARE dan meliputi:
i.
Fading, menjauh secara perlahan,
maknanya mengurangi dukunganya sedikit demi sedikit sampai akhirnya siswa dapat
mengurusi dirinya sendiri;
ii.
Memberikan kesempatan artikulasi (Articulation) kepada siswa artinya
membuka kesempatan kepada siswa untuk melakukan presentasi , terlibat dalam
diskusi mengenai pengetahuannya dalam kaitan pemecahan masalah;
iii.
Memberikan kesempatan refleksi (reflection) kepada siswa , mereka
bermuhasabah , menganalissi diri sendiri, apa kekuatan dan kelemahanya ;
iv.
Eksplorasi (exploration), guru memotivasi siswa untukmencoba menemukan dan
memecahkan masalahnya sendiri.
CTL
dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas
yang bagaimanapun keadaanya. Pendekatan CTL dalam kelas mudah pelaksanaannya,
secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1)
Kembngkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
2)
Laksanakan sebanyak mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topic.
3)
Kembangkan sifat ingin tahu dengan
mengajukan sejumlah atau serangkaian pertanyaan.
4)
Ciptakan masyarakat belajar.
5)
Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran.
6)
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7)
Lakukan penilaian yang sebenarnya (
penilaian autentik) dengan berbagai cara.
Dalam
implementasi CTL pada situasi pembelajaran harusdipegang erat 7 komponen CTL
itu adalah sebagai berikut:
1)
Konstruktivisme, dengan esensi:
a.
Siswa membangun sendri pemahaman mereka
dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan terdahulu yang dimilikinya;
b.
Pembelajaran harus dikemas menjadi
proses mengkonstruksi dan bukan transfer pengetahuan;
c.
Belajar adalah proses aktif
mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi,
yang dilakukan secara pribadidan sosial untuk mencari makna dengan memproses
informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir
(struktur kognitif) yang dimiliki siswa.
2)
Inkuiri (inquiry) dengan esensi,
a.
Siswa belajar menggunakan keterampilan
berfikir kritis, berfikir tingkat tinggi;
b.
Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan
bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dan menarik simpulan;
c.
Langkah-langkah inkuiri dengan
merumuskan masalah , melakukan observasi, analisis data, kemudian
mengomunikasikan hasilnya;
3)
Bertanya ( questioning), dengan esensi
a.
Kegiatan guru untuk mendorong ,
membimbing dan menilai peserta didk, menggali informasi tentang pemahaman,
perhatian, dan pengetahuan peserta didik;
b.
Bergunabagi peserta didik sebagai salah
satu teknik dan strategi belajar, merupakan bagian penting dalam pembelajaran
berbasis inkuiri;
4)
Learning
Community (masyarakat pembelajaran) dengan esensi,
a.
Sekelompok orang yang terikat dan
berfokus kepada kegiatan belajar dalam pembelajaran kolaboratif;
b.
Bekerja sama dengan orang lain lebih
baik daripada belajar sendiri;
c.
Saling berbagi ide dan bertukar
pengalaman;
d.
Belajar dalam kelompok-kelompok kecil
sehingga kemampuan sosial dankomunikasi berkembang.
5) Modelling,
dengan ciri-ciri,
a.
Berguna sebagai contoh yang baik yang
dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara menggali informasi, demonstrasi,
dan lain-lain;
b.
Pemodelan dilakukan oleh guru sebagai
teladan, peserta didik dantokoh lain;
c.
Proses penampilan suatu contoh agar
orang lain berfikir, bekerja, berbuat dan belajar;
d.
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar
siswa mengerjakanya
6)
Reflection
, refleksi,
dengan esensi,
a.
Cara berfikir tentang apa yang baru saja
dipelajari;
b.
Mencatat dan mengingat-ngingat apa yang
telah dipelajari;
c.
Membuat jurnal, portofolio , karya seni
, diskusi kelompok atau dapat berupa kesan , catatan atauhasil karya siswa;
d.
Respons terhadap kejadian, aktivitas/
pengetahuan yang baru;
e.
Hasil konstruksi kognitif terhadap
pengetahuan yang baru.
7)
Authentic
Assesment, penilaian yang sebenarnya,
a.
