Selasa, 01 November 2016

Nurul Latifah 15.21.0008

Abstrak
Pendekatan dan Strategi pembelajaran.
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliahBelajar dan pembelajaran
Dosen Pembimbing: DR.H. JARKAWI
Nurul Latifah (15.21.0008)
Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary
      Jl. Adhiyaksa No. 2 Kayu Tangi Banjarmasin 70123

Karena setiap peserta didik memiliki perbedaan individual seperti perbedaan biologis, perbedaan kecerdasan akademis atau intelektual dan perbedaan psikologis, maka pendidik harus mengerti pendekatan dan strategi pembelajaran apa yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar agar peserta didik dapat memahami materi yang diajarkan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai standar.
Pendekatan pembelajaran didefinisikan sebagai latar pedagogis dan psikologis yang dilandasi filosofi pendidikan tertentu yang dipilih agar tujuan pembelajaran dapat tercapai atau dapat didekati secara optimal .dalam pengertian pendekatan pembelajaran disamping tergambar latar psikologis dan latar pedagogis , juga pilihan metodik dan didaktik dari pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan dan diterapkan oleh guru bersama-sama siswa.  Dan strategi pembelajaran adalah rangkaian kagiatan terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar,dan penilaianuntuk mencapai tujuan pembelajaran
Metode yang saya gunakan dalam penelitian “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran” yaitu Metode Penelitian Kualitatif (Wawancara). Dan metode yang saya gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode library research.
Bahwa sebagai pendidik kita harus bisa memilih pendekatan atau strategi mana yang dapat kita gunakan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan. Karena setiap peserta didik memiliki perbedaan individual, seperti perbedaan biologis, perbedaan akademis atau intelektual dan perbedaan psikologis yang harus dipahami oleh guru.
Kata kunci: Pendekatan Pembelajaran dan Strategi Pembelajaran, Pengertian

BAB I

Pendahuluan
A.  Latar Belakang
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak  didik dapat merima didikan dengan baik.
Dalam perspektif islam makna belajar bukan hanya sekedar upaya perubahan perilaku. Konsep belajar dalam islam merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Tujuan belajar dalam islam bukanlah mencari rezeki didunia ini semata, tetapi untuk sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak yang sempurna.
Pendekatan pembelajaran didefinisikan sebagai latar pedagogis dan psikologis yang dilandasi filosofi pendidikan tertentu yang dipilih agar tujuan pembelajaran dapat tercapai atau dapat didekati secara optimal .dalam pengertian pendekatan pembelajaran disamping tergambar latar psikologis dan latar pedagogis , juga pilihan metodik dan didaktik dari pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan dan diterapkan oleh guru bersama-sama siswa.
pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Dan penjelasannya, bahwa pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran , apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu , ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainya dalam tingkat kedalaman yang berbeda , atau bahkan merupakan materi yang dalam suatu kesatuan multidisiplin ilmu.

B.  Rumusan Masalah

  1. Apa itu pendekatan pembelajaran?
  2. Apa saja macam pendekatan pembelajaran?
  3. Apa itu Strategi pembelajaran?

C.  Tujuan Penulisan

  1. Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran.
  2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran.
  3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran.
BAB II

Metode

Metode penelitian

Metode yang saya gunakan dalam penelitian “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran” yaitu Metode Penelitian Kualitatif (Wawancara). Dalam sebuah penelitian metode kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas. Pada penelitian kualitatif dilakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini lebih menekankan makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi , untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Wawancara adalah proses keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode library research. yang mana penulis menggunakan buku-buku dari perpustakaan sebagai bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai dengan materi yang di kupas dalam makalah ini.







