Selasa, 01 November 2016

Sofiyan Noor 15.21.0002 Luqmanul Hakim 15.21.0018

ABSTRAK

‘TEORI EVOLUSIONER ROBERT C. BOLLES dan PSIKOLOGI EVOLUSIONER’
NAMA :                                    SOFIYAN NOOR           15.21.0002
LUQMANUL HAKIM      15.21.0018
PRODI :                                  FKIP BAHASA INGGRIS
EMAIL :                                 sofiyannoor2@gmail.com
                                                Lq.hakim0110@gmail.com

Biografi Robert C. Bolles dan Konsep Teori Evolusioner Robert C. Bolles lahir di Sacramento,California, pada 1928. Dia bekerja di U.S. Naval Radiological Defence Laboratory di dekat Fransisco, California. Bolles bergabung dengan Garcia dalam program studi psikologi di Berkeley dimana keduanya belajar dibawah bimbingan Tolman. Pada masa ini Lewis Petrinovich melakukan eksperimen awal yang menimbulkan minta Bolles pada teori belajar evolusioner (Bolles & Petrinovich, 1954; Petrinovich & Bolles, 1954). Pada 1964 dia ke University Washington dan mengajar di sana sampai dia meninggal pada 8 April 1994 karena serangan jantung. Sepanjang kariernya Bolles menulis lebih dari 160 artikel riset dan tiga buku teks yang berpengaruh, termasuk teks tentang teori belajar. Dia bekerja sebagai editor Animal Learning and Behavior tahun 1981 sampai 1984.

       Konsep Teoritis Utama
-          Expekstasi
Menurut Bolles, belajar melibatkan pengembangan expectancies (ekspektasi,pengharapan). Yakni, organisme belajar satu jenis kejadian yang mendahului kejadian lainnya.

·      Pengkondisian klasik sebagai ekspektasi yang dipelajari yang ketika diberi satu stimulus (CS) akan menimbulkan stimulus lain (US). Dalam kehidupan sehari-hari, melihat kilat dan berharap ada suara petir adalah contoh dari jenis ekspektasi stimulus-stimulus atau S-S ini.
PENDAHULUAN
      Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak melakukan kegiatan yang sebenarnya merupakan gejalah belajar, dalam arti mustahillah dapat melakukan kegiatan itu, kalau tidak belajar terlebih dahulu, Winken dalam Abdi (2009: 11) menyatakan, bahwa terlalu banyak hal yang kita lakukan jika ingin sebutkan satu-persatu, namun secara spontannitas kegiatan yang dilakukan adalah bagian dari belajar.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Sejalan dengan itu, Slameto (1990:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Kimble dalam Hergenhahn dan Olson (2010 : 2), mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di dalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktek yang diperkuat).  Menurut Syah (2003:68 ) menyatakan bahwa belajar sebagai tahap perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pembelajaran dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sedangkan menurut Slameto   (2003: 2 ) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

PERMASALAHAN
Bolles (1988) mengatakan bahwa pemahaman atas belajar harus diiringi dengan pemahaman atas sejarah evolusi organisme. Dia mengatakan bahwa, hewan punya kewajiban, dorongan, untuk belajar dan untuk tidak belajar, tergantung pada tempat mereka berada dan bagaimana menyesuaikan diri dengan keseluruhaan skema. Kita dapat memperkirakan beberapa jenis pengalaman akan direfleksikan dalam belajar, dan sebagian lainnya tidak... tugas belajar yang melanggar komitmen biologis terhadap tempatnya dapat diperkirakan akan menghasilkan perilaku anomali. Sebuah tugas belajar yang menguatkan predisposisi hewan untuk berperilaku dengan cara tertentu akan lebih besar kemungkinannya untuk sukses. Ini adalah argumen tempat.

METODE
Psikologi evolusioner telah diaplikasikan secara luas untuk memahami perilaku manusia. Apa yang oleh Wilson disebut sosiobiologi kini disebut psikologi evolusioner dan ia merupakan topik yang sangat popular dalam psikolgi kontemporer. Meskipun pembahasan nanti kita membatasi diri pada pengaruh belajar terhadap perkembangan phobia, seleksi pasangan, parenting, kekerasan keluarga, altruism, dan perilaku moral, serta perkembangan bahasa. Tetapi ada bidang lain dimana prinsip evolusi telah diaplikasikan seperti agresi dan perang, pemerkosaan, incest, dan bunuh diri, penghindaran incest, dan agama.
Dalam banyak hal, prinsip yang menjadi pedoman penjelasan evolusi terhadap perilaku manusia adalah sejajar dengan prinsip yang dipakai Bolles (1972, 1988) untuk mengaplikasikan penjelasan evolusi terhadap perilaku non manusia.
Secara spesifik, psikologi evolusioner mengasumsikan bahwa meski ada kemajuan luar biasa yang dibuat oleh manusia, terutama selama 200 tahun terahkir kita masih merupakan produk dari evolusi ribuan tahun. Karenanya seperti binatang lainnya, kita terkadang menunjukan predisposisi bawaan untuk lebih memperhatikan beberapa stimuli ketimbang stimuli lainnya  dan untuk mempelajari beberapa ekspetasi secara lebih mudah ketimbang ekspetasi lainnya. Seperti binatang, kita juga terkadang cenderung punya bias respon, terutama ketika didorong oleh keadaan motivasi yang signifikan secara biologis. Menurut psikologi evolusioner, factor cultural dan biologi harus dipertimbangkan guna mendapat pemahaman yang penuh tentang perilaku manusia.

1.      Perkembangan Phobia
Fobia pada manusia, yang berupa rasa takut yang berlebihan terhadap suatu stimuli seperti ular atau laba-laba, sulit untuk dijelaskan dalam pengkondisian klasik. Usaha untuk menjelaskan akan menghasilkan permasalahan yang dangkal. Menurut bebrapa para ahli, mereka juga menyebut bukti bahwa, meskipun monyet yang dibesarkan di laboratorium tampaknya tidak memiliki rasa takut bawaan terhadap ular, mereka akan dengan cepat ketakutan terhadap ular setelah melihat reaksi dari rekaman video monyet liar yang bertemu dengan ular betulan atau mainan (cook & mineka, 1990).  Bahwa kemunculan rasa takut terhadap ular atau laba-laba mungkin tidak membutuhkan persepsi sadar atas stimuli itu.
 Stimuli ini menarik perhatian kita, dan kita dapat belajar tentangnya tanpa pemrosesan informasi secara sadat. Ini bukan berarti bahwa, semua manusia pada dasarnya takut pada ular, laba-laba, anjing, dsb. Psikologi evolusioner juga mendiskusikan xenophobia atau takut terhadap orang asing. Fobia ini berasal dari tendensi primitive untuk mendikotomisasikan orang sebagai sebagai anggota satu kelompok (desa atau suku) dengan orang di luar anggota kelompok.
Dalam xenophobia seseorang mungkin melihat adanya kecenderungan natural ke arah prasangka. Menurut psikolog evolusioner bahwa suatu tendensi adalah natural yakni, memiliki asal usul biologis yang sama bukan berarti tendensi itu selalu baik. Mereka mengatakan adanya predisposisi atau tendensi biologis. 
Psikolog evolusioner menegaskan bahwa perilaku manusia selalu merupakan hasil dari interaksi antara tendesi biologis dengan pengaruh cultural. Jadi, bahkan jika unsur biologi kita mencondongkan hal yang di anggap tidak diinginkan, hal ini dapat dianggap oleh pengaruh cultural.

2.      Seleksi Pasangan
Teoritis belajar sosial-kognitif mungkin menunjukan bahwa definisi daya tarik dipelajari dengan mengamati model yang paling menonjol dalam kultur tertentu misalnya orang tua, teman, pimpinan dan sebagainya. Dalam masyarakat teknologi, model yang dibuat atraktif oleh media. Akan tetapi, dari sudut pandang psikologi evolusioner banyak standart yang ditransmisikan secara sosial sebenarnya adalah standart buatan. Dan standart sosial yang berkaitan dengan daya tarik bisa berubah-ubah. Misal gaya rambut, riasan wajah, pakaian, bahkan bentuk tubuh semuanya bisa berubah. Bagi psikolog evolusioner, harus ada criteria seleksi pasangan yang lebih mendasar ketimbang standart sosial untuk daya tarik fisik di dalam satu kultur dan criteria ini bersifat universal. Walaupun ada kemiripan antara pria dan wanita namun ada 2 pengecualin, laki-laki ada cenderung meletakkan urutan daya tarik fisik ditingkat lebih tinggi ketimbang wanita. Sebaliknya, wanita cenderung meletakkan kemampuan mencari nafkah yang baik lebih tinggi ketimbang laki-laki.

3.      Parenting
Parenting adalah proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas berikut: memberi makan (nourishing), memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak ketika mereka bertumbuh.5 Aktivitas-aktivitas parenting biasanya terjadi dalam lingkungan keluarga, namun parenting tidak terbatas hanya pada mereka yang melahirkan anak. Tanggung jawab parenting juga dilakukan oleh pihak-pihak lain dalam masyarakat, seperti anggota-anggota jemaat di gereja, para guru di sekolah, pembantu rumah tangga, perawat bayi (baby sitter), dan bahkan teman-teman si anak, serta media masa (TV, surat kabar, dan majalah). Kendati demikian, orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam mengasihi dan memperhatikan anak-anak serta menolong mereka bertumbuh.
a.    Seleksi kerabat, kesesuaian evolusi membutuhkan kelangsungan bukan hanya gen-gen kita saja, tetapi juga dari individu yang memiliki hubungan dengan kita (kecocokan inklusi). Psikologi evolusioner memandang parenting bukan sebagai perilaku yang dipelajari, tetpai sebagai tindakan yang dipengaruhi oleh seleksi kerabat.
b.    Perbedaan jenis kelamin, menurut psikologi evolusioner ada dua alasan mengapa wanita cenderung lebih terlibat dalam parening ketimbang pria. Pertama karena wanita memiliki lebih banyak investasi pada anak ketimbang pria. Kedua,agar perilaku altruisme harus ada mekanisme yang membuat kita mengenali saudara kita, termasuk anak-anak kita, sebagai pembawa gen.
c.     Kekerasan keluarga, kekerasan dalam keluarga hampir terjadi setiap hari.secara spesifik seleksi kerabat menguatkan perilaku kekerasan terhadap anggota keluarga yang tidak sedarah.

4.      Altruisme dan perilaku moral
Altruisme atau menolong demi survive atau mempertahankan jenis dalam proses evolusi.
a. Perlindungan kerabat (kin protection)
·      Orang tua bekerja keras untuk menyekolahkan anak → untuk meneruskan keturunan. Secara alamiah orang cenderung membantu pada orang yang pertalian darah, dekat dengan diri kita, ada skala prioritas.
·         Dalam bencana: anak-anak lebih dulu, keluarga, teman, tetangga. Naluri perlindungan yang kuat dapat melewati batas moral dan keadilan => Nepotisme.
b. Timbal balik biologik (biological reciprocity) → ada keseimbangan altruis dan egois prinsipnya orang yang suka menolong akan ditolong, yang suka mementingkan diri sendiri → dibiarkan.
c. Orientasi seksual: kaum minoritas dalam seks (homo, lesbi) lebih memerlukan pertolongan untuk mempertahankan kelompok sehingga lebih alturis daripada heteroseks.
d.Teori Perkembangan Kognisi → berhubungan dengan tingkat perkembangan kognitif. Piaget bahwa semakin tinggi kemampuannya berfikir abstrak → semakin mampu mempertimbangkan antara usaha atau biaya (cost) yang harus dikorbankan untuk menolong dengan hasil atau perolehan.
·     Anak-anak meminjamkan mainan yang mahal untuk suatu yang nilainya rendah (keuntungan).
Orang dewasa → untung — Rugi
Kapan orang menolong → faktor pemicu orang menolong.

5.      Bahasa
Menurut psikologi evolusioner belajar bahasa mengilustrasikan kesiapan biologis dalam proses belajar manusia. Pinker berpendapat bahawa ada bahasa universal , aturan umum untuk setiap bahasa. Semua bahasa mengakui masa lalu, sekarang dan masa depan. Semua bahasa punya referensi pelafalan dan semua bahasa memiliki variasi susunan subjek/tindakan. Pinker menunjukkan bahwa anak secara biologis sudah siap untuk meyusun struktur gramatical, bahkan tanpa model dan petunjuk. Kompleksitas pemahaman dan penyusunan bahasa tidak memungkinkan kita untuk mengasumsikan bahwa satu gen atau bahkan sekumpulan gen itu merupakan basis dari fenomena bahasa.

PEMBAHASAN
Teori evolusioner lebih menekankan pada sejarah evolusi proses belajar organisme. Paradigma ini lebih berfokus pada cara di mana proses evolusi mempersiapkan organisme untuk beberapa jenis belajar tetapi membuat jenis belajar lain menjadi sulit atau mustahil.
Penerimaan teori evolusi oleh komunitas ilmiah menandai pukulan telak terhadap ego manusia. Evolusi mengembalikan kontiunitas antara manusia dan hewan lain yang telah diabaikan selama berabad-abad. Kehadiran karya Darwin (1859-1958) On the Origin of Species by Means of Natural Selection, yang mempopulerkan konsep natural selection (seleksi alam) sebagai dasar dari perubahan tersebut. Hergenhann dan Olson  dalam buku Theories of Learning menggambarkan Ciri esensial dari seleksi alam, dan relevansinya bagi psikologi evolusioner, adalah
Ada variabilitas (variability) natural di dalam suatu spesies. Variabilitas ini mungkin lebih banyak diekspresikan dalam aktivitas visual di beberapa anggota suatu spesies, atau dalam kekuatan fisik di beberapa anggota lainnya, atau dalam kecepatan belajar di anggota lainnya lagi. Perbedaan-perbedaan individual ini membentuk blok bangunan dasar dari proses evolusi dan merupakan unsur esensial dari evolusi.
Hanya beberapa perbedaan individual yang dapat di wariskan. Yakni, hanya beberapa yang dapat diturunkan dari orang tua ke anak dan dari anak ke anaknya, dan seterusnya. Variasi yang disebabkan oleh mutasi genetik atau oleh kejadian lingkungan yang tidak menguntungkan bagi anggota suatu spesies tidak akan diturunkan ke keturunannya. Demikian pula variasi belajar dalam perilaku, entah itu menguntungkan atau tidak, mungkin di transmisikan ke generasi berikutnya melalui belajar, tetapi tidak dapat diwariskan.
Interaksi antara atribut organisme dengan tuntutan lingkungan tempat ia tinggal akan memungkinkan terjadinya seleksi alam.  
Pandangan Muslim terhadap Teori Evolusi -
Problematika yang dialami oleh sebagian umat Islam saat ini diantaranya adalah munculnya semacam kebingungan ketika hasil penemuan sains tampaknya bertentangan dengan Al Qur’an, lalu muncullah upaya untuk menginterpretasikan ayat-ayat Al Qur’an agar sesuai dengan pernyataan sains. Pada pemahaman saya, perlu kehati-hatian ketika seseorang mencoba membandingkan antara teori dalam sains dengan ayat-ayat dalam AlQur’an.. Permasalahannya, kebenaran yang diungkapkan sains merupakan kebenaran yang relatif. Sebuah teori dalam sains bisa digantikan oleh teori lainnya, apalagi jika begitu banyak hal-hal yang masih belum jelas tentang fenomena yang menjadi objek dari teori tersebut. Teori relativitas Einstein sebagai contoh merevisi teori mekanika klasik Newton berkenaan dengan konsep ruang dan waktu. Dalam biologi, berbagai pandangan atau teori tentang asal usul kehidupan pernah muncul seperti teori abiogenesis atau generatio spontanea-nya Aristoteles yang selanjutnya digantikan oleh teori biogenesis: omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo- dari hasil-hasil percobaan Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani dan Louis Pasteur. -
Morgan dalam porwanto (1994:40), menyebutkan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang menetap dalam tingka laku yang terjadi  dari hasil pengalaman  dan latihan. Pengertian belajar lebih menekankan pada kegiatan mental psikologi sehingga perubahan yang terjadi bersifat relatif parmanen. Belajar adalah suatu proses dimana seseorang mengangkat perubahan tingka laku sebagai hasil belajar dan latihan. Dalam defenisi tersebut mengendung pengertian bahwa faktor latihan memegang peranan penting dalam perubahan tingka laku.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Winataputra (2000:24 ) Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabilah pikiran dan perasaannya aktif. Aktifitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diawali oleh orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan ( organ yang sedang belajar itu ). Kemudian belajar yang dikemukakan oleh Anurrahman (2009:33 ) merupakan kegiatan penting bagi semua orang, termasuk didalamnya belajar bagaimanan  seharusnya belajar. Sedangkan menurut Mujiono dan Dimyati ( 2002:18 ) belajar merupakan proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Selanjutnya, Ahmadi (2002:279) mengemukakan  bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuham atau perubahan dalam diri seseorang   yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku atau berkat pengalaman dan latihan.
Dalam belajar diperlukan kesiapan intelektual. Kesiapan intelektual disini mencangkup belajar itu dilakukan melalui tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan kesiapan intelektual anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne dalam Hudoyo (1998:25) bahwa belajar itu melalui tahapan dan jenjang latihan. Dan tahapan-tahapan tersebut selalu berkaitan satu dengan yang lain. Di jelaskan pula bahwa tahapan belajar yang lebih tinggi didasarkan pada tahapan belajar yang lebih rendah.
Proses belajar mengajar merupakan ranngkaian kegiatan komunikasi antara manusia yakni orang yang belajar (siswa) dan orang yang mengajar (guru). Komunikasi antara siswa dan guru dipengaruhi oleh objek lainnya. Roestiyah (1994:39) menyatakan bahwa komponen-komponen itu antara lain: tujuan belajar, materi pelajaran, metode mengajar, sumber belajar, media untuk belajar, manajemen interaksi belajar mengajar, evaluasi belajar, anak yang belajar, guru yang mengajar dan pengembangan dalam proses belajar.



KESIMPULAN
          Simpulan
Menurut teori evolusioner perilaku manusia selalu merupakan fungsi dari gen dan dan kultur. Teori evolusioner lebih menekankan pada sejarah evolusi proses belajar organisme. Paradigma ini lebih berfokus pada cara di mana proses evolusi mempersiapkan organisme untuk beberapa jenis belajar tetapi membuat jenis belajar lain menjadi sulit atau mustahil. Penerimaan teori evolusi oleh komunitas ilmiah menandai pukulan telak terhadap ego manusia. Evolusi mengembalikan kontiunitas antara manusia dan hewan lain yang telah diabaikan selama berabad-abad. Kehadiran karya Darwin (1859-1958) On the Origin of Species by Means of Natural Selection, yang mempopulerkan konsep natural selection (seleksi alam) sebagai dasar dari perubahan tersebut.
      “Saran”
Agar proses belajar berlangsung secara sukses maka diperlukannya perilaku eksis sebagai proses adaptasi. Kecerdasan bawaan yang diyakini dapat mempengaruhi dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan melalui kultur yang ada dalam lingkungannya itu. Kami harapkan dengan adanya pemahaman mengenai teori-teori pembelajaran ini, dapat mempermudah para konselor atau guru BK dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

DAFTAR PUSTAKA
Hill, F Winfred. 2011. Theories of Learning. Bandung: Nusa Media.
Hergenhahn B.R. dan Olson H. Matthew. 2008. Theories of Learning. Jakarta: Kencana.

Kami juga melalukan observasi kesekolahan tepatnya di Madrasah Tsanawiyah pangeran Antasari Martapura, kami melakukan observasi dengan membagikan angket untuk mesurvei berapa banyak minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris pada saat dikelas.
Hasil dari observasi kami setelah melakuan survei pada semua siswa di kelas 12 dari 85% siswa/wi menyukai pelajaran bahasa inggris dan sebagian 15% lain nya tidak menyukai pelajaran bahasa inggris dikarekan sebagian  besar mereka mendapat kesulitan dalam pengucapan serta sulit mengingat kosakata-kosakata dalam bahasa inggris dan kadang merasa sungkan atau malu pada saat mereka mulai belajar berbahasa inggris ada sebagian  pula teman mereka mengejek atas kesalahan-kesalahan dalam Grammar mereka yang baru belajar bahasa inggis tersebut dan membuat mereka menjadi enggan untuk lebih belajar mendalami bahasa yang kini menjadi bahasa Internasional tersebut.

Adapun survei yang kami buat adalah sebagai berikut :



Nama               :
Kelas               :
No.
PERTANYAAN
No
Yes
1.
Apakah menyukai pembelajaran Bahasa Inggris?


2.
Apakah menyukai pembelajaran Bahasa Inggris?


3.
Apakah setiap pelajaran Baahasa Inggris anda mencatat?


4.
Apakah banyak materi yang belum dipahami pada semester ini?


5.
Apakah anda kesulitan memahami materi-materi yang dipelajari biasanya?


6.
Apakah anda sering mendapatkan tugas menghapal kosa kata Bahasa Inggris?


7.
Ketika pelajaran berlangsung, apakah kamu sering berinteraksi dengan guru pengajar dengan menggunakan Bahasa Inggris?


8.
Apakah hasil kosakata yang dihapalkan sering digunakan sehari-hari?


9.
Saat pelajaran berlangsung apakah anda selalu memahami materi yang diberikan saat pelajaran berlangsung?


10.
Ketika pelajaran Bahasa Inggris, apakah anda sering memperhatikan?


11.
Apakah guru sering menciptakan suasana yang menyenangkan disaat pelajaran berlangsung?


12.
Ketika tes apakah sering mengalami kesulitan dalam menjawab soal Bahasa Inggris?
Apakah pelajaran Bahasa Inggris yang telah diberikan oleh guru anda sesuai dengan yang terdapat dalam tes


14.
Saat pembelajaran sedang berlangsung apakah kamu sering mengalami kesulitan mengartikan ke dalam Bahasa Indonesia?


15
Apakah anda sering mengikuti program remedial teaching?


Total Skor


Contrenglah (√) Tabel dibawah ini sesuai dengan pengalaman anda sendiri!




1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa, Atlantic City - Dr. Maryland
    ATLANTIC CITY, NJ--(BUSINESS WIRE)--MGM Group Inc. today 천안 출장샵 announced that Borgata 동해 출장마사지 Hotel 서산 출장안마 Casino 세종특별자치 출장마사지 & Spa, Atlantic 포항 출장샵 City, and Borgata Hotel Casino

    BalasHapus