Mengukur sikap pengetahuan dan
keterampilan siswa dalam proses pembelajaran;
b.
Penilaian produk (kinerja);
c.
Tugas-tugas yang relevan dan
kontekstual;
d.
Dilakukan melalui berbagai cara ( tes
dan nontes);
e.
Alternative bentuk tagihan : kinerja ,
observasi , portofolio, dan/atau jurnal.
Kontekstualisasi
suatu materi pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai model atau cara.
Mengingat teori Vygotsky tentang pentingnya peranan budaya dalam membentuk
struktur kognitif anak didik, diantara model yang dapat dileksanakan dalam
kontekstualisasi materi pembelajaran antara lain:
- Model
akomodasi ,implementasi model ini menekankan kepada perlunya sikap yang
terbuka dan menghargai kebudayaan , adat-istiadat dan tradisi mayoritas
asal pemelajar. Dengan kata lain materi pembelajaran dikaitkan dengan
berbagai carapandang dan pradigma serta persepsi budaya masyarakat
sekitar, sehingga penyelesaian masalah yang di tewarkan tetap berlandaskan
penjelasan ilmiah, namun tidak secara serta merta menolak atau menetang
pola piker dan budaya masyarakat di sekitar. Perubahan tidak dilaksanakan
secara frontal, tetapi tahap demi tahap, grandual.
- Model
adaptasi, dengan implementasi yang bercirikan asimilasi terhadap unsur
budaya yang ada, masalah pembelajaran diadaptasi sedemikian rupa sehingga
relevan dengan dituasi budaya masyarakat sekitar.
- Modelprossesio, model ini bersifat
frontal. Pada esensinya menaggapi kebudayaan, terutama yang dianggap menghambat
kemajuan belajar anak, dengan sudut pandang negatif. Model prossesio dapat terjadi dengan cara
mengabaikan, menolak, menentang, melakukan seleksi secara ketat,
reinterpretasi (penafsiran kembali) dan restrukturisasi (perombakan
kembali) sehingga seluruh elemen budaya penghambat dapat diubah total
sesuai dengan esensi kebenaran pengetahuan. Umumnya model inilah yang
sering diterapkan para guru di Indonesia.
- Model
dialektik , terjadi interaksi dinamis antar teks-teks sains dan konteks
budaya masyarakat setempat. Konsep ini didukung oleh presepsi bahwa
kebudayaan masyarakat selalu berubah , permasalahnya tinggal bagaiman mendinamisasi perubahan itu. Model ini
adalah model yang moderat dan tidak terlalu beresiko dibandingkan model prossesio. Guru dan siswa wajib
untuk senantiasa menganalisi, menginterpretasi dan menilai setiap
perubahan.
C. Strategi
Pembelajaran
Suyono
dan Hariyanto (2011) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai ”rangkaian
kagiatan terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan lingkungan belajar,
pengelolaan sumber belajar,dan penilainuntuk mencapai tujuan pembelajaran”.
Dengan sudut pandang yang cenderung melakukan generalisasi, Marsh (2005) hanya
mengklasifikasikan strategi pembelajaran menjadi dua, yaitu strategi berpusat
kepada guru ( teacher-centered strategy) dan strategi berpusat kepada siswa (student-centered strategy). Klasifikasi
lain adalah strategi deduktif dan strategi induktif, yang pada hakikatnya sama
dengan pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Harap diingat, sejumlah
sumber memng saling mempertukarkan pengertian atau istilah semacam itu.
Para
pakar di Negara-negara majucenderung menyamakan strategi pembelajaran. Di
antara definisi yang sedikit itu, mengutip kemp, Senjaya (2008) menyatakan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajarn yangharus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Sementara itu mengutip Dick and Carey, senjaya menyatakan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu perangkatmateri dan prosedur pembelajaran
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Kecuali itu Senjaya menyebutkan pula bahwa dalam strategi pembelajaran tergantung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual terkait keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran.
Dalam
kesempatan ini akan ditambahkan berbagai hal terkait dengan segala sesuatu yang
patut diperhatikan guru agar pengelolaan lingkungan kelad dalam kedua strategi
pembelajaran tersebut lebih efektif saat implementasinya.
Hasil
riset Jeanne Chall yang diikuti oleh Project
Follow Through di Amerika Serikat, sudah ditekankan bahwa sebenarnya kita
tidak harus dipusingkan apakah strategi yang dipergunakan berbasis guru atau
berbasis siswa. Hal yang penting adalah bagaimana sebaiknya peran guru dalam
kedua strategi tersebut agar pembelajaran berlangsung efektif dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Dalam hubungan ini ada sejumlah perilaku/tindakan
yang bersifat harus dan sejumlah perilaku yang jangan dilakukan.
Diantara perilaku yang
harus dilakukan guru antara lain:
1)
Hangat dan akrab dengan anak didik dan
selalu menunjukan antusiasme dalam pembelajaran;
2)
Periang, terlihat bahagia, rapi,
mempunyai rasa humor, tidak mudah tersinggung, dandapat diajak berkelakar,
namun bukan pelawak yang melawak berlarut-larut;
3)
Memiliki sifat keibuan/kebapakan, suka
bergaul, ramah tamah, dan dapat menjadi “teman”
4)
Mampu memberi tantangan kepada anak
didik baik itu berupa kalimat, tindakan, prosedur kerja atau menyajikan
bahan-bahan yang menantang, sehingga setiap peserta didik selalu bergairah
dalam belajar, dan termotivasi untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuanya lebih
lanjuat;
5)
Memahami dan menaruh minat kepada
seluruh siswanya;
6)
Menjelaskan bahan ajar dan tugas-tugas
dengan jelas, suka menolong siswa melakukan pekerjaan-pekerjaan sekolah;
7)
Luwes dalam menerapkan strategi dan
metode pembelajaran sehingga selalu tarcipta iklim belajar yang kondusif untuk
secara efektif mencapai tujuan pembelajaran;
8)
Menyadari kebutuhan setiap peserta didik
dan memiliki kemampuan untuk mencoba memenuhi kebutuhan peserta didik tersebut;
9)
Mampu merespons secara positif setiap
perilaku peserta didik;
10)
Mampu menyiapkan apersepsi pada awal
pembelajaran, menerapkan berbagai metode secara lancar selama proses, mampu
mengakhiri pembelajaran dengan baik;
11)
Terbiasa melaksanakan refleksi sebelum
menutup pembelajaran apa saja yang dipelajarinya pada hari ini.
Sementara itu di antara
perilaku yang tidak boleh dilakukan guru:
1)
Campur tangan berlebihan selama
pembelajaran, sering menyela, memberi komentar, bertanya , memberi petunjuk
yang mendadak sehingga mengganggu dan memutus aktivitas anak didik;
2)
Terjadi kesenyapan (fade out) karena guru gagal melengkapi suatu penjelasan, suatu
instruksi, petunjuk, atau komentar, dengan tiba-tiba guru menghentikan
penjelasan dan lama tidak ada kelanjutanya;
3)
Membuatpenyimpangan (disgression) , guru telalu asik
menyajikan pembelajaran, sehingga pada suatu ketika menyimpang dan malantur
jauh dari pokok persoalan;
4)
Tidak tepat memulai atau mengakhiri
penjelasan pembelajaran;
5)
Menerangkan , memberikan penjelasan
bertele-tele (overdwelling) dan
sering mengulang-ulang hal yang tidak perlu;
6)
Memberikan peringatan secara kasar
kepada siswa yang kurang perhatian;
7)
Mencela atau menghina siswa (to put-down), atau hal-hal yang
menyakitkan hati lainya;
8)
Bersifat suka marah, tidak pernah
tersenyum, kejam, mudah tersinggung;
9)
“pilih kasih” menyukai siswa-siswa
tertentu saja, sebaliknya jika menghukum melaksanakan “ tebang pilih” , hanya
siswa tertentu yang dihukum;
10)
Merasa berkuasa , sombong, merasa paling
pintar, kurang perhatian, tidak tahu nama siswa, bahkan tidak tahu jika ada
didwa yang tidak masuk kelas.
Relevan
denga apa yang diutarakan di atas, faculty focus, bulletin online
yangmemusatkan perhatianya kepada pengembangan profesionalismependidikan
tinggipada terbitanya tanggal 20 juli 2009 telah memuat pendapat Maryleen
Weimer yang menyarikan pendapat Paul Ramseden tentang strategi pembelajaran
yang efektif, antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)
Segera ikuti minat yang telah bangkit
dengan penjelasan;
2)
Perhatikan dan hargai para mahasiswa
sebgai individu, juga hargai minat serta cara belajar mereka;
3)
Berikan penilaian dan umpan baik yang
sesuai ;
4)
Tetapkan tujuan pembelajaran secara
jelas dan nyata , serta berikan tantang intelektual yang mendorong timbulnya
semangat pembelajaran;
5)
Pengajaran yang baik memerlukan control
dari para mahasiswa terhadap pembelajaran serta keterlibatan aktif mereka.
Mereka harus tercelup berenang, melayang, dan tenggelam dalam pembelajaran;
6)
Belajarlah dari para mahasiswa.
Pembelajaran yang baik siapdan terbuka untuk berubah karena secara konstan
selalu mencari tahu apa dampak pengajaran kepada belajar, dan memodifikasi
pengajaran berdasarkan bukti-bukti efektivitas pengajaran terhadap belajar.
Dalam
bidang pembelajaran sains pada pembelajaran kimia khususnya , adayang sikenal
dengan strategi pembelajaran PDEODE (predict-discuss-explain-observe-discuss-explain).
Strategi pembelajarn ini berbasis kepada siswa (student-centered), semula dikembangkan oleh Savander-Ranne dan
Kolari dalam pendidikan teknik (2003), kemudian dipublikasikan secara meluas
oleh Costu (2008) dalam publikasi hasil penelitianya yang dimuat dalam jurnal Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology education, 2008,4 (1), 3-9.
Pembelajaran
dengan strategi PDEODE meliputi enam
langkah. Langkah pertama adalah memprediksikan (predict), di sini siswa membuat
dugaan fenomena yang diamati dari situasi nyata sesuai dengan kemampuan siswa
secara individu. Pada langkah kedua, siswa berdiskusi (discuss) dalam sejumlah
kelompok kolaboratif untuk berbagai gagasan tentang apa sesungguhnya yang
terjadi terkait dengan fenomena alam tersebut. Pada langkah ketiga siswa dalam
setiap kelompok diminta untuk memberikan penjelasan (explain) terkait latar
belakang atau solusi dari fenomena tersebut, memaparkan kepada kelompok lain
dalam dikusi kelas. Setelah itu siswa bekerja dalam kelompok dalam suatu
percobaan langsung dan mencatat hasil pengamatanya secara individu. Langkah
keempat adalah pengamatan (observe), siswa mengamati perubahan fenomena, guru
bertugas memandu siswa dalam melakukan pengamatan agar pengamatanya valid dan
relevan sehingga dapat mencapai sasaran konsep. Langkah berikutnya, kelima,
adalah berdiskusi kembali (discuss) di sini siswa mempertemukan antara prediksi
awal yang dibuatnya dengan hasil pengamatan nyata dari percobaan langsung
tersebut. Siswa menganalisis, berdebat, membandingkan, membedakan dan saling
curah pendapat dengan para teman dalam kelompoknya. Langkah terakhir adalah
penjelasan baru (explain) di hadapan seluruh kelompok dalam kelas sehingga
seluruh siswa dalam kelas dapat memperoleh suatu informasi tentang konsep yang
benar. Dengan melihat adanya langkah-langkah pembelajaran dalam strategi ini
maka penggunaan istilah strategi pembelajaran di sini sebenarnya sama atu
setaradengan metode pembelajaran atau model pembelajaran.
Sementaraitu
sebelum menetapkan strategi pembelajaran apa saja , perlu dipahami dulu bahwa
pada hakikatnya memang siswa lah yang menjadi subjek pembelajaran. Sebagai
subjek pembelajaran disadari bahwa siswa adalah unsur manusiawi yang paling
penting dalam proses pembelajaran. Mereka meiliki kedudukan dan posisi yang
menetukan dalam proses interaksi tersebut. Guru tidak ada atinya apa-apa tanpa
siswa sebagai subjek didik.
Dalamkaitan
ini agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik haruslah disadari lebih
dulu bahwa setiap peserta didik memiliki parbedaan individualtersebut antara
lain yang paling penting adalah perbedaan biologis, perbedaan intelektual dan
perbedaan psikologis.
Perbedaan
biologis siswa misalnya fisik atau jasmani siswa. Tidak ada yang sama persis
walau berasal dari keturunan yang sama. Dalam kaitan ini jenis kelamin, bentuk
tubuh, warna kulit, warna rambut, bentuk rambut, warna danbentuk mata dan
sebagainya adalah perbedaan individual yang di bawa siswa sejak lahir. Paling
penting di sini adalah jangan sampai perbedaan itu menjadi bahan diskriminasi
oleh guru, menjadi bahan olokan dan ejekan, tetapi harus diyakini guru bahwa
hal tersebut merupakan karunia Tuhan yang patut disyukuri. Pada prinsipnya
jangan sampai karena ada perbedaan biologis, ada siswa yang tidak melakukan
pembelajaran dengan baik karena merasa rendah diri dansebagainya sehingga
keterlibatanya dalam pembelajaran tidak maksimal.
Perbedaan
yang kedua adalah perbedaan kecerdasan akademis atau intelektual. Hal ini sudah
diketahui bersama dapat dilihat dari IntelegenceQuotient
(IQ) setiap siswa. Dalam hal ini ada siswa yang cepat belajar da nada yang
lambat belajar. Agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, guru jangan
sampai memanipulasi perbedaan ini dengan terlalu memperhatikan siswa yang cepat
belajar dan mengabaikan siswa yang lambat belajar.
Perbedaan
ketiga adalah perbedaan psikologis. Psikologis peserta didik disamping dapat
dipengaruhi oleh faktor genetic, terutama sekaliditentukan oleh lingkunganya.
Perbedaan semacam ini harus dipahami oleh guru dan justru dimanfaatkannya untuk
memberdayakan setiap potensi anak didik. Misalnya guru mengetahui berbagai
minat dan perhatian anak didik dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan
individual masing-masing.
Lampiran
hasil wawancara
Hasil
wawancara saya di SMK Komputer Mandiri Adalah
1.
Bagai mana cara anda menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku dan kepribadian siswa sesuai
tujuan pembelajaran?
Jawab:
mengamati dulu sikap anak di dalam kelas , lalu kita mencoba menghilangkan
sikap buruknya agar sikap baiknya dapat muncul , tapi yang jelas kita harus
membatasi anak pada hal besar dulu agar kita mudah mengamati perkembanganya
2.
Menurut anda pendekatan pembelajaran apa
yang dipandang paling efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai
standar?
Jawab:
pendekatan yang paling efektif adalah siswa terlibat dalam suatu kegiatan
dimana perkembangan dan sikap ditonjolkan juga perkembangan lainya.
3.
Sebagai guru metode dan teknik apa yang
paling efektif dan efisien dalam pendekatan pembelajaran?
Jawab:
kalau
saya lebih banyak berdiskusi dan menggali pendapat-pendapat merekamereka juga
diminta untuk melihat konteks yang kita pelajari dan juga di masyarakat
Bab V
Kesimpulan
Bahwa sebagai pendidik kita harus bisa memilih
pendekatan atau strategi mana yang dapat kita gunakan dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan.
Karena setiap peserta didik memiliki perbedaan individual , seperti perbedaan
biologis, perbedaan akademis atau intelektual dan perbedaan psikologis yang
harus dipahami oleh guru.
Daftar
pustaka
Costu. 2008. Eurasia
Journal of Mathematics, Science and Technology Education.
Joyce, B. Well, M. and Calhoun, E. 2009. Models of Teaching.Sevent edition.
Boston: Allyn and Bacon.
Makmun, Abin Syamsudin. 2000. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marsh, C. 2005. Teaching
Studies of Society and Environtment, edition fourth. Pearson Education
Australia
Poedjiadi, A. 2005.Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Sagala, S. 2005. Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suyono dan
Hariyanto, Implementasi Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar