ABSTRAK
‘TEORI EVOLUSIONER ROBERT C. BOLLES dan PSIKOLOGI
EVOLUSIONER’
NAMA : SOFIYAN NOOR 15.21.0002
LUQMANUL
HAKIM 15.21.0018
PRODI : FKIP
BAHASA INGGRIS
Biografi Robert C. Bolles dan Konsep Teori Evolusioner Robert
C. Bolles lahir di Sacramento,California, pada 1928. Dia bekerja di U.S. Naval
Radiological Defence Laboratory di dekat Fransisco, California. Bolles
bergabung dengan Garcia dalam program studi psikologi di Berkeley dimana
keduanya belajar dibawah bimbingan Tolman. Pada masa ini Lewis Petrinovich
melakukan eksperimen awal yang menimbulkan minta Bolles pada teori belajar
evolusioner (Bolles & Petrinovich, 1954; Petrinovich & Bolles, 1954).
Pada 1964 dia ke University Washington dan mengajar di sana sampai dia
meninggal pada 8 April 1994 karena serangan jantung. Sepanjang kariernya Bolles
menulis lebih dari 160 artikel riset dan tiga buku teks yang berpengaruh,
termasuk teks tentang teori belajar. Dia bekerja sebagai editor Animal
Learning and Behavior tahun 1981 sampai 1984.
Konsep Teoritis Utama
-
Expekstasi
Menurut
Bolles, belajar melibatkan pengembangan expectancies (ekspektasi,pengharapan).
Yakni, organisme belajar satu jenis kejadian yang mendahului kejadian lainnya.
· Pengkondisian klasik sebagai ekspektasi yang dipelajari yang
ketika diberi satu stimulus (CS) akan menimbulkan stimulus lain (US). Dalam
kehidupan sehari-hari, melihat kilat dan berharap ada suara petir adalah contoh
dari jenis ekspektasi stimulus-stimulus atau S-S ini.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak
melakukan kegiatan yang sebenarnya merupakan gejalah belajar, dalam arti
mustahillah dapat melakukan kegiatan itu, kalau tidak belajar terlebih dahulu,
Winken dalam Abdi (2009: 11) menyatakan, bahwa terlalu banyak hal yang kita
lakukan jika ingin sebutkan satu-persatu, namun secara spontannitas kegiatan
yang dilakukan adalah
bagian dari belajar.
Menurut pengertian secara psikologis,
belajar merupakan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Sejalan dengan itu, Slameto (1990:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Kimble
dalam Hergenhahn dan Olson (2010 : 2), mendefinisikan belajar sebagai perubahan
yang relatif permanen di dalam behavioral potentiality (potensi behavioral)
yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktek yang diperkuat).
Menurut Syah (2003:68 ) menyatakan bahwa belajar sebagai tahap perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pembelajaran
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sedangkan
menurut Slameto (2003: 2 ) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
PERMASALAHAN
Bolles (1988) mengatakan bahwa pemahaman atas belajar harus
diiringi dengan pemahaman atas sejarah evolusi organisme. Dia mengatakan bahwa,
hewan punya kewajiban, dorongan, untuk belajar dan untuk tidak belajar,
tergantung pada tempat mereka berada dan bagaimana menyesuaikan diri dengan
keseluruhaan skema. Kita dapat memperkirakan beberapa jenis pengalaman akan
direfleksikan dalam belajar, dan sebagian lainnya tidak... tugas belajar yang
melanggar komitmen biologis terhadap tempatnya dapat diperkirakan akan
menghasilkan perilaku anomali. Sebuah tugas belajar yang menguatkan
predisposisi hewan untuk berperilaku dengan cara tertentu akan lebih besar
kemungkinannya untuk sukses. Ini adalah argumen tempat.
METODE
Psikologi evolusioner telah
diaplikasikan secara luas untuk memahami perilaku manusia. Apa yang oleh Wilson
disebut sosiobiologi kini disebut psikologi evolusioner dan ia merupakan topik
yang sangat popular dalam psikolgi kontemporer. Meskipun pembahasan nanti kita
membatasi diri pada pengaruh belajar terhadap perkembangan phobia, seleksi
pasangan, parenting, kekerasan keluarga, altruism, dan perilaku moral, serta
perkembangan bahasa. Tetapi ada bidang lain dimana prinsip evolusi telah
diaplikasikan seperti agresi dan perang, pemerkosaan, incest, dan bunuh diri,
penghindaran incest, dan agama.
Dalam banyak hal, prinsip yang
menjadi pedoman penjelasan evolusi terhadap perilaku manusia adalah sejajar
dengan prinsip yang dipakai Bolles (1972, 1988) untuk mengaplikasikan
penjelasan evolusi terhadap perilaku non manusia.
Secara spesifik, psikologi
evolusioner mengasumsikan bahwa meski ada kemajuan luar biasa yang dibuat oleh
manusia, terutama selama 200 tahun terahkir kita masih merupakan produk dari
evolusi ribuan tahun. Karenanya seperti binatang lainnya, kita terkadang
menunjukan predisposisi bawaan untuk lebih memperhatikan beberapa stimuli
ketimbang stimuli lainnya dan untuk mempelajari beberapa ekspetasi secara
lebih mudah ketimbang ekspetasi lainnya. Seperti binatang, kita juga terkadang
cenderung punya bias respon, terutama ketika didorong oleh keadaan motivasi
yang signifikan secara biologis. Menurut psikologi evolusioner, factor cultural
dan biologi harus dipertimbangkan guna mendapat pemahaman yang penuh tentang
perilaku manusia.
1.
Perkembangan Phobia
Fobia
pada manusia, yang berupa rasa takut yang berlebihan terhadap suatu stimuli
seperti ular atau laba-laba, sulit untuk dijelaskan dalam pengkondisian klasik.
Usaha untuk menjelaskan akan menghasilkan permasalahan yang dangkal. Menurut
bebrapa para ahli, mereka juga menyebut bukti bahwa, meskipun monyet yang
dibesarkan di laboratorium tampaknya tidak memiliki rasa takut bawaan terhadap
ular, mereka akan dengan cepat ketakutan terhadap ular setelah melihat reaksi
dari rekaman video monyet liar yang bertemu dengan ular betulan atau mainan
(cook & mineka, 1990). Bahwa kemunculan rasa takut terhadap ular atau
laba-laba mungkin tidak membutuhkan persepsi sadar atas stimuli itu.
Stimuli ini menarik perhatian
kita, dan kita dapat belajar tentangnya tanpa pemrosesan informasi secara
sadat. Ini bukan berarti bahwa, semua manusia pada dasarnya takut pada ular,
laba-laba, anjing, dsb. Psikologi evolusioner juga mendiskusikan xenophobia
atau takut terhadap orang asing. Fobia ini berasal dari tendensi primitive
untuk mendikotomisasikan orang sebagai sebagai anggota satu kelompok (desa atau
suku) dengan orang di luar anggota kelompok.
Dalam xenophobia seseorang mungkin
melihat adanya kecenderungan natural ke arah prasangka. Menurut psikolog
evolusioner bahwa suatu tendensi adalah natural yakni, memiliki asal usul
biologis yang sama bukan berarti tendensi itu selalu baik. Mereka mengatakan
adanya predisposisi atau tendensi biologis.
Psikolog evolusioner menegaskan
bahwa perilaku manusia selalu merupakan hasil dari interaksi antara tendesi
biologis dengan pengaruh cultural. Jadi, bahkan jika unsur biologi kita
mencondongkan hal yang di anggap tidak diinginkan, hal ini dapat dianggap oleh
pengaruh cultural.
2.
Seleksi Pasangan
Teoritis belajar sosial-kognitif
mungkin menunjukan bahwa definisi daya tarik dipelajari dengan mengamati model
yang paling menonjol dalam kultur tertentu misalnya orang tua, teman, pimpinan
dan sebagainya. Dalam masyarakat teknologi, model yang dibuat atraktif oleh
media. Akan tetapi, dari sudut pandang psikologi evolusioner banyak standart
yang ditransmisikan secara sosial sebenarnya adalah standart buatan. Dan
standart sosial yang berkaitan dengan daya tarik bisa berubah-ubah. Misal gaya
rambut, riasan wajah, pakaian, bahkan bentuk tubuh semuanya bisa berubah. Bagi
psikolog evolusioner, harus ada criteria seleksi pasangan yang lebih mendasar
ketimbang standart sosial untuk daya tarik fisik di dalam satu kultur dan
criteria ini bersifat universal. Walaupun ada kemiripan antara pria dan wanita
namun ada 2 pengecualin, laki-laki ada cenderung meletakkan urutan daya tarik
fisik ditingkat lebih tinggi ketimbang wanita. Sebaliknya, wanita cenderung
meletakkan kemampuan mencari nafkah yang baik lebih tinggi ketimbang laki-laki.
3.
Parenting
Parenting adalah
proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak mereka yang
meliputi aktivitas-aktivitas berikut: memberi makan (nourishing), memberi
petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak ketika mereka
bertumbuh.5 Aktivitas-aktivitas parenting biasanya terjadi dalam lingkungan
keluarga, namun parenting tidak terbatas hanya pada mereka yang melahirkan
anak. Tanggung jawab parenting juga dilakukan oleh pihak-pihak lain dalam
masyarakat, seperti anggota-anggota jemaat di gereja, para guru di sekolah,
pembantu rumah tangga, perawat bayi (baby sitter), dan bahkan teman-teman si
anak, serta media masa (TV, surat kabar, dan majalah). Kendati demikian, orang
tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam mengasihi dan memperhatikan
anak-anak serta menolong mereka bertumbuh.
a. Seleksi kerabat, kesesuaian
evolusi membutuhkan kelangsungan bukan hanya gen-gen kita saja, tetapi juga
dari individu yang memiliki hubungan dengan kita (kecocokan inklusi). Psikologi
evolusioner memandang parenting bukan sebagai perilaku yang dipelajari, tetpai
sebagai tindakan yang dipengaruhi oleh seleksi kerabat.
b. Perbedaan jenis kelamin, menurut psikologi evolusioner ada dua alasan
mengapa wanita cenderung lebih terlibat dalam parening ketimbang pria. Pertama
karena wanita memiliki lebih banyak investasi pada anak ketimbang pria.
Kedua,agar perilaku altruisme harus ada mekanisme yang membuat kita mengenali
saudara kita, termasuk anak-anak kita, sebagai pembawa gen.
c. Kekerasan keluarga, kekerasan dalam keluarga hampir terjadi setiap
hari.secara spesifik seleksi kerabat menguatkan perilaku kekerasan terhadap
anggota keluarga yang tidak sedarah.
4.
Altruisme dan perilaku moral
Altruisme atau menolong demi survive
atau mempertahankan jenis dalam proses evolusi.
a.
Perlindungan kerabat (kin protection)
·
Orang tua bekerja keras untuk menyekolahkan anak → untuk meneruskan keturunan.
Secara alamiah orang cenderung membantu pada orang yang pertalian darah, dekat
dengan diri kita, ada skala prioritas.
·
Dalam bencana: anak-anak lebih dulu, keluarga, teman, tetangga. Naluri
perlindungan yang kuat dapat melewati batas moral dan keadilan => Nepotisme.
b.
Timbal balik biologik (biological reciprocity) → ada keseimbangan
altruis dan egois prinsipnya orang yang suka menolong akan ditolong, yang suka
mementingkan diri sendiri → dibiarkan.
c.
Orientasi seksual: kaum minoritas dalam seks (homo, lesbi) lebih
memerlukan pertolongan untuk mempertahankan kelompok sehingga lebih alturis
daripada heteroseks.
d.Teori
Perkembangan Kognisi → berhubungan dengan tingkat perkembangan kognitif.
Piaget bahwa semakin tinggi kemampuannya berfikir abstrak → semakin mampu
mempertimbangkan antara usaha atau biaya (cost) yang harus dikorbankan untuk
menolong dengan hasil atau perolehan.
· Anak-anak
meminjamkan mainan yang mahal untuk suatu yang nilainya rendah (keuntungan).
Orang dewasa → untung — Rugi
Kapan orang menolong → faktor pemicu
orang menolong.
5.
Bahasa
Menurut psikologi evolusioner
belajar bahasa mengilustrasikan kesiapan biologis dalam proses belajar manusia.
Pinker berpendapat bahawa ada bahasa universal , aturan umum untuk setiap
bahasa. Semua bahasa mengakui masa lalu, sekarang dan masa depan. Semua bahasa
punya referensi pelafalan dan semua bahasa memiliki variasi susunan
subjek/tindakan. Pinker menunjukkan bahwa anak secara biologis sudah siap untuk
meyusun struktur gramatical, bahkan tanpa model dan petunjuk. Kompleksitas
pemahaman dan penyusunan bahasa tidak memungkinkan kita untuk mengasumsikan
bahwa satu gen atau bahkan sekumpulan gen itu merupakan basis dari fenomena
bahasa.
PEMBAHASAN
Teori evolusioner lebih menekankan pada sejarah evolusi
proses belajar organisme. Paradigma ini lebih berfokus pada cara di mana proses
evolusi mempersiapkan organisme untuk beberapa jenis belajar tetapi membuat
jenis belajar lain menjadi sulit atau mustahil.
Penerimaan
teori evolusi oleh komunitas ilmiah menandai pukulan telak terhadap ego
manusia. Evolusi mengembalikan kontiunitas antara manusia dan hewan lain yang
telah diabaikan selama berabad-abad. Kehadiran karya Darwin (1859-1958) On
the Origin of Species by
Means of Natural Selection, yang mempopulerkan konsep natural
selection (seleksi alam) sebagai dasar dari perubahan tersebut. Hergenhann
dan Olson dalam buku Theories of Learning menggambarkan Ciri
esensial dari seleksi alam, dan relevansinya bagi psikologi evolusioner, adalah
Ada
variabilitas (variability) natural di dalam suatu spesies.
Variabilitas ini mungkin lebih banyak diekspresikan dalam aktivitas visual di
beberapa anggota suatu spesies, atau dalam kekuatan fisik di beberapa anggota
lainnya, atau dalam kecepatan belajar di anggota lainnya lagi.
Perbedaan-perbedaan individual ini membentuk blok bangunan dasar dari proses
evolusi dan merupakan unsur esensial dari evolusi.
Hanya
beberapa perbedaan individual yang dapat di wariskan. Yakni, hanya beberapa
yang dapat diturunkan dari orang tua ke anak dan dari anak ke anaknya, dan
seterusnya. Variasi yang disebabkan oleh mutasi genetik atau oleh kejadian
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi anggota suatu spesies tidak akan
diturunkan ke keturunannya. Demikian pula variasi belajar dalam perilaku, entah
itu menguntungkan atau tidak, mungkin di transmisikan ke generasi berikutnya
melalui belajar, tetapi tidak dapat diwariskan.
Interaksi
antara atribut organisme dengan tuntutan lingkungan tempat ia tinggal akan
memungkinkan terjadinya seleksi alam.
Pandangan Muslim terhadap Teori Evolusi -
Problematika yang dialami oleh sebagian umat Islam
saat ini diantaranya adalah munculnya semacam kebingungan ketika hasil penemuan
sains tampaknya bertentangan dengan Al Qur’an, lalu muncullah upaya untuk
menginterpretasikan ayat-ayat Al Qur’an agar sesuai dengan pernyataan sains.
Pada pemahaman saya, perlu kehati-hatian ketika seseorang mencoba membandingkan
antara teori dalam sains dengan ayat-ayat dalam AlQur’an.. Permasalahannya,
kebenaran yang diungkapkan sains merupakan kebenaran yang relatif. Sebuah teori
dalam sains bisa digantikan oleh teori lainnya, apalagi jika begitu banyak
hal-hal yang masih belum jelas tentang fenomena yang menjadi objek dari teori
tersebut. Teori relativitas Einstein sebagai contoh merevisi teori mekanika
klasik Newton berkenaan dengan konsep ruang dan waktu. Dalam biologi, berbagai
pandangan atau teori tentang asal usul kehidupan pernah muncul seperti teori
abiogenesis atau generatio spontanea-nya Aristoteles yang selanjutnya
digantikan oleh teori biogenesis: omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne
vivum ex vivo- dari hasil-hasil percobaan Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani
dan Louis Pasteur. -
Morgan dalam porwanto (1994:40), menyebutkan bahwa
belajar adalah setiap perubahan yang menetap dalam tingka laku yang
terjadi dari hasil pengalaman dan latihan. Pengertian belajar lebih
menekankan pada kegiatan mental psikologi sehingga perubahan yang terjadi
bersifat relatif parmanen. Belajar adalah suatu proses dimana seseorang
mengangkat perubahan tingka laku sebagai hasil belajar dan latihan. Dalam
defenisi tersebut mengendung pengertian bahwa faktor latihan memegang peranan
penting dalam perubahan tingka laku.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Winataputra (2000:24 )
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang
dikatakan belajar apabilah pikiran dan perasaannya aktif. Aktifitas pikiran dan
perasaan itu sendiri tidak dapat diawali oleh orang lain, akan tetapi terasa
oleh yang bersangkutan ( organ yang sedang
belajar itu ). Kemudian belajar yang dikemukakan oleh Anurrahman (2009:33 ) merupakan kegiatan
penting bagi semua orang, termasuk didalamnya belajar bagaimanan
seharusnya belajar. Sedangkan menurut Mujiono dan Dimyati ( 2002:18 ) belajar
merupakan proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi
ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Selanjutnya, Ahmadi (2002:279)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuham atau perubahan
dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah
laku atau berkat pengalaman dan latihan.
Dalam belajar diperlukan kesiapan intelektual. Kesiapan
intelektual disini mencangkup belajar itu dilakukan melalui tahapan-tahapan
yang disesuaikan dengan kesiapan intelektual anak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Gagne dalam Hudoyo (1998:25) bahwa belajar itu melalui tahapan dan
jenjang latihan. Dan tahapan-tahapan tersebut selalu berkaitan satu dengan yang
lain. Di jelaskan pula bahwa tahapan belajar yang lebih tinggi didasarkan pada
tahapan belajar yang lebih rendah.
Proses belajar mengajar merupakan ranngkaian kegiatan
komunikasi antara manusia yakni orang yang belajar (siswa) dan orang yang
mengajar (guru). Komunikasi antara siswa dan guru dipengaruhi oleh objek
lainnya. Roestiyah (1994:39) menyatakan bahwa komponen-komponen itu antara
lain: tujuan belajar, materi pelajaran, metode mengajar, sumber belajar, media
untuk belajar, manajemen interaksi belajar mengajar, evaluasi belajar, anak
yang belajar, guru yang mengajar dan pengembangan dalam proses belajar.
KESIMPULAN
Simpulan
Menurut teori evolusioner perilaku
manusia selalu merupakan fungsi dari gen dan dan kultur. Teori evolusioner
lebih menekankan pada sejarah evolusi proses belajar organisme. Paradigma ini
lebih berfokus pada cara di mana proses evolusi mempersiapkan organisme untuk beberapa
jenis belajar tetapi membuat jenis belajar lain menjadi sulit atau mustahil. Penerimaan teori evolusi oleh
komunitas ilmiah menandai pukulan telak terhadap ego manusia. Evolusi
mengembalikan kontiunitas antara manusia dan hewan lain yang telah diabaikan
selama berabad-abad. Kehadiran karya Darwin (1859-1958) On the Origin of Species by Means of Natural
Selection, yang mempopulerkan konsep natural selection (seleksi
alam) sebagai dasar dari perubahan tersebut.
“Saran”
Agar proses belajar berlangsung secara sukses maka
diperlukannya perilaku eksis sebagai proses adaptasi. Kecerdasan bawaan yang
diyakini dapat mempengaruhi dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan
melalui kultur yang ada dalam lingkungannya itu. Kami harapkan dengan adanya
pemahaman mengenai teori-teori pembelajaran ini, dapat mempermudah para
konselor atau guru BK dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Hill,
F Winfred. 2011. Theories of Learning.
Bandung: Nusa Media.
Hergenhahn
B.R. dan Olson H. Matthew. 2008. Theories
of Learning. Jakarta: Kencana.
Kami juga melalukan observasi kesekolahan tepatnya
di Madrasah Tsanawiyah pangeran Antasari Martapura, kami melakukan observasi
dengan membagikan angket untuk mesurvei berapa banyak minat siswa terhadap
pembelajaran bahasa Inggris pada saat dikelas.
Hasil dari observasi
kami setelah melakuan survei pada semua siswa di kelas 12 dari 85% siswa/wi
menyukai pelajaran bahasa inggris dan sebagian 15% lain nya tidak menyukai
pelajaran bahasa inggris dikarekan sebagian
besar mereka mendapat kesulitan dalam pengucapan serta sulit mengingat
kosakata-kosakata dalam bahasa inggris dan kadang merasa sungkan atau malu pada
saat mereka mulai belajar berbahasa inggris ada sebagian pula teman mereka mengejek atas
kesalahan-kesalahan dalam Grammar mereka yang baru belajar bahasa inggis
tersebut dan membuat mereka menjadi enggan untuk lebih belajar mendalami bahasa
yang kini menjadi bahasa Internasional tersebut.
Adapun survei yang kami buat adalah sebagai berikut
:
Nama :
Kelas :
No.
|
PERTANYAAN
|
No
|
Yes
|
1.
|
Apakah
menyukai pembelajaran Bahasa Inggris?
|
|
|
2.
|
Apakah
menyukai pembelajaran Bahasa Inggris?
|
|
|
3.
|
Apakah
setiap pelajaran Baahasa Inggris anda mencatat?
|
|
|
4.
|
Apakah
banyak materi yang belum dipahami pada semester ini?
|
|
|
5.
|
Apakah
anda kesulitan memahami materi-materi yang dipelajari biasanya?
|
|
|
6.
|
Apakah
anda sering mendapatkan tugas menghapal kosa kata Bahasa Inggris?
|
|
|
7.
|
Ketika
pelajaran berlangsung, apakah kamu sering berinteraksi dengan guru pengajar
dengan menggunakan Bahasa Inggris?
|
|
|
8.
|
Apakah
hasil kosakata yang dihapalkan sering digunakan sehari-hari?
|
|
|
9.
|
Saat
pelajaran berlangsung apakah anda selalu memahami materi yang diberikan saat
pelajaran berlangsung?
|
|
|
10.
|
Ketika
pelajaran Bahasa Inggris, apakah anda sering memperhatikan?
|
|
|
11.
|
Apakah
guru sering menciptakan suasana yang menyenangkan disaat pelajaran
berlangsung?
|
|
|
12.
|
Ketika
tes apakah sering mengalami kesulitan dalam menjawab soal Bahasa Inggris?
Apakah
pelajaran Bahasa Inggris yang telah diberikan oleh guru anda sesuai dengan
yang terdapat dalam tes
|
|
|
14.
|
Saat
pembelajaran sedang berlangsung apakah kamu sering mengalami kesulitan
mengartikan ke dalam Bahasa Indonesia?
|
|
|
15
|
Apakah
anda sering mengikuti program remedial teaching?
|
|
|
Total
Skor
|
|
|
Contrenglah (√) Tabel
dibawah ini sesuai dengan pengalaman anda sendiri!
Borgata Hotel Casino & Spa, Atlantic City - Dr. Maryland
BalasHapusATLANTIC CITY, NJ--(BUSINESS WIRE)--MGM Group Inc. today 천안 출장샵 announced that Borgata 동해 출장마사지 Hotel 서산 출장안마 Casino 세종특별자치 출장마사지 & Spa, Atlantic 포항 출장샵 City, and Borgata Hotel Casino