BAB III
Kajian pustaka
A. Pendekatan pembelajaran
Sagala (2009: 68) , dinyatakannya bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Dan penjelasannya, bahwa pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran , apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu , ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainya dalam tingkat kedalaman yang berbeda , atau bahkan merupakan materi yang dalam suatu kesatuan multidisiplin ilmu.
B. Berbagai pendekatan pembelajaran
1.    Pendekatan konsep
Menurut sagala (2009: 71) pendekatan konsep dalam pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati bagai mana konsep itu diperoleh tanpa melihat prosesnya. Konsep dimaknai sebagai buah pemikiran seorang atau sekelompok orang yag dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan berupa prinsip, istilah ilmiah, hokum dan teori. Subiyanto (1990) menjelaskan bahwa konsep menghubungkan dua atau lebih fakta.
Mengutip Flawell (1970) , sagala dalam publikasinya yang berjudul konsep dan makanapembelajaran ( 2005: 71) menyarankan bahwa pemahaman terhadap konsep dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi 7 dimensi, antara lain:
  1. Atribut , setiap konsep memiliki atribut yang berbeda. atribut dapat berupa fisik seperti warna, tinggi atau bentuk , atribut dapat juga bersifat fungsional.
  2. Struktur , menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut – atribut itu , dikenal 3 macam struktur :
·         Konsep konjungtif: konsep yang memiliki dua atu lebih sifat
·         Konsep disjungtif : konsep yang harus memiliki satu dari dua jenis sifat
·         Konsep relasional : menyatakan hubungan tertentu antara atribut konsep.
  1. Keabstrakan konsep dapat dilihat dan konkret , atau konsep itu terdiri dari konsep- kpnseplain yang abstrak.
  2. Keinklusifan ( inclusiveness) di tunjukan oleh jumlah contoh yang dapat terlihat dalam konsep tersebut
  3. Generalitas ( generality ) bila di klasifikasikan konsep dapat berbeda pada posisi di atas suatu konsep yang lain ( super ordinat ) atau di bawah posisi konsep lain ( subordinat ) .
  4. Ketepatan menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh dan bukan contoh dari sebuah konsep.
  5. Kekuatan ( power) diukur dari sejauh mana tingkat kepentingan suatu konsep menurut orang per orang, berapa banyak ahli yang setuju bahwa konsep itu penting.
2.    Pendekatan keterampilan proses
Pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses dilatarbelakangi oleh teori naturalisme-romantis dari   J.J. Rousseau dan teori dan teori kognitif-gestalt dari Marx Wertheimer. Naturalisme romantik menekankan pada aktivitas siswa , sedangkan kognitif gestalt menekankan pemahaman dan kesatupaduan yang menyeluruh.
3.    Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif
Pendekatan deduktif terkait dengan pembelajarn konsep. Prosedur pembelajaran dengan pendekatan deduktif , antara lain adalah sebagai berikut:
1)      Memilih dan menentukan konsep, prinsip, kaidah, aturan, hokum, yang akan disajikan dalampembelajaran dengan pendekatan deduktif;
2)      Melakukan pembelajaran dengan bahan ajar aturan, hokum, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan contohnya;
3)      Menyajikan berbagai contohyang bersifat khusus dengan tujuan agar siswa dapat menyusun hubungan keterkaitan keadaan khusus tersebut dengan aturan , hokum atau prinsip umum yang berlaku;
4)      Disampaikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak simpulan bahwa keadaan khusus tersebut merupakan gambaran dari keadaan umum (Sagala , 2005: 76)
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan induktif antara lain meliputi :
1)      Memilih konsep, prinsip, aturan , hukum, kaidah, yang akan di sajikan;
2)      Menyampaikan contoh kasus konsep, prisip atau aturan itu yang memungkinkan siswa menyusun hipotesis yang bersifat umum sesuai sifat yang terkandung dalam contoh tersebut;
3)      Menyampaikan contoh tambahan sebagai bukti untuk menunjan atau menyangkal dugaan yang disusun di atas;
4)      Disusun pertanyaan terkait sifat umum konsep dan telah terbukti oleh pembuktian langkah-langkah terdahulu.demikian esensi pemikiran Makmun(2003) dalam Sagala (2005: 77)
4.    Pendekatan CBSA
CBSA adalah singkatan dari Cara Belajar Siswa Aktif . Gerakan untuk meningkatkan kadar CBSA di dalam proses pembelajaran muncul sebagai reaksi terhadap kecendrungan umum peristiwa pembelajaran yang telalu banyak menyadarkandiri kepada metode ceramah , sehingga proses pembelajaran sekedar merekam informasi belaka.  MC Keachie mengemukakan adanya tujuh dimensi implementasi pembelajaran siswa aktif yang meliputi:
a)      Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan pembelajaran;
b)      Penekanankepada aspek afektif dalam pembelajaran;
c)      Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatanbelajar mengajar, terutama yang berbentuk interaksi antar murid;
d)     Penerimaan  guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa yang kurang relevan atu karena siswa berbuat kesalahan;
e)      Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok;
f)       Kesempatan yang di berikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yangpenting dalam kegiatan sekolah;
g)      Jumlah waktu yang digunakan menangani masalah siswa baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran ( Wijaya, Djadjuri, dan Rusyan, 1990: 190)
5.    Pendekatan inkuiri
Allan Calhoun dalam publikasinya berjudul AnInquiry Primer (2000) menyatakan bahawa inkuiri adalah penciptaan ruang kelas sedemikian rupa sehingga para siswa terikat penuh dengan kegiatan-kegiatan utama yangberujung terbuka , berpusat pada siswa dan melaksanakan pengalamanlangsung.
Jadi, jenis pendekatan ini seperti halnya pendekatan keterampilan proses, juga mengambil esensi kebiasaan para ahli sains dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Terkadang juga disebut pendekatan berbasis penemuan ( discovery approach) sehingga keduanya sering dipadukan menjadi pembelajaran inkuiri danpenemuan ( inquiry discovery lerning ) karena langkah-langkah praktisnya sejumblah sumber menyebukan pendekatan ini sebagai metode penemuan/ inkuiri (discovery / inquiry) . pendekatan pembelajaran ini berkembang pesat sejak tahun 1960-an tatkala munculnya pergerkan pembelajaran berbasis penemuan yang antara lain di sponsori oleh Jerome S. Bruner (1961). Pendekatan pembelajaran ini disebut pula sebagai sains berbasis inkuiri (Inquiry-based Science) karena memang berkembang pesat dalam pembelajaran sains.Apalagi setelah publikasi National Science Educational Standart di Amerika Serikat pada tahun 1996 oleh National Research Council.
The National Education Standarts (1996) menyatakan bahwa para siswa yang terlibat dengan inkuiri sains akan menunjukan sejumlah perilaku sebagai berikut:
1)      Menggambarkan objek-objek dan peristiwa-peristiwa alam;
2)      Mengajukan pertanyaan;
3)      Manyampaikan penjelasan;
4)      Menguji penjelasan yang dibuatnya berlandaskan pengetahuan sains terkini;
5)      Mengomunikasikan gagasan satu sama lain;
6)      Mengidentifikasi setiap asumsi;
7)      Menggunakan pemikiran kritis dan logis;
8)      Mempertimbangkan kemungkinan adanya penjelasan alternative;
Calhoun (2000) menyatakan bahwa pendekatan berbasis inkuiri ada empat macam, yaitu inkuiri terstruktur (structured inquiry) , inkuiri terpandu (guided inquiry) , inkuiri terbuka( open inquiry), dan siklus pembelajaran ( learning cycle). Menurut Calhoun perbedaan keempat macam pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Inkuiri terstruktur: para guru menyediakan masalah-masalah yang dapat diselidiki melalui pengalaman langsung (hands-on experience) oleh para siswa ,demikian juga disediakan prosedurnya , bahan-bahanya , tetapi tidak memberikan informasi tentangliaran apa yang dapat diperoleh para siswa. Para siswa mencoba menemukan hubungan antar variabel dan membuat generalisasi terhadap data yang dikumpulkan.
2)      Inkuiri terpandu: Guru hanya menyediakan bahan-bahan dan masalah yang harus diselidiki. Para siswa menggunakan prosedur atau langkah-langkahnya sendiri untuck menyelesaikan masalah.
3)      Inkuiri terbuka : Pendekatan ini hamper mirip dengan inkuiri terpandu, hanya saja disini para siswa juga diminta merumuskan sendiri masalah yang akan diselidikinya . Kegiatan-kegiatan sains pada umumnya seringkali merupakan contoh dari inkuiri terbuka.
4)      Siklus pembelajaran : Para siswa terikat dengan suatu aktivitas yang terkait dengan pengenalan suatu konsep baru. Para guru kemudian menyampaikan apa nama resmi dari konsep tersebut menurut khazanah ilmiah. Kemudian para siswa bertanggung jawab untuk menerapkan konsep tersebut pada konteks yang berbeda.
Dalam hubungan ini Joyce, Weil dan Calhoun dalam publikasi mereka berjudul Models of Teaching (2009: 169) menyatakan bahwa sintaks ( langkah-langkah atau fase pembelajaran) dari model pengajaran inkuiri ( mereka tidak menyebutkan sebagai pendekatan pembelajaran ) sebenarnya bermacam-macam (a number of forms). Namun , dengan contoh pembelajaran biologi dengan model inkuiri , secara umum sintaksnya meliputi:
1)      Fase satu: Guru menyampaikanwilayah penyelidikan kepada siswa.
2)      Fase dua : Para siswa membuat struktur masalahnya.
3)      Fase tiga : Para siswa mengidentifikasi masalah yang harus diselidiki.
4)      Fase empat: Para siswa mengajukan spekulasi tentang cara-cara untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi.
6.    Pendekatan STM ( Sains , Teknologi, Masyarakat) atau Pendekatan Salingtemas ( Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat).
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah STS (Science, Technology, and Society).Istilah sains teknologi masyarakat ini berawal dari pendapat Jhon Michel Ziman dalm bukunya berjudul Teaching and Learning about Science and Society (1980).
Dalam konteks sains dan masyarakat , peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat yang bertanggung jawab. Sebagai seorang individu peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan inovatif untuk mengahadapi persaingan global, kreatif dan tekun dalam mencari dan menyiasati peluang untuk berkehidupan yang layak dan bersih ( halal dan baik) , serta dapat menerima dengan tabah dan tahan uji andai kata menghadapi kegagalan dan tantanganyang serba kompleks setelah melakukan berbagai usaha. Sementara itu sebagai mahluk sosial peserta didik harus dapat menjalin komunikasi yang baik antar individu warga, dengan masyarakat melalui kooperasi, kolaborasi dan sinergi yang positif , serta bersedia membantu orang lain berempatidengan ikhlas jika ada warga alin yang memerlukan pertolongan karenakoyakan dan himpitan kemiskinan dan kebencanaan. Hal ini sesuai dengan yang dilansir oleh Anna Poedjiadi (2005) , bahwa dalamStandart for Science Teacher Preparation, yang diselenggarakan oleh National Science Teacher Association, NSTA, dan bekerja sama dengan The Association for the Education of Teachers in Science( 1998) , dinyatakan bahwa salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh guru sains adalah konteks sosial atauSocial Context.
Dari pada itu Alkenhead (1992) dalam makalahnya yang berjudul What is Science Teaching? Menyatakan bahwa pada hakikatnya pembelajaran STS adalah pembelajaran berbasis siswa .artinya dalam pendekatan STS inisiswa adalah sosok sentral.
Dalam hubungan ini mengutip Bybee (1985) selanjutnya Aikenhead menyatakan bahwa pendidikan sains melalui STS baru dikatakan seimbang jika dapat diraih 3 tujuan sekaligus yang meliputi:
1)      Pemerolehan penetahuan ( terkait konsep yang ada didalam,dan konsep tentang : sains dan teknologi) yang diperlukan bagi siswa secara pribadi/ personal, terkait siswa sebagai warga Negara dan prespektif budaya.
2)      Pengengembangan kecakapan belajar dalam pengumpulan informasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Halini terkait dengan proses-proses sains dan inkuiri teknologi.
3)      Pengembangan nilai-nilai dan gagasan-gagasan terkait isu-isu lokal, politik masyarakat, dan masalah global (hal ini berkenaan dengan interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat.
Dalam hubungan ini, Poedjiadi (2005) menyusun model pembelajaran salingtemas (STM) yang meliputi sejumlah langkah-langkah pembelajaran:
1)      Pendahuluan, Dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada di masyarakat yang dapat digali dari siswa , tahap ini disebut tahap inisiasi atau mengawali, memulai , disebut pula tahap invitasi. Mengundang siswa untuk memusatkan perhatian pada pembelajaran , disebut tahap apresepsi karena mencoba mengaitakan pembelajaran dengan konteks kehidupan atau pembelajaran dengan konteks kehidupan atau pembelajaran terdahulu yang relevan.
2)      Proses pembentukan konsep, dapatdilakukan melalui berbagai pendekatan atau metode, misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan kontekstual, pendekatan kecakapan hidup. Metode yang digunakan misalnya metode eksperimen, metode projek dan sebagainya. Disini dapat dilakukan penguatan kognitif terhadap konsep terdahulu sehingga terjadi pula pemantapan konsep.
3)      Dilakukan analisis isu atau penyelesaian masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan. Konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4)      Tahap pemantapan konsep, diawali dengan analisis terhadap ada atau tidaknya miskonsepsi terhadap konsep sains yang sedang dikembangkan di sini dikembangkan konsep-konsep kunci yang penting diketahui siswa. Miskonsepsi harus terdeteksi oleh guru untuk diupayakan pelurusannya.
5)      Tahap penilaian terhadap pembelajaran , penilaian hendaknya dilakukan terhadap proses maupun hasil akhir pembelajaran berupa konsep sains yang benar dan yang telah menjadi milik siswa.
7.    Pendekatan Ekspositiori ( Expositiory Approach)
Dalam pendekatan ini guru menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk yangtelah dipersiapkan secara rapi , sistematik dan lengkap , sehinggga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib (Makmun, 2000: 233).
8.    Pendekatan kontekstual
teori Vygotsky tentang pentingnya peranan budaya dalam membentuk struktur kognitif anak didik, diantara model yang dapat dileksanakan dalam kontekstualisasi materi pembelajaran antara lain:
  1. Model akomodasi ,implementasi model ini menekankan kepada perlunya sikap yang terbuka dan menghargai kebudayaan , adat-istiadat dan tradisi mayoritas asal pemelajar. Dengan kata lain materi pembelajaran dikaitkan dengan berbagai cara pandang dan pradigma serta persepsi budaya masyarakat sekitar, sehingga penyelesaian masalah yang di tewarkan tetap berlandaskan penjelasan ilmiah, namun tidak secara serta merta menolak atau menetang pola piker dan budaya masyarakat di sekitar. Perubahan tidak dilaksanakan secara frontal, tetapi tahap demi tahap, grandual.
  2. Model adaptasi, dengan implementasi yang bercirikan asimilasi terhadap unsur budaya yang ada, masalah pembelajaran diadaptasi sedemikian rupa sehingga relevan dengan dituasi budaya masyarakat sekitar.
  3. Modelprossesio, model ini bersifat frontal. Pada esensinya menaggapi kebudayaan, terutama yang dianggap menghambat kemajuan belajar anak, dengan sudut pandang negatif. Model prossesio dapat terjadi dengan cara mengabaikan, menolak, menentang, melakukan seleksi secara ketat, reinterpretasi (penafsiran kembali) dan restrukturisasi (perombakan kembali) sehingga seluruh elemen budaya penghambat dapat diubah total sesuai dengan esensi kebenaran pengetahuan. Umumnya model inilah yang sering diterapkan para guru di Indonesia.
  4. Model dialektik , terjadi interaksi dinamis antar teks-teks sains dan konteks budaya masyarakat setempat. Konsep ini didukung oleh presepsi bahwa kebudayaan masyarakat selalu berubah , permasalahnya tinggal bagaiman  mendinamisasi perubahan itu. Model ini adalah model yang moderat dan tidak terlalu beresiko dibandingkan model prossesio. Guru dan siswa wajib untuk senantiasa menganalisi, menginterpretasi dan menilai setiap perubahan.

C. Strategi Pembelajaran
Suyono dan Hariyanto (2011) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai ”rangkaian kagiatan terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar,dan penilainuntuk mencapai tujuan pembelajaran”.
Dengan sudut pandang yang cenderung melakukan generalisasi, Marsh (2005) hanya mengklasifikasikan strategi pembelajaran menjadi dua, yaitu strategi berpusat kepada guru ( teacher-centered strategy) dan strategi berpusat kepada siswa (student-centered strategy). Klasifikasi lain adalah strategi deduktif dan strategi induktif, yang pada hakikatnya sama dengan pendekatan deduktif dan pendekatan induktif.
Senjaya (2008) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajarn yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sementara itu mengutip Dick and Carey, senjaya menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Kecuali itu Senjaya menyebutkan pula bahwa dalam strategi pembelajaran tergantung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual terkait keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Hasil riset Jeanne Chall yang diikuti oleh Project Follow Through di Amerika Serikat, sudah ditekankan bahwa sebenarnya kita tidak harus dipusingkan apakah strategi yang dipergunakan berbasis guru atau berbasis siswa. Hal yang penting adalah bagaimana sebaiknya peran guru dalam kedua strategi tersebut agar pembelajaran berlangsung efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam hubungan ini ada sejumlah perilaku/tindakan yang bersifat harus dan sejumlah perilaku yang jangan dilakukan.
Relevan denga apa yang diutarakan  di atas, faculty focus, bulletin online yangmemusatkan perhatianya kepada pengembangan profesionalismependidikan tinggipada terbitanya tanggal 20 juli 2009 telah memuat pendapat Maryleen Weimer yang menyarikan pendapat Paul Ramseden tentang strategi pembelajaran yang efektif, antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)      Segera ikuti minat yang telah bangkit dengan penjelasan;
2)      Perhatikan dan hargai para mahasiswa sebgai individu, juga hargai minat serta cara belajar mereka;
3)      Berikan penilaian dan umpan baik yang sesuai ;
4)      Tetapkan tujuan pembelajaran secara jelas dan nyata , serta berikan tantang intelektual yang mendorong timbulnya semangat pembelajaran;
5)      Pengajaran yang baik memerlukan control dari para mahasiswa terhadap pembelajaran serta keterlibatan aktif mereka. Mereka harus tercelup berenang, melayang, dan tenggelam dalam pembelajaran;
6)      Belajarlah dari para mahasiswa. Pembelajaran yang baik siapdan terbuka untuk berubah karena secara konstan selalu mencari tahu apa dampak pengajaran kepada belajar, dan memodifikasi pengajaran berdasarkan bukti-bukti efektivitas pengajaran terhadap belajar.
Dalam bidang pembelajaran sains pada pembelajaran kimia khususnya , adayang sikenal dengan strategi pembelajaran PDEODE (predict-discuss-explain-observe-discuss-explain). Strategi pembelajarn ini berbasis kepada siswa (student-centered), semula dikembangkan oleh Savander-Ranne dan Kolari dalam pendidikan teknik (2003), kemudian dipublikasikan secara meluas oleh Costu (2008) dalam publikasi hasil penelitianya yang dimuat dalam jurnal Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology education, 2008,4 (1), 3-9.
BAB IV
PEMBAHASAN
عَنْ عَائِشَةََرَحِمَهاَاللهُ قَالَتْ كَانَ كَلاَمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلاَماًَفَصْلاَيَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ (اخرجه ابوداود في كتاب الادب
Artinya: Dari Aisyah rahimahallah berkata: ”Sesungguhnya perkataan Rasulullah SAW adalah perkataan yang jelas memahamkan setiap orang yang mendengarnya. (HR. Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’as al-Sjastani al-Azdi)[4]
Hadist tersebut untuk kita sebagai calon guru agar dalam pengucapan suatu perkataan hendaklah dengan terang dan jelas, supaya orang yang mendengarkan (peserta didik) dapat memahami maksud yang disampaikan. Dan apabila dengan ucapan pertamanya belum menjelaskan kepada murid, ,maka guru itu wajib mengulanginya agar murid tersebut bisa paham dalam pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
A.  Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran didefinisikan sebagai latar pedagogis dan psikologis yang dilandasi filosofi pendidikan tertentu yang dipilih agar tujuan pembelajaran dapat tercapai atau dapat didekati secara optimal .dalam pengertian pendekatan pembelajaran disamping tergambar latar psikologis dan latar pedagogis , juga pilihan metodik dan didaktik dari pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan dan diterapkan oleh guru bersama-sama siswa.
Sagala (2009: 68) , dinyatakannya bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Dan penjelasannya, bahwa pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran , apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu , ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainya dalam tingkat kedalaman yang berbeda , atau bahkan merupakan materi yang dalam suatu kesatuan multidisiplin ilmu.
Sekuen pemikiran dari pendekatan menuju pada strategi , metode dan teknik pembelajaran secara umum dapat disampaikan sebagai berikut:
  1. Menetapkan spesifikasidan kualifikasi  perubahan perilaku dan kepribadian siswa sesuai tujuan pembellajaran
  2. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran , seperti yang di tetapkan dsalam standar kompetensi yang lebih terperinci lagi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik dalam suatu pengalaman pembelajaran ( learning experience )
  3. Memilih dan menetapkan metode dan sejumlah teknik pembelajaran (teaching metods) yang paling efektif dan efisien sehinggga dapat di implementasikan oleh guru dalam interaksi pembelajaran .
  4. Menetapkan norma-norma , kriteria dan ukuran baku keberhasilan sebagai pegangan bagi guru dalam melaksanakan penilaian dan evaluasi program pembelajaran.
B.   Berbagai pendekatan pembelajaran
Berikut ini adalah berbagai macam pendekatan pembelajaran:
1.    Pendekatan Konsep
Menurut sagala (2009: 71) pendekatan konsep dalam pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati bagai mana konsep itu diperoleh tanpa melihat prosesnya. Konsep dimaknai sebagai buah pemikiran seorang atau sekelompok orang yag dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan berupa prinsip, istilah ilmiah, hokum dan teori. Konsep dapat diperoleh dari fakta , peristiwa , pengalaman, melalui generalisasi dan abstraksi. Subiyanto ( 1990) menjelaskan bahwa konsep menghubungkan dua atau lebih fakta.
Mengutip Flawell (1970) , sagala dalam publikasinya yang berjudul konsep dan makanapembelajaran ( 2005: 71) menyarankan bahwa pemahaman terhadap konsep dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi 7 dimensi, antara lain:
a.       Atribut , setiap konsep memiliki atribut yang berbeda. atribut dapat berupa fisik seperti warna, tinggi atau bentuk , atribut dapat juga bersifat fungsional.
b.      Struktur , menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut – atribut itu , dikenal 3 macam struktur :
·         Konsep konjungtif: konsep yang memiliki dua atu lebih sifat
·         Konsep disjungtif : konsep yang harus memiliki satu dari dua jenis sifat
·         Konsep relasional : menyatakan hubungan tertentu antara atribut konsep.
  1. Keabstrakan konsep dapat dilihat dan konkret , atau konsep itu terdiri dari konsep- kpnseplain yang abstrak.
  2. Keinklusifan ( inclusiveness) di tunjukan oleh jumlah contoh yang dapat terlihat dalam konsep tersebut
  3. Generalitas ( generality ) bila di klasifikasikan konsep dapat berbeda pada posisi di atas suatu konsep yang lain ( super ordinat ) atau di bawah posisi konsep lain ( subordinat ) .
  4. Ketepatan menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh dan bukan contoh dari sebuah konsep.
  5. Kekuatan ( power) diukur dari sejauh mana tingkat kepentingan suatu konsep menurut orang per orang, berapa banyak ahli yang setuju bahwa konsep itu penting.
Pendekatan pembelajaran konsep di landasi oleh pola perorganisasian banhan ajar , dapat merupakan pembelajaranyang bersifat linier atau pembelajaran kumulatif . dalam pembelajaran linier ini bahan ajar dibagi menjadi urutan linier dengan kedalaman sama . model ini seringkali membuat peserta didik cepat bosan dan berakibat pada sukarnya mengingat apalagi memahami fakta atau konsep yang di pelajari . pembelajaran kumulatif bercirikan perorganisasian konsep menurut urutan tertentu, tetapi jenjang kesulitanya berbeda, semakin lama semakin meningkat . akan lebih baikbila pola kesulitan sepertispiral yang mengembang ,sehingga sesuai dengan tingkat kedewasaan dan muturitas kemampuan berfikir siswa . jumlah unit bahan ajar ( mungkin saat ini akan setara dengan satu kompetensi dasar) tidak sebanyak pada pendekatan linier. Bahan ajar yang berupa konsepdan fakta banyak berkurang dibndingkan pendekatan linier.
2.    Pendekatan Keterampilan Proses
Asal nama pendekatan ini adalah pendekatan proses sains ( science process approach) , yakni merupakan proses atau langkah-langkah yang sering dilaksanakan oleh para ilmuan dalam mengembangkan sains dan umum disebut metode ilmiah. Pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses dilatarbelakangi oleh teori naturalisme-romantis dari  J.J. Rousseau dan teori dan teori kognitif-gestalt dari Marx Wertheimer. Naturalisme romantik menekankan pada aktivitas siswa , sedangkan kognitif gestalt menekankan pemahaman dan kesatupaduan yang menyeluruh.
Dimulai pada 1960-an , dengan tujuan untuk lebuh mengembangkan penguasaan proses sains oleh para siswa , pendekatan ini lebih menekankan pada penguasaan keterampilan untuk memperoleh proses sains yang antara lain meliputi keterampilan menerapkan proses mental , termasuk keterampilan psikomotor yang dilandasi kegiatan mental seseorang. Keterampilan dasar semacam itu antara lain adalah keterampilan melakukan pengamatan    (observasi), menghitung, mengukur, menaksir, membuat klasifikasi, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis temuan hasil eksperimen , membuat generalisasi , simpulan dan lain-lain.
Pendekatan proses ini telah lama dilaksanakan di inggris dan disebut sebagai science a prosess approach, disingkatSAPA . Tujuan penerapan pendekatan ini adalah agar peserta didik sejak dipendidikan dasar sudah bisa mencari dan menemukan masalah kemudian melaksanakan langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh para ilmuan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dari sini siswa akan memperoleh temuan berupa konsep-konsep baru, fakta-fakta baru, teori-teori baru, generalisasi dan hukumkeilmuan yang baru. Walupun faktanya tidak pernah ada teori atau hukum baru yang ditemukan para siswa dengan cara ini, semangat dan kegairahan para ilmuan di dalam menemukan hukum keilmuan yang baru dapat dirasakan dan ditiru untuk dikembangkan oleh para siswa nantinya.
Dalam kaitan ini dikenal adanya dua jenis belajar , yakni belajar konsep dan belajar keterampilan proses. Belajar konsep seperti yang diuraikan dalam pembelajaran kognitif di depan, menekan perolehan dan pemahaman fakta, konsep, prinsip dan prosedur, lebih banyak bergantung pada apa yang diajarkan guru, lebih bersifat kognitif. Belajar keterampilan proses menekankan ihwal bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan di pelajari. Belajar keterampilan proses tidak dapat dipertentangkan dengan belajar keterampilan konsep karena keduanya merupakan garis kontinum, yang satu lebih menekankan penghayatan proses, dan yang lain lebih menekankan perolehan dan pemahaman fakta dan prinsip. Belajar keterampilan proses tidak mungkin terjadi jika tidak ada materi berupa fakta, konsep atau prinsip yang dipelajari. Sebaliknya belajar konsep tidak mungkin dipelajari tanpa adanya keterampilan proses pada diri peserta didik.
Keterampilan proses secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi .
·         keterampilan dasar terdiri atas: (a) observasi , (b) klasifikasi, (c) komunikasi, (d) pengukuran, (e) prediksi, (f) penarikan simpulan.
·         Keterampilan terintegrasi terdiri atas: (a) mengidentifikasi variable, (b) menyusuntabel data, (c) menyusun grafik, (d) menggambarkan hubungan antara variabel, (e) memperoleh dan memproses data, (f) menganalisi alternatif investigasi, (g) menyusun hipotesis, (h) merumuskan variabel-variabel secara operasional (i) merancang investigasi (j) melakukan eksperimen.
Persamaan antara pendekatan keterampilan proses dengan pendektan CBSA yang akan dibicarakan kemudian, antara lain:
a)      Menekankan pentingnya kebermaknaan belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai;
b)      Menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam proses belajar;
c)      Mendekatkan bahwa belajar adalah proses dua arah yang menekankan hasil belajar secara tuntas;
Pendekatan keterampilan proses memerlukan kecakapan guru agar proses belajar-mengajar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar , tanpa tekanan , dalam merangsang siswa untuk belajar. Berkaitan dengan itu ada sejumlah metode pembelajaran yang relevan, antara lain adalah metode karyawisata , metode eksperimen , dan metode seminar.
3.    Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif
Pendekatan deduktif adalah proses berfikir yang dimulai dari atribut yang bersifat umum menuju atribut yang bersifat khusus. Ditengarai bahwa model berfikir seperti ini telah dikembangkan oleh Aristoteles sekitar empat abat sebelum masehi. Dengan silogisme , yang terdiri dari premis mayor, premis minor , dan simpulan (konklusi)dilaksanakanlah proses berpikir deduktif. Premis mayor harus mengandung predikat konklusi sedangkan premis minormengandung subjek konklusi.
Pendekatan deduktif terkait dengan pembelajaran konsep. Prosedur pembelajaran dengan pendekatan deduktif , antara lain adalah sebagai berikut:
1)      Memilih dan menentukan konsep, prinsip, kaidah, aturan, hokum, yang akan disajikan dalampembelajaran dengan pendekatan deduktif;
2)      Melakukan pembelajaran dengan bahan ajar aturan, hokum, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan contohnya;
3)      Menyajikan berbagai contohyang bersifat khusus dengan tujuan agar siswa dapat menyusun hubungan keterkaitan keadaan khusus tersebut dengan aturan , hokum atau prinsip umum yang berlaku;
4)      Disampaikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak simpulan bahwa keadaan khusus tersebut merupakan gambaran dari keadaan umum (Sagala , 2005: 76)
Proses berfikir induktif berlawanan arah dengan proses berfikir deduktif .semula banyak dikembangkan oleh para ahli kimia, ilmuan islam abad pertengahan yang banyak bereksperimentasi dengan laboratorium kimianya , kemudian dikembangkan di Inggris dengan para sponsornya antara lain francis bacon, roger bacon, dan lain-lain. Berlawanan arah artinya proses berfikirnya dimulai dari hal yang bersifat khusus menuju suatu generalisasi yang bersifat umum.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan induktif antara lain meliputi :
1)      Memilih konsep, prinsip, aturan , hukum, kaidah, yang akan di sajikan;
2)      Menyampaikan contoh kasus konsep, prisip atau aturan itu yang memungkinkan siswa menyusun hipotesis yang bersifat umum sesuai sifat yang terkandung dalam contoh tersebut;
3)      Menyampaikan contoh tambahan sebagai bukti untuk menunjan atau menyangkal dugaan yang disusun di atas;
4)      Disusun pertanyaan terkait sifat umum konsep dan telah terbukti oleh pembuktian langkah-langkah terdahulu.demikian esensi pemikiran Makmun(2003) dalam Sagala (2005: 77)
Pada perkembangannya pendekatan induktif lebih berkembang daripada pendekatan deduktif. Pendekatan pembelajaran induktif yang sering juga disebut pendekatan pembelajaran ilmiah ini sering juga disebut metodologi pembelajaran induktif atau metodologi pembelajaran ilmiah , karena secara umum memiliki langkah-langkah pembelajaran tertentu yang harus diikuti. Langkah-langkah pembelajarannya antara lain adalah:
1)      Mengajukan pertanyaan
2)      Melaksanakan observasi
3)      Merumuskan hipotesis
4)      Melakukan tes
5)      Analisis
6)      Membuat simpulan
Dalam perkembanganya banyak metode pembelajaran yang merupakan bagian dari pendekatan induktif, antara lain adalah pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan, pembelajaran berbasis masalah , pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus( case-based learning) , dan pengajaran hemat waktu.
4.    Pendekatan CBSA
CBSA adalah singkatan dari Cara Belajar Siswa Aktif . Berkembangnya pendekatan ini seiring dengan pergeseran pradigma dari Instructor-centered instruction (techer-centered teching) menuju student-centered instruction. CBSA adalah pembelajaran yang berpusat pada diri peserta didik dan menerapknanprinsip-prinsip psikologi manusiawi. CBSA secara harfiah diartikan sebagai suatu sistem pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. CBSA ini sebenarnya bukan barang baru , karena sejak tahun 1891 Stanley Hall telah mencanangkan bahwa peserta didik merupakan subjek yang utama harus aktif dalampendidikan, dan anak bukanlah orang dewasa kecil.
Belajar merupakan hasil dari proses interaksi antara individu dan lingkungan sekitanya . Belajar-mengajar dapatdicapai melalui proses yang bersifat aktif. Dalam hal ini David Ausubel menyatakan bahwa adadua dimensi agar pembelajaran dapat berlangsung secara aktif,yaitu:
1)      Kebermaknaan bahan serta proses belajar mengajar
2)      Modus kegiatan belajar mengajar
Belajar-mengajar dapatdikatakan bermakna dan erkadar CBSA bila terdapat ciri-ciri belajar sebagai berikut:
a)      Adanya keterlibatan siswa dalammenyusun atau membuat perencanaan proses pembelajaran;
b)      Adanyaketerlibatan intelektual dan emosional siswa, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis , berbuat maupun pembentukan sikap;
c)      Adanya keikutseraan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses pembelajaran;
d)     Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegitan belajar siswa;
e)      Menggunakan multi metode dan multimedia;
Gerakan untuk meningkatkan kadar CBSA di dalam proses pembelajaran muncul sebagai reaksi terhadap kecendrungan umum peristiwa pembelajaran yang telalu banyak menyadarkandiri kepada metode ceramah , sehingga proses pembelajaran sekedar merekam informasi belaka.  MC Keachie mengemukakan adanya tujuh dimensi implementasi pembelajaran siswa aktif yang meliputi:
a)      Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan pembelajaran;
b)      Penekanankepada aspek afektif dalam pembelajaran;
c)      Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatanbelajar mengajar, terutama yang berbentuk interaksi antar murid;
d)     Penerimaan  guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa yang kurang relevan atu karena siswa berbuat kesalahan;
e)      Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok;
f)       Kesempatan yang di berikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yangpenting dalam kegiatan sekolah;
g)      Jumlah waktu yang digunakan menangani masalah siswa baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran ( Wijaya, Djadjuri, dan Rusyan, 1990: 190)
Indikator pelaksanaan CBSA antara lain dapat dilihat dari peran guru , peran siswa ,suasana pembelajaran dan sumber-sumber pembelajaran .
Peranguru dalam pembelajaran CBSA antra laindapat berupa:
1)      Menyajikan konsep esensial dari materi ajar;
2)      Mengeajuakan masalah atau memberikan tugas-tugas belajar pada siswa ;
3)      Memberikan keesempatan kepada siswa untuk bertanya ;
4)      Mengusahakan berbagai sumber belajar yang relevan;
5)      Mendorong motivasi belajar anak didik ;
6)      Menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran ;
7)      Melaksanakan penilaian dan evaluasi keberhasilan program belajar;
Peran siswa dalam CBSA antara lain dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1)      Belajar secara individual maupun kelompok untuk mempelajari dan menerapkan konsep  prinsip dan hokum keilmuan;
2)      Membentuk kelompok untuk memecahkan masalah ( problem solving);
3)      Berpartisiasi aktif dalam menyelasaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru;
4)      Berani bertanya , mengajukan pendapat serta mengungkapkan kritik-kritik yang relevan;
5)      Tidak sekadar melaksanakan pemikiran tingkat rendah( lower order thinking) namun juga melaksanakan pemikiran tingkat tingggi ( higher order thinking) seperti mengenalisis,membuat sintesis, melakukan evaluasi dan membuat prediksi;
6)      Menjalin hubungan sosial sebagai bentuk interaksi pembelanjaan
7)      Berkesmpatan menggunakan berbagai sumber belajar dan media belajar yang tersedia atau dibawanya sendiri dari rumah sebagai hasil improvisasinya, karena telah diberitahu sebelumnya oleh guru tentang jenis pembelajaraan apa yang akan dilaksanakan pada hari itu
8)      Berupaya menilai proses dan hasil belajarnya sendiri,walau tidak secara formal
Suasana belajar dalam CBSA diharapkan kondusif,mendukung pembelajaran karena:
1)      Setiap anak bebas melakukan interaksi sosial dengan didik yang lain
2)      Terjalin hubungan sosial yang baik antara guru dengan siswa,saling menghormati dan tahu peran dan posisi masing masing;
3)      Suasana kelas nyaman dan menyenangkan,penuh dengan pajangan karya siswa;
4)      Bilamana perlu ada aktivitas pembelajaraan diluar kelas;
Sarana pembelajaran diharapkan  sebagai berikut;
1)      Tersedia cukup media pembelajaran untuk berbagai aktivitas siswa;
2)      Pengaturan ruang bersifat fleksibel sehingga siswa dapat dengan bebas membentuk kelompok atu kembali belajar secara klasikal;
3)      Media yang tersedia selalu terawat dan terkontrol dengan baik sehingga selalu siapdigunakan baik oleh guru maupun siswa;
4)      Guru kelas bukan satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik , dapat juga guru kelas lain atau guru bidang lain , kepala sekolah , guru bimbingan konseling , karyawan atau bahkan narasumber dari luar;
5)      Setiap peserta didik pada hakikatnya menjadi sumber belajar bagi peserta didik lain;
Apa yang kita sebut dengan PAKEM (istilah nasional) atau kadang disebut PAIKEM (pembelajaran aktif , inovatif, kreatif, dan menyenangkan) saat ini adalah salah satu bentuk CBSA karena penekanan pokonya adalah pada kata pembelajaran aktif. Beda pokonya bila suasana CBSA masih kental dengan behaviorisme ,pembelajaran PAKEM sudah dilandasi oleh konstruktivisme.
5.    Pendekatan inkuiri
Inkuiri berasal dari kata bahasa Inggris Inquiry, yang artinya pencariankebenaran, pencarian informasi, atau pencarian pengetahuan, juga berarti penelitian atau investigasi.inkuiri juga didefinisikan sebagai pencarian informasi dengan mengajukan serngkaian pertanyaan.proses inkuiri dimulai dengan mengumpulkan berbagai informasi dan mengumpulkan berbagai data dengan menggunakan panca indra manusia , melalui: melihat, mendengarkan, menyentuh, merasakan dan membaui sesuatu.
Allan Calhoun dalam publikasinya berjudul AnInquiry Primer (2000) menyatakan bahawa inkuiri adalah penciptaan ruang kelas sedemikian rupa sehingga para siswa terikat penuh dengan kegiatan-kegiatan utama yangberujung terbuka , berpusat pada siswa dan melaksanakan pengalamanlangsung. Sementara itu situs Just Science Now! Mengutip The National Science Education Standart menyatakan bahawa dalam pendekatan inkuiri pada pembelajaran sains para siswa melakukan manipulasi data (pengertian manipulasi disini adalah mengelola data sehingga tujuan pembelajaran tercapai) , bekerja dengan data sehingga terbentuk suatu bentuk atau format baru yang relevan, serta mengintegrasikannya , maupun mencoba menggunakan cara-cara yang kreatif dan belum pernah dikenal. Pada esensinya inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) mengacu pada berbagai macam cara yang digunakan oleh para ahli sains (scientist) untuk mengkaji alam semesta serta menyampaikan penjelasan berlandaskan bukti-bukti yang diturunkan oleh temuan atau hasil karyanya.
Jadi, jenis pendekatan ini seperti halnya pendekatan keterampilan proses, juga mengambil esensi kebiasaan para ahli sains dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Terkadang juga disebut pendekatan berbasis penemuan (discovery approach) sehingga keduanya sering dipadukan menjadi pembelajaran inkuiri danpenemuan (inquiry discovery lerning ) karena langkah-langkah praktisnya sejumblah sumber menyebukan pendekatan ini sebagai metode penemuan/ inkuiri (discovery/inquiry). Pendekatan pembelajaran ini berkembang pesat sejak tahun 1960-an tatkala munculnya pergerkan pembelajaran berbasis penemuan yang antara lain di sponsori oleh Jerome S. Bruner (1961). Pendekatan pembelajaran ini disebut pula sebagai sains berbasis inkuiri (Inquiry-based Science) karena memang berkembang pesat dalam pembelajaran sains. Apalagi setelah publikasi National Science Educational Standart di Amerika Serikat pada tahun 1996 oleh National Research Council.
The National Education Standarts (1996) menyatakan bahwa para siswa yang terlibat dengan inkuiri sains akan menunjukan sejumlah perilaku sebagai berikut:
1)      Menggambarkan objek-objek dan peristiwa-peristiwa alam;
2)      Mengajukan pertanyaan;
3)      Manyampaikan penjelasan;
4)      Menguji penjelasan yang dibuatnya berlandaskan pengetahuan sains terkini;
5)      Mengomunikasikan gagasan satu sama lain;
6)      Mengidentifikasi setiap asumsi;
7)      Menggunakan pemikiran kritis dan logis;
8)      Mempertimbangkan kemungkinan adanya penjelasan alternative;
Calhoun (2000) menyatakan bahwa pendekatan berbasis inkuiri ada empat macam, yaitu inkuiri terstruktur (structured inquiry) , inkuiri terpandu (guided inquiry) , inkuiri terbuka( open inquiry), dan siklus pembelajaran ( learning cycle). Menurut Calhoun perbedaan keempat macam pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Inkuiri terstruktur: para guru menyediakan masalah-masalah yang dapat diselidiki melalui pengalaman langsung (hands-on experience) oleh para siswa ,demikian juga disediakan prosedurnya , bahan-bahanya , tetapi tidak memberikan informasi tentangliaran apa yang dapat diperoleh para siswa. Para siswa mencoba menemukan hubungan antar variabel dan membuat generalisasi terhadap data yang dikumpulkan.
2)      Inkuiri terpandu: Guru hanya menyediakan bahan-bahan dan masalah yang harus diselidiki. Para siswa menggunakan prosedur atau langkah-langkahnya sendiri untuck menyelesaikan masalah.
3)      Inkuiri terbuka : Pendekatan ini hamper mirip dengan inkuiri terpandu, hanya saja disini para siswa juga diminta merumuskan sendiri masalah yang akan diselidikinya . Kegiatan-kegiatan sains pada umumnya seringkali merupakan contoh dari inkuiri terbuka.
4)      Siklus pembelajaran : Para siswa terikat dengan suatu aktivitas yang terkait dengan pengenalan suatu konsep baru. Para guru kemudian menyampaikan apa nama resmi dari konsep tersebut menurut khazanah ilmiah. Kemudian para siswa bertanggung jawab untuk menerapkan konsep tersebut pada konteks yang berbeda.
Manfaat yang diperoleh dari implementasi prndekatan inkuiri antara lain adalah pengertian dan pemahaman tentang bagaimanakah dunia ini diorganisasikan , bagaimana dunia ini berubah , bagaimana semua prespektif yang ada di dunia ini membentuk saling hubung (interrelated) , dan bagai mna kita dapat mengomunikasikanya sebagai prespektif itu.
Filosofi dari pendekatanini berakar antara lain dari konsep Piaget, Vygotsky, Dewey, Freire dan lain-lain.  Jhon Dewy berpendapat bahwa pembelajaran yang optimal serta perkembangan peserta didik akan tumbuh pesat bilamana mereka sering dikonfrontasikan dengan masalah nyata dan substantive yang menantang untuk dipecahkan. Freire dengan jelas menyatakan bahwa pedagogi (pendidikan anak) harus dapat menunjukan relevansinya dengan dunia anak terkini, dan memungkinkan mereka untuk melakukan analisis, mengutarakan teori terkait sesuai dengan kemampuannya , dan secara cerdas mengaitkanya dengan dunia nyata dan sekelilingnya.
Dalam pendekatan pembelajaran ini guru menyajiakan pembelajaran tidak dalam bentuk final. Inilah yang disebut pembelajaran terbuka (Open Learning). Dengan kata lain siswa diberi keleluasaan dan kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri esensi pembelajaran atau jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan menggunakan teknik pemecahan masalah (Problem solving techniques). Walaupun pendekatan pembelajaran ini dapat dilaksanakan berupa pengajaran klasikal dengan tugas individual, namun berdasarkan pengalaman akan lebih efektif jika para siswa terlebih dahulu dibagi-bagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang perkelompok. Artinya pendekatan pembelajaran ini amat dekat hubungannya dengan pembelajaran kooperatif.
Biasanya langkah-langkah pokok pendekatan ini sesuai pendapat Jerome S. Bruner meliputi:
  1. Simulasi (Simulation)
  2. Perumusan masalah (Problem Statement)
  3. Pengumpulan data (Data Collection)
  4. Analisis data (Data Processing and Analysis)
  5. Verifikasi (verification)
  6. Generalisasi (Generalization)
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pendekatan inkuiri (inquiry-learning) ini antara lain adalah:
  1. Guru tidak bertugas mengomunikasikan pengetahuan , namunjustru membantu siswa untuk belajar sendiri;
  2. Pembelajaran terbuka (Open Learning)
  3. Topic atau masalah yang akan dipelajari serta metode yang digunakan untuk menjawab masalah itu ditentukan oleh siswa , dan bukan oleh guru;
  4. Landasan pendekatan ini adalah gagasan konstruktivis. Pengetahuan dibangun setahap demi setahap. Pembelajaran akan lebih baikjika dilaksanakan dalam kelompok.
Dalam hubungan ini Joyce, Weil dan Calhoun dalam publikasi mereka berjudul Models of Teaching (2009: 169) menyatakan bahwa sintaks ( langkah-langkah atau fase pembelajaran) dari model pengajaran inkuiri ( mereka tidak menyebutkan sebagai pendekatan pembelajaran ) sebenarnya bermacam-macam (a number of forms). Namun , dengan contoh pembelajaran biologi dengan model inkuiri , secara umum sintaksnya meliputi:
1)      Fase satu: Guru menyampaikanwilayah penyelidikan kepada siswa.
2)      Fase dua : Para siswa membuat struktur masalahnya.
3)      Fase tiga : Para siswa mengidentifikasi masalah yang harus diselidiki.
4)      Fase empat: Para siswa mengajukan spekulasi tentang cara-cara untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi.
Landasan pemikirandari pendekatan pembelajaran ini adalah bahwa hasil belajar dengan cara ini akan lebih mudah dihafal dan diingat, serta mudah dipahami oleh siswa, karena mereka berbuat sendiri. Selanjutnya akan lebih mudah ditransfer dan di transformasikan untuk menghadapi berbagai masalah lain yang dihadapinya kemudian. Hal ini akan menjadi semacamkepemilikan pengetahuan dankecakapan siswa ( Intellectual potency).
Contoh pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran sains adalah sebagai berikut:
  1. Para siswa bekerja dalam kelompok mencoba membangu sebuah jembatan, missal dengan bahan sedotan dan stapler dan isinya, yang mampu menahan sejumlah kelereng dengan berat tertentu. Dengan melakukan hal ini siswa akan menemukan cara membangun jembatan yang kokoh.
  2. Siswa belajar tentang kelembaman (inersia) dan gerak dengan mempelajari apa dampak yang bergelombang , ada yang kasa ada yang halus dan sebaganya.
  3. Para siswa mengembangkan metode untuk menemukan tablet antasid ( obat maag) manayang paling baik untuk menetralkan asam.
Beda pokok pendekatan inkuiri dengan berbagai pendekatan tradisional yang sering digunakan guru terutama karena pendekatan tradisional sering hanya berfokus kepada penguasaan konten kurikulum atau penguasaan bahan ajar , dan kurang memperhatikan pengembangan kecakapan dan pembimbingan terhadap sikap inkuiri. Dengan kata lain pendekatan tradisional lebih menekankan kepadaapa yang harus diketahui oleh para siswa (what is known), yang merupakan ciri khas praktik strategi berpusat kepada guru (teacher-centered strategy) yang konvensional,yang menganggap siswa sebagai gelas kosong yang siap menampung berbagai informasi dari guru.
Disamping kelebihanpendekatan inkuiri , patut dicatat bahwa kelemahan pokok pendekatan ini adalah memerlukan waktu yang banyak ( time consuming) .Kecuali itu memang banyak debat yang mengiringi peluncuran konsep ini. Di antara kritik yang timbul dan patut untukdipertimbangan antara lain adalah:
  1. Tidak dapat diterapkan untuk mengajari siswa tentang berbagai teori dan gagasan yang kompleks, misalnya pembelajaran tentang evolusi, karena memang dikembangkan oleh para ilmuanselama berpuluh-puluh tahun.
  2. Gagal dalam membelajarkan siswa tentang fakta-fakta dan pengetahuan khusus ,misalnya terkait dengan masalah sosial, masalah agama, masalah kewarganegaraan , masalah bahasa dan lain-lain.
  3. Banyak guru yang mengeluh tidak cocok menggunakan pendekatan ini ,terutama guru IPS, guru sejarah, guru bahasa, bahkan guru-guru sains yang jumllah tatap mukanya kecil.
Metode pembelajaran yang seringkali digunakan dalam pendekatan inkuiri antara lain metode dikusi, demonstrasi, metode eksperimen , atau dalam pembelajaran sains digunakan praktikum di laboratorium , investigasi atu karya wisata. Sementara itu sejumlah sumber menyebutkan adany pendekatan heuristik. Kata heuristik berasal dari kata eureka ( seperti yang di teriakkan oleh Archimedes saat menemukan hukum Archimedes denganberendam di bak mandinya ) atau Heuriskein ( latin) , yang artinya aku menemukan. Menurut Amstrong yang mengembangkan pendekatan ini peserta didik lah yang harus menemukan ilmu pengetahuannya sendiri. Jadi esensi pendekatan heuristik sama dengan pendekatan inkuiri.
6.    Pendekatan STM ( Sains , Teknologi, Masyarakat) atau Pendekatan Salingtemas ( Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat).
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah STS (Science, Technology, and Society). Istilah sains teknologi masyarakat ini berawal dari pendapat Jhon Michel Ziman dalm bukunya berjudul Teaching and Learning about Science and Society (1980). Mulanya memang tidak dikaitkan dengan lingkungan , tetapisetelah gencarnya dampak negatif implementasi teknologi dan eksploitasi alam besar-besaran oleh manusia terhadap lingkungan , yang muncul berupa berbagai macam pencemaran lingkungan (environmental pollution) terutama padaera 1970-an, maka pendekatan pembelajaran ini kemudian menyisipkan kata lingkungan (environment) di antara sainsdan teknologi. Pada dasarnya pendekatan salingtemas ini, baik di dalam pembelajaran sains maupun pembelajaran bidang studi sosial, dilaksanakan oleh guru melalui topik yang dibahas dengan cara menghubungkan antara sains , teknologi, terkait dengan kegunaannya di dalam masyarakat dan juga dampak positif maupun negatifnya terhadap lingkungan.
Sejumlah istilah digunakan oleh para pendidik dan praktisi pendidikan, istilah Science Technology Society yang diterjemahkan menjadi sains teknologi masyarakat disingkat sebagai STM , SATEMAS, atau ITM ada yang menyebut Science Environment Technology (SET) serta Science Environment Technology Society (SETS) yang disingkat dengan salingtemas namun pada hakikatnya esensinya sama saja. Dengan semakin intensifnya pencemaran lingkungan, baik di udara, air maupun tanah , maka yang pertama kali terkena dampaknya adalah biota , baik berupa vegetasimaupun fauna.
Pencemaran lingkungan sebagai akibat perkembangan industri yang tidak terkontrol, semakin intensifnya perkembangan berbagai moda transformasi terutama yang berupa kendaraan bermotor, peledakan penduduk dunia yang semakin mempersempit lahan untuk penghujauan dan semakin menyempitnya kawasan hutan tropis , pertama kali yang terkena dampak langsungnya adalah organisme nonhuman ( bukan manusia). Sebab itu keaneka ragaman mahluk hidup makin berkurang, bahkan telahjutaan spesies organisme yang lenyap (perish) selamanya dari muka bumi, sementara jutaan yang lain dalam kondisi level berbahaya (Endangered species) dan siap untuk lenyap selamanya. Perubahan iklim global telah menyebabkan puncak es di pegunungan salju papua , gunung Kilimanjaro di Afrika semakin menipis, sementara wilayah hunian beruang kutub dan habitat singa laut di kutub utara juga semakin menyempit.
Menimbang ini semua tidak dapat kita mengabaikan kata lingkungan dan cukup menggantikanya dengan kata masyarakat dengan konotasi masyarakat manusia karena beberapa hal:
1)      Dampak kepada masyarakat manusia umumnya tidak langsung, namunberjangka panjang karena dalam sejumlah kasus manusia mampu membuat teknologi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2)      Berbeda dengan organisme nonhuman yang tidak pernah menyebabkan dan membangkitkan pencemaran lingkungan, manusia seringkali mendapatkan dampak negatif dari perubahan lingkungan karena ulahnya sendiri.
3)      Organisme nonhuman hanya mampu beradaptasi karena telah dibekalidengan naluri (instink) terhadap pencemaran yang bersifat alami seperti letusan gunung api , gempa bumi , tsunamidan lain sebagainya , namun secara alami mereka tidak dibekali naluri untukmenagkal pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia.
Dalam pembelajaran sains , tujuan pendekatan ini adalah agar siswa mau dan mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sains karena memahami dan mencintainya, di samping secara tidak langsung tentu saja memperluas khazanah pengetahuan anak didik , baik terhadap konsep , prinsip dan proses sains dan dampak penggunaan teknologi terhadap linkungan. Dengan mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi, dampak teknologi terhadap lingkungan serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat, maka konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupannya, dapat digunakan dalammasyarakat.
Dalam pembelajaran ilmu sosial ,guru dengan cara ini dapat menyiapkan peserta didik untuk menjadi warga Negara yang baik , mencintai bumi tempatnya berpijak danpunya motivasi kuat untuk melestarikan fungsinya, tanggap terhadap perkembangan teknologi dan berinisiatif untuk mengendalikan dampak negatifnya , karena mampu menilai secara kritis dampak positif dan negatif kemajuan teknologi , sehingga dapat mengambil keputusan untuk kesejahteraan secara bijak. Dengan cara ini diharapkan siswa termotivasi danterbiasa untuk memilih dan menerapkan teknologi yang tidak saja menguntungkan dari segi ekonomi , tetapi juga mempertimbangkan aspek estetika ,etika dan konservasi alam.
Dalam konteks sains dan masyarakat , peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat yang bertanggung jawab. Sebagai seorang individu peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan inovatif untuk mengahadapi persaingan global, kreatif dan tekun dalam mencari dan menyiasati peluang untuk berkehidupan yang layak dan bersih ( halal dan baik) , serta dapat menerima dengan tabah dan tahan uji andai kata menghadapi kegagalan dan tantanganyang serba kompleks setelah melakukan berbagai usaha. Sementara itu sebagai mahluk sosial peserta didik harus dapat menjalin komunikasi yang baik antar individu warga, dengan masyarakat melalui kooperasi, kolaborasi dan sinergi yang positif , serta bersedia membantu orang lain berempatidengan ikhlas jika ada warga alin yang memerlukan pertolongan karenakoyakan dan himpitan kemiskinan dan kebencanaan. Hal ini sesuai dengan yang dilansir oleh Anna Poedjiadi (2005) , bahwa dalamStandart for Science Teacher Preparation, yang diselenggarakan oleh National Science Teacher Association, NSTA, dan bekerja sama dengan The Association for the Education of Teachers in Science(1998) , dinyatakan bahwa salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh guru sains adalah konteks sosial atauSocial Context.
Pendekatan STM atau pendekatan salingtemas bertujuan agar terjadi literasi (melek) sains dan teknologi di masyarakat ( scientific and technological literacy), dengan kemanfaatan bagi peserta didik antara lain mampu:
1)      Menggunakan konsep-konsep sains, keterampilan proses dan nilai ilmiah apabila mengambil keputusan yang betanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari;
2)      Mengetahui bagaimana masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat;
3)      Menyadari keterbatasan dan kegunaan sains dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, termasuk dalam hal ini pengetahuan tentang dampak negatif
4)      Memahami sebagian besar konsep-konsep sains , hipotesis dan teori sains dan mampu menggunakannya;
5)      Menghargai sains dan teknologi sebagai stimulus intelektual;
6)      Mengetahui bahwa pengetahun ilmiah bergantung kepada proses inkuiri dan teori ilmiah;
7)      Mampu membedakan antara fakta- fakta ilmoah dan opini pribadi;
8)      Mampu bersikap ilmiah dan menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah;
Pengembangan program STM atau STS di Amerika Serikat dimotori oleh Univesity of Lowa dengan tokohnya Robert Yager. Pembelajaran STMmeliputi enam ranah ( domain) yang antara lain meliputi.
1)      Ranah konsep, meliputi konsep-konsep , fakta, prinsip, hukum, teori yang digunakan para ilmuan;
2)      Ranah proses, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan cara memperoleh ilmu atau produk sains, missal melakukan observasi dan investigasi;
3)      Ranah kreativitas, meliputii kombinasi objek atau ide dengan cara baru ,cara menyelesaikan masalah , cara mendesain alat percoban dan sebagainya ;
4)      Ranah sikap, meliputi sikap positif terhadap ilmu dan ilmuan (Scientific Attitude);
5)      Ranah aplikasi, meliputi kemampuan menunjukan contoh konsep ilmiah dalam kehidupan;
6)      Ranah keterkaitan, cenderung untuk ikut berpartisipasi berupa tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungan sekitarnya yang memerlukan keterlibatanya.
Dari pada itu Alkenhead (1992) dalam makalahnya yang berjudul What is Science Teaching? Menyatakan bahwa pada hakikatnya pembelajaran STS adalah pembelajaran berbasis siswa .artinya dalam pendekatan STS inisiswa adalah sosok sentral.
Sebagai sosok sentral pada pendekatanSTS (STM) ini para siswa diharapkan memahami benar-benar hikmah dari pengalaman sehari-harinya. Dalamkaitan itu mereka harus paham mengenai lingkungan sosialnya, lingkungan yang terkonstruksi secara artifisial di sekelilingnya (Artificially constructed environment , terkadang disebut lingkungan buatan atau lingkungan binaan),serta lingkungan alamiahnya. Kajian terhadap lingkungan alami kita sebut sebagai sains , kajian terhadap lingkungan yang terkonstruksi secara artifisial (lingkungan buatan manusia)kita sebut teknologi, sedangkan lingkungan sosial adalah masyarakat. Jadi pembelajaran sains melalui pendekatan STS adalah pembelajaran terkait fenomena alam yang berpengaruh terhadap lingkungan teknologis dan lingkungan sosial dari para siswa.
Dalam hubungan ini mengutip Bybee (1985) selanjutnya Aikenhead menyatakan bahwa pendidikan sains melalui STS baru dikatakan seimbang jika dapat diraih 3 tujuan sekaligus yang meliputi:
1)      Pemerolehan penetahuan (terkait konsep yang ada didalam,dan konsep tentang : sains dan teknologi) yang diperlukan bagi siswa secara pribadi/ personal, terkait siswa sebagai warga Negara dan prespektif budaya.
2)      Pengengembangan kecakapan belajar dalam pengumpulan informasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Halini terkait dengan proses-proses sains dan inkuiri teknologi.
3)      Pengembangan nilai-nilai dan gagasan-gagasan terkait isu-isu lokal, politik masyarakat, dan masalah global (hal ini berkenaan dengan interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat.
Dalam hubungan ini Aikenhead juga memaparkan sekuen atau urutan pembelajaran melalui pendekatan STS.
Pengajaran STS dimulai dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Suatu pertanyaan kunci atau suatu masalah diajukan oleh guru misalnya berupa pertanyaan: “Apakah kita perlu menaruh perhatian dengan dibangunya PLTN di kepulauan Riau? Bagaimana mencari bukti bahwa berkendara dalam keadaan mabuk akan berpengaruh terhadap keputusan hokum dan pengadilan? Untuk tujuan apa saja kita menggunakan berbagai macam sumber cahaya ?dan sebagainya”.
Untuk memahami pertanyaan atau masalah sosial biasanya ada sejumlah teknologi yang harus diamati. Teknologi dikembangkan terutama terkait dengan pengembangan pengetahuan maupun perancangan proses-proses teknologi sebagai tanggapan terhadap kebutuhan manusia atau masalah-masalah sosial, sehingga dapat dipahami bahwa isu-isu sosial selalu berkaitan dengan teknologi.
Dalam hubungan ini, Poedjiadi (2005) menyusun model pembelajaran salingtemas (STM) yang meliputi sejumlah langkah-langkah pembelajaran:
1)      Pendahuluan, Dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada di masyarakat yang dapat digali dari siswa , tahap ini disebut tahap inisiasi atau mengawali, memulai , disebut pula tahap invitasi. Mengundang siswa untuk memusatkan perhatian pada pembelajaran , disebut tahap apresepsi karena mencoba mengaitakan pembelajaran dengan konteks kehidupan atau pembelajaran dengan konteks kehidupan atau pembelajaran terdahulu yang relevan.
2)      Proses pembentukan konsep, dapatdilakukan melalui berbagai pendekatan atau metode, misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan kontekstual, pendekatan kecakapan hidup. Metode yang digunakan misalnya metode eksperimen, metode projek dan sebagainya. Disini dapat dilakukan penguatan kognitif terhadap konsep terdahulu sehingga terjadi pula pemantapan konsep.
3)      Dilakukan analisis isu atau penyelesaian masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan. Konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4)      Tahap pemantapan konsep, diawali dengan analisis terhadap ada atau tidaknya miskonsepsi terhadap konsep sains yang sedang dikembangkan di sini dikembangkan konsep-konsep kunci yang penting diketahui siswa. Miskonsepsi harus terdeteksi oleh guru untuk diupayakan pelurusannya.
5)      Tahap penilaian terhadap pembelajaran , penilaian hendaknya dilakukan terhadap proses maupun hasil akhir pembelajaran berupa konsep sains yang benar dan yang telah menjadi milik siswa.
7.    Pendekatan Ekspositiori ( Expositiory Approach)
Dalam pendekatan ini guru menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk yangtelah dipersiapkan secara rapi , sistematik dan lengkap , sehinggga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib ( Makmun, 2000: 233). Dalam pendekatan ini kentara sekali penerapan strategi Teacher-centered-nya.
Secara garis besar prosedurnya adalah sebagai berikut :
  1. Persiapan (Preparation) guru menyiapkan bahan selengkapnya .
  2. Pertautan dengan bahan pelajaran terdahulu ( apresepsi, apperception), guru memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang telah dipelajari dahulu ( prior learning) , atau mengajukan sejumlah pertanyaan terarah yag harus dijawab secara singkat oleh siswa.
  3. Presentasi materi ajar baru. Dapat dilaksanakan dengan pemberian ceramah oleh guru atau menyuruh siswa membaca bahan bacaan yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh guru.
  4. Resitasi guru mengajukan pertanyaan atu siswa diminta menyatakan kembali dengan kalimat sendiri (paraphrase) esensi bahan yang telah dipelajari.
Pendekatan ini dikembangkan oleh David Ausubel, yang berpendapat bahwa pada kelas-kelas yang lebih tinggi, siswa tidak selalu harus mengalami dan menemukan sendiri konsep-konsep sains. Dengancara ini siswa diharapkan akan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang lebih singkat, sehingga efisiensi pembelajaran terjadi. Namun memang ada satu prasyarat , sebelumnya guru sudah harus menyiapkan advance organizer ( pemandu awal, semacam kerangka konsep-konsep dasar , atau pola-pola pengertian dasar, terkait dengan materi baru yang akan dipelajari).
8.    Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning, CTL)merupakan konsep belajar yang bertujuan membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan sisw bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Munculnya CTL pada hakikatnya merupakan respons ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran yang sangat menekankan kepada pengetahuan abstrak atau konseptual semata-mata. Pembelajara konsep seperti itu memang cocok untuk menyiapkan siswa sebagai akdemisi, namun kurang mampu menyiapkan siswa menjadi seorang profesional yang siap berkiprah di dunia kerja. Dengan kata lain pembelajaran yang terlampau abstrak telah alpa terhadap aspek terapan dari suatu konsep pengetahuan. Dari pada itu , pendekatan CTL tidaklah mengabaikan aspek abstrak tersebut, karena itu tidak mungkin, dalam kaitan ini kemudian ditempuh cara dengan prinsip air menetes (Water Down). Maknanya , hal-hal yang dikontekstualkan dengan pemberian contoh-contoh penerapan ilmu di dalam kehidupan nyata.
CTL merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelaaran yang dipelajarinya denagn mengaitkan materi  tersebut konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lainya.
Transfer dan trasformasi belajar terjadi karena siswa mengalami sendiri , bukan dari pembinaan orang lain. Keterampilan dan pengetahuan siswa diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit) dan terkonstruksi dalam pemikiran siswa. Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana dia menggunakan pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar itu.
Lingkungan belajar harus di desain sedemikian rupa, berpusat kepada siswa , agar terjadi pembelajaran yang efektif. Paradigma harus diubah dari guru aktif berbuat di dalam kelas siswa menonton, menjadi siswa aktif bekerja dan berkarya , guru memfasilitasi dan mengarahkan. Umpan balik yang berasal dari proses penilaian autentik amat penting bagi siswa. Kelas harus menumbuhkan komunitas pembelajaran (learning community) yang dibangun dari pembentukan kelompok-kelompok kecil yang saling bekerja sama.
Dalam kelas kontekstual , tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yangbekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas ( siswa). Sesuatu yang baru itu datang dari penemuan sendiri dan bukan dari apa kata guru. Guru harus mampu memberdayakan siswa. Untuk memberdayakan siswa maka guru hendaknya menerapkan strategi khusus terkait hubunganya dengan siswa. Strategi tersebut dapat disingkat FARE dan meliputi:
                    i.            Fading, menjauh secara perlahan, maknanya mengurangi dukunganya sedikit demi sedikit sampai akhirnya siswa dapat mengurusi dirinya sendiri;
                  ii.            Memberikan kesempatan artikulasi (Articulation) kepada siswa artinya membuka kesempatan kepada siswa untuk melakukan presentasi , terlibat dalam diskusi mengenai pengetahuannya dalam kaitan pemecahan masalah;
                iii.            Memberikan kesempatan refleksi (reflection) kepada siswa , mereka bermuhasabah , menganalissi diri sendiri, apa kekuatan dan kelemahanya ;
                iv.            Eksplorasi (exploration), guru memotivasi siswa untukmencoba menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri.
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaanya. Pendekatan CTL dalam kelas mudah pelaksanaannya, secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1)      Kembngkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2)      Laksanakan sebanyak mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
3)      Kembangkan sifat ingin tahu dengan mengajukan sejumlah atau serangkaian pertanyaan.
4)      Ciptakan masyarakat belajar.
5)      Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6)      Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7)      Lakukan penilaian yang sebenarnya ( penilaian autentik) dengan berbagai cara.
Dalam implementasi CTL pada situasi pembelajaran harusdipegang erat 7 komponen CTL itu adalah sebagai berikut:
1)      Konstruktivisme, dengan esensi:
a.       Siswa membangun sendri pemahaman mereka dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan terdahulu yang dimilikinya;
b.      Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi dan bukan transfer pengetahuan;
c.       Belajar adalah proses aktif mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadidan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir (struktur kognitif) yang dimiliki siswa.
2)      Inkuiri (inquiry) dengan esensi,
a.       Siswa belajar menggunakan keterampilan berfikir kritis, berfikir tingkat tinggi;
b.      Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dan menarik simpulan;
c.       Langkah-langkah inkuiri dengan merumuskan masalah , melakukan observasi, analisis data, kemudian mengomunikasikan hasilnya;
3)      Bertanya ( questioning), dengan esensi
a.       Kegiatan guru untuk mendorong , membimbing dan menilai peserta didk, menggali informasi tentang pemahaman, perhatian, dan pengetahuan peserta didik;
b.      Bergunabagi peserta didik sebagai salah satu teknik dan strategi belajar, merupakan bagian penting dalam pembelajaran berbasis inkuiri;
4)      Learning Community (masyarakat pembelajaran) dengan esensi,
a.       Sekelompok orang yang terikat dan berfokus kepada kegiatan belajar dalam pembelajaran kolaboratif;
b.      Bekerja sama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri;
c.       Saling berbagi ide dan bertukar pengalaman;
d.      Belajar dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dankomunikasi berkembang.
5)      Modelling, dengan ciri-ciri,
a.       Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain;
b.      Pemodelan dilakukan oleh guru sebagai teladan, peserta didik dantokoh lain;
c.       Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berfikir, bekerja, berbuat dan belajar;
d.      Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakanya
6)      Reflection , refleksi, dengan esensi,
a.       Cara berfikir tentang apa yang baru saja dipelajari;
b.      Mencatat dan mengingat-ngingat apa yang telah dipelajari;
c.       Membuat jurnal, portofolio , karya seni , diskusi kelompok atau dapat berupa kesan , catatan atauhasil karya siswa;
d.      Respons terhadap kejadian, aktivitas/ pengetahuan yang baru;
e.       Hasil konstruksi kognitif terhadap pengetahuan yang baru.
7)      Authentic Assesment, penilaian yang sebenarnya,
a.       Mengukur sikap pengetahuan dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran;
b.      Penilaian produk (kinerja);
c.       Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual;
d.      Dilakukan melalui berbagai cara ( tes dan nontes);
e.       Alternative bentuk tagihan : kinerja , observasi , portofolio, dan/atau jurnal.
Kontekstualisasi suatu materi pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai model atau cara. Mengingat teori Vygotsky tentang pentingnya peranan budaya dalam membentuk struktur kognitif anak didik, diantara model yang dapat dileksanakan dalam kontekstualisasi materi pembelajaran antara lain:
  1. Model akomodasi ,implementasi model ini menekankan kepada perlunya sikap yang terbuka dan menghargai kebudayaan , adat-istiadat dan tradisi mayoritas asal pemelajar. Dengan kata lain materi pembelajaran dikaitkan dengan berbagai carapandang dan pradigma serta persepsi budaya masyarakat sekitar, sehingga penyelesaian masalah yang di tewarkan tetap berlandaskan penjelasan ilmiah, namun tidak secara serta merta menolak atau menetang pola piker dan budaya masyarakat di sekitar. Perubahan tidak dilaksanakan secara frontal, tetapi tahap demi tahap, grandual.
  2. Model adaptasi, dengan implementasi yang bercirikan asimilasi terhadap unsur budaya yang ada, masalah pembelajaran diadaptasi sedemikian rupa sehingga relevan dengan dituasi budaya masyarakat sekitar.
  3. Modelprossesio, model ini bersifat frontal. Pada esensinya menaggapi kebudayaan, terutama yang dianggap menghambat kemajuan belajar anak, dengan sudut pandang negatif. Model prossesio dapat terjadi dengan cara mengabaikan, menolak, menentang, melakukan seleksi secara ketat, reinterpretasi (penafsiran kembali) dan restrukturisasi (perombakan kembali) sehingga seluruh elemen budaya penghambat dapat diubah total sesuai dengan esensi kebenaran pengetahuan. Umumnya model inilah yang sering diterapkan para guru di Indonesia.
  4. Model dialektik , terjadi interaksi dinamis antar teks-teks sains dan konteks budaya masyarakat setempat. Konsep ini didukung oleh presepsi bahwa kebudayaan masyarakat selalu berubah , permasalahnya tinggal bagaiman  mendinamisasi perubahan itu. Model ini adalah model yang moderat dan tidak terlalu beresiko dibandingkan model prossesio. Guru dan siswa wajib untuk senantiasa menganalisi, menginterpretasi dan menilai setiap perubahan.
C.   Strategi Pembelajaran
Suyono dan Hariyanto (2011) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai ”rangkaian kagiatan terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar,dan penilainuntuk mencapai tujuan pembelajaran”. Dengan sudut pandang yang cenderung melakukan generalisasi, Marsh (2005) hanya mengklasifikasikan strategi pembelajaran menjadi dua, yaitu strategi berpusat kepada guru ( teacher-centered strategy) dan strategi berpusat kepada siswa (student-centered strategy). Klasifikasi lain adalah strategi deduktif dan strategi induktif, yang pada hakikatnya sama dengan pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Harap diingat, sejumlah sumber memng saling mempertukarkan pengertian atau istilah semacam itu.
Para pakar di Negara-negara majucenderung menyamakan strategi pembelajaran. Di antara definisi yang sedikit itu, mengutip kemp, Senjaya (2008) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajarn yangharus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sementara itu mengutip Dick and Carey, senjaya menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkatmateri dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Kecuali itu Senjaya menyebutkan pula bahwa dalam strategi pembelajaran tergantung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual terkait keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dalam kesempatan ini akan ditambahkan berbagai hal terkait dengan segala sesuatu yang patut diperhatikan guru agar pengelolaan lingkungan kelad dalam kedua strategi pembelajaran tersebut lebih efektif saat implementasinya.
Hasil riset Jeanne Chall yang diikuti oleh Project Follow Through di Amerika Serikat, sudah ditekankan bahwa sebenarnya kita tidak harus dipusingkan apakah strategi yang dipergunakan berbasis guru atau berbasis siswa. Hal yang penting adalah bagaimana sebaiknya peran guru dalam kedua strategi tersebut agar pembelajaran berlangsung efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam hubungan ini ada sejumlah perilaku/tindakan yang bersifat harus dan sejumlah perilaku yang jangan dilakukan.

Diantara perilaku yang harus dilakukan guru antara lain:
1)      Hangat dan akrab dengan anak didik dan selalu menunjukan antusiasme dalam pembelajaran;
2)      Periang, terlihat bahagia, rapi, mempunyai rasa humor, tidak mudah tersinggung, dandapat diajak berkelakar, namun bukan pelawak yang melawak berlarut-larut;
3)      Memiliki sifat keibuan/kebapakan, suka bergaul, ramah tamah, dan dapat menjadi “teman”
4)      Mampu memberi tantangan kepada anak didik baik itu berupa kalimat, tindakan, prosedur kerja atau menyajikan bahan-bahan yang menantang, sehingga setiap peserta didik selalu bergairah dalam belajar, dan termotivasi untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuanya lebih lanjuat;
5)      Memahami dan menaruh minat kepada seluruh siswanya;
6)      Menjelaskan bahan ajar dan tugas-tugas dengan jelas, suka menolong siswa melakukan pekerjaan-pekerjaan sekolah;
7)      Luwes dalam menerapkan strategi dan metode pembelajaran sehingga selalu tarcipta iklim belajar yang kondusif untuk secara efektif mencapai tujuan pembelajaran;
8)      Menyadari kebutuhan setiap peserta didik dan memiliki kemampuan untuk mencoba memenuhi kebutuhan peserta didik tersebut;
9)      Mampu merespons secara positif setiap perilaku peserta didik;
10)  Mampu menyiapkan apersepsi pada awal pembelajaran, menerapkan berbagai metode secara lancar selama proses, mampu mengakhiri pembelajaran dengan baik;
11)  Terbiasa melaksanakan refleksi sebelum menutup pembelajaran apa saja yang dipelajarinya pada hari ini.
Sementara itu di antara perilaku yang tidak boleh dilakukan guru:
1)      Campur tangan berlebihan selama pembelajaran, sering menyela, memberi komentar, bertanya , memberi petunjuk yang mendadak sehingga mengganggu dan memutus aktivitas anak didik;
2)      Terjadi kesenyapan (fade out) karena guru gagal melengkapi suatu penjelasan, suatu instruksi, petunjuk, atau komentar, dengan tiba-tiba guru menghentikan penjelasan dan lama tidak ada kelanjutanya;
3)      Membuatpenyimpangan (disgression) , guru telalu asik menyajikan pembelajaran, sehingga pada suatu ketika menyimpang dan malantur jauh dari pokok persoalan;
4)      Tidak tepat memulai atau mengakhiri penjelasan pembelajaran;
5)      Menerangkan , memberikan penjelasan bertele-tele (overdwelling) dan sering mengulang-ulang hal yang tidak perlu;
6)      Memberikan peringatan secara kasar kepada siswa yang kurang perhatian;
7)      Mencela atau menghina siswa (to put-down), atau hal-hal yang menyakitkan hati lainya;
8)      Bersifat suka marah, tidak pernah tersenyum, kejam, mudah tersinggung;
9)      “pilih kasih” menyukai siswa-siswa tertentu saja, sebaliknya jika menghukum melaksanakan “ tebang pilih” , hanya siswa tertentu yang dihukum;
10)  Merasa berkuasa , sombong, merasa paling pintar, kurang perhatian, tidak tahu nama siswa, bahkan tidak tahu jika ada didwa yang tidak masuk kelas.
Relevan denga apa yang diutarakan  di atas, faculty focus, bulletin online yangmemusatkan perhatianya kepada pengembangan profesionalismependidikan tinggipada terbitanya tanggal 20 juli 2009 telah memuat pendapat Maryleen Weimer yang menyarikan pendapat Paul Ramseden tentang strategi pembelajaran yang efektif, antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)      Segera ikuti minat yang telah bangkit dengan penjelasan;
2)      Perhatikan dan hargai para mahasiswa sebgai individu, juga hargai minat serta cara belajar mereka;
3)      Berikan penilaian dan umpan baik yang sesuai ;
4)      Tetapkan tujuan pembelajaran secara jelas dan nyata , serta berikan tantang intelektual yang mendorong timbulnya semangat pembelajaran;
5)      Pengajaran yang baik memerlukan control dari para mahasiswa terhadap pembelajaran serta keterlibatan aktif mereka. Mereka harus tercelup berenang, melayang, dan tenggelam dalam pembelajaran;
6)      Belajarlah dari para mahasiswa. Pembelajaran yang baik siapdan terbuka untuk berubah karena secara konstan selalu mencari tahu apa dampak pengajaran kepada belajar, dan memodifikasi pengajaran berdasarkan bukti-bukti efektivitas pengajaran terhadap belajar.
Dalam bidang pembelajaran sains pada pembelajaran kimia khususnya , adayang sikenal dengan strategi pembelajaran PDEODE (predict-discuss-explain-observe-discuss-explain). Strategi pembelajarn ini berbasis kepada siswa (student-centered), semula dikembangkan oleh Savander-Ranne dan Kolari dalam pendidikan teknik (2003), kemudian dipublikasikan secara meluas oleh Costu (2008) dalam publikasi hasil penelitianya yang dimuat dalam jurnal Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology education, 2008,4 (1), 3-9.
Pembelajaran dengan strategi PDEODE  meliputi enam langkah. Langkah pertama adalah memprediksikan (predict), di sini siswa membuat dugaan fenomena yang diamati dari situasi nyata sesuai dengan kemampuan siswa secara individu. Pada langkah kedua, siswa berdiskusi (discuss) dalam sejumlah kelompok kolaboratif untuk berbagai gagasan tentang apa sesungguhnya yang terjadi terkait dengan fenomena alam tersebut. Pada langkah ketiga siswa dalam setiap kelompok diminta untuk memberikan penjelasan (explain) terkait latar belakang atau solusi dari fenomena tersebut, memaparkan kepada kelompok lain dalam dikusi kelas. Setelah itu siswa bekerja dalam kelompok dalam suatu percobaan langsung dan mencatat hasil pengamatanya secara individu. Langkah keempat adalah pengamatan (observe), siswa mengamati perubahan fenomena, guru bertugas memandu siswa dalam melakukan pengamatan agar pengamatanya valid dan relevan sehingga dapat mencapai sasaran konsep. Langkah berikutnya, kelima, adalah berdiskusi kembali (discuss) di sini siswa mempertemukan antara prediksi awal yang dibuatnya dengan hasil pengamatan nyata dari percobaan langsung tersebut. Siswa menganalisis, berdebat, membandingkan, membedakan dan saling curah pendapat dengan para teman dalam kelompoknya. Langkah terakhir adalah penjelasan baru (explain) di hadapan seluruh kelompok dalam kelas sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat memperoleh suatu informasi tentang konsep yang benar. Dengan melihat adanya langkah-langkah pembelajaran dalam strategi ini maka penggunaan istilah strategi pembelajaran di sini sebenarnya sama atu setaradengan metode pembelajaran atau model pembelajaran.
Sementaraitu sebelum menetapkan strategi pembelajaran apa saja , perlu dipahami dulu bahwa pada hakikatnya memang siswa lah yang menjadi subjek pembelajaran. Sebagai subjek pembelajaran disadari bahwa siswa adalah unsur manusiawi yang paling penting dalam proses pembelajaran. Mereka meiliki kedudukan dan posisi yang menetukan dalam proses interaksi tersebut. Guru tidak ada atinya apa-apa tanpa siswa sebagai subjek didik.
Dalamkaitan ini agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik haruslah disadari lebih dulu bahwa setiap peserta didik memiliki parbedaan individualtersebut antara lain yang paling penting adalah perbedaan biologis, perbedaan intelektual dan perbedaan psikologis.
Perbedaan biologis siswa misalnya fisik atau jasmani siswa. Tidak ada yang sama persis walau berasal dari keturunan yang sama. Dalam kaitan ini jenis kelamin, bentuk tubuh, warna kulit, warna rambut, bentuk rambut, warna danbentuk mata dan sebagainya adalah perbedaan individual yang di bawa siswa sejak lahir. Paling penting di sini adalah jangan sampai perbedaan itu menjadi bahan diskriminasi oleh guru, menjadi bahan olokan dan ejekan, tetapi harus diyakini guru bahwa hal tersebut merupakan karunia Tuhan yang patut disyukuri. Pada prinsipnya jangan sampai karena ada perbedaan biologis, ada siswa yang tidak melakukan pembelajaran dengan baik karena merasa rendah diri dansebagainya sehingga keterlibatanya dalam pembelajaran tidak maksimal.
Perbedaan yang kedua adalah perbedaan kecerdasan akademis atau intelektual. Hal ini sudah diketahui bersama dapat dilihat dari IntelegenceQuotient (IQ) setiap siswa. Dalam hal ini ada siswa yang cepat belajar da nada yang lambat belajar. Agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, guru jangan sampai memanipulasi perbedaan ini dengan terlalu memperhatikan siswa yang cepat belajar dan mengabaikan siswa yang lambat belajar.
Perbedaan ketiga adalah perbedaan psikologis. Psikologis peserta didik disamping dapat dipengaruhi oleh faktor genetic, terutama sekaliditentukan oleh lingkunganya. Perbedaan semacam ini harus dipahami oleh guru dan justru dimanfaatkannya untuk memberdayakan setiap potensi anak didik. Misalnya guru mengetahui berbagai minat dan perhatian anak didik dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan individual masing-masing.
Lampiran hasil wawancara
Hasil wawancara saya di SMK Komputer Mandiri Adalah
1.      Bagai mana cara anda menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku dan kepribadian siswa sesuai tujuan pembelajaran?
Jawab: mengamati dulu sikap anak di dalam kelas , lalu kita mencoba menghilangkan sikap buruknya agar sikap baiknya dapat muncul , tapi yang jelas kita harus membatasi anak pada hal besar dulu agar kita mudah mengamati perkembanganya
2.      Menurut anda pendekatan pembelajaran apa yang dipandang paling efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai standar?
Jawab: pendekatan yang paling efektif adalah siswa terlibat dalam suatu kegiatan dimana perkembangan dan sikap ditonjolkan juga perkembangan lainya.
3.      Sebagai guru metode dan teknik apa yang paling efektif dan efisien dalam pendekatan pembelajaran?

Jawab: kalau saya lebih banyak berdiskusi dan menggali pendapat-pendapat merekamereka juga diminta untuk melihat konteks yang kita pelajari dan juga di masyarakat

Bab V
Kesimpulan
Bahwa sebagai pendidik kita harus bisa memilih pendekatan atau strategi mana yang dapat kita gunakan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan. Karena setiap peserta didik memiliki perbedaan individual , seperti perbedaan biologis, perbedaan akademis atau intelektual dan perbedaan psikologis yang harus dipahami oleh guru.



Daftar pustaka
Costu. 2008. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education.
Joyce, B. Well, M. and Calhoun, E. 2009. Models of Teaching.Sevent edition. Boston: Allyn and Bacon.
Makmun, Abin Syamsudin. 2000. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marsh, C. 2005. Teaching Studies of Society and Environtment, edition fourth. Pearson Education Australia
Poedjiadi, A. 2005.Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suyono dan Